DI SUSUN OLEH :
MUKHLISHAH
HIRWAN JANUARDI
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan data kemenkes pada tahun 2011, masalah yang umum terjadi
pada lansia adalah hipertensi (4.02 %), Diabetes Melitus (2.1 %), asam urat,
dyspepsia (2.52 % ), penyakit jantung iskemik (2.84 %) dan penyakit kulit
(2.33 %). Individu yang telah lanjut usia juga dapat terlihat dari kulit yang
mulai keriput, rambut yang mulai memutih, berkurangnya fungsi pendengaran
dan pengelihatan, melambatnya proses berpikir, dan aktivitas untuk bergerak
yang mulai melambat, yang berarti akan membutuhkan bantuan orang lain
untuk melakukan barbagai aktivitas (Wallace, 2008). Diantara perubahan yang
terjadi pada lansia, perubahan kulit merupakan salah satu perubahan nyata
yang dapat dilihat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah kulit pada lansia ?
2. Bagaimaana fungsi thermoregulasi pada lansia ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas
tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih
menonjol. Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil,
bintik pigmentasi pada area tubuh yangterpajan sinar mata hari, biasanya
permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.
Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan
jaringan elastik, mengakibatkan penampiln yang lebih keriput. Tekstur kulit
lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas
kelenjar eksokri dan kelenar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan
turgor kulit.Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan
penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5%
per dekade.
Stratum korneun merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari
timbunan korneosit. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada
stratum koneum akibat proses menua:
a. Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari
hal ini adalah apabila terjadi luka maka waktu yang diperlukan untuk
sembuh lebih lama.
b. Pelembab pada stratum korneum berkurang. Implikasi dari hal ini
adalah penampilan kulit lebih kasar dan kering.
2. Epidermis
4. Subkutis
Perubahan kulit yang terjadi pada lansia dapat disebabkan dari faktor
instrinsik dan faktor ekstrinsik.
Pengkajian Fisik
a. Pengkajian Suhu Dasar Tubuh
Lansia normal memiliki suhu rendah tubuh atau bahkan mungkin
menyebabkan pelemahan respon demam terhadap infeksi. Hal tersebut
menyebabkan, pentingnya untuk menemukan suhu dasar lansia. Karena
tipe thermometer sekarang beda-beda (oral, rektal, timpani dan bladder),
maka penting untuk mendokumentasikan metode yang digunakan saat
melakukan pengkajian suhu. Perawat perlu untuk mendorong lansia dalam
home setting untuk mengetahui suhu merkea biasanya dengan mengukur
suhu mereka pada waktu yang berbeda perharinya selama beberapa hari
saat mereka merasa mereka dalam keadaan baik.
Pengkajian Faktor Risiko Perubahan Termoregulasi
Lansia dengan usia > 75 tahun memiliki resiko perubahan termoregulasi
(dapat memiliki 1 atau lebih factor risiko).
Pengkajian Hipotermia
a. Hipotermia dapat terdeteksi dengan pengukuran suhu tubuh dengan
hasil dibawah 35 Catau 95 F.
b. Gejala awal hipotermia tidak terlihat dan aesssemen dilakukan secara
objektif.
c. Kulit akan merasa sangat dingin.
Pengkajian Hipertermia
Manifestasi dari panas yang berhubungan dengan penyakit memiliki range
dari sakit kepala sedang hingga ancaman saluran napas dan gangguan
kardiovaskuler.
Pengkajian Demam Lansia sebagai Respon terhadap Penyakit
a. Demam pada lansia terjadi saat ada kenaikan sebesar 2 F atau 1 C dari
baseline.
b. Bertambahnya usia tidak diikuti dengan bertambahnya fungsi tubuh
melainkan dengan penurunan atau perubahan fungsi tubuh.
c. Lanjut usia mengalami perubahan fungsi system termoregulasi yang
mengakibatkan lansia rentan mengalami hipertermi dan hipotermi.
d. Perawat harus melakukan pengkajian yang teliti dan teratur pada lanjut
usia karena sedikit perubahan suhu pada lanjut usia mungkin
merupakan tanda terjadinya gangguan patologis
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat
kita ambil sebuah kesimpulan bahwa perubahan-perubahan sistem integumen
pada lansiaseperti peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis pada kulit.