Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 4

1. Arcahya Dinda (C44180018)


2. Farah Ikhza S (D14180036)
3. Leny Mauliya (A44180002)
4. Mohamad Tresna A (C44180039)
5. Raisya Shafa Ilma (D14180030)

Kelas : P01.2

 Tema : Sejarah radio


 Judul : Sejarah Radio di Indonesia
 Bingkai : Perkembangan sejarah radio yang ada di Indonesia
 Pengembangan Narasi:

- Munculnya radio pada masa penjajahan

- Perkembangan radio pada era pemerintahan Indonesia

Sejarah Radio di Indonesia

Radio siaran mempunyai 4 fungsi yaitu, fungsi penerangan, fungsi pendidikan, fungsi
hiburan, dan sarana propaganda. Dengan ini, radio menjadi alat kebangkitan informasi pada
masa penjajahan Belanda dan Jepang. Pada tahun 1928, NIROM (Nedherlandsch Indische Radio
Omroep) didirikan dan direncanakan akan menangani pemancaran siaran ke seluruh Jawa.
Namun, karena persiapan-persiapan teknis yang harus dilakukan, baru pada 1934 NIROM mulai
dapat memancarkan siarannya. Mulanya NIROM hanya melakukan siaran dalam bahasa
Belanda, namun sejak 1935, siaran-siarannya juga dilakukan dalam bahasa-bahasa setempat.
Sementara itu di samping NIROM lahirlah perkumpulan-perkumpulan siaran radio swasta
berbahasa Indonesia,yang tujuan utamanya menyiarkan kesenian dan kebudayaan Indonesia yang
menunjukkan kebangkitan radio ketimuran yang menumbuhkan rasa nasionalisme.Berturut-turut
lahirlah SRV (Solosche Radio Vereniging) di kota Solo pada tahun 1933,VORO(Vereniging
Oostersche Radio Omroep) di Jakarta pada tahun 1934 kemudian VORL (Vereniging Oostersche
Radio Luistraas) di Bandung,CIRVO (Chinesse en Intreemse Radio Luisteraars Vereniging Oost
Jawa)di Surabaya.EMRO (Eerste Madioense Radio Omroep) di Madiun dan MAVRO
(Mataramse Vereneging Voor Radio Omroep) di Yogyakarta.Dan pada tahun itu pula di Solo
muncul lagi sebuah perkumpulan siaran dengan nama SRI singkatan dari Siaran Radio
Indonesia,sedang pada tahun 1936 di Semarang berdiri Radio Semarang.
Dengam maklumat resmi Tenno Heika tanggal 8 Desember 1941 perang pasifik mulai
berkobar dan Jepang menggunakan siaran radio sebagai alat propaganda terhadap negara-negara
Asia yang hendak dikuasainya, salah satunya Indonesia. Tata pemerintahan Militer Jepang ini
turut memengaruhi juga perkembangan sejarah radio di Indonesia yang sampai menyerahnya
Belanda kepada Jepang di Jawa terdapat beberapa stasiun radio, baik semi pemerintah (NIROM)
maupun swasta ketimuran (PPRK), yaitu di Jakarta dan pusat-pusat daerah militer lainnya,
Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, dan Yogya. Kota-kota ini, mestinya juga menjadi pusat
atau penyalur-penyalur propoganda Jepang menguasai Indonesia, semua sarana komunikasi
massa seperti surat kabar,majalah, kantor berita, film dsb. Dikuasai dan dikendalikan oleh
penguasa Militer untuk kepentingan perang;lebih-lebih radio yang pada masa itu merupakan
sarana komunikasi massa yang palaing ampuh. Perkumpulan-perkumpulan atau organisasi
penyiaran radio dibebarkan dan Jepang membentuk sebuah jawatan yang khusus mengurus
siaran radio, dengan nama Hoso Kanri Kyoku, beserta cabang-cabangnya yang dinamakan Hoso
Kyoku.

Pada awal era kemerdekaan Indonesia (orde lama), semua stasiun radio yang tadinya
milik Belanda dan Jepang dikuasai pemerintah Indonesia dan diberi nama RRI ( Radio Republik
Indonesia). Zaman ini radio digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk kampanye kemerdekaan
Indonesia, menyebarluaskan informasi ke seluruh dunia sekaligus ke masyarakat Indonesia.
Siarannya banyak berisi membangkitkan semangat nasionalisme dan propaganda pemerintahan
orde lama. Radio menjadi alat politik pemerintah. Zaman ini, Presiden pertama Indonesia,
Soekarno malah pernah melarang siaran yang berasal dari Barat ( Amerika & Eropa).

Sampai akhir tahun 1966, RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang di
miliki dan dikuasai pemerintah. Pada tahun itu terjadi banyak perubahan dalam masyarakat
akibat perubahan politik, yakni beralihnya pemerintahan Orde Lama ke Pemerintahan Orde
Baru. Situasi peralihan tersebut merupakan kesempatan yang baik bagi mereka yang mempunyai
hobi amatir untuk mengadakan siaran. Radio amatir adalah seperangkat pemancar radio yang
dipergunakan untuk berhubungan dalam bentuk percakapan. Eksistensi radio amatir kemudian
diakui oleh pemerintah dengan membuat dasar hukumnya berupa PP No. 21/th 1967 tentang
amateurisme. Radio-radio amatir tergabung dalam Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia
(ORARI). Pada tahun 197G pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1970
tentang Radio Siaran Non-Pemerintah. Dalam peraturan itu ditentukan bahwa radio siaran non-
pemerintah harus berfungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidikan, penerangan, dan hiburan.
Sebagai informasi sampai tahun 1974 radio siaran non-pemerintah yang kemudian dikenal
sebagai radio swasta niaga tercatat di seluruh Indonesia sebanyak 330 stasiun. Pada tahun
1982/1983 jumlah radio siaran tersebut meningkat menjadi 405 stasiun. Di awal 1990 jumlahnya
menjadi 449 stasiun, terdiri dari 403 stasiun mengudara pada gelombang AM dan 46 stasiun
pada FM. Stasiun radio siaran swasta niaga yang semakin lama semakin banyak itu menyadari
betapa pentingnya kedudukan dan fungsinya di masyarakat. Sejak tahun 1974, stasiun radio
swasta niaga berhimpun dalam satu wadah yang disebut Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional
Indonesia (PRSSNI).

Gus Dur membubarkan dua kementerian (Departemen Penerangan dan Departemen


Sosial), menghapus larangan menjalankan tradisi budaya Tiongkok, dan mengganti nama Irian
dengan Papua. Ia membangun Kementerian HAM, reformasi TNI, menggilir jabatan panglima
TNI, dan menjadikan Imlek sebagai hari libur resmi. Ia juga mengusulkan hubungan diplomatik
dengan Israel dan menghapus Tap MPRS No XXIX/MPRS/1966 yang melarang segala bentuk
ajaran Marxisme-Leninisme.LPP radio lokal merupakan hasil konversi RSPD sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002. Menurut Asep, meski sudah berubah bentuk
menjadi LPP lokal, tapi masih ada paradigma radio sebagai corong pemerintah daerah
setempat. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002, LPP lokal adalah
radio atau televisi milik publik, bukan milik pemerintah, yang dibiayai oleh APBD dan bersifat
independen. KPID meminta LPP radio lokal bersikap independen dalam momentum pemilihan
kepala daerah serentak di 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Lembaga Penyiaran Komunitas adalah lembaga penyiaran yang menyelenggarakan


penyiaran radio atau televisi, yang memberikan pengakuan secara signifikan terhadap peran
supervisi dan evaluasi oleh anggota komunitasnya, melalui sebuah lembaga supervisi yang
khusus didirikan untuk tujuan tersebut. Menurut UU No.32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan lembaga yang bergerak di bidang
pelayananan siaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu,
bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah
terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.

Anda mungkin juga menyukai