BAB 1
PENDAHULUAN
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah
air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas di perkuat dengan
Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling, kecuali untuk daerah yang jauh
dari sarana pelayanan rujukan. Puskesmas di lengkapi dengan fasilitas rawat inap.
Tercatat tahun 2002 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.227 unit,
Puskesmas Pembantu 21.587 unit, Puskesmas Keliling 5.084 unit (Perahu 716
unit, Ambulance 1.302 unit). Sedangkan puskesmas yang telah di lengkapi dengan
fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459 unit tidak
di lengkapi dengan fasilitas rawat inap.
1. Visi, misi dan fungsi puskesmas belum dirumuskan secara jelas, sehingga
pelaksanaan program puskesmas dan keterkaitannya dengan program
pembangunan kesehatan secara keseluruhan belum optimal.
2. Beban kerja puskesmas berbagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota terlalu berat. Pertama, karena rujukan kesehatan ke dan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang sebenarnya bertanggung
jawab penuh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan secara
menyeluruh di wilayah Kabupaten/ Kota lebih banyak melaksanakan
tugas-tugas administratif.
3. Sistem manajemen puskesmas yakni perencanaan (P1) yang di
selenggarakan melalui puskesmas perencanaan mikro (micro planning)
yang kemudian menjadi perencanaan tingkat puskesmas, penggerakan
pelaksanaan (P2) yang di selenggarakan melalui mekanisme Lokakarya
Mini (mini workshop) serta pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3)
yang di selenggarakan melalui mekanisme Stratifikasi Puskesmas yang
kemudian menjadi Penilaian Kinerja Puskesmas, dengan berlakunya
prinsip otonomi perlu di sesuaikan.
4. Pengelolaan kegiatan puskesmas, meskipun telah di tetapkan merupakan
aparat daerah tetapi masih terlalu bersifat sentralistrik. Puskesmas dan
daerah tidak memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan program yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang tentu saja di nilai
tidak sesuai lagi dengan era desentralisasi.
5. Kegiatan yang dilaksanakan puskesmas kurang berorientasi pada masalah
dan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. Selama ini setiap
puskesmas dimana pun berada menyelenggarakan upaya kesehatan yang
sama.
6. Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tingkat pertama belum di kembangakan secara
optimal. Sampai saat ini puskesmas kurang berhasil menumbuhkan
inisiatif dan rasa memiliki serta belum mampu mendorong konstribusi
sumber daya dari masyarakat dalam penyelenggaran upaya puskesmas.
Loket Pendaftaran
a. Petugas Loket menyambut pasien dengan senyum dan menyapa pasien
dengan “SELAMAT PAGI, ADA YANG BISA SAYA BANTU”.
b. Untuk pasien baru petugas akan menanyakan tujuan pasien, kemudian di
cari blanko status yang kosong untuk isi nama, alamat pasien, umur dan
jemis kelamin. Bila pasien seorang ibu dicatat juga nama orang tuanya.
c. Untuk pasien lama dicarikan kartu statusnya dan diberikan kepada pasien
dengan ramah. Kalau pasien tidak membawa kartu nomor pendaftaran
maka ditanyakan kapan terakhir datang ke puskesmas, dicari pada buku
registrasi umum pada tanggal yang disebutkan dicari nama pasien tersebut
dan dicari nomor kartunya.
d. Pasien diberi nomor antrian sesuai dengan kebijakan Puskesmas.
e. Pasien diberi informasi kemana harus pergi dan diberi petunjuk supaya
duduk di ruang tunggu pasien dan pasien dipersilahkan menunggu
panggilan.
f. Kartu status pasien dikirim petugas ke ruang periksa sesuai tujuan pasien.
Ruang Periksa
a. Pasien dilayani dengan ramah dan penuh perhatian .
b. Pasien selalu diberi kesempatan untuk bertanya.
c. Selanjutnya pemeriksaan sesuai dengan standart teknis.
d. Bila perlu periksa Lab dan pasien diberi tahu untuk menunggu panggilan
di ruang tunggu Lab.
e. Bila pemeriksaan Lab bisa dilakukan langsung, maka pasien akan diberi
tahukan apa yang akan diperiksa, apakah darahnya, apakah urinnya dan
diberi tahu kembali ke ruang periksa setelah mendapatkan hasil
pemeriksaan Lab.
f. Bila pemeriksaan Lab dilakukan keesokkan harinya atau dirujuk ke Lab
yang lebih besar, maka pasien akan diberi tahu persiapan–persiapan yang
diperlukan misalnya puasa, bila perlu membawa tinja, atau khusus untuk
periksa kehamilan diambil air seni pada saat bangun tidur dan
sebagainya.