Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PROMKES

UPAYA PROMOTIF, PREVENTIF, KURATIF, DAN REHABILITATIF

PADA KASUS KURANG ENERGI KRONIK (KEK)

DISUSUN OLEH:

Ifadatul Hasanah (18153010009)

Zuhratul Hayati (18153010045)

Nafiah (18153010017)

Nurul Maulidah (18154020033)

PROGRAM D-IV KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NGUDIA HUSADA MADURA

2019
UPAYA PROMOTIF, PREVENTIF, KURATIF, DAN REHABILITATIF

PADA KASUS KURANG ENERGI KRONIK (KEK)

A. Kasus Kurang Energi Kronik (Kek)

Seorang bidan melakukan kunjungan rumah di desa terpencil dan

menemukan salah satu ibu hamil yang bernama “Ny. F” berusia 23 tahun

hamil anak pertama dengan usia kehamilan 18 minggu. Berdasarkan hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan didapatkan hasil Ibu memiliki

Lingkar Lengan Atas (LILA) sebesar 20 cm dan memiliki berat badan 48 kg

diusia kehamilan 18 minggu dan berdasarkan pengakuannya ibu sebelum

hamil memiliki berat badan 38 kg. Ibu muda ini juga mengaku bahwa tidak

suka makan dan setelah mengalami kehamilan sedikit bertambah frekuensi

makannya. Ibu tinggal di sebuah pegunungan dengan kondisi ekonomi yang

rendah dan akses jalan menuju puskesmas setempat sedikit mengalami

kesulitan. Dan dsinilah bidan menduga bahwa penyebab dari ibu hamil KEK

adalah rendahnya ekonomi serta sulitnya untuk mendapat pelayanan

kesehatan.

B. Promotif

Dengan memberikan penyuluhan tentang KEK dan pihak Puskesmas harus

bekerja sama dengan bidan desa untuk memantau perkembangan kelahiran

bayi.

1. Definisi

Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang


mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat

terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).

2. Penyebab

a. Faktor sosial ekonomi

 Pendapatan keluarga

 Pendidikan Ibu

b. Faktor Biologis

 Usia ibu hamil

 Jarak kehamilan

 Paritas

 Usia Perkawinan

c. Faktor pola konsumsi

Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal

dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup.

d. Faktor perilaku

Faktor perilaku ini terdiri dari kebiasaan yang sering

dilakukan ibu diantaranya yaitu kebiasaan merokok dan kafein

yang dapat mengganggu proses pencernaan makanan yang akan

menghambat penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh

dan janin.

3. Pencegahan

Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan

protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari

dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur,


kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak

dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk

meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-anak atau remaja yang

tidak terlalu suka makan. Hanya memberikan ASI kepada bayi sampai

usia 6 bulan mengurangi resiko mereka terkena muntah dan mencret

(muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang. Jika ibu tidak bisa

atau tidak mau memberikan ASI, sangat penting bagi bayi untuk

mendapatkan susu formula untuk bayi yang dibuat dengan air bersih

yang aman – susu sapi normal tidaklah cukup.

Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang

menderita KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi

Hb walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan

status gizi baik. Terlihat juga penurunan prevalensi anemia pada

kelompok kontrol jauh lebih tinggi dibanding pada kelompok perlakuan.

Konsumsi makanan yang tinggi pada ibu hamil pada kelompok perlakuan

ermasuk zat besi disertai juga dengan peningkatan konsumsi fiber yang

diduga merupakan salah satu faktor pengganggu dalam penyerapan zat

besi. Pada ibu hamil yang menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan

masih membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan

prevalensi anemia sampai ke tingkat yang paling rendah

C. Preventif

1. Memberikan KIE mengenai KEK dan faktor yang

mempengaruhinya serta bagaimana menanggulanginya.

2. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada.
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia

kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang

Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi

Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka

kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20

gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan gizi janin.

3. Konsumsi tablet Fe selama hamil.

Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral

meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir

trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan

terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi

hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi

dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang

bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen

vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan,

rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat/

kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan

salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.

D. Kuratif

Ibu hamil dengan KEK memerlukan asupan makanan yang lebih,

tidak sama seperti wanita normal seusianya. Asupan makanan ini akan

menentukan status gizi ibu hamil. Ketika ibu hamil tidak memenuhi
kebutuhan energinya, maka janin yang dikandungnya juga mengalami

kekurangan gizi. Hal ini membuat pertumbuhan dan perkembangan janin

terhambat. Maka hal ini diperlu ditanggulangi baik melalui pemberian KIE,

penyuluhan dan harus dilakukan pemberian PMT pemulihan untuk ibu hamil

dengan KEK. Selain itu dilakukan evaluasi dan pemantauan dari pemberian

PMT tersebut.

E. Rehabilitatif

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan

program penyuluhan tentang gizi seimbang dan bagi remaja lebih

meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung sumser zat besi

seperti sayuran hijau, potein hewani(susu, daging,telur) dan penambahan

suplemen zat besi.

Anda mungkin juga menyukai