Farfis
Farfis
Abstrak
Surfaktan adalah zat yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan
dengan menurunkan tegangan muka. Banyak industri menggunakan surfaktan antara lain sebagai
emulsifier, corrosion inhibition, defoaming, detergency, emuliency, dll. Penelitian ini mencoba
memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan surfaktan natrium lignosulfonat
dikarenakan kandungan ligninnya yang cukup besar sekitar 22,84%. Selain itu bahan baku yang relatif
murah tentunya akan memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi dan mengurangi pencemaran
lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan reaktor labu leher tiga pada suhu 80 oC,90 oC,
100 oC,110 oC dan 120 oC. Lama waktu perebusan 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, pH 4,
kecepatan pengadukan 80 rpm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui temperature dan waktu perebusan
yang optimum. Dari hasil penelitian didapatkan kondisi optimum suhu pembuatan surfaktan natrium
lignosulfonat pada 90°C dan semakin lama waktu perebusan maka semakin besar pula kadar lignosulfonat
yang didapatkan. Berdasarkan analisa dengan spektrofotometer didapatkan konsentrasi lignosulfonat
sebesar 458,206 ppm untuk kondisi optimum.
Kata kunci : lignin, natrium lignosulfonat, surfaktan, tandan kosong kelapa sawit
Abstract
Surfactant is detergent- like substance that is added to liquid to increase wetness property by lowering the
surface tension of the liquid. Many industries use surfactant as emulsifier, corrosion inhibition, defoaming,
detergency, emuliency, etc. This research is objected to use empty fruit bunches of oil palm (TKKS) as the
base material of producing surfaktan natrium lignosulfonat, because its content of lignin about 22,84%.
Raw materials will certainly provide a relatively high economic value because theirs are cheap. The use of
wate can also reduce the environmental pollution. The research was done in a reactor with temperature of
80 oC,90 oC, 100 oC,110 oC dan 120 oC. 15 min, 30 min, 45 min, 60 min,75 min reation time, pH4, 80 rpm
agitation rate. The objective of tis research is temperature and optimum time of cooking or reaction
surfactan. From this research, it was known that optimum temperature for production surfactan is 90°C and
the longer the boiling time, the greater the level of lignosulfonate is obtained. The analysis of the
concentration of lignosulfonate obtained with a spectrophotometer at 458.206 ppm is optimum conditions.
Keywords : empty fruit bunches of oil palm (TKKS), lignin, natrium lignosulfonate, surfactan
1. PENDAHULUAN
Surfaktan (surface active agent) adalah zat yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan
sifat penyebaran dengan menurunkan tegangan permukaan cairan. Kemampuan surfaktan dalam menurukan
tegangan dikarenakan surfaktan memiliki struktur molekul amphiphatic yaitu mempunyai struktur molekul
yang terdiri dari gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik Surfaktan telah diaplikasikan secara luas pada
berbagai industri antara lain sebagai emulsifier, emuliency, defoaming, detergency, dan lainnya. Kebutuhan
surfaktan di Indonesia meningkat seiring dengan perkembangan industri sedangkan produksi surfaktan
terbatas.
Lignin
Lignin terbentuk dari gugus aromatik yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri
dari 2-3 karbon. Lignin terdapat di antara sel-sel dan dalam dinding sel serta berfungsi sebagai perekat
untuk mengikat selsel agar tetap bersama. Berdasarkan unsur strukturalnya, lignin dapat dibagi ke dalam
beberapa kelompok yaitu Lignin guaiasil dan Lignin guaiasilsiringil. Struktur bangun lignin adalah ikatan
bersama dari rantai/ikatan eter (CO-C) dan ikatan karbon (C-C). Ikatan antar unit tersebut pada lignin
hardwood dan softwood membentuk struktur β-O-4.
Lignin dapat dimanfaatkan secara komersial sebagai bahan pengikat, perekat, pengisi,
surfaktan, produk polimer, dan sumber bahan kimia lainnya.
Surfaktan
Surfaktan (Surface Active Agent) adalah zat yang ditambahkan pada cairan
untuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan dengan menurunkan
tegangan permukaan cairan khususnya air. Struktur molekul surfaktan terdiri dari :
1. Gugus hidrofilik (kepala surfaktan)
a. Bermuatan negatif adalah surfaktan anionik.
b. Bermuatan positif adalah surfaktan kationik.
c. Bermuatan positif dan negatif adalah surfaktan amfoter (zwitterion).
d. Tidak bermuatan adalah surfaktan non ionik.
2. Gugus hidrofobik (ekor surfaktan)
a. Hidrokarbon,.
Penggolongan Surfaktan
Surfaktan dapat digolongkan menjadi empat golongan berdasarkan muatan surfaktan, yaitu :
1. Surfaktan anionik
2. Surfaktan kationik
3. Surfaktan non ionik
4. Surfaktan amfoter
Kegunaan Surfaktan
Surfaktan banyak digunakan dalam industri antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat
pengemulsi, zat anti busa, deterjen, zat pencegah korosi, dan lain-lain. Surfaktan dapat juga digunakan
sebagai bahan pencuci yang bersih karena mengandung zat antikuman yang membuat surfaktan banyak
digunakan di rumah sakit.
Pembuatan Surfaktan
Sulfonasi
Sulfonasi adalah reaksi kimia yang melibatkan penggabungan gugus asam sulfonat, -SO3H, ke dalam
suatu molekul ataupun ion, termasuk reaksi-reaksi yang melibatkan gugus sulfonil halida ataupun garam-garam
yang berasal dari gugus asam sulfonat, misalnya penggabungan –SO3 ke dalam senyawa organik Jenis-jenis zat
pensulfonasi antara lain :
1. Persenyawaan SO3, termasuk didalamnya asam sulfat
2. Persenyawaan SO2
3. Senyawa sulfoalkilasi
Sedangkan zat-zat yang disulfonasi adalah zat alifatik, misalnya hidrokarbon jenuh, oleofin, alkohol, selulosa,
senyawa aromatis, napthalena dan lain-lain. Reaksi sulfonasi merupakan reaksi yang melibatkan pemasukan
gugus sulfonat ke dalam lignin.
Natrium Lignosulfonat
Natrium lignosulfonat adalah surfaktan anionik yang terbentuk dari hasil reaksi antara lignin dengan
natrium bisulfit (NaHCO3), dimana rantai hidrokarbonnya sebagai gugus hidrofobik dan ion SO 3- sebagai gugus
hidrofiliknya. . NLS bisa juga disebut lignin sulfonat atau sulphite lignin merupakan suatu surfaktan yang
dihasilkan dari proses sulfite pulping pada kayu. Pada proses sulfite pulping, lignin dibuat larut dalam solven polar
(air) melalui proses sulfonasi dan hidrolisis.
Prosedur Uji
a. Ukur sample sebanyak 100 ml dan masukkan dalam corong pemisah 250 ml.
b. Tambahkan 3 sampai 5 tetes indikator fenolftalin dan NaOH 1N tetes demi tetes hingga timbul warna merah
muda, kemudian hilangkan dengan menambahkan H2SO4 1N tetes demi tetes.
c. Selanjutnya lakukan langkah c sampai k
(kurva kalibrasi).
Suhu Waktu
Absorbansi
(ºC) (menit)
15 0,254
30 0,283
80 45 0,325
60 0,355
75 0,422
15 0,324
30 0,368
90 45 0,476
60 0,502
75 0,556
0 15 30 45 60 75 90 waktu, menit
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lawa waktu perebusan yang dilakukan dalam labu leher
tiga berpengaruh terhadap konsentrasi lignosulfonat yang dihasilkan. Dari grafik terlihat bahwa
semakin lama waktuperebusan maka semakin besar pula konsentrasi lignosulfonat
Hal tersebut dikarenakan semakin lama waktu perebusan dalam labu leher tiga maka semakin banyak
pula lignin yang tersulfonasi menjadi natrium lignosulfonat. Namun perlu dilakukan penelitian kembali jika waktu
reaksi lebih lama karena ada kemungkinan terjadinya penurunan pada waktu tertentu akibat sudah jenuhnya lignin
bereaksi terhadap natrium bisulfit.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel suhu optimum pada pembuatan
surfaktan lignosulfonat adalah 90°C yang ditunjukkan pada kurva berwarna merah dimana kadar lignosulfonat
paling tinggi didapat.
Konsentrasi lignosulfonat mengalami kenaikan hingga pada suhu 100°C terjadi penurunan kadar
lignosulfonat. Hal tersebut terjadi karena pada suhu di atas 90°C surfaktan mulai terdegradasi
Penelitian ini secara umum mempunyai %yield yang kecil berkisar 0,8 – 1,9%. Kecilnya %yield
kemungkinan dikarenakan proses sulfonasi pada penelitian tidak melalui proses delignifikasi terlebih dahulu.
Hal ini menyebabkan hanya sedikit lignin yang mampu mengalami proses sulfonasi. Sedangkan sebagian besar
lignin masih berbentuk lignoselulosa
4. KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian didapatkan kondisi optimum suhu pembuatan surfaktan natrium lignosulfonat pada
90°C.
2. Hasil penelitian menunjukkan semakin lama waktu perebusan maka semakin besar pula kadar lignosulfonat
yang didapatkan.
3. Berdasarkan analisa surfaktan anionik dengan spektrofotometer secara metilen biru didapatkan konsentrasi
lignosulfonat sebesar 458,206 ppm untuk kondisi
optimum