Anda di halaman 1dari 8

Agen-agen Infeksius

Desember 07, 2017

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit Infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dari waktu ke waktu terus
berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari suatu orang ke orang lain
atau dari hewan ke manusia yang di sebabkan oleh berbagai mikroorganisme : bakteri, virus,
riketsia, jamur, dan protozoa. Organisme-organisme ini dapat menyerang seluruh tubuh atau
sebagian organ saja (Gibson, 1996). Mikrooorganisme dapat dihambat atau dirusak menggunakan
antibiotik.
Antibiotik adalah salah satu produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu,
yang dalam jumlah kecil dapat merusak atau menghambat mikroorganisme. Resistensi terhadap
antibiotic hanyalah salah satu contoh proses alamiah yang tak pernah ada akhirnya yang
dilakukan oleh organisme untuk mengembangkan toleransi terhadap keadaan lingkungan yang
baru (Pelezar et al., 1988). Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa adalah contoh
bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
S. aureus merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit infeksi yang terdapat di
saluran pernafasan atas, kulit, saluran cerna dan vagina dalam hospes dengan keadaan normal.
Infeksi kulit stafilokokus termasuk penyakit infeksi yang paling sering, lebih dari 1,5 juta kasus
furunkulosis terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya (Shulman dkk.,1994). Isolate S. aureus di
suatu rumah sakit pada tahun 1950, 40% diantaranya mengalami resisten terhadap penisilin dan
meningkat menjadi 80% pada tahun 1960 (Anonima, 2007). Isolat pus pada rumah sakit Kustati
sejumlah 21 isolat, 19 diantarnya terhadap bakteri S. aureus dan 52,6% bersifat multiresisten
antibiotic (Amelia,2007).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan virus ?
2. Apa yang dimaksud dengan bakteri ?
3. Apa yang dimaksud dengan jamur ?
4. Apa yang dimaksud dengan parasit ?
5. Apa yang dimaksud dengan ricketsia ?
6. Apa yang dimaksud dengan clamidia ?
7. Apa agen infeksi opportunistik ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang virus
2. Untuk mengetahui tentang bakteri
3. Untuk mengetahui tentang jamur
4. Untuk mengetahui tentang parasit
5. Untuk mengetahui tentang ricketsia
6. Untuk mengetahui tentang clamidia
7. Untuk mengetahui agen infeksi opportunistic

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Virus
Virus berasal dari bahasa Yunani venom yang berarti racun. Virus merupakan suatu
partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati.
Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalka, sedangkan virus dikatakan benda hidup,
karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang., Para ahli biologi terus
mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut dikelompokkan sebagai
makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan organisme non-seluler, karena
ia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelah diri
sendiri.
Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik yang mengandung
salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang
dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan
ekstrseluler diluar tubuh inang. Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang
terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak
melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang, baru
kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih
aktivitas inang untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus. Virus dapat
bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki
sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat
merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris
sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat
hidupnya maka virus dimasukan sebagai parasit obligat, karena keberlangsungan hidupnya sangat
tergandung pada materi genetic inang.
Ukuran virus lebih kecil dibandingkan dengan sel bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02
mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya
dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter.
Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan
virus polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.
2.2. Bakteri
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki selubung inti).
Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak
terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus ) dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA bakteri
adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron
dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang
tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler ( Jawetz, 2004) .
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah
a. Sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi – reaksi sintesis yang membutuhkan energi dalam
pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan keseimbangan cairan, gerak dan sebagainya.
b. Sumber karbon
c. Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam nukleat.
d. Sumber garam-garam anorganik, khususnya folat dan sulfat sebagai anion dan potasium, sodium
magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.
e. Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan faktor-faktor tumbuh tambahan, disebut juga vitamin
bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis metabolik esensial (Koes Irianto, 2006).

2.3. Jamur
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yangberarti tumbuh
dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta
tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991).
Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin,
tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang
berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al.,2006).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel
yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas
selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino
yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora
jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi
secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
Banyak jamur yang sudah dikenal peranannya, yaitu jamur yang tumbuh di roti, buah, keju,
ragi dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab, serta beberapa jenis
cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi antibiotik yang digunakan
dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri (Tortora, et al., 2001). Diantara semua
organisme, jamur adalah organisme yang paling banyak menghasilkan enzim yang bersifat
degradatif yang menyerang secara langsung seluruh material oganik. Adanya enzim yang
bersifat degradatif ini menjadikan jamur bagian yang sangat penting dalam mendaur ulang
sampah-sampah alam, dan sebagai dekomposer dalam siklus biogeokimia (Mc-Kane, 1996).
Semua unsur kimia di alam akan beredar melalui jalur tertentu dari lingkungan ke organisme
atau makhluk hidup dan kembali lagi ke lingkungan. Semua bahan kimia dapat beredar
berulang-ulang melewati ekosistem secara tak terbatas. Jika suatu organisme itu mati, maka
bahan organik yang terdapat pada tubuh organisme tersebut akan dirombak menjadi
komponen abiotik dan dikembalikan lagi ke dalam lingkungan. Peredaran bahan abiotik dari
lingkungan melalui komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan dikenal sebagai siklus
biogeokimia (Odum, 1993). Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur
lainnya yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan
lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari pileus
dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu jenis jamur (Smith, et
al., 1988). Menurut Alexopoulus dan Mimms (1979), beberapa karakteristik umum dari
jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga cara
hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang
disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan
seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan
fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan.
Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru,
pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya
berkembang menjadi miselium (Pelczar dan Chan, 1986). Reproduksi secara seksual
melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses reproduksi secara seksual terdiri
dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami merupakan proses
penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan
antara dua inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase
tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid (Alexopoulus
dan Mimms, 1979).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
a. Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity).
Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity).
Ketersediaan air di lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya
dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur
dapatmenyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan
substrat (Carlile dan Watkinson, 1995). Variasi suhu yang rendah dan kelembaban
yang relative tinggi ini sangat berkaitan dengan curah hujan yang tinggi
(Bernes, et al., 1998).
b. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur
untuk tumbuh berkisar 30⁰C sampai 40⁰C dan optimalnya pada suhu 20⁰C sampai
30⁰C. Jamur- jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp,
dan Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu 22⁰C (Kaneko dan Sugara, 2001)
dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada
kisaran suhu 25⁰C sampai 28⁰C (Kitomoro, et al., 1999).
c. Intensitas cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap
pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses
reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya,
atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon
berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina
sclerotiorum akan terbentuk dalam kondisi gelap, namun memerlukan cahaya
untuk pembentukan pileusnya (Purdy, 1956). Jamur dari famili polyporaceae tahan
terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi (Nugroho, 2004). Hal ini
dimungkinkan karena kebanyakan jamur family polyporaceae memiliki tubuh buah
yang relatif besar. Jamur dari famili polyporaceae merupakan jamur pembusuk
kayu (Arora, 1996).
d. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada
kisaran pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa
mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap
ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.
Hal ini memungkinkan nutrisi yang diperlukan jamur untuk tumbuh dengan baik
cukup tersedia. Kebanyakan jamur tumbuh dengan baik pada pH yang asam
sampai netral (Carlile dan Watkinson, 1995).

2.4. Parasit
Parasit berasal dari kata “Parasitus” (Latin) = “Parasitos” (Grik), yang artinya
seseorang yang ikut makan semeja. Mengandung maksud seseorang yang ikut makan
makanan orang lain tanpa seijin orang yang memiliki makanan tersebut. Jadi Parasit adalah
organisme yang selama atau sebagian hayatnya hidup pada atau didalam tubuh organisme
lain, dimana parasit tersebut mendapat makanan tanpa ada konpensasi apapun untuk
hidupnya.

Pertumbuhan dan perkembangan parasit


Tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali
dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri.
Seperti pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus,kekebalan dalam parasitologi
terdiri dari kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik
inang, sifat biokimia yang khas dan kebiasaan inang serta kekebalan didapat. Kekebalan
didapat dibedakan menjadi:- Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang
didapat dari kolostrum ibunya.- Kekebalan didapat secara aktif. Reaksi kekebalan didapat
secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen.Tergantung dari sifat antigen
sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai
reseptor khusus terhadap antigen tertentu,sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang
dikenal sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus
penularan ialah cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya,
cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne
parasitosis),melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber
penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari inang
yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang baru.
Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik
hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air,makanan dan minuman. Faktor
meteorologi yang berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit adalah:
a. Data biometeorology
b. Penguapan air
c. Kandungan air dalam tanah.
d. Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit

2.5. Ricketsia
Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Rickettsia bersifat parasit intraselular
obligat, dan dapat menyebabkan penyakit Rickettsia.Metode perkembangan Rickettsia dalam
embrio ayam ditemukan oleh Ernest William Goodpasture dan koleganya di Universitas
Vanderbilt pada tahun 1930-an.

2.6. Clamidia
Klamidia adalah bakteri yang umum ditularkan melalui infeksi menular seksual.
Infeksi ini menulari wanita dan pria, termasuk pria yang berhubungan seksual dengan pria.
Pada wanita, bakteri ini menyebabkan infeksi pada serviks dan pada pria menyebabkan
infeksi pada uretra. Walaupun jarang terjadi, tetapi Klamidia dapat menginfeksi anus dan
menyebabkan conjunctivitis (inflamasi pada mata). Sebagian besar pria dan wanita tidak
memperlihatkan gejala atau tanda. Ketika ada gejala, hal-hal berikut mungkin akan muncul:
Pria
· Kemerahan pada mulut penis
· Rasa terbakar atau perih saat buang air kecil
· Adanya cairan yang keluar dari penis (biasanya berwarna jernih) Bila tidak segera ditangani,
Klamidia dapat menyebabkan rasa sakit dan bengkaknya salah satu atau bahkan
keduatestis/buah zakar.
Wanita
· Adanya perubahan pada cairan vagina
· Perdarahan yang tidak tentu (biasanya setelah berhubungan seks)
· Nyeri panggul, termasuk nyeri saat berhubungan seksual
· Rasa terbakar atau perih saat buang air kecil Bila tidak segera ditangani, Klamidia dapat
menyebabkan penyakit radang panggul yaitu terjadinya infeksi pada uterus dan saluran tuba.
Lebih lanjut penyakit radang panggul dapat menyebabkan infertilitas.
Klamidia biasanya ditularkan melalui seks vaginal ataupun anal. Kondom dapat
mencegah penularan tersebut.

2.7. Agen Infeksi Opportunistik


Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya
tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi
dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan
"kesempatan" untuk menginfeksi seseorang.

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak memilki kelengkapan seperti
sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelah diri sendiri. Bakteri adalah salah satu golongan
organisme prokariotik (tidak memiliki selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu
memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus )
dan tidak ada membran inti. Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom)
yangberarti tumbuh dengan subur
Parasit adalah organisme yang selama atau sebagian hayatnya hidup pada atau
didalam tubuh organisme lain, dimana parasit tersebut mendapat makanan tanpa ada
konpensasi apapun untuk hidupnya. Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Klamidia
adalah bakteri yang umum ditularkan melalui infeksi menular seksual. Infeksi ini menulari
wanita dan pria, termasuk pria yang berhubungan seksual dengan pria.Infeksi
oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat
menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk

3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri sebagai
penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini rekan mahasiswa Perawat
lebih memahami tentang agen-agen infeksius dan infeksi opportunitis serta untuk lebih
menambah wawasan mahasiswa sehingga bermanfaat di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_oportunistik
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-
KUSNADI/BAb_V_I__R_U_S.OK.pdf
http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB%20II.pdf
http://angsamerah.com/pdf/Angsamerah%20Klamidia.pdf
http://salis12345.mahasiswa.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/sites/453/2016/05/PARASITOLOGI-1.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Rickettsia
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai