(A)
NIM : 1. 16/395203/TK/44495
2. 16/400128/TK/45142
FAKULTAS TEKNIK
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh
ii
ANALISIS KADAR PATI
(A)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini sebagai berikut:
1. Memahami prinsip dasar proses hidrolisis
2. Menganalisis konsentrasi glukosa dengan Metode Lane dan Eynon
3. Menentukan kadar pati (karbohidrat) dari berbagai jenis bahan
makanan
II. DASAR TEORI
1. Monosakarida
2. Disakarida
2
3. Polisakarida
3
3. Reaksi antara gentibiosa dengan air membentuk glukosa, diikuti
dengan perubahan warna larutan dari putih susu menjadi bening
kekuningan.
C12H22O11 + H2O
← 2C6H12O6 (3)
1. Ukuran bahan
2. Konsentrasi asam
4
3. Suhu
Dengan,
A= Faktor tumbukan
T= Suhu reaksi, K
4. Waktu
5. Viskositas
5
akan mengurangi tahanan difusi dari larutan dan meningkatkan hasil
produk.
6. Pengadukan
6
suatu sampel terdapat gula tereduksi maka akan terbentuk endapan
merah bata.
Pada reaksi diatas, ion Cu2+ akan direduksi menjadi Cu. Hal
tersebut dikarenakan glukosa terdapat gugus aldehid yang merupakan
reduktor kuat sehingga dapat mereduksi.
2. Pabrik Sirup
7
Industri makanan dan minuman cenderung
menggunakan sirup glukosa dibanding dengan sirup sukrosa.
Sirup glukosa memiliki kelebihan tidak mengkristal jika
dibandingkan dengan sirup sukrosa. Di Indonesia secara umum
bahan baku pembuatan sirup glukosa yaitu pati. Bahan baku
pati diperoleh dari tapioka, sagu, jagung, dan umbi-umbian.
Proses pembuatan sirup glukosa berbahan baku pati dimulai
dengan tahap hidrolisis. Tahap hidrolisis terbagi menjadi
berbagai metode seperti hidrolisis enzimatis, hidrolisis kimiawi,
dan kombinasi enzimatis dan kimiawi. Tahapan pembuatan
sirup glukosa dengan cara hidrolisis menggunakan enzim terdiri
dari likuifikasi, sakarifikasi, purifikasi, dan evaporasi. Tingkat
mutu sirup glukosa yang dihasilkan ditentukan oleh kadar air,
warna sirup, dan tingkat konversi pati menjadi komponen-
komponen glukosa, maltosa, dan dekstrin, yang dihitung
sebagai ekuivalen dekstrosa (Triyono, A., 2011).
3. Hidrolisis Furfural
8
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. Sampel Anlene Vanila
2. Larutan Fehling A
3. Larutan Fehling B
4. NaOH proanalytic
5. Larutan HCl 37%
6. Larutan Glukosa Standard
7. Aquadest
8. Indikator Metil Biru
9. Kertas lakmus
10. Kertas saring
9
B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini ditunjukkan oleh Gambar 1
Keterangan:
10
C. Cara Kerja
11
3. Hidrolisis Pati
12
Larutan glukosa standar sebagai titran. Larutan Fehling A,
larutan Fehling B, dan larutan sampel diambil masing-masing 10
mL dan ditaruh dalam Erlenmeyer 125 mL. Campuran didihkan
sambil dititrasi dengan larutan glukosa standar hingga warna biru
hilang dan endapan merah bata terbentuk. Volume larutan glukosa
untuk titrasi dicatat.
D. Analisis Data
1. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan glukosa standar.
Wmonohidrat BM glukosa
Cs = x BM monohidrat (7)
Vlarutan
ΔVn = Vb n - Vh n (8)
dengan,
13
Vh n = volume titran untuk titrasi blangko dan sampel, (mL)
∆𝑉𝑛 𝑥 𝐶𝑠
𝐶ℎ𝑒 𝑛 = (9)
𝑉
dengan,
Che n x Vhe
Chp n = (10)
Vhp
dengan,
mp n = Chp n x Vp (11)
dengan,
14
mp n = massa ekivalen glukosa dalam larutan hdrolisis pati
sebelum diencerkan, mg glukosa
dengan,
BM pati
mk n = mb n x (13)
BM glukosa
dengan,
mk n = kadar pati, %
∑mk n
mk rerata = (14)
n
dengan,
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan analisis kadar pati terdiri dari pembuatan larutan HCl 1 N,
hidrolisis pati, pendinginan, penyaringan, dan penetralan. Sebelum
melakukan penetralan, terlebih dahulu membuata larutan NaOH 1 N,
dilanjutkan dengan pengenceran, kemudian titrasi larutan blangko dan titrasi
larutan blangko + larutan hidrolisis menggunakan larutan glukosa standar.
Katalisator yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan HCl.
Larutan HCL digunakan karena setelah proses penetralan, garam yang
terbentuk merupakan garam yang tidak berbahaya, yaitu garam dapur (NaCl).
Setelah netral, larutan dihidrolisis. Hidrolisis pati menggunakan katalisator
HCl dilakukan selama satu jam, karena merupakan waktu optimum. Apabila
hidrolisis dilakukan selama kurang dari 1 jam, terdapat kemungkinan bahwa
tidak semua pati terkonversi menjadi glukosa. Sebaliknya, jika hidrolisis
dilakukan lebih dari satu jam, hasil hidrolisis dapat rusak bahkan dapat
terdegradasi menjadi arang.
Suhu saat hidrolisis tidak dikendalikan karena hidrolisis pati dengan
asam membutuhkan suhu tinggi. Saat hidrolisis tekanan konstan, maka suhu
akan naik dan akan konstan pada suhu titik didihnya. Namun, apabila suhu
hidrolisis terlalu tinggi, glukosa dapat pecah menjadi arang sehingga konversi
yang dihasilkan menurun. Proses pengadukan dengan menggunakan
pengaduk merkuri bertujuan supaya reaksi hidrolisis dapat berlangsung secara
merata di seluruh bagian larutan, dan reaksi dapat berlangsung lebih cepat
karena frekuensi tumbukan meningkat. Pendingin bola digunakan agar uap
yang terbentuk saat hidrolisis dapat terembunkan kembali sehingga volume
tetap. Batu didih digunakan dalam proses hidrolisis untuk membantu
percepatan transfer panas agar panas terdistribusi merata dalam larutan pati
sehingga reaksi berjalan lebih cepat.
16
Pendinginan dilakukan setelah proses hidrolisis selesai agar saat
penyaringan, larutan tidak merusak kertas saring. Penyaringan dilakukan
untuk menghilangkan pengotor pada larutan hasil hidrolisis sehingga tidak
mengganggu proses penetralan serta untuk mendapatkan filtrat untuk titrasi.
Filtrat dinetralkan dengan larutan NaOH untuk menghilangkan sifat asam dari
HCl sehingga tidak mengganggu kerja dari indikator Metil Biru yang sensitif
dengan kondisi asam pada saat titrasi berlangsung. Indikator kertas lakmus
digunakan saat penetralan untuk mengetahui kondisi pH filtrat yang sudah
netral. Kondisi netral ditandai dengan berubahnya warna kertas lakmus dari
merah menjadi biru. Kertas lakmus digunakan sebagai indikator karena tidak
bereaksi dengan larutan dan mudah digunakan, serta tidak mempengaruhi
volume larutan.
Larutan yang sudah netral diencerkan untuk menurunkan konsentrasi
hasil hidrolisis sehingga tidak membutuhkan volume larutan yang banyak
pada saat titrasi. Pada saat titrasi digunakan indikator Metil Biru yang tidak
dilakukan di awal titrasi. Hal ini dikarenakan penambahan larutan blangko
telah menyebabkan larutan berwarna biru sehingga penambahan indikator
menjadi tidak efektif. Indikator Metil Biru diberikan saat larutan telah
berwarna biru bening. Penambahan indikator Metil Biru menyebabkan
larutan berubah warna dari biru bening menjadi biru tua sehingga perubahan
warna menjadi bening akan lebih mudah diidentifikasi. Titrasi dilakukan
sambil larutan dipanaskan karena pada saat mendidih, molekul-molekul
fehling berada dalam keadaan aktif dan bertujuan untuk meningkatkan laju
reaksi. Selain itu, warna larutan yang telah dititrasi dalam kondisi suhu
ruangan dapat kembali menjadi biru karena teroksidasi oleh udara. Uap hasil
larutan yang dididihkan dapat mencegah kontak dengan udara dan mencegah
terjadinya oksidasi.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Pembuatan larutan dilakukan secara sempurna sehingga larutan benar-
benar homogen.
17
2. Larutan mendidih secara sempurna sehingga reaksi hidrolisis
berlangsung merata dan reaksi berjalan cepat.
3. Proses hidrolisis terjadi secara merata sehingga filtrat yang digunakan
dapat mewakili keseluruhan larutan hidrolisis.
4. Proses hidrolisis pati tidak terjadi pengurangan volume sehingga
konsentrasi dalam labu leher tiga tetap.
5. Tidak ada pengotor dalam filtrat sehingga konsentrasi larutan tetap.
18
produksi pada skala besar sehingga besar kemungkinan terjadi perbedaan
konsentrasi pada produk yang dihasilkan.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Hasil titrasi larutan blangko dengan larutan glukosa standar pada
percobaan pertama, kedua, dan ketiga masing-masing yaitu 26,9 mL;
26,9 mL; dan 27,0 mL.
2. Hasil titrasi larutan sampel dengan larutan glukosa standar pada
percobaan pertama, kedua, dan ketiga masing-masing yaitu 19,0 mL;
19,0 mL; dan 19,0 mL
3. Kadar pati percobaan diperoleh pada percobaan pertama, kedua, dan
ketiga masing-masing yaitu 53,52%; 53,52%; dan 54,20%. Kadar pati
rata-rata hasil percobaan yaitu 53,75%.
4. Sampel Anlene Vanila memiliki massa total sampel sebesar 20 gram
dengan kandungan karbohidrat total sebesar 12 gram, sehingga
diperoleh kadar pati referensi sebesar 60%.
5. Hasil percobaan lebih kecil dibandingkan referensi disebabkan oleh
sampel yang diambil mempunyai konsentrasi yang berbeda dengan
konsentrasi untuk perhitungan referensi sehingga kadar pati hasil
percobaan dengan data referensi terjadi perbedaan. Perbedaan
konsentrasi disebabkan asil produksi pada skala besar sehingga besar
kemungkinan terjadi perbedaan konsentrasi pada produk yang
dihasilkan.
19
VI. DAFTAR PUSTAKA
Chandraju, S., Mythily, R. & Kumar, C. S. C., 2011. Extraction, Isolation and
Identification of Sugars from Banana peels (Musa Sapientum) by
HPLC coupled LC/MS instrument and TLC analysis. Journal of
Chemical and Pharmaceutical Research , Volume III, pp. 312-321.
Hartono dan Wahyudi, Y.1999. Pembuatan Glukosa dari Pati Tapioka secaa
Hidrolisis Kimiawi. Politeknik Negeri Bandung. Bandung
Utami, R. S., Sari, E. P. & Inayati, 2014. Pengaruh Waktu Hidrolisa Dan
Konsentrasi Asam Pada Hidrolisa Pati Kentang dengan Katalis Asam.
Ekuilibrium, Volume 13, pp. 45-49.
20
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
1. Identifikasi Hazard Proses
a. Proses Hidrolisis Pati
1) Pengambilan Asam Klorida (HCl) dari Lemari Asam
Asam Klorida (HCl) bersifat korosif, iritan, dan
berbahaya apabila kontak dengan kulit dan mudah menguap
yang dapat mengganggu sistem pernapasan. Saat mengambil
Asam Klorida, blower dalam lemari asam dihidupkan. Alat
perlindungan diri berupa dust respirator juga perlu dikenakan.
2) Hidrolisis Pati
Hidrolisis pati dilakukan dengan labu leher tiga yang
dipanaskan di pemanas mantel. Suhu tinggi pada labu leher
tiga apabila kontak dengan kulit dapat menimbulkan luka
bakar. Bola pendingin dipastikan bekerja dengan baik agar uap
hidrolisis dapat terembunkan kembali. Setelah proses
hidrolisis selesai, labu leher tiga dipindahkan di atas batu
dengan lap basah agar kulit tidak terkena panas.
21
2. Identifikasi HazardBahan
a. Sampel (Pati)
Pati tidak berbahaya apabila tertelan karena merupakan
bahan makanan. Apabila kontak dengan mata dan terhirup dapat
menyebabkan iritasi.
b. Larutan Fehling A (CuSO4)
Larutan Fehling A berbahaya apabila terhirup dan tertelan.
Apabila kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi.
Penyimpanannya harus dilakukan di tempat yang kering. Fehling
A mengandung logam berat (Cu) sehingga harus berhati-hati.
c. Larutan Fehling B (K-Na-Tartrat)
Larutan Fehling B bersifat iritan jika masuk ke saluran
pernapasan, bersifat korosif, dan berbahaya apabila tertelan.
d. NaOH proanalytic
Senyawa ini bersifat iritan dan korosif, serta bersifat
higroskopis sehingga penimbangan dan pengambilan harus
dilakukan dengan botol timbang dan larutannya selalu ditutup.
e. HCl 37%
Senyawa ini bersifat iritan, korosif, dan mudah menguap.
Senyawa ini merupakan asam pekat sehingga perlu dijaga agar
tidak ada bahaya percikan larutan, terhirup, atau pecah botol
penyimpan. Jika berada di dalam gelas beker perlu ditutup karena
mudah menguap.
f. Larutan Glukosa Standar
Larutan glukosa standar tidak berbahaya dan tidak beracun.
Namun, dapat menyebabkan iritasi apabila kontak dengan kulit.
g. Aquadest
Aquadest digunakan sebagai pelarut. Bersifat tidak mudah
meledak, tidak mudah terbakar, tidak beracun, tidak korosif, tidak
iritan, dan tidak reaktif. Namun, apabila tumpah di lantai dapat
menyebabkan licin sehingga dapat menyebabkan terpeleset.
22
h. Indikator Metil Biru
Indikator Metil Biru bersifat iritan apabila kontak dengan
mata dan kulit serta dapat terbakar apabila berada pada suhu
tinggi.
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
1. Jas laboratorium lengan panjang
Jas ini berfungsi melindungi tubuh dari bagian atas hingga bagian
bawah. Apabila terdapat bahan kimia berbahaya yang tumpah,
khususnya yang bersifat korosif dan iritan, diharapkan tidak langung
mengenai tubuh.
2. Masker
Masker berfungsi melindungi saluran pernapasan dari gangguan
seperti gas, uap, abu, atau debu beracun dalam laboratorium.
3. Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai pelindung tangan dari kontak
langsung dengan bahan kimia yang berpotensi membahayakan.
Adapun sarung tangan anti panas berfungsi sebagai pelindung tangan
dari panas yang ditimbulkan kompor listrik saat titrasi berlangsung.
4. Goggles (kacamata laboratorium)
Goggles berfungsi sebagai pelindung mata dari percikan bahan-
bahan kimia berbahaya.
5. Sepatu tertutup
Sepatu tertutup berfungsi untuk melindungi kaki dari percikan
bahan kimia yang berpotensi melukai atau membuat iritasi karena
adanya kontak langsung dengan kulit kaki.
6. Dust respirator
Dust respirator berfungsi utnuk melindungi saluran pernapasan
dari uap senyawa asam saat pengambilan dari lemari asam.
23
C. Manajemen Limbah
Limbah yang ada setelah percobaan selesai adalah :
1. Limbah sisa larutan glukosa standar
Limbah ini dibuang ke dalam botol limbah biodegradable.
2. Limbah hasil titrasi
Limbah ini dibuang ke dalam botol limbah B3 karena mengandung
Fehling A dan Fehling B.
3. Limbah sisa hidrolisis pati
Limbah ini dibuang ke dalam botol limbah halogen karena
mengandung ion Cl-.
4. Limbah NaOH sisa
Limbah ini dibuang ke botol limbah non logam berat karena
mengandung Na.
D. Perhitungan
1. Penentuan Konsentrasi Glukosa dalam Larutan Glukosa Standar
Untuk menghitung konsentrasi glukosa, digunakan persamaan (7) :
1037,2 𝑚𝑔 180 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
Cs = ×
250 𝑚𝐿 198 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
Cs = 3,7716 N
24
Tabel 2. Hasil Perhitungan Selisih Volume Larutan Glukosa
Standar
25
c. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati
sebelum diencerkan
Perhitungan dengan menggunakan persamaan (10) :
2,9796 𝑁 × 100 𝑚𝐿
Chp1 = = 11,9184 N
25 𝑚𝐿
26
Tabel 5. Hasil Perhitungan Massa Ekivalen Glukosa dalam
Larutan Hidrolisis Pati
27
f. Menentukan kadar pati
Perhitungan dengan menggunakan persamaan (13) :
162 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙
mk1 = 0,5947 mg × 180 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙 × 100%= 53,52%
53,52%+53,52%+54,20%
Kadar pati rata-rata = = 53,75%
3
28