mengambil alih pemerintahan yang ada di Yogyakarta. Sehingga pada saat itu Yogyakarta
berada di bawah pimpinan Kolonel Van Langen yang bermarkas di Hotel Tugu. Semua pihak
militer indonesia sudah tidak senang dengan kedatangan Belanda , sehingga sejak awal TNI
sudah siap siaga melakukan penyerangan dan penjagaan terhadap pos pos terpenting yang ada
di Yogyakarta. Pasukan militer Indonesia terdiri dari Batalyon yang diperkuat satuan-satuan
KNIL. Pada saat itu Yogyakarta menjadi ibukota Indonesia. Peristiwa pemindahan ibukota
dari Jakarta ke Yogyakarta diikuti oleh peristiwa Agresi Militer II Belanda.
Serangan umum 1 Maret 1949 merupakan salah satu wujud kegalisahan bangsa
Indonesia terhadap sikap Belanda dan Sekutu yang berperilaku semena mena dan mencoba
mengingkari perjanjian yang sudah dilakukan sebelumnya. Keberhasilan serangan ini
kemudian disiarkan ke radio-radio di dunia dan didengarkan ke forum PBB di New York.
Hasil dari serangan ini kemudian memperkuat dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB.
Walaupun tak secara langsung, serangan ini memberikan dampak penyerahan kedaulatan RI
pada tanggal 27 Desember 1949. Untuk menghargai jasa para pahlawan yang gugur dalam
peperangan tersebut, maka dibangunlah Monumen Serangan Umum 1 Maret yang berada di
dekat Benteng Vredeburg Yogyakarta.