Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT AVIAN ENCEPHALOMYELITIS (AE)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Ternak


Dosen Pengampu: drh. Sunarto M.Si.

Disusun oleh:
Khoiri Habib A H0515043
Mukti Wibowo H0515055
Millati J.S H0516049

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kesehatan Ternak.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada:
a. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita
semua.
b. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c. Dosen Pengampu mata kuliah Kesehatan Ternak.
d. Orang tua dan kakak dari penulis
e. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu makalah ini.
Penulis menyadari bahwa manusia diciptakan dalam keadaan lemah, dalam
penulisan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta , November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 2
C. Manfaat ............................................................................................. 2
II. PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE) ........................ 3
B. Penyebab Timbul Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE) ............. 4
C. Pengendalian Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE) .................... 5
III. PENUTUP ............................................................................................ 7
A. Kesimpulan ....................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Avian encephalomyelitis (AE) atau disebut juga dengan epidemic tremor,
merupakan penyakit viral pada ayam yang ditandai dengan gangguan sistem
saraf pusat. Angka morbiditas (angka kesakitan penyakit) ini termasuk tinggi
dapat mencapai 60% sedangkan angka mortalitas (angka kematian) secara
keseluruhan mencapai 25-50%. Penyakit AE disebabkan oleh Avian En-
cephalomyelitis Virus (AEV) yang merupakan virus tidak beramplop.
Virus Avian encephalomyelitis (AE) termasuk dalam genus Hepatovirus
dan hanya memiliki satu serotipe. Virus AE juga memiliki 2 patotipe, yaitu strain
lapang, seperti strain Calnek yang bersifat enterotropic (memperbanyak diri di
saluran pencernaan) dan strain embryo-adapted seperti strain VR (Van Roeckel),
yang bersifat neurotropic (mempengaruhi atau menyerang jaringan saraf). Bibit
(seed) untuk vaksin AE yang umum digunakan adalah strain lapang.
Penularan AE terutama terjadi secara vertikal melalui telur dari induk
yang tertular kepada anaknya. Selain ditularkan secara vertikal, penyakit AE
juga dapat ditularkan secara horizontal dari ayam sakit ke ayam sehat, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara ransum dan air minum
yang terkontaminasi feses. Masa inkubasi penyakit ini lebih dari 10 hari sejak
virus itu masuk ke tubuh ayam. Penularan secara horizontal biasa terjadi pada
ayam yang lebih dewasa atau umur > 3 minggu serta tidak menunjukkan gejala
saraf yang khas (Nati, 2008)
B. Tujuan
1. Mengetahui apa itu penyakit Avian encephalomyelitis (AE)
2. Mengetahui ciri-ciri penyekit Avian encephalomyelitis (AE)
3. Mengetahui penyebab dari penyakit Avian encephalomyelitis (AE)
4. Mengetahui cara mencegah penyakit Avian encephalomyelitis (AE)

1
2

C. Manfaat
Manfaat dari mengetahui apa itu penyakit Avian encephalomyelitis (AE)
juga dapat mengetahui penyebab, ciri-ciri dan pencegahannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE)


Avian Encephalomyelitis (AE) merupakan penyakit virus pada ayam
muda yang disebabkan oleh Hepatovirus dalam Famili Picornaviridae, virus
RNA beruntai tunggal, berukuran kecil 20-30 nm, terdiri dari 4 protein VP 1-
4, heksagonal tanpa amplop, yang dikenal dengan Epidemic Tremor. Spesies
yang rentan terhadap AE ialah ayam, kalkun, dan burung puyuh. Gejala klinis
encephalitis hanya berkembang pada ayam muda kurang dari empat minggu
(Irawati, 2007).
Penyakit pada ayam broiler pada umunya dapat diakibatkan oleh adanya
infeksi dari bakteri, virus, parasit serta fungal. Dibawah ini beberapa penyakit
yang dapat menginfeksi ayam broiler akibat virus diantaranya, Avian
Encephalomyelitis disebabkan oleh virus RNA dari famili Picornaviridae. Avian
influenza (AI) merupakan virus ss-RNA yang tergolong family
Orthomyxoviridae. Virus ini memiliki amplop dengan lipid bilayer dan
dikelilingi sekitar 500 tonjolan glikoprotein yang mempunyai aktivitas
hemaglutinasi (HA) dan enzim neuraminidase (NA). Cacar unggas disebabkan
oleh DNA Pox virus ukuran besar. Virus ini termasuk genus Avipox. Virus
tersusun atas DNA beruntai ganda (ds DNA). Newcastle Disease adalah virus
yang tergolong Paramyxovirus (Pudjiatmoko, 2014).
Transmisi virus AE ditularkan baik secara vertikal dan horizontal yaitu
melalui telur dan melalui kontak lansung. Telur ayam betina yang terinfeksi sub-
klinis akan membawa virus. Sementara telur akan menetas dan anak ayam akan
terjangkit penyakit dengan gejala klinis segera setelahnya. Ayam yang terinfeksi
akan melepaskan virus dalam tinja dan akan menginfeksi anak ayam yang lain
melalui kontak langsung. Sampai saat burung liar belum dicurigai sebagai
reservoir.
Temuan post-mortem menunjukkan ayam mati AE tidak ada perubahan
patologi anatomi yang spesifik. Pemeriksaan histologis otak dan sumsum tulang
belakang mengungkapkan Avian encephalomyelitis dengan karakteristik

3
4

terjadi degenerasi neuron, perivaskular cuffing dan gliosis. Temuan


histopatologi pada sistem saraf pusat (SSP) memiliki nilai yang besar dalam
diagnosis AE. Secara histologis, lesi AE terdiri dari dua jenis umum. Perubahan
dalam SSP telah ditandai sebagai non-purulen encephalomyelitis disertai dengan
lesi saraf ke-10, 13-15. Lesi pada organ visceral terdiri dari agregat limfoid yang
baik meningkat dalam ukuran atau frekuensi atau ditemukan di tempat-tempat
yang tidak biasa. Agregat limfoid di proventrikulus dianggap pathognomic,
terutama bila ditambah dengan perubahan saraf (central chromatolysis) dari lesi
SSP. Differensial diagnosa penyakit AE adalah Newcastle disease (ND),
ricketsiosis, kekurangan vitamin E, kekurangan vitamin A, defisiensi riboflavin,
dan perosis.
B. Penyebab Timbul Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE)
Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE) disebabkan oleh virus RNA dari
family Picornaviridae. Penyakit AE umumnya menyerang anak ayam umur 1-4
minggu, sedang pada ayam petelur hanya mengakibatkan penurunan produksi
telur antara 5-20%, yang mempengaruhi daya tetas telur yang diproduksinya.
Bila diingat bahwa Penyakit AE ini ditularkan melalui telur maka “Breeder”
yang paling dirugikan akibat serangan penyakit ini.
Pada anak ayam umumnya umur 1-2 minggu ditemukan gejala antara lain
ayam awalnya tampak sayu, diikuti ataksia karena adanya inkoordinasi dari otot-
otot kaki, sehingga ayam dapat jatuh ke samping dengan kedua kaki terjulur ke
satu sisi, tremor pada kepala dan leher terutama bila dipacu, keadaan akan
berlanjut dengan kelumpuhan dan diakhiri dengan kematian. Pada ayam petelur
gejal yang terlihat hanyalah penurunan produksi telur antara 5-10% dan tidak
diikuti gejala gangguan syaraf. Pada ayam pembibitan ditemukan adanya daya
tetas telur yang menurun dan anak ayam yang ditetaskan akan banyak tertular
penyakit AE (Tarmuji, 2004)
Bila dilihat dari gejalanya penyakit Avian Encephalomyelitis sangat
berbeda dengan penyakit Aspergillosis, gejalanya bisa dilihat dari dua cara
yakini;
 Terjadi kelumpuhan.
 Kepala dan leher terlihat bergetar.
5

Gejala tersebut bisa terlihat sejak telur menetas, tetapi biasanya terlihat
pada minggu pertama dan ketiga.Penyebaran penyakit ini bisa melalui telur tetas
yang sudah terkontaminasi dari induk yang terinfeksi AE. Virus dapat
berkembang dalam kantong kuning telur embrio ayam tidak memiliki kekebalan
induknya. Virus juga terdapat dalam kotoran ayam dan dapat hidup selama
empat minggu.
Dilihat dari perubahan patologi anatomi tidak ditemukan adanya
perubahan yang khas. Hanya saja terdapat warna atau area keputihan pada
dinding otot ventrikulus akibat infiltrasi sel limfosit. Perubahan pada otak dapat
dilihat melalui histopatologi dengan ditemukannya perivascular cuffing
(akumulasi limfosit atau sel plasma dalam massa padat di sekitar pembuluh
darah yang mengindikasikan peradangan atau reaksi imun-red), degenerasi sel
saraf dan hyperplasi (perbanyakan sel) folikel limfoid pada organ visceral (organ
dalam) tertentu. Untuk membantu peneguhan diagnosa, dapat melakukan uji
laboratorium dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
C. Pengendalian Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE)
Penularan AE terutama terjadi secara vertikal melalui telur dari induk
yang tertular kepada anaknya. Selain ditularkan secara vertikal, penyakit AE
juga dapat ditularkan secara horizontal dari ayam sakit ke ayam sehat, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara ransum dan air minum
yang terkontaminasi feses. Masa inkubasi penyakit ini lebih dari 10 hari sejak
virus itu masuk ke tubuh ayam. Penularan secara horizontal biasa terjadi pada
ayam yang lebih dewasa atau umur > 3 minggu serta tidak menunjukkan gejala
saraf yang khas.
Penyakit AE merupakan penyakit viral sehingga pengobatan kausatif
(terhadap agen penyebab) tidak dapat dilakukan. Penanganan yang dapat
dilakukan adalah afkir ayam yang sakit parah untuk mencegah meluasnya
penyebaran bibit penyakit.
Untuk ayam dengan kondisi belum parah perlu diisolasi dan diberi nutrisi
yang cukup, serta disuplementasi dengan vitamin (Vita Stress atau Fortevit).
Selain itu, segera perketat biosecurity dengan lebih mengoptimalkan
6

sanitasi dan desinfeksi. AEV termasuk virus yang relatif stabil karena
merupakan virus tidak beramplop maka perlu diperhatikan dalam pemilihan
desinfektan yang digunakan. Pilih desinfektan golongan iodine (Antisep atau
Neo Antisep) atau aldehyde (Formades atau Sporades) yang sensitif untuk virus
ini.
Sedangkan untuk mencegah penyakit AE, peternak perlu melakukan
beberapa hal antara lain: upayakan bibit DOC yang dipelihara berasal dari induk
yang telah melakukan vaksinasi AE. Seleksi kembali DOC dengan cermat saat
chick in dan culling DOC yang kualitasnya buruk.
Lakukan vaksinasi dengan menggunakan Medivac AE-Pox pada umur
10-14 minggu. Medivac AE-Pox merupakan vaksin kombinasi AE dan pox
dengan aplikasi pemberian melalui tusuk sayap (wing web). Duration of
immunity terhadap AE yang dihasilkan dapat bertahan lama sehingga sangat
berperan mencegah adanya penularan secara vertikal maupun horizontal. Vaksin
kombinasi ini juga mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit pox.
Vaksinasi cukup dilakukan satu kali dan biasanya dapat melindungi ayam
sampai ayam diapkir. Pada ayam petelur, vaksin AE hanya dapat diberikan
paling lambat 4 minggu sebelum masa produksi.
Lakukan desinfeksi minimal seminggu sekali dengan Antisep, Neo
Antisep, Formades, atau Sporades. Istirahat kandang wajib dilakukan minimal
14 hari setelah kandang dibersihkan dan didesinfeksi. Tujuannya tidak lain untuk
memutus siklus hidup virus AE.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Avian encephalomyelitis (AE) atau disebut juga dengan epidemic tremor,
merupakan penyakit viral pada ayam yang ditandai dengan gangguan sistem
saraf pusat. Virus Avian encephalomyelitis (AE) termasuk dalam genus
Hepatovirus dan hanya memiliki satu serotipe. Penyakit AE umumnya
menyerang anak ayam umur 1-4 minggu, sedang pada ayam petelur hanya
mengakibatkan penurunan produksi telur antara 5-20%, yang mempengaruhi
daya tetas telur yang diproduksinya. Penyakit Avian encephalomyelitis dapat
ditularkan baik secara vertikal maupun horizontal. Pencegahan penyakit Avian
encephalomyelitis dapat dengan diberikan vaksin.

7
DAFTAR PUSTAKA

Irawati, Cynthia Devy. 2007. Kajian Histopatologi Otak Pada Pengujian


Kandungan Virus Vaksin Avian Encephalomyelitis Aktif. Balai Besar
Pengjuian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan: Bogor.
Pudjiatmoko.2014. Manual Penyakit Unggas. Subdit Pengamatan Penyakit Hewan
Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat jendral Peternakan dan Kesehatan
hewan Kementrian Pertanian, Jakarta.
Elkin Nati 2008. Avian Encephalomyelitis. PoultryMed
Tarmudji 2004. Hati-hati dengan Avian Encephalomyelitis. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai