Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES

ANALISIS KADAR PATI

(A)

NAMA : 1. MUHAMMAD HANIF MUFLIH

2. BINI ARTA UTAMA

NIM : 1. 16/395203/TK/44495

2. 16/400128/TK/45142

HARI/TANGGAL : 13 SEPTEMBER 2017

ASISTEN : YOVE MAULANA NOVIRDAUS AMIMMAL

LABORATRIUM DASAR-DASAR PROSES

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES 2017

Dengan judul mata praktikum:

ANALISIS KADAR PATI

Disusun oleh

Nama Praktikan NIM Tanda Tangan

Muhammad Hanif Muflih 16/395203/TK/44495

Bini Arta Utama 16/400128/TK/45142

Yogyakarta, 16 Oktober 2017

Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,

Wiratni, S.T., M.T., Ph.D


NIP. 19730207 199702 2 0001 Yove Maulana Novirdaus Amimmal

ii
ANALISIS KADAR PATI

(A)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini sebagai berikut:
1. Memahami prinsip dasar proses hidrolisis
2. Menganalisis konsentrasi glukosa dengan Metode Lane dan Eynon
3. Menentukan kadar pati (karbohidrat) dari berbagai jenis bahan
makanan
II. DASAR TEORI

Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksi aldehid dan keton


atau senyawa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan aldehid dan keton.
Karbohidrat merupakan senyawa yang paling banyak ditemui di
tumbuhan. Karbohidrat tidak hanya berperan sebagai penyuplai energi
organisme, tetapi karbohidrat merupakan komponen penyususun jaringan
(Solomon, 2014).

Terdapat berbagai jenis karbohidrat diantaranya (Solomon, 2014) :

1. Monosakarida

Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis


menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida dapat
diklasifikasikan menurut jumlah karbon penyusunnya. Monosakarida yang
memiliki tiga karbon penyusun disebut triosa, memiliki empat karbon
disebut tetrosa, memiliki lima karbon disebut pentose, dan memiliki enam
karbon disebut heksosa.

2. Disakarida

Disakarida merupakan karbohidarat yang jika dihidrolisis akan


menghasilkan dua monosakarida. Disakarida terdiri dari sukrosa, maltose,
selobisa, dan laktosa. Sukrosa merupakan gabungan dari glukosa dan
glukosa.

2
3. Polisakarida

Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari tiga


monosakarida dan dapat diuraikan dengan hidrolisis. Contoh polisakarida
yaitu pati, glikogen, dan selulosa.

Pati terdapat secara mikroskopis berbentuk granula dalam akar,


umbi, dan biji. Jagung, kentang, gandum dan beras merupakan sumber
komersil utama pati. Pati jika dipanaskan dengan air akan menyebabkan
granula membengkak dan membentuk suspensi kolodial dari dua fraksi
yang dapat terisolasi. Fraksi pertama yaitu amilosa dan fraksi kedua yaitu
amilopektin. Amilosa merupakan polimer rantai lurus dari glukosa dengan
ikatan α 1,6 glikosindik.

Sifat-sifat pati secara fisika dan kimia sebagai berikut:

1. Pati bewarna putih berbentuk serbuk bukan merupakan kristal dan


tidak larut dengan air dingin (Gardjito, 1992).
2. Pati dapat dihidrolisis (Gardjito, 1992).
3. Larutan pati dapat mengental jika dipanaskan (Gardjito, 1992).
4. Pati akan membentuk warna biru jika bereaksi dengan iodin
(Solomon, 2014).
5. Pati tidak mereduksi larutan fehling A dan fehling B (Solomon,
2014).

Hidrolisis adalah proses memecah atau mengurai senyawa yang


direaksikan dengan air. Reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu
karena air yang digunakan berlebih sehingga perubahan reaktan dapat
diabaikan.

1. Reaksi antara pati dengan air membentuk glukosa.


(C6H10O5)n + nH2O  nC6H12O6 (1)
2. Penguraian glukosa dalam kesetimbangan membentuk air dan
gentibiosa.
2C6H12O6  C12H22O11 + H2O (2)

3
3. Reaksi antara gentibiosa dengan air membentuk glukosa, diikuti
dengan perubahan warna larutan dari putih susu menjadi bening
kekuningan.
C12H22O11 + H2O 
← 2C6H12O6 (3)

Reaksi hidrolisis berlangsung sangat lambat sehingga perlu


ditmbah katalisator untuk mempercepat terjadinya reaksi. Katalisator yang
dipakai untuk hidrolisis yaitu asam (H2SO4, HCl, atau HNO3). Katalisator
berfungsi sebagai pengaktif air sebagai donor OH- dan menurunkan energi
aktivasi sehingga reaksi yang berlangsung berjalan lebih cepat. Alasan
pemilihan HCl sebagai katalisator yaitu HCl mudah dibuat, mudah
dihilangkan dari larutan hasil hidrolisis dengan cara penetralan, dan garam
yang terbentuk bersifat inert terhadap reaksi reduksi Fehling oleh glukosa.
Proses hidolisis pati dengan katalisator asam dipengaruhi oleh ukuran
bahan, konsentrasi, suhu, waktu, viskositas, dan pengadukan. Penjelasan
lebih lanjut sebagai berikut:

1. Ukuran bahan

Semakin halus bahan, maka bidang kontak akan semakin luas


sehingga kecepatan bertambah dan memperbesar konveksi (Supranto,
1998).

2. Konsentrasi asam

Semakin tinggi konsentrasi asam pada proses hidrolisis maka


kecepatan reaksi akan berlangsung dengan cepat. Selain itu,
konsentrasi asam yang tinggi akan mengakibatkan ion-ion seperti
SiO2, fosfat, dan garam seperti Ca, Mg, Na dalam pati akan terlihat.
Oleh sebab itu, perlu diperhatikan perbandingan antara larutan akan
dihidrolisis dengan konsentrasi katalisator asam (Kirk dan Othmer,
1950).

4
3. Suhu

Suhu semakin tinggi maka konstanta kecepatan laju reaksi


akan semakin besar sehingga kecepatan reaksi akan meningkat.
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu maka laju reaksi
mengikuti persamaan Arhenius (Clark, 2014).
−Ea
K = Ae RT (4)

Dengan,

K = Konstanta laju reaksi

A= Faktor tumbukan

Ea= Energi Aktifasi, J/mol

R= Konstanta gas ideal, J/mol.K

T= Suhu reaksi, K

4. Waktu

Semakin lama proses hidrolisis berlangsung, maka semakin


banyak tumbukan zat pereaksi sehingga memperbanyak hasil yang
terbentuk (Supranto, 1998)

5. Viskositas

Semakin besar bahan baku yang digunakan maka viskositas


larutan akan semakin besar. Viskositas larutan akan mengakibatkan
larutan menjadi heterogen dan akan menimbulkan tahanan difusi.
Tahanan difusi akan mengakibatkan molekul sulit untuk bereaksi
sehingga produk akan semakin sedikit. Optimasi proses untuk
meminimalisasi proses tersebut yaitu dengan menambahkan aquadest.
Penambahan aquadest akan menurunkan viskositas larutan sehingga

5
akan mengurangi tahanan difusi dari larutan dan meningkatkan hasil
produk.

6. Pengadukan

Pengadukan berkaitan erat dengan faktor tumbukan (A) pada


persamaan Arhenius. Pengadukan akan mengurangi ketebalan lapisan
film pada padatan. Pengurangan ketebalan akan mempermudah
molekul untuk bereaksi sehingga semakin cepat pengadukan maka
hasil produk akan semakin meningkat.

Metode yang digunakan untuk mengetahui kadar pati yaitu


Metode Lane-Eynon. Metode tersebut merupakan metode titrasi
volumetrik untuk menentukan gula pereduksi. Dalam metode ini
diperlukan reagen berupa Fehling A dan Fehling B, indikator Metil
Biru, larutan glukosa standar, dan larutan sampel yang telah
dihidrolisis.

Larutan Fehling A dan Fehling B dicampur untuk


mengaktifkan larutan fehling dan mempercepat terjadinya reaksi.
Reaksi yang terjadi antara Fehling A dan Fehling B dapat dituliskan
sebagai berikut:

CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2SO4 + Cu(OH)2 (aq) (5)

Larutan fehling digunakan untuk menguji kandungan gula


tereduksi (monosakarida dan disakarida) dalam sampel. Jika dalam

6
suatu sampel terdapat gula tereduksi maka akan terbentuk endapan
merah bata.

Reaksi yang terjadi antara gula pereduksi dengan larutan


fehling sebagai berikut:

R-CHO + Cu2+ + 5OH- Cu2O + {spesies gula teroksidasi lainnya}(6)

Pada reaksi diatas, ion Cu2+ akan direduksi menjadi Cu. Hal
tersebut dikarenakan glukosa terdapat gugus aldehid yang merupakan
reduktor kuat sehingga dapat mereduksi.

Aplikasi hidrolisi pati dalam dunia Industri yaitu:

1. Sebagai salah satu proses pembuatan bioetanol

Bioetanol merupakan produk ferementasi dari


karbohidat. Pembuatan bioetanol memerlukan mikrobia sebagai
agen fermentasi. Pati terlebih dahulu dihidrolisis menjadi gula
pereduksi kemudian gula pereduksi di fermentasi menjadi
bioetanol. Bioetanol dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar
dengan cara mencampurkannya. Produk bioetanol sebagai
bahan bakar antara lain gasoline dan gasohol (Digilib Unila).

2. Pabrik Sirup

7
Industri makanan dan minuman cenderung
menggunakan sirup glukosa dibanding dengan sirup sukrosa.
Sirup glukosa memiliki kelebihan tidak mengkristal jika
dibandingkan dengan sirup sukrosa. Di Indonesia secara umum
bahan baku pembuatan sirup glukosa yaitu pati. Bahan baku
pati diperoleh dari tapioka, sagu, jagung, dan umbi-umbian.
Proses pembuatan sirup glukosa berbahan baku pati dimulai
dengan tahap hidrolisis. Tahap hidrolisis terbagi menjadi
berbagai metode seperti hidrolisis enzimatis, hidrolisis kimiawi,
dan kombinasi enzimatis dan kimiawi. Tahapan pembuatan
sirup glukosa dengan cara hidrolisis menggunakan enzim terdiri
dari likuifikasi, sakarifikasi, purifikasi, dan evaporasi. Tingkat
mutu sirup glukosa yang dihasilkan ditentukan oleh kadar air,
warna sirup, dan tingkat konversi pati menjadi komponen-
komponen glukosa, maltosa, dan dekstrin, yang dihitung
sebagai ekuivalen dekstrosa (Triyono, A., 2011).

3. Hidrolisis Furfural

Furfural merupakan pelarut minyak bumi yang bersifat


selektif yang digunakan untuk mengambil senyawa aromatis
seperti olefin dan sulfur. Furfural dapat diperoleh dengan cara
menghidrolisis pentosan. Senyawa pentosan banyak ditemui
pada hasil pertanian seperti kulit kacang tanah.

Proses Hidrolisis pentosan menjadi furfural dipengaruhi


oleh katalisator dan konsentrasi katalisator. Katalisator yang
digunakan berupa senyawa asam seperti asam sulfat atau asam
klorida. Tahap hidrolisis pentosan dengan katalisator asarn
suifat, pada awal reaksi terbentuk pentosa, setelah itu akan
terbentuk berupa xylosa dan pada tahap akhir terbentuk furfural
(Setyadji, M, 2007).

8
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. Sampel Anlene Vanila
2. Larutan Fehling A
3. Larutan Fehling B
4. NaOH proanalytic
5. Larutan HCl 37%
6. Larutan Glukosa Standard
7. Aquadest
8. Indikator Metil Biru
9. Kertas lakmus
10. Kertas saring

Bahan-bahan tersebut diperoleh dari Laboratrium Dasar-Dasar Proses,


Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

9
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini ditunjukkan oleh Gambar 1

Keterangan:

1. Statif 6. Batu didih


2. Pendingin bola 7. Labu leher tiga
3. Klem 8. Pengaduk merkuri
4. Steker 9. Tombol pengatur skala
5. Pemanas mantel 10. Termometer alkohol

Gambar 1. Rangkaian Alat Hidrolisis

10
C. Cara Kerja

Proses cara kerja percobaan analisis kadar pati ditunjukan Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Cara Kerja Analisis Kadar Pati

Praktikum analisis kadar pati terdiri dari tahapan pembuatan HCl 1


N, pembuatan larutan NaOH 1 N, proses hidrolisis pati, pembuatan larutan
glukosa standar, titrasi blangko dan titrasi blangko dengan sampel. Berikut
adalah tahap-tahapnya:

1. Pembuatan Larutan HCl 1 N

Gelas beker 250 mL diisi dengan aquadest 50 mL. Larutan


HCl 37% diambil sebanyak 20,8 mL dari lemari asam dengan pipet
ukur 10 mL. Larutan HCl 37% diencerkan dengan aquadest dalam
labu ukur 250 mL hingga tanda batas.

2. Pembuatan Larutan NaOH 1 N

Natrium hidroksida sebanyak 2,1426 gram ditimbang.


Padatan NaOH proanalytic dilarutkan dengan aquadest sebanyak
50 mL.

11
3. Hidrolisis Pati

Sampel Anlene Vanila ditimbang sebanyak 5,0105 gram.


Sampel direaksikan dengan larutan HCl 1 N di labu leher tiga pada
rangkaian alat. Batu didih ditambahkan agar panas merata. Proses
hidrolisis dilakukan selama satu jam, setelah itu larutan
didinginkan. Larutan hasil hidrolisis disaring kemudian filtrate hasil
hidrolisis sebanyak 25 mL diambil dan dimasukkan ke dalam gelas
beker 250 mL. Larutan filtrate dinetralkan dengan larutan NaOH
0,1N. Dalam 25 mL larutan filtrate diberi kertas lakmus sebgai
indikator perubahan pH. Filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL dan diencerkan dengan aquadest.

4. Pembuatan Glukosa Standard

Glukosa monohidrat ditimbang sebanyak 1,0372 gram.


Glukosa dilarutkan dalam 50 mL aquadest. Larutan glukosa
diencerkan hingga 250 mL dengan aquadest.

5. Titrasi Blangko dengan Larutan Glukosa Standard

Larutan glukosa sebagai titran. Larutan Fehling A dan


Fehling B diambil masing-masing sebanyak 10 mL ke dalam
Erlenmeyer 125 mL. Campuran didihkan sambil dititrasi dengan
larutan glukosa standar hingga warna biru hilang dan terbentuk
endapan merah bata. Indikator Metil Biru ditambahkan sebanyak
tiga tetes dan titrasi dilanjutkan hingga cairan berubah menjadi
bening dan terdapat endapan merah bata. Volume larutan glukosa
untuk titrasi dicatat.

6. Titrasi Blangko dan Sampel dengan Larutan Glukosa Standard

12
Larutan glukosa standar sebagai titran. Larutan Fehling A,
larutan Fehling B, dan larutan sampel diambil masing-masing 10
mL dan ditaruh dalam Erlenmeyer 125 mL. Campuran didihkan
sambil dititrasi dengan larutan glukosa standar hingga warna biru
hilang dan endapan merah bata terbentuk. Volume larutan glukosa
untuk titrasi dicatat.

D. Analisis Data
1. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan glukosa standar.

Wmonohidrat BM glukosa
Cs = x BM monohidrat (7)
Vlarutan

dengan, Cs = konsentrasi larutan glukosa standar, mg


glukosa/mL

Wmonohidrat= massa glukosa monohidrat standar, mg

Vlarutan = volume larutan glukosa standar, mL

BMglukosa = berat molekul glukosa, 180 mg/mmol

BMmonohidrat =berat molekul glukosa monohidrat, 198


mg/mmol

2. Penenentuan Konsentrasi Glukosa dalam Larutan Hidrolisis Pati

Menghitung Selisih Volume Larutan Glukosa Standar yang


digunakan untuk Titrasi Larutan Blanko dengan Glukosa Standar
yang digunakan untuk Titrasi Larutan Blanko dan Larutan Hasil
Hidrolisis Pati, menggunakan persamaan berikut:

ΔVn = Vb n - Vh n (8)

dengan,

Vb n = volume titran untuk titrasi blangko, (mL)

13
Vh n = volume titran untuk titrasi blangko dan sampel, (mL)

ΔVn = selisih Vh n dan Vb n, (mL)

Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan sampel hasil


hidrolisis dapat menggunakan persamaan berikut:

∆𝑉𝑛 𝑥 𝐶𝑠
𝐶ℎ𝑒 𝑛 = (9)
𝑉

dengan,

Che n = konsentrasi glukosa setelah pengenceran, (mg


glukosa/mL)

V = volume larutan hidrolisis setelah diencerkan yang


ditambahkan ke larutan blangko, (mL)

Menghitung Konsentrasi Glukosa dalam Larutan Hidrolisis


Pati Sebelum Diencerkan dengan persamaan berikut:

Che n x Vhe
Chp n = (10)
Vhp

dengan,

Chp n = konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum


diencerkan, (mg glukosa/mL)

Vhp = volume larutan hidrolisis pati yang diencerkan, (mL)

Vhe = volume larutan hidrolisis pati setelah diencerkan, (mL)

Untuk menentukan ekuivalen glukosa dalam larutan sampel


setelah dihidrolisis adalah dengan persamaan berikut

mp n = Chp n x Vp (11)

dengan,

14
mp n = massa ekivalen glukosa dalam larutan hdrolisis pati
sebelum diencerkan, mg glukosa

Vp = volume larutan hidrolisis pati total, mL

Penentuan Jumlah Glukosa yang Terbentuk Hasil Hidrolisis


dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑚𝑝 𝑛
𝑚𝑏 𝑛 = 𝑊 𝑝𝑎𝑡𝑖 (12)

dengan,

mb n = massa ekivalen glukosa hasil hidrolisis pati, (mg


glukosa/mL)

W pati = massa pati yang dianalisis, (mg sampel)

Kadar pati ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

BM pati
mk n = mb n x (13)
BM glukosa

dengan,

mk n = kadar pati, %

BMpati = berat molekul pati, (mg/mmol)

BM glukosa = berat molekul glukosa, (mg/mmol)

Kadar pati rerata dihitung menggunakan persamaan :

∑mk n
mk rerata = (14)
n

dengan,

∑mk n = total kadar pati, %

n = jumlah data kadar pati

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan analisis kadar pati terdiri dari pembuatan larutan HCl 1 N,
hidrolisis pati, pendinginan, penyaringan, dan penetralan. Sebelum
melakukan penetralan, terlebih dahulu membuata larutan NaOH 1 N,
dilanjutkan dengan pengenceran, kemudian titrasi larutan blangko dan titrasi
larutan blangko + larutan hidrolisis menggunakan larutan glukosa standar.
Katalisator yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan HCl.
Larutan HCL digunakan karena setelah proses penetralan, garam yang
terbentuk merupakan garam yang tidak berbahaya, yaitu garam dapur (NaCl).
Setelah netral, larutan dihidrolisis. Hidrolisis pati menggunakan katalisator
HCl dilakukan selama satu jam, karena merupakan waktu optimum. Apabila
hidrolisis dilakukan selama kurang dari 1 jam, terdapat kemungkinan bahwa
tidak semua pati terkonversi menjadi glukosa. Sebaliknya, jika hidrolisis
dilakukan lebih dari satu jam, hasil hidrolisis dapat rusak bahkan dapat
terdegradasi menjadi arang.
Suhu saat hidrolisis tidak dikendalikan karena hidrolisis pati dengan
asam membutuhkan suhu tinggi. Saat hidrolisis tekanan konstan, maka suhu
akan naik dan akan konstan pada suhu titik didihnya. Namun, apabila suhu
hidrolisis terlalu tinggi, glukosa dapat pecah menjadi arang sehingga konversi
yang dihasilkan menurun. Proses pengadukan dengan menggunakan
pengaduk merkuri bertujuan supaya reaksi hidrolisis dapat berlangsung secara
merata di seluruh bagian larutan, dan reaksi dapat berlangsung lebih cepat
karena frekuensi tumbukan meningkat. Pendingin bola digunakan agar uap
yang terbentuk saat hidrolisis dapat terembunkan kembali sehingga volume
tetap. Batu didih digunakan dalam proses hidrolisis untuk membantu
percepatan transfer panas agar panas terdistribusi merata dalam larutan pati
sehingga reaksi berjalan lebih cepat.

16
Pendinginan dilakukan setelah proses hidrolisis selesai agar saat
penyaringan, larutan tidak merusak kertas saring. Penyaringan dilakukan
untuk menghilangkan pengotor pada larutan hasil hidrolisis sehingga tidak
mengganggu proses penetralan serta untuk mendapatkan filtrat untuk titrasi.
Filtrat dinetralkan dengan larutan NaOH untuk menghilangkan sifat asam dari
HCl sehingga tidak mengganggu kerja dari indikator Metil Biru yang sensitif
dengan kondisi asam pada saat titrasi berlangsung. Indikator kertas lakmus
digunakan saat penetralan untuk mengetahui kondisi pH filtrat yang sudah
netral. Kondisi netral ditandai dengan berubahnya warna kertas lakmus dari
merah menjadi biru. Kertas lakmus digunakan sebagai indikator karena tidak
bereaksi dengan larutan dan mudah digunakan, serta tidak mempengaruhi
volume larutan.
Larutan yang sudah netral diencerkan untuk menurunkan konsentrasi
hasil hidrolisis sehingga tidak membutuhkan volume larutan yang banyak
pada saat titrasi. Pada saat titrasi digunakan indikator Metil Biru yang tidak
dilakukan di awal titrasi. Hal ini dikarenakan penambahan larutan blangko
telah menyebabkan larutan berwarna biru sehingga penambahan indikator
menjadi tidak efektif. Indikator Metil Biru diberikan saat larutan telah
berwarna biru bening. Penambahan indikator Metil Biru menyebabkan
larutan berubah warna dari biru bening menjadi biru tua sehingga perubahan
warna menjadi bening akan lebih mudah diidentifikasi. Titrasi dilakukan
sambil larutan dipanaskan karena pada saat mendidih, molekul-molekul
fehling berada dalam keadaan aktif dan bertujuan untuk meningkatkan laju
reaksi. Selain itu, warna larutan yang telah dititrasi dalam kondisi suhu
ruangan dapat kembali menjadi biru karena teroksidasi oleh udara. Uap hasil
larutan yang dididihkan dapat mencegah kontak dengan udara dan mencegah
terjadinya oksidasi.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Pembuatan larutan dilakukan secara sempurna sehingga larutan benar-
benar homogen.

17
2. Larutan mendidih secara sempurna sehingga reaksi hidrolisis
berlangsung merata dan reaksi berjalan cepat.
3. Proses hidrolisis terjadi secara merata sehingga filtrat yang digunakan
dapat mewakili keseluruhan larutan hidrolisis.
4. Proses hidrolisis pati tidak terjadi pengurangan volume sehingga
konsentrasi dalam labu leher tiga tetap.
5. Tidak ada pengotor dalam filtrat sehingga konsentrasi larutan tetap.

Tabel 1. Perhitungan Kadar Pati dalam Sampel Anlene Vanila

Volume Titrasi Volume Titrasi


Larutan Glukosa Larutan Glukosa
Sampel Standar untuk Standar untuk Kadar Pati (%)
Larutan Blangko Larutan Sampel
(mL) (mL)
1 26,9 19,0 53,52
2 26,9 19,0 53,52
3 27,0 19,0 54,20
Rata-Rata 26,9333 19,0000 53,75

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kadar pati pada sampel 1


sebesar 53,52%, kadar pati pada sampel 2 sebesar 53,52%, dan kadar pati
pada sampel 3 sebesar 54,20%. Kadar pati rata-rata sebesar 53,75%.
Berdasarkan referensi pada kemasan sampel, kadar pati sebesar 60,00%.
Kadar pati referensi ini didapat dari membandingkan massa karbohidrat
total sampel sebesar 12 gram, dengan massa total sampel sebesar 20 gram.
Hasil percobaan lebih kecil dibandingkan referensi disebabkan oleh sampel
yang diambil mempunyai konsentrasi yang berbeda dengan konsentrasi
untuk perhitungan referensi sehingga kadar pati hasil percobaan dengan
data referensi terjadi perbedaan. Perbedaan konsentrasi disebabkan asil

18
produksi pada skala besar sehingga besar kemungkinan terjadi perbedaan
konsentrasi pada produk yang dihasilkan.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Hasil titrasi larutan blangko dengan larutan glukosa standar pada
percobaan pertama, kedua, dan ketiga masing-masing yaitu 26,9 mL;
26,9 mL; dan 27,0 mL.
2. Hasil titrasi larutan sampel dengan larutan glukosa standar pada
percobaan pertama, kedua, dan ketiga masing-masing yaitu 19,0 mL;
19,0 mL; dan 19,0 mL
3. Kadar pati percobaan diperoleh pada percobaan pertama, kedua, dan
ketiga masing-masing yaitu 53,52%; 53,52%; dan 54,20%. Kadar pati
rata-rata hasil percobaan yaitu 53,75%.
4. Sampel Anlene Vanila memiliki massa total sampel sebesar 20 gram
dengan kandungan karbohidrat total sebesar 12 gram, sehingga
diperoleh kadar pati referensi sebesar 60%.
5. Hasil percobaan lebih kecil dibandingkan referensi disebabkan oleh
sampel yang diambil mempunyai konsentrasi yang berbeda dengan
konsentrasi untuk perhitungan referensi sehingga kadar pati hasil
percobaan dengan data referensi terjadi perbedaan. Perbedaan
konsentrasi disebabkan asil produksi pada skala besar sehingga besar
kemungkinan terjadi perbedaan konsentrasi pada produk yang
dihasilkan.

19
VI. DAFTAR PUSTAKA
Chandraju, S., Mythily, R. & Kumar, C. S. C., 2011. Extraction, Isolation and
Identification of Sugars from Banana peels (Musa Sapientum) by
HPLC coupled LC/MS instrument and TLC analysis. Journal of
Chemical and Pharmaceutical Research , Volume III, pp. 312-321.

Hartono dan Wahyudi, Y.1999. Pembuatan Glukosa dari Pati Tapioka secaa
Hidrolisis Kimiawi. Politeknik Negeri Bandung. Bandung

Kirk, R.E. dan Othmer, D.E., 1983. Enchyclopedia of Chemical Technology.


3 ed. New York : John Wiley and Sons.

Setyadji, M., 2007. Hidrolisis Pentosan Menjadi Furfural Dengan Katalisator


Asam Sulfat untuk Meningkatkan Kualitas Bahan Bakar Mesin
Diesel. Yogyakarta, Pustek Akselator dan Proses Bahan-BATAN

Solomons, T. G. & Fryhle, c. B., 2014. Organic Chemistry. 11 th. United


State of America: John Wiley & Sons.

Utami, R. S., Sari, E. P. & Inayati, 2014. Pengaruh Waktu Hidrolisa Dan
Konsentrasi Asam Pada Hidrolisa Pati Kentang dengan Katalis Asam.
Ekuilibrium, Volume 13, pp. 45-49.

http://digilib.unila.ac.id. Diakses pada 19 September 2017, pukul 20.23 WIB

20
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
1. Identifikasi Hazard Proses
a. Proses Hidrolisis Pati
1) Pengambilan Asam Klorida (HCl) dari Lemari Asam
Asam Klorida (HCl) bersifat korosif, iritan, dan
berbahaya apabila kontak dengan kulit dan mudah menguap
yang dapat mengganggu sistem pernapasan. Saat mengambil
Asam Klorida, blower dalam lemari asam dihidupkan. Alat
perlindungan diri berupa dust respirator juga perlu dikenakan.
2) Hidrolisis Pati
Hidrolisis pati dilakukan dengan labu leher tiga yang
dipanaskan di pemanas mantel. Suhu tinggi pada labu leher
tiga apabila kontak dengan kulit dapat menimbulkan luka
bakar. Bola pendingin dipastikan bekerja dengan baik agar uap
hidrolisis dapat terembunkan kembali. Setelah proses
hidrolisis selesai, labu leher tiga dipindahkan di atas batu
dengan lap basah agar kulit tidak terkena panas.

b. Proses Titrasi Analisis Kadar Glukosa


Proses titrasi dilakukan di atas kompor listrik yang dapat
menyebabkan luka bakar apabila kontak dengan kulit. Praktikan
perlu menggunakan penjepit saat menggojog larutan dan sarung
tangan khusus untuk membuka kran buret. Saat meneteskan
indikator Metil Biru jangan sampai menetes di kompor listrik
karena dapat menimbulkan percikan api.

21
2. Identifikasi HazardBahan
a. Sampel (Pati)
Pati tidak berbahaya apabila tertelan karena merupakan
bahan makanan. Apabila kontak dengan mata dan terhirup dapat
menyebabkan iritasi.
b. Larutan Fehling A (CuSO4)
Larutan Fehling A berbahaya apabila terhirup dan tertelan.
Apabila kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi.
Penyimpanannya harus dilakukan di tempat yang kering. Fehling
A mengandung logam berat (Cu) sehingga harus berhati-hati.
c. Larutan Fehling B (K-Na-Tartrat)
Larutan Fehling B bersifat iritan jika masuk ke saluran
pernapasan, bersifat korosif, dan berbahaya apabila tertelan.
d. NaOH proanalytic
Senyawa ini bersifat iritan dan korosif, serta bersifat
higroskopis sehingga penimbangan dan pengambilan harus
dilakukan dengan botol timbang dan larutannya selalu ditutup.
e. HCl 37%
Senyawa ini bersifat iritan, korosif, dan mudah menguap.
Senyawa ini merupakan asam pekat sehingga perlu dijaga agar
tidak ada bahaya percikan larutan, terhirup, atau pecah botol
penyimpan. Jika berada di dalam gelas beker perlu ditutup karena
mudah menguap.
f. Larutan Glukosa Standar
Larutan glukosa standar tidak berbahaya dan tidak beracun.
Namun, dapat menyebabkan iritasi apabila kontak dengan kulit.
g. Aquadest
Aquadest digunakan sebagai pelarut. Bersifat tidak mudah
meledak, tidak mudah terbakar, tidak beracun, tidak korosif, tidak
iritan, dan tidak reaktif. Namun, apabila tumpah di lantai dapat
menyebabkan licin sehingga dapat menyebabkan terpeleset.

22
h. Indikator Metil Biru
Indikator Metil Biru bersifat iritan apabila kontak dengan
mata dan kulit serta dapat terbakar apabila berada pada suhu
tinggi.
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
1. Jas laboratorium lengan panjang
Jas ini berfungsi melindungi tubuh dari bagian atas hingga bagian
bawah. Apabila terdapat bahan kimia berbahaya yang tumpah,
khususnya yang bersifat korosif dan iritan, diharapkan tidak langung
mengenai tubuh.
2. Masker
Masker berfungsi melindungi saluran pernapasan dari gangguan
seperti gas, uap, abu, atau debu beracun dalam laboratorium.
3. Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai pelindung tangan dari kontak
langsung dengan bahan kimia yang berpotensi membahayakan.
Adapun sarung tangan anti panas berfungsi sebagai pelindung tangan
dari panas yang ditimbulkan kompor listrik saat titrasi berlangsung.
4. Goggles (kacamata laboratorium)
Goggles berfungsi sebagai pelindung mata dari percikan bahan-
bahan kimia berbahaya.
5. Sepatu tertutup
Sepatu tertutup berfungsi untuk melindungi kaki dari percikan
bahan kimia yang berpotensi melukai atau membuat iritasi karena
adanya kontak langsung dengan kulit kaki.
6. Dust respirator
Dust respirator berfungsi utnuk melindungi saluran pernapasan
dari uap senyawa asam saat pengambilan dari lemari asam.

23
C. Manajemen Limbah
Limbah yang ada setelah percobaan selesai adalah :
1. Limbah sisa larutan glukosa standar
Limbah ini dibuang ke dalam botol limbah biodegradable.
2. Limbah hasil titrasi
Limbah ini dibuang ke dalam botol limbah B3 karena mengandung
Fehling A dan Fehling B.
3. Limbah sisa hidrolisis pati
Limbah ini dibuang ke dalam botol limbah halogen karena
mengandung ion Cl-.
4. Limbah NaOH sisa
Limbah ini dibuang ke botol limbah non logam berat karena
mengandung Na.

D. Perhitungan
1. Penentuan Konsentrasi Glukosa dalam Larutan Glukosa Standar
Untuk menghitung konsentrasi glukosa, digunakan persamaan (7) :
1037,2 𝑚𝑔 180 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
Cs = ×
250 𝑚𝐿 198 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
Cs = 3,7716 N

2. Penentuan Konsentrasi Glukosa dalam Larutan Sampel Hidrolisis


a. Menghitung selisih volume larutan glukosa standar yang
digunakan untuk titrasi larutan blangko dengan glukosa standar
yang digunakan untuk titrasi larutan blangko dan larutan hidrolisis
pati. Perhitungan menggunakan persamaan (8) :
∆V1 = 26,9 mL - 19,0 mL = 7,9000 mL
Dengan cara yang sama, diperoleh data hasil perhitungan pada
Daftar I.

24
Tabel 2. Hasil Perhitungan Selisih Volume Larutan Glukosa
Standar

No. Titrasi Fehling A + Titrasi Fehling A + Volume Larutan


Fehling B, mL Fehling B + Larutan Glukosa Standar, Ml
Hidrolisis, mL
1. 26,9 19,0 7,9000
2. 26,9 19,0 7,9000
3. 27,0 19,0 8,0000

b. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan sampel hasil


hidrolisis
Perhitungan menggunakan persamaan (9) :
7,9000 𝑚𝐿 ×3,7716 𝑁
Che1 = = 2,9796 N
10 𝑚𝐿
Dengan cara yang sama, diperoleh data hasil perhitungan pada
Daftar II.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Konsentrasi Glukosa Larutan


Hidrolisis Pati Setelah Diencerkan

No. Volume Larutan Glukosa Konsentrasi Glukosa


Standar, mL Setelah Diencerkan, N
1. 7,9000 2,9796
2. 7,9000 2,9796
3. 8,0000 3,0173

25
c. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati
sebelum diencerkan
Perhitungan dengan menggunakan persamaan (10) :
2,9796 𝑁 × 100 𝑚𝐿
Chp1 = = 11,9184 N
25 𝑚𝐿

Dengan cara yang sama, diperoleh data hasil perhitungan pada


Daftar III.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Konsentrasi Glukosa Larutan


Hidrolisis Sebelum Diencerkan

No. Konsentrasi Glukosa Konsentrasi Glukosa


Setelah Diencerkan, N Sebelum Diencerkan, N
1. 2,9796 11,9184
2. 2,9796 11,9184
3. 3,0173 12,0692

d. Menentukan ekivalen glukosa dalam larutan sampel setelah


dihidrolisis
Perhitungan dengan menggunakan persamaan (11) :
mp1 = 11,9184 N × 250 mL = 2979,5927 N
Dengan cara yang sama, diperoleh data hasil perhitungan pada
Daftar IV.

26
Tabel 5. Hasil Perhitungan Massa Ekivalen Glukosa dalam
Larutan Hidrolisis Pati

No. Konsentrasi Glukosa Massa Ekivalen Glukosa,


Sebelum Pengenceran, N mg glukosa
1. 11,9184 2979,5927
2. 11,9184 2979,5927
3. 12,0692 3017,3091

e. Menentukan jumlah glukosa yang terbentuk hasil hidrolisis


Perhitungan dengan menggunakan persamaan (12) :
2979,5927 𝑚𝑔 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎
mb1 = = 0,5947 mg
5010,5 𝑚𝑔 𝑝𝑎𝑡𝑖

Dengan cara yang sama, diperoleh data hasil perhitungan pada


Daftar V.

Tabel 6. Hasil Perhitungan Massa Glukosa Terbentuk Hasil


Hidrolisis

No. Massa Ekivalen Glukosa, Massa Glukosa Terbentuk,


mg mg
1. 2979,5927 0,5947
2. 2979,5927 0,5947
3. 3017,3091 0,6022

27
f. Menentukan kadar pati
Perhitungan dengan menggunakan persamaan (13) :
162 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
mk1 = 0,5947 mg × 180 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙 × 100%= 53,52%

Dengan cara yang sama, diperoleh data hasil perhitungan pada


Daftar VI.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Kadar Pati

No. Massa Glukosa Terbentuk, Kadar Pati, %


mg
1. 0,5947 53,52
2. 0,5947 53,52
3. 0,6022 54,20

Kadar pati rata-rata dapat dihitung dengan persamaan (14)

53,52%+53,52%+54,20%
Kadar pati rata-rata = = 53,75%
3

28

Anda mungkin juga menyukai