Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Pangan merupakan salah satu faktor yang langsung berpengaruh terhadap


kondisi kesehatan manusia. Pangan yang aman, bermutu dan bergizi dibutuhkan
tubuh untuk menunjang aktivitas. Namun sebaliknya, pangan yang tidak memenuhi
standar keamanan, mutu dan gizi akan membahayakan kesehatan tubuh. Oleh karena
itu, pemilihan pangan sebelum dikonsumsi sangat penting agar terhindar dari produk
pangan yang tidak memenuhi standar serta dapat membahayakan kesehatan.

Teknologi pengolahan pangan di Indonesia dewasa ini berkembang cukup


pesat, diiringi dengan penggunaan bahan tambahan pangan yang juga makin
meningkat, hal ini terlihat pada banyaknya variasi dan jenis makanan dan minuman
instan yang diproduksi dan menjadi konsumsi masyarakat. Kesalahan teknologi dan
penggunaan bahan tambahan yang diterapkan, baik sengaja maupun tidak disengaja
dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan atau keamanan konsumen.

Makanan berasal dari bahan makanan yang sudah atau tanpa mengalami
pengolahan. Makanan adalah semua produk yang dikonsumsi manusia baik dalam
bentuk bahan mentah, setengah jadi, atau jadi yang meliputi produk-produk industri,
restoran, katering serta makanan tradisional atau jajanan (Afrianti, 2008). Bahan
tambahan pangan (BTP) secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai bahan makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan (Wisnu,2006).

Menurut Penjelasan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, bahan


tambahan pangan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat dan/atau bentuk pangan. Penggunaan bahan tambahan pangan
dalam produk pangan yang tidak mempunyai risiko terhadap kesehatan manusia
dapat dibenarkan karena lazim digunakan. Namun, penggunaan bahan tambahan

1
pangan yang melampaui ambang batas maksimal tidak dibenarkan karena merugikan
atau membahayakan kesehatan manusia.

Ruang lingkup bahan tambahan pangan (BTP) menurut Peraturan Kepala BPOM RI
Nomor 22 Tahun 2013 dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan,
pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak
langsung.

2
BAB II

PERUMUSAN MASALAH

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah


dalam penulisan ini adalah

1. Apa yang dimaksud bahan tambahan pada makanan ?


2. Apa saja bahan tambahan makanan yang dilarang ?
3. Apa saja gejala yang timbul ketika memakan makanan yang mengandung
BTP ?

B. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian bahan tambahan pangan pada makanan
2. Menjelaskan bahan tambahan pangan yang dilarang
3. Menjelaskan gejala yang timbul ketika memakan makanan yang mengandung
BTP

3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan tambahan Pangan (BTP)


Pengertian Bahan Tambahan Pangan secara umum adalah
bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan
merupakan khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan. Bahan tambahan makanan
digunakan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2008).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.722/Menkes/Per/IX/1988 bahan tambahan makanan adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi
(termasuk organoleptik), pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau
mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Tujuan penambahan bahan tambah makanan :

1. Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak


pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu
pangan;
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah
selera
4. Meningkatkan kualitas pangan dan
5. Menghemat biaya

Bahan Tambahan Pangan Yang Berbahaya

4
Di dalam industri pangan, terutama industri rumah tangga yang
pengetahuan mereka masih terbatas, penggunaan bahan tambahan yang
berbahaya masih sering dilakukan (Anggrahini, 2007). Bahan tambahan
berbahaya yang paling sering ditambahkan produsen adalah zat pewarna
Rhodamine B dan Methanyl yellow, pemanis buatan siklamat dan sakarin, serta
pembuat kenyal berupa formalin dan boraks (Didinkaem, 2007).

B. FORMALIN

Formalin, dengan rumus kimia CH2O merupakan suatu larutan yang


tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37% formaldehid
dalam air dan biasanya ditambahkan metanol 10-15% sebagai pengawet.

Formalin tidak diizinkan ditambahkan ke dalam bahan makanan atau


digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin mudah diperoleh dipasar
bebas dengan harga murah. Adapun landasan hukum yang dapat digunakan
dalam pengaturan formalin, yaituUU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, UU Nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Kepmenkes Nomor1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
Bahan Tambahan Makanan, dan SK Memperindag Nomor 254/2000 tentang
Tataniaga Impor dan Peredaran Bahan Berbahaya (Anonim, 2012).

Formalin memiliki banyak kegunaan dan digunakan secara luas dalam berbagai
bidang, diantaranya:

1. Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal,


gudang, dan pakaian.
2. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.

3. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan
peledak.

4. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan
kertas.

5. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.


5
6. Bahan untuk pembuatan produk parfum.

7. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.

8. Pencegah korosi untuk sumur minyak.

9. Bahan untuk insulasi busa.

10. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).

11.Cairan pembalsam ( pengawet mayat )

12. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet
untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan
pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan
pembersih karpet. (Fajar, 2013)

Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi


dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin
akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus
meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia
dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal . Selain itu protein yang
telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa
asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan berformalin lainnya menjadi lebih
awet (Aras, 2013).

Pemakaian formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan


pada tubuh manusia, dengan gejala : sukar menelan, mual, sakit perut yang akut
disertai muntah-muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau
gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat
mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan
haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin
dengan dosis 100 gr dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam.

Deteksi formalin secara akurat baik secara kualitatif maupun kuantitatif


hanya dapat dilakukan di laboratorium. Namun demikian, untuk menghindarkan

6
terjadinya keracunan, masyarakat harus dapat membedakan bahan/produk
makanan yang mengandung formalin dan yang sehat.

C. BORAKS

Borak merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai


industri non pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan
keramik. Namun saat ini banyak pula digunakan oleh para pembuat dan penjual
bakso, mie ayam, dan berbagai jenis makanan lainnya. Penambahan ini
bertujuan agar produk makanan tersebut memiliki sifat tekstur lebih kenyal
sehingga menambah sensasi kenikmatan ketika disantap (Saifudin, 2008).

Boraks sangat bahaya jika terhirup, mengenai kulit, mata dan tertelan.
Akibat yang ditimbulkan dapat berupa iritasi pada saluran pencernaan, iritasi
pada kulit dan mata, mual, sakit kepala, nyeri hebat pada perut bagian atas. Jika
dikonsumsi dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ginjal,
kegagalan sistem sirkulasi akut bahkan kematian. Konsumsi boraks 5-10 gram
oleh anak-anak dapat menyebabkan shock dan kematian. Beberapa penyalah
gunaan boraks dalam pangan diantaranya bakso, cilok, lontong dan kerupuk
gendar.

ciri pangan yang mengandung formalin dan boraks


Ikan segar :
1. Tahan lama pada suhu kamar (25°C), lebih dari 1 bulan
2. Warna bersih dan cerah (tidak kuning kecoklatan
3. Tekstur keras, tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur
4. Tidak dihinggapi lalat. Ikan basah/udang.
5. Insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang
6. Warna putih bersih dengan tekstur yang kenyal
7. Awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tidak mudah busuk dan bau.

Tahu mentah : Tekstur kenyal, tidak padat tetapi tidak mudah hancur, awet
sampai 3 hari pada suhu kamar, tahan sampai 15 hari dalam lemari es, aroma
menyengat bau formalin (kadar 0,5-1,0 ppm).

7
Mi basah : Mengkilat, tidak lengket dan sangat berminyak. Awet sampai 2 hari
pada suhu kamar, tahan sampai 15 hari dalam lemari es. Aroma menyengat
(tidak berbau mi) dan tidak mudah basi.

Bakso : Memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang
menggunakan bahan daging, tekstur kulit kering dan berwarna keputihan.

D. PEWARNA BUATAN (Rhodamine B dan Methanile Yellow)

Penggunaan pewarna sintetis di industri makanan saat ini sangat besar,


hampir 90% industri makanan memilih menggunakan pewarna sintetis hal ini
dikarenakan harga yang terjangkau dan kepraktisannya. Pewarna buatan atau
sintetis merupakan zat aditif yang ditambahkan pada makanan yang bertujuan
untuk memperbaiki warna dari makanan.. Pewarna buatan atau sintetis untuk
makanan diperoleh melalui sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-
bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi
secara kimiawi.

Deteksi secara Visual terhadap Pewarna ” Non Food Colour “ (Pewarna


Buatan)

Makanan yang diwarnai dengan pewarna ” Non Food Colour” akan


cerah sekali, karena pewarna cepat meresap kedalam produk. Biasanya tempat
atau bejananya juga akan berwarna, sukar sekali dihilangkan meskipun telah
dicuci. Begitupun bila kita pegang, maka bekas pewarna akan tetap menempel.

Ciri-ciri visual yang dapat digunakan sebagai patokan dalam memilih makanan
di pasaran, adalah sebagai berikut :

Pewarna Alami : Warna agak suram, mudah larut dalam air, membutuhkan
bahan pewarna lebih banyak (kurang mampu mewarnai dengan baik),
membutuhkan waktu lama untuk meresap kedalam produk

8
Pewarna Non Food Colour : Warna cerah sekali, tidak mudah larut dalam air,
membutuhkan bahan pewarna lebih sedikit, karena dalam konsentrasi rendah
sudah mampu mewarnai dengan baik, cepat meresap ke dalam produk

Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal,


berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan
berwarna merah terang berpendar/berfluorosensi. Rhodamin B merupakan zat
warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan kertas,
sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut, dan sabun. Nama
lain rhodamin B adalah D and C Red no 19. Food Red 15, ADC Rhodamine B,
Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink (BPOM, 2005). Rhodamin B sering
disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar,
aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan lain-lain.

Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B antara lain:


1. warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok;
2. terkadang warna terlihat tidak homogen (rata), ada gumpalan warna pada
produk;

3. bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit;

4. biasanya produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak


mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya.

Methanil yellow merupakan zat warna berbentuk serbuk, berwarna


kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam aseton. Metanil Yellow
adalah pewarna asam monoazo, dengan rumus kimia C18H14N3O3SNa. Zat
pewarna ini diseting untuk digunakan di industri tekstil, penyamakan kulit,
kertas, sabun, kosmetik, dan lilin terutama untuk tujuan memberikan warna
kuning cerah pada produknya. Pewarna ini banyak digunakan untuk beberapa
produk seperti tahu, manisan mangga, atau agar-agar yang sering dijual untuk
jajanan anak sekolah.

Ciri-ciri pangan yang mengandung methanil yellow antara lain:


1. warnanya kuning mencolok dan kecenderungan warnanya berpendar.;
9
2. banyak memberikan titik-titik warna yang tidak merata dan terkadang warna
terlihat tidak homogen (rata) seperti pada kerupuk;

3. bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit;

Pemakaian methanil yellow dapat menimbulkan iritasi pada pencernaan.


Toksikosis kronis jangka panjang Metanil Yellow sangat membahayakan sistem
tubuh manusia, tidak hanya ginjal dan gagal hati tapi kadang-kadang dapat
menghasilkan karsinoma. Apabila tertelan, bisa menyebabkan mual, muntah,
sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah.

10
BAB IV
TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN

A. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini, agar mahasiswa dan audiens :
1. Mengetahui pengertian bahan tambahan pangan pada makanan
2. Mengetahui bahan tambahan pangan yang dilarang
3. Mengetahui gejala yang timbul ketika memakan makanan yang mengandung
BTP

B. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi lebih
lanjut kepada masyarakat mengenai bahan tambahan makanan yang berbahaya

11
BAB V
SASARAN KEGIATAN

A. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
1. Siswa kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar Negeri 1 Karanglo
2. Guru SD N 1 Karanglo

12
BAB VI
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Metode atau jenis kegiatan
Jenis kegiatan penyuluhan ini yaitu : penyuluhan di ruang kelas 5
B. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada :
Rabu, 13 November 2019, Pukul 10.00 WIB
C. Pelaksanaan
Acara penyuluhan tentang Bahan Tambahan Pangan dimulai pada
pukul 10.00 WIB yang dilaksanakan di SD N 1 Karanglo, dilaksanakan
dengan tepat waktu dan lancer.
D. Evaluasi
Dari kegiatan penyuluhan Bahan Tambahan Pangan kurangnya jam
terbang mahasiswa yang melakukan penyuluhan karena pada saat
memberikan materi mahasiswa masih kurang percaya diri untuk
meyampaikannya, untuk materi sudah tepat dengan sasarannya yaitu anak-
anak SD yang suka jajanan kurang sehat diberikan penyuluhan tentang BTP
agar mereka tau bahaya seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung
BTP. Tanggapan para siswa yang antusias membuat acara berjalan dengan
sangat baik.

13
BAB VII
HASIL KEGIATAN

Pada penyuluhan Bahan Tambahan Pangan dimulai pada pukul 10.00 WIB
yang dilakukan dengan tepat waktu disela-sela kegiatan UKS yang dilaksanakan oleh
pegawai Puskesmas Klaten Selatan yang bertempat di SD N 1 Karanglo, dihadiri
sebanyak 36 peserta yang terdiri dari 18 siswa kelas 5 dan 18 siswa kelas 6 SD N 1
Karanglo, tidak lupa juga Bpk/Ibu Guru yang ikut mendampingi. Kegiatan berjalan
dengan lancar, peran mahasiswa sebagai pemberi materi sudah sesuai dengan yang
disampaikan, beberapa siswa mengajukan pertanyaan tentang makanan yang dijual
disekolahnya. Seluruh peserta mengikuti penyuluhan sampai akhir dengan tenang.
Siswa dapat mengerti dengan baik materi yang diberikan. Seluruh guru dan juga
siswa sangat antusias dengan penyuluhan tersebut.

14
BAB VIII
KESIMPULAN

Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di


Puskesmas Klaten Selatan pada tanggal 11-22 November 2019, banyak mendapatkan
pengalaman yang sangat membantu untuk mendapatkan wawasan tambahan tentang
Mata Kuliah Promosi Kesehatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Puspawiningtyas, E, Pamungkas, B, dan Hamad, A. 2017. Upaya


Meningkatkan Pengetahuan Bahan Tambahan Pangan Melalui Pelatihan Deteksi
Kandungan Formalin Dan Boraks. Jurnal Pengabdian Dan
Pemberdayaanmasyarakat. Vol 1 (1). Hal 46-51

Harwani. 2014. Bahan Tambahan pada Pangan dan Bahayanya (Formalin,


Boraks dan Pewarna Buatan). http://portal.bangkabaratkab.go.id/content/bahan-
tambahan-pada-pangan-dan-bahayanya-formalin-boraks-dan-pewarna-
buatan#sthash.GDsjEUfs.dpbs. 04 November 2014

16
LAMPIRAN

Penyuluhan di SD N 1 Karanglo

17

Anda mungkin juga menyukai