“TUBERCULOSIS (TBC)”
DOSEN PENGAMPU :
OLEH KELOMPOK 4
Anisatul Muntamah (1811112198) Muthiara Ihsan (1811112406)
Annisa Ramadhani (1811112392) Natasya Raisha Alfi (1811110882)
Delvi Sa’idah (1811112543) Nur Annisa (1811113551)
Dinar Rafif K (1811112898) Nur Grianing Putri (1811110471)
Fajri Disfa Madhani (1811110273) Safira Nur Hasikin (1811125347)
Herliana Safitri (1811112729) Seri (1811110592)
Keness PurnaniGrat (1811112659) Ulandari (1811110841)
Khoiriah Nasution (1811110593) Tania Sepriani (1811113334)
Mirna Nuralita Sari (1811113725) Yanni Rizkia Amlina (1811112407)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tak lupa pula
penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Wasisto Utomo selaku dosen
pembingbing dalam mata kuliah keperawatan medikal bedah I. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dari semua pihak yang telah
berpartisipasi di dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini berjudul tentang “Tuberculosis” dalam mata kuliah
keperawatan medikal bedah I. Penulis juga menyadari bahwa materi dan teknik
yang digunakan dalam makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan agar makalah ini
menjadi lebih sempurna. Atas kritik dan sarannya diucapkan trimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A LatarBelakang ....................................................................................................1
B RumusanMasalah ...............................................................................................1
C Tujuan ................................................................................................................2
A. Terminologi ......................................................................................................3
B. Learning Isue ....................................................................................................4
C Answer ...............................................................................................................5
D. Conclusion ........................................................................................................7
E Learning Objective ............................................................................................8
F. Pembahasan Learning Objective ......................................................................8
A Kesimpulan ......................................................................................................31
B Saran ...............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada berbeagai macam penyakit yang dapat menyerang manusia. Salah
satu penyebabnya adalah mikrooganisme yang terkadang tidak kita ketahui seperti
virus, bakter, jamur, clamidya dan lain-lian. Tubuh kita sepanjang waktu terpapar
dengan bakteri yang dapat menyebabkan berrbagai macam penyakit, salah
satunya adalah TBC. Semenjak tahun 2000 tubercuosis telah dinyatakan oleh
WHO remegering disease karena angka kejadian TB yang telah menurun pada
tahu 1990-an kembali meningkat.
Tuberculosis dianggap sebagai salah satu penyakit tertua sejalan dengan
tuannya sejarah manusia itu sendiri. Temuan keranngka manusia di Jerman pada
tahun 8000 SM membuktikan adanya penyakit ini. Di Indonesia, TB merupakan
salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Diperkirakan pada tahun 2004,
setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 0rang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa definisi Tubeculosis?
2. Apa etiologi Tuberculosis?
3. Apa manifestasi klinis Tubeculosis?
4. Apa Klasifikasi Tubculosis?
5. Apa Jenis pemeriksaan Tuberculosis?
6. Bagaimana cara penularan Tuberculosis?
7. Apa saja jenis-jenis obat OAT dan cara panduan pemeberiannya?
8. Bagaimana cara evaluasi dari pemberian obat OAT?
9. Apa saja efek samping obat OAT dan penatalaksanaanya?
10. Apa saja komplikasi dari penyakit Tuberculosis?
11. Bagaimana Askep dari Tubercuosis?
1
2
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi Tubeculosis
2. Untuk mengetahui etiologi Tuberculosis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Tubeculosis
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Tubculosis
5. Untuk mengetahui Jenis pemeriksaan Tuberculosis
6. Untuk mengetahui cara penularan Tuberculosis
7. Untuk mengetahui jenis-jenis obat OAT dan cara panduan pemeberiannya
8. Untuk mengatahui cara evaluasi dari pemberian obat OAT
9. Untuk mengetahui efek samping obat OAT dan penatalaksanaanya
10. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit Tuberculosis
11. Untuk mengetahui Askep dari Tubercuosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. STEP I
Terminologi
1. hemaptoe
2. diaphorevis
3. taechipnoe
4. infiltrat
5. isolasi
6. obat OAT
7. pemeriksaan BTA
3
4
8. pemeriksaan thoraxphoto
Jawaban
1. Hemaptoe
Yaitu darah berdahak yang di batukkan yang berasal dari saluran pernapasan
bagian bawah( dari glotis ke distal)
2. Diaphoresis
Yaitu keadaan tubuh mengeluarkan keringat berlebihan
3. Tachipnoe
Yaitu suatu kondisi yang menggambarkan pernapasan yang cepat karena
ketidakseimbangan antara karbon dioksida
4. Infiltrate
Yaitu gambaran densitas paru yang abnormal yang umumnya berbentuk
bercak-bercak atau titik-titik kecil dg densitas sedang dan batas tidak tegas
5. Isolasi
Yaitu rungan hanya untuk pasien yang punya penyakit menular dari pasien lain
khusus, lebih terfokus pada infrastruktur ruangan tersebut
6. Obat OAT
Yaitu obat anti TB,biasanya diberikan kepada pasien TBC untuk membunuh
kuman
7. Pemeriksaan BTA
Yaitu prosedur untuk mendeteksi bakteri penyebab TBC.
8. Pemeriksaan thoraxphoto
Yaitu pemeriksaan radiologi untuk melihat gambaran paru-paru,tulang rusuk
dan cairan di rongga dada.
B. STEP II
Learning Isu
1. Perawatan lanjutan seperti apa yang dilakukan diruang isolasi untuk pasien
penderita tbc?
2. Hemaptoe untuk pasien seperti apa? Berapa banyak darah/bentuknya?
5
C. STEP III
Jawaban
1. Pemeriksaan laju pemeriksaan thoraxphoto pemeriksaan BTA,dan oksigenasi
2. Karakteristik dari batuk hemptoe :
a. Bentuk keras
b. Menggumpal/ cair
c. Banyak tidaknya tergantung robeknya pembuluh darah
d. Menimbulkan sufokasi sehingga menyebabkan denyut nadi berhenti
sejenak sehingga menyebabkan kekurangan oksigen
e. Lebih kurang 600 ml/24 jam (batas normal)
3. Penyebab
a. Karena adanya infiltrate asing di paru-paru
b. Respon tubuh ada masalah pada tubuh suami ibu H
c. Sistem imun melemah karena adanya bakteri tsb
4. Penyebab tachipnoe :
a. Kelelahan inti, faktor usis, pola hidup, dan nutrisi
b. Adanya infiltrate
c. Keluhan batuk,disertai darah
d. Penumpukan CO2 berlebihan
6
D. STEP IV
Skema
Suami Ibu H
Pemerikasaan Thoraxpoto
Infiltrat
Pemeriksaan BTA
Tuberculosis
8
E. STEP V
Learning Objective
1. Definisi TBC
2. Tanda dan Gejala TBC
3. Pemeriksaan TBC
4. Klasifikasi TBC
5. Faktor Penyebab TBC
6. Cara Penularan TBC
7. Komplikasi TBC
8. Asuhan Keperawatan Pasien TBC
9. Jenis-jenis dan Tingkatan Obat OAT
10. Efek samping obat OAT dan Penatalaksanaannya
11. Panduan Pemberian Obat TBC
12. Evaluasi Pemberian Obat TB
F. STEP VI
Pembahasan LO
1. Definisi TBC
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberkulosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. (Depkes, 2008)
merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis yang dapat
menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti
kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan
ekstrapulmonal TBC. (Chandra,2012)
adalah penyakit radang pareknim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosa. paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh
M. Tuberculosa. (Darmanto, 2014)
Menurut Sulianti (2004) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat
9
juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang yang mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberkulosis
complex yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
Mycobacterium tuberkulosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit ini
biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh
termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10
minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidakefektifan respon imun. (PDPI, 2011)
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium tuberkulosis compleks, antara lain : M.
tuberkulosis, Varian Asian, Varian African I, Varian African II, M. bovis, M. leprase
dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri
Mycobacterium selain Mycobacterium tuberkulosis yang bisa menimbulkan gangguan
pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberkulosis)
seperti M. kansasi, M. avium, M. intra cellularre, M. scrofulaceum, M.malmacerse, M.
xenopi yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB.
Untuk itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan identifikasi terhadap
Mycobacterium menjadi sarana diagnosis ideal untuk TB.
lama dan penurunan berat badan (27,5%) diikuti dengan batuk lama dengan sputum,
penurunan berat badan demam dan berkeringat pada malam hari. Penelitian yang
dilakukan oleh Feng et al (2012) di Taiwan menunjukkan bahwa batuk lebih dari 3
minggu berhubungan dengan rendahnya mortalitas.
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala adalah: Demam, Malaise, Anoreksia,
Penurunan berat badan, Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama
berminggu minggu sampai berbulan – bulan), Peningkatan frekuensi pernapasan,
Ekspansi buruk pada tempat yang sakit, Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak
pada saat perkusi, Demam persisten, Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia,
kelemahan, dan penurunan badan.
Secara umum, tanda dan gejala Tuberkulosis adalah :
a. Gejala awal penyakit (TB) tidak spesifik, umumnya adalah batuk produktif yang
berkepanjangan (>3 minggu), sesak nafas, nyeri dada, anemia/kurang darah, batuk
darah, rasa lelah, berkeringat di malam hari.
b. TB mudah menular melalui udara yang tercemar oleh bakteri micro bacterium
tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TB paru batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB paru dewasa.
c. Penyakit TB dapat disembuhkan secara tuntas dengan minum obat secara rutin dan
teratur, minimal selama 6 bulan dibantu oleh Pengawasan Minum Obat (PMO).
d. Imunisasi BCG adalah salah satu alternatif pencegahan TB.
e. Segera lakukan pencegahan penularan penyakit TB bila telah terdiagnosa.
3. Pemeriksaan TBC
Berikut pemeriksaan untuk mendiagnosis TB menurut Depkes 2014:
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai pengobatan
yang telah dilakukan, dan menentukan potensi penularan TB. Dilakukan dengan
mengumpulkan tiga spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari berupa
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
11
4. Klasifikasi TBC
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Paru dalah yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Ekstra paru adalah yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada:
1) Paru BTA positif
12
kuat daya tahan tubuh Anda, semakin kecil kemungkinannya untuk tertular TB. Orang-
orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah biasanya cenderung lebih mudah
terinfeksi. Lansia, orang dengan HIV atau AIDS, penderita kanker, diabetes, ginjal,
dan penyakit autoimun lainnya berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TBC karena
sistem imunnya tidak mampu melawan pertumbuhan bakteri.
TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki (60%) daripada perempuan (40%). Proporsi
kasus terbanyak tahun 2016 ditemukan pada kelompok usia produktif (25-34 tahun)
yaitu sebesar 18,07%, diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar ,25 persen. Kasus
TBC juga paling banyak ditemukan pada golongan penduduk yang tidak bekerja dan
yang tidak sekolah.
7. Komplikasi TBC
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema,laryngitis, usus.
b. Komplikasi pada stadium lanjut:
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
1) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik
2) Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
4) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya
a. Pengkajian
Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan,
pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan
diagnosa keperawatan. (H. Lismidar, 1990. Hal 1)
1) Pengumpulan data.
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a) Identitas klien.
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah
kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya
penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang
lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1)
b) Riwayat penyakit sekarang.
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
c) Riwayat penyakit dahulu.
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan paru antara lain ISPA efusi pleura serta paru
yang kembali aktif.
d) Riwayat penyakit keluarga.
Mencari diantara anggota keluarga pada paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e) Riwayat psikososial.
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita paru yang lain (dr. Hendrawan
Nodesul, 1996).
f) Pola fungsi kesehatan
(1)Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
17
(7)Sistem neurologis.
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
(8)Sistem genetalia.
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
h) Pemeriksaan penunjang
(1)Pemeriksaan Radiologi.
paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu
koplek kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat
di apeks dan segmen posterior lobus atas paru – paru atau pada segmen
superior lobus bawah. (Dr. dr. Soeparman. 1998). Hal 719)
(2)Pemeriksaan laboratorium
(a) Darah
Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putting yang meningkatkan
serta laju endap darah meningkat terjadi pada proses aktif. (Head Al
Sagaff. 1995. Hal 91)
(b)Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat
pada penderita paru yang biasanya diambil pada pagi hari. (DR. Dr.
Soeparman dkk, 1998. Hal 719, Barbara. T. long. Long. Hal 447, th
1996)
(c) Test
Test memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami
infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan
yaitu : Old (OT) dan Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan
dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 – 26, dengan cara mecubit
daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001
mg/dosis atau 5 unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter
10 mm atau lebih reaksi antara 5 – 9 mm dianggap meragukan dan harus
di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama 48 – 72 jam disuntikkan.
(DR. Dr. Soeparman, 1998, hal 721, Sylvia. A. price, 1995, hal 755,
Barbara. C. long, 1996, hal 446)
20
2) Analisa data.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah
klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu
makan menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur,
gangguan harga diri.
3) Diagnosa keperawatan.
Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah
kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan keperawatan (H. Lismidar,
1990, 12). Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan pada klien dengan paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :
a) Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen
dano kurangnya upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999)
b) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan
keletihan, anorerksia atau dispnea. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
c) Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang resiko potongan. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
d) Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah.
e) Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental,
kelemahan dan upaya untuk batuk. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
f) Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan
permukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar – kapiler.
(Marilyn. E. Doenges, 1999)
g) Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan
nyeri dada. (lynda, J. Carpenito, 1998)
b. Perencaaan
Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan Diagnosa
keperawatan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap
perencanaan ini meliputi 3 menentukan prioritas diagnosa keperawatan,
menentukan tujuan merencanakan tindakan keperawatan.
21
pertama setelah mulai dosis. Dosis isoniazid untuk pengobatan TBC biasanya
sekitar 300 mg untuk diminum satu kali sehari, atau sesuai anjuran dokter. Risiko
efek sampingnya meliputi sensasi baal, kesemutan, hingga mual dan muntah.
2) Rifampisin
Rifampisin terutama aktif terhadap sel yang sedang bertumbuh. Kerjanya
menghambat DNA – dependent RNA polymerase dari mikrobakteria
mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya (bukan pemanjangan)
rantai dalam sintesis RNA initi RNA polymerase dari berbagai sel eukariotik
tidak mengikat rifampisin dan sintesis RNAnya tidak dipengaruhi. Rifampisin
dapat menghambat sintesis RNA ini mitokondria mamalia tetapi diperlukan
kadar yang lebih tinggi dari kadar untuk menghambat pada bakteri.
Rifampisin bisa membunuh kuman yang tidak dapat dibunuh oleh obat
isoniazid. Rifampisin harus diminum bersama dengan obat anti-TBC lainnya.
Untuk dewasa, dosis rifampisin adalah 600 mg satu kali sehari, atau 600 mg 2-3
kali seminggu.Efek samping obat ini meliputi rasa panas pada perut, mual,
muntah, kembung, dan kencing yang berwarna merah. Namun jangan khawatir
karena ini bersifat sementara. Rifampisin juga bisa membuat penggunanya
menunjukkan gejala-gejala anoreksia.
3) Etambutol
Etambutol memiliki mekanisme kerja dengan cara menghambat sintesis
metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel mati. Karena itu obat
ini hanya aktif terhadap sel yang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik.
Untuk tahap awal terapi TBC, etambutol diberikan dengan dosis 15 mg per
kilogram berat badan. Selanjutnya, dosis bisa ditingkatkan lebih dari 15 mg
hingga 25 mg/kg berat badan. Etambutol mengurangi pertumbuhan kuman TB
yang resisten (kebal) terhadap obat isoniazid dan streptomicin.
b. Obat Anti Sekunder
1) Asam Para-amino Salisilat (PAS)
Ditemukan tahun 1940, dahulu merupakan OAT garis pertama yang
disunakan bersama dengan isoniazid dan streptomycin; kemudian
kedudukannya digantikan oleh ethambutol. PAS memperlihatkan efek
24
5) Rifabutin
26
Keterangan:
1. Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke
rumah sakit
2. Anak dengan BB ≥ 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa
3. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
4. OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara
utuh atau digerus sesaat sebelum diminum
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak.
Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.
1.
Rifampisin 75 mg 150 mg
pendengaran, dan terdapat risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar
terhadap alat suntikan.
A. Kesimpulan
Tuberculosis merupakan salah satu jenis penyakit infeksius yang disebabkan oleh
bakteri yang bernama mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menular kepada
manusia melalui droplet yanng dikeluarkan oleh si penderita. Ketika tubuh kita sehat
dan sistem imunnya kuat maka bakteri tbc tidak dapat berkembang dengan baik.
B. Saran
TBC merupakan salah satu penyakit infekssius, oleh karena itu penting bagi
tenaga kesehatan untuk dapat menngurangi terjadina penularan penyakit ini. Penulis
berharap makalah yang telah disusun ini dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin. Penulis mengetahui bahwasanya masih banyak kekurangan dari
malakah ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehtan RI. Tuberkulosis, Temukan, Obati
Sampai Sembuh. Hari Tuberkulosis Sedunia. PUSDATIN 2015.
Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I ed. VI : Jakarta. Interna Publishing 2014 : 863-872.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Indonesia Bebas Tuberkulosis.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI 2014
Arto Yuwono Soeroto. Tuberkulosis. Kompendium Tatalaksana Penyakit Respirasi &
Kritis Paru. Jilid I. Perpari. 2012 : 129-141.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kementerian
Kesehatan 2013.
Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB). Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia. PDPI. 2006.
Aru W, Sudoyo (Eds). 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
InternaPublishing.