Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kadar bilirubin serum orang normal umumnya kurang lebih 0,8 mg% (17
mmol/l), akan tetapi kira kira 5% orang normal memiliki kadar yang lebih tinggi
(1-3 mg/dl).Bila penyebabnya bukan karna hemolisis atau penyakit hati kronik
maka kondisi ini biasanya disebabkan oleh kelainan familial metabolism
bilirubin,yang paling sering adalah sindrom gilbert. Sindrom lainya juga sering
ditemukan ,prognosisnya baik. Diagnosis yang akurat terutama bukan dar
penyakit hati kronik sangat penting untuk prenatalaksanaan pasien. Adanya
riwayat kluarga, lamanya penyakit serta tidak di temukan adanya petanda
penyakit hati dan splenomegali, serum transaminase normal dan bila perlu
dilakukan bioksi hati. Hiperbilirubinemia primer.keadaan ini sangat jarang di
temukan di sebabkan oleh meningkatnya produksi bilirubin di sumsum tulang
akibat pemecahan premature sel darah merah abnormal (sintesis eritrosit tidak
efektif). Gambaran klinisnya berupa hemolisis kompensata. Pemecah eritrosit di
perifer normal. Keadaan ini biasnya bersifat familiar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hiperbilirubinemia pada neonatus?
2. Apa Macam – macam hiperbilirubinemia pada neonates ?
3. Apa saja etiologi Hiperbilirubinemia pada neonates ?
4. Apa saja Klasifikasi Hiperbilirubin pada neonatus?
5. Apa manifestasi dari Hiperbilirubinemia pada neonates ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien Hiperbilirubenemia pada neonatus?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubinemia pada
neonatus ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hiperbilirubinemia pada Neonatus
2. Untuk mengetahui macam – macam Hiperbilirubinemia pada Neonatus
3. Untuk mengetahui etiologi dari Hiperbilirubinemia
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Hiperbilirubinemia
5. Untuk mengetahui manifestasi dari Hiperbilirubinemia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien Hiperbilirubinemia
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Hiperbilirubinemia

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering
ditemu-kan pada bayi baru lahir.1 Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali
dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebab-kan oleh keadaan ini.2 Bayi
dengan hiper-bilirubinemia tampak kuning akibat aku-mulasi pigmen bilirubin yang
berwarna kuning pada sklera dan kulit.
Pada janin, tugas mengeluarkan biliru-bin dari darah dilakukan oleh plasenta,
dan bukan oleh hati. Setelah bayi lahir, tugas ini langsung diambil alih oleh hati, yang
memerlukan sampai beberapa minggu untuk penyesuaian. Selama selang waktu
tersebut, hati bekerja keras untuk menge-luarkan bilirubin dari darah. Walaupun
demikian, jumlah bilirubin yang tersisa masih menumpuk di dalam tubuh. Oleh
karena bilirubin berwarna kuning, maka jumlah bilirubin yang berlebihan dapat
memberi warna pada kulit, sklera, dan jaringan-jaringan tubuh lainnya.
Pada setiap bayi yang mengalami ikterus harus dibedakan apakah ikterus yang
terjadi merupakan keadaan yang fisiologik atau non-fisiologik. Selain itu, perlu
dimonitor apakah keadaan tersebut mempunyai kecenderungan untuk berkem-bang
menjadi hiperbilirubinemia berat yang memerlukan penanganan optimal.
B. Macam macam Bilirubinemia
a. Bilirubin tidak berkonjugasi (indirek)
Bilirubin tak berkunjugasi dibentuk dari biliverdin. Biliverdin adalah pigmen
kehijauan yang di bentuk melalui oksidasi bilirubin. Bilirubin tak berkonjugasi
larut dalam lemak, tidak larut dalam air, dan tidak dapat di ekskresi dalam empedu
atau urine. Bilirubin tak berkonjugaso berikan dengan albumin dalam suatu
kompleks larut air, kemudian di angkut oleh darah ke sel-sel hati. Metabolism di
dalam hati berlangsung dalam tiga langkah yaitu ambilan, konjugasi, dan eksresi.
Ambilan oleh sel hati memerlukan dua protein hati, yaitu yang di beri symbol
sebagai protein Y dan Z. konjugasi bilirubin dengan asam glikuronat dikatalisis
oleh enzim glukoronil transferase dalam reticulum endoplasma.
b. Bilirubin berkonjugasi
Hiperbilirubin yang disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi oleh
sel hepar atau obstruksi anatomic aliran empedu di dalam system saluran empedu
intrahepatik atau ekstrahepatik. Bilirubin berkonjugasi tidak larut dalam lemak,
tetapi larut dalam air dan dapat di ekresi dalam empedu dan urine.
C. Etiologi

Hemoglobin

Globin Hemo
Beliverdin Fe,Co
Bilirubin indirek
Enzyme glukoronil Pengambilan bilirubin
transferase
Bilirubin direk
Urobilinogen
Tinja

Bilirubin indirek
Kurang pengetahuan
lethargi Warna kulit kuning
Malas minum
fototherapy cemas

Menyusui tidak efektif Radiasi

Resiko integritas kerusakan


Kekurangan volume hipertermi
kulit
cairan

D. Klasifikasi

Ikterus fisiologik Bentuk ikterus ini umumnya terjadi pada bayi baru lahir
dengan kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama >2 mg/dL. Pada bayi
cukup bulan yang diberi susu formula, kadar bilirubin akan men-capai puncaknya
sekitar 6-8 mg/dl pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama
2-3 hari diikuti dengan penurunan lambat sebesar 1 mg/dL selama 1 sampai 2
minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI, kadar bilirubin puncak akan
mencapai kadar yang lebih tinggi (7-14 mg/dL) dan penurunan terjadi lebih lambat,
bisa terjadi selama 2-4 minggu, bahkan dapat mencapai 6 minggu

Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga akan terjadi
peningkatan kadar bilirubun dengan kadar puncak yang lebih tinggi dan bertahan
lebih lama, demikian pula dengan penurunannya bila tidak diberikan fototerapi
pencegahan. Peningkatan kadar billirubin sampai 10-12 mg/dl masih dalam kisaran
fisiologik, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa disertai kelainan metabolism bilirubin
Ikterus non-fisiologik
Jenis ikterus ini dahulu dikenal sebagai ikterus patologik, yang tidak
mudah dibedakan dengan ikterus fisiologik. Ter-dapatnya hal-hal di bawah ini
merupakan petunjuk untuk tindak lanjut, yaitu: ikterus yang terjadi sebelum usia 24
jam; setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi

E. Manifestasi Klinis

Sebagian besar kasus hiperbilirubin-emia tidak berbahaya, tetapi kadang-


kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (Kern
icterus). Gejala klinis yang tampak ialah rasa kantuk, tidak kuat menghisap ASI/susu
formula, muntah, opistotonus, mata ter-putar-putar keatas, kejang, dan yang paling
parah bisa menyebabkan kematian. Efek jangka panjang Kern icterus ialah retardasi
mental, kelumpuhan serebral, tuli, dan mata tidak dapat digerakkan ke atas.

Penatalaksanaan

Fototerapi

Fototerapi dapat digunakan tunggal atau dikombinasi dengan transfusi peng-


ganti untuk menurunkan bilirubin. Bila neonatus dipapar dengan cahaya ber-
intensitas tinggi, tindakan ini dapat menurunkan bilirubin dalam kulit. Secara umum,
fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Neonatus yang
sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi bila kon-sentrasi
bilirubin 5 mg/dl. Beberapa pakar mengarahkan untuk memberikan fototerapi
profilaksis 24 jam pertama pada bayi berisiko tinggi dan berat badan lahir rendah.

Intravena immunoglobulin (IVIG)


Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan faktor
imunolo-gik. Pada hiperbilirubinemia yang disebab-kan oleh inkompatibilitas
golongan darah ibu dan bayi, pemberian IVIG dapat menu-runkan kemungkinan
dilakukannya trans-fusi tukar.
Transfusi pengganti
Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat eritrosit yang
rentan terhadap antibodi erirtosit maternal; menghilangkan eritrosit yang
tersensitisasi; mengeluarkan bilirubin serum; serta meningkatkan albumin yang masih
bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatannya dangan bilirubin.
Penghentian ASI
Pada hiperbilirubinemia akibat pem-berian ASI, penghentian ASI selama 24-
48 jam akan menurunkan bilirubin serum. Mengenai pengentian pemberian ASI
(walaupun hanya sementara) masih terda-pat perbedaan pendapat.

Terapi medikamentosa
Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim yang
mening-katkan konjugasi bilirubin dan mengeks-kresikannya. Obat ini efektif
diberikan pa-da ibu hamil selama beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan.

F. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN

Diagnosa keperawatan
1. 00027
Kekurangan volume cairan
Definisi : penurunan cairan intra faskular, interstisial, Dan/atau intraseluler. Ini

mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
Factor yang berhubungan : kegagalan mekanisme regulasi
Batasan karakteristik : peningkatan suhu tubuh
2. 00047
Risiko gangguan integritas kulit
Definisi : rentan mengalami kerusakan epidermis dan/atau dermis, yang dapat

mengganggu kesehatan.
Faktor resiko : Hipertermia
3. 00007
Hipertermia
Definisi : suhu inti tubuh di atas kisaran normal diunral karena kegagalan

termoregulasi
Batasan karakteristik :
 bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
 Kejang

Rencana Keperawatan
Diagnosa 1
NOC
0801
Termoregulasi : Bayi Lahir
Definisi : keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas selama 28

hari pertma setelah di lahirkan


Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 pasien diharapkan :
 080114hiperbilirubinemia
( dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 2)
 080116suhu tidak stabil
( dipertahankan pada skala 3, ditingkatkan ke skala 1)
 080117hipertermia
( dipertahankan pada skala 3, ditingkatkan ke skala 1)
 080105 perubahan warna kulit
( dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 1)

NIC

6680

Monitor tanda tanda vital

Definisi : pengumpulan dan analisis data kardiovaskular,pernapasan,dan suhu tubuh

untuk menentukan dan mencegah komplikasi

Aktifitas aktifitas :

 Monitor tekanan darah,nadi,suhu,dan status pernapasan dengan tepat

 Catat gaya dan fluktuasi yang luas pada tekanan darah

 Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia

 Monitor tekanan nadi yang melebar dan menyempit


 Monitor irama dan tekanan jantung

 Monitor nada jantung

 Monitor pola pernapasan abnormal

 Monitor warna kulit ,suhu dan kelembaban

 Monitor sianosis sentral dan perifer

 Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda tanda vital

Diagnosa 2

NOC

 1020

Status nutrisi bayi

Definisi : jumlah nutrisi dicerna dan diserap untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi metabolisme serta meningkatkan pertumbuhan bayi.

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 pasien diharapkan :

 102005 berbandingan berat


(dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skal a 3)
 102007 pertubuhan
(dipertahankan pada skala 3, ditingkatkan ke skala 2)
 102009 hemoglobin
(dipertahankan pada skala 5, ditingkatkan ke skala 2)
 1902

Kontrol resiko
Definisi : tindakan individu untuk mengerti, mencegah, mengeliminasi, atau

mengurangi ancaman kesehatan yang telah dimodifikasi.

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 pasien diharapkan :


 190219 mencari informasi tentang resiko kesehatan
(dipertahankan pada skala 5, ditingkatkan ke skala 1)
 190220 mengidentifikasi factor resiko

(dipertahankan pada skala 3, ditingkatkan ke skala 1)


 190201 mengenali factor resiko individu

(dipertahankan pada skala 5, ditingkatkan ke skala 2)


 190212 melakukan imunisasi yang di rekomendasikan

(dipertahankan pada skala 5, ditingkatkan ke skala 2)


NIC
4095
Manajemen cairan
Definisi : meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi
yang di hasilkan dari tingkat cairan yang tidak normal atau tidak di inginkan.
Aktivitas-aktivitas :
 Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
 Hitung atau timbang popok dengan baik
 Jaga intage?asupan yang akurat dan outout (pasien)
 Monitor makanan/cairan yang di konsumsi atau hitung asumsi kalori
harian
 Monitor status gizi
 Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
 Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan
dengan baik
Diagnosa 3
NOC
0801
Termoregulasi : Bayi Lahir
Definisi : keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas selama 28

hari pertma setelah di lahirkan


Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 pasien diharapkan :
 080116suhu tidak stabil
( dipertahankan pada skala 3, ditingkatkan ke skala 1)
 080117hipertermia
( dipertahankan pada skala 3, ditingkatkan ke skala 1)
 080105 perubahan warna kulit
( dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 1)
 080114hiperbilirubinemia
( dipertahankan pada skala 4, ditingkatkan ke skala 2)

NIC
3900
Pengaturan suhu
Definisi : mencapai atau memelihara suhu tubuh dalam batas normal
Aktivitas-aktivitas
 Monitur suhu paling tidak setiap 2jam, sesuai kebutuhan
 Monitor suhu bayi baru lahir sampai stabil
 Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan
 Monitor suhu dan warna kulit
 Monitor dan laporkan adanjya tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
 Selimuti bayi segera setah lahir untuk mencegah kehilangan panas
 Berikan topi stockinette untuk mencegah kehilamgan panas pada bayi baru
lahir
 Instruksikan pasien bagaimana mencegah keluarnya panas dan serangan panas
 Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien

G. Penatalaksanaan
a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya dengan pemberian fenobarbital.
Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam
baru terjadi penurunan bilirubin yangberarti. Mungkin lebih bermanfaat bila
diberikan pada ibu kira-kira 2 hari sebelum melahirkan.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi. Contohnya :
pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat diganti
dengan plasma dosis 15 – 20 ml/kgbb. Pemebrian glukosa perlu untuk kojugasi
hepar sebagai sumber energi.
c. Melakukan dekompensasi bilirubin dengan fototerapi
Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg %.
Terapisinar menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol
yang sulitlarut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air dan
dikeluarkan melalui urin, tinja, sehingga kadr bilirubin menurun. Selain itu pada
terapi sinar ditemukan pula peninggian konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan
empedu duodenum dan menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu
kedalam usus sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan keluar
bersama feses.
Pelaksanaan Terapi Sinar :
1. Baringkan bayi telanjang, hanya genitalia yang ditutup (maksmal 500 jam) agar
sinar dapat merata ke seluruh tubuh.
2. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat dengan kain
kasa yang dilipat lipat dan dibalut. Sebelumnya katupkan dahulu kelopak
matanya. (untuk mencegah kerusakan retina)
3. Posisi bayi sebaiknya diubah ubah, telentang, tengkurap, setiap 6 jam bila
mungkin, agar sinar merata.
4. Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5-37 C, dan observasi suhu tiap 4- 6 jam
sekali. Jika terjadi kenaikan suhu matikan sebentar lampunya dan bayi diberikan
banyak minum. Setelah 1 jam kontrol kembali suhunya. Jika tetap hubungi dokter.
5. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan meningkatkan suhu
tubuh bayi.
6. Pada waktu memberi bayi minum, dikeluarkan, dipangku, penutup mata dibuka.
Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
7. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam
8. Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg % atau kurang, terapi dihentikan
walaupun belum 100 jam.
9. Jika setelah terapi selama 100 jam bilirubin tetap tinggi / kadar bilirubin dalam
serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu belum melebihi 500 jam
digunakan. Selanjutnya hubungi dokter. Mungkin perlu transfusi tukar.
10. Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa tiap hari.
Komplikasi terapi sinar :
a. Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan peningkatan
insesible water loss.
b. Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek
dalam cairan empedu dan meningkatkan peristaltik usus.
c. Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar (berupa kulit
kemerahan) tetapi akan hilang jika terapi selesai.
d. Gangguan retina jika mata tidak ditutup.
e. Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi sebagian sinar lampu
dimatikan terapi diteruskan. Jika suhu naik terus lampu semua dimatikan
sementara, bayi dikompres dingin, dan berikan ektra minum.
f. Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan kelainan
( kemandulan ) tetaapi belum ada bukti.
g. Transfusi tukar.
Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah :
1. kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg %
2. kenaikan kadar bilirubin indirek cepat, yaitu 0,3 – 1 mg % / jam
3. anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung
4. bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang 14 mg % dan uji coomb’s positif.
Tujuan transfusi tukar adalah mengganti eritrosit yang dapat menjadi hemolisis,
membuang natibodi yang menyebabkan hemolisis, menurunkan kadar bilirubin
indirek, dan memperbaiki anemia.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil dari senyawa lain seperti mioglobin. Sel
retikulo endotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah di
bebaskan dari sel darah merah . sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari heme
sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk
tertaperol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yag tidak larut dalam air
(bilirubin tak berkonjugasi). Karena ketidak laruta ini, bilirubin dalam plasma terikat
ke albumin untuk di angkut ke dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubh
dan melewati lobus hati , hepatosis melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan
larutan air dengan mengikkat bilirubin keasam glukoronat (bilirubin terkonjugasi).
B. Saran
Penulis berharap jika perawat menemukan hiperbilirubin, perawat dapat
emndiagnosa dan mengintervensi terhadap seorang tersebut. Dan penulis juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Daftar Pustaka
A Price,Sylvia.2006.Patofisiologis proses penyakit konsep klinis pros volume 1.
Buku kedokteran:Jakarta
Setiawati,siti.Alwi,Idrus dkk.Ilmu penyakit dalam.Interna Publishing:Jakarta
Mathindas,Stevry.Wilar,rocky,dkk.Hiperbilirubin pada neonates. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado:Manado

Anda mungkin juga menyukai