Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FIQIH

‘’UMROH’’
Dosen : M.Najamudin Aminullah, Q.H., M.H.I

KELOMPOK V
1. MUZDALIFAH
2. ILHAM HADI
3. HIRZANI
4. ZAKI ELYAS

INSTITUT AGAMA ISLAM


HAMZANWADI LOMBOK TIMUR
TP 2019/2020
KATA PENGHANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas
makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya. Solawat serta salam
tak lupa saya curahkan kepada bimbingan besar kita Nabi akhir zaman, Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan safaatnya di Yaumul Kiamah nanti.
Makalah yang berjudul “ Umrah ” ini menjelaskan tentang rukun umrah,
wajib umrah dan sunnah umrah. Makalah ini akan dijadikan sebagai tambahan
dan acuan untuk memenuhi tugas akhir kuliah di semester satu, yang akan
digunakan untuk memenuhi mata kuliah.Semoga makalah ini dapat diterima dan
bermanfaat.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan
saya mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam makalah ini. oleh
karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan dari dosen dan teman - teman
demi lebih baiknya makalah ini.
Sekian yang dapat saya sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Anjani, November 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................


DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Rukun Umrah ..............................................................................................
B. Wajib Umrah ...............................................................................................
C. Sunnah Umrah .............................................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ...........................................................................................
B. SARAN .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makna umrah secara bahasa artinya berziarah atau mengunjungi.
Adapun secara syar`i adalah berziarah ke Baitullah (Mekkah) dengan niat
ihram (berumroh), melaksanakan Thawaf mengelilingi Ka`bah, melakukan
Sa`i di antara Shafa dan Marwah, dan terakhir mencukur rambut kepala
(tahallul). Sebagai sebuah perjalanan ibadah yang berbeda dengan ibadah
haji yang harus di laksanakan di bulan tertentu (Dzulhijjah), kita boleh
melakukan ibadah umroh kapan saja. Namun yang lebih baik adalah ketika
belum terlalu banyak jamaah atau orang yang datang ke Tanah Suci
sehingga kita akan relatif lebih khusyuk dan tidak berdesak-desakan.
Ulama Malikiyah dan kebanyakan ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa umroh itu sunnah muakkad, yaitu umroh sekali seumur hidup.
Sedangkan sebagian ulama Hanafiyah lainnya berpendapat bahwa umroh
itu wajib sekali seumur hidup karena menurut istilah mereka sunnah
muakkad itu wajib. Pendapat yang paling kuat dari Imam Syafi’i, juga
menjadi pendapat ulama Hambali bahwa hukum umroh itu wajib sekali
seumur hidup. Pendapat yang terkuat dalam hal ini, umroh itu wajib bagi
yang mampu sekali seumur hidup. Sedangkan pendapat yang menyatakan
hukumnya sunnah (mu’akkad) berdalil dengan dalil yang lemah (dho’if)
sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. Jadi bagi yang mampu, sekali seumur
hidup berusahalah tunaikan umroh. Namun perlu diketahui bahwa ibadah
umroh ini bisa langsung ditunaikan dengan ibadah haji yaitu dengan cara
melakukan haji secara tamattu’ atau qiran. Karena dalam haji tamattu’
dan haji qiran sudah ada umroh di dalamnya. Sementara untuk umroh-
umroh berikutnya adalah sunnah.
Ibadah umroh tidak dibebankan kepada seluruh kaum muslimin.
Hanya yang mampu saja, yang dalam istilah agama disebut dengan
istitha’ah. Pengertian mampu adalah mampu secara fisik, yaitu sehat dan
kuat. Sebagaimana kita ketahui ibadah umroh sebagian besar adalah
ibadah fisik sehingga diperlukan fisik yang kuat bagi yang akan
melaksanakannya. Selain fisik, rohani juga harus siap. Selain jasmani dan
rohani, seorang calon jamaah umroh harus mampu secara ekonomi, artinya
mampu membayar biaya perjalanan ibadah umroh.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Rukun Umrah dan Bagian-Bagiannya?
2. Apa Pengertian Wajib Umrah dan Bagian-Bagiannya?
3. Apa Pengertian Sunnah Umrah dan Bagian-Bagiannya?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Rukun Umrah dan Bagian-Bagiannya.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Wajib Umrah dan Bagian-Bagiannya.
3. Untuk Mengetahui Pengertian Sunnah Umrah dan Bagian-Bagiannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. RUKUN UMRAH
Rukun adalah sendi-sendi ibadah umrah. Karena itu, rukun umrah
tidak boleh ditinggalkan. Umrah tidak cukup dan belum sah selagi semua
rukun belum bertepuhi. Misalnya Thawaf atau Sa’i kurang sejengkal atau
selangkah atau memotong rambut kurang seutas. Di samping belum sah,
yang bersangkutan juga belum bisa tahallul (keluar dari ihram) seumur
hidup selagi rukun itu belum terpenuhi. Konsekuensi dari hal itu, ia tetap
tidak sah melaksanakan akad nikah, menjadi wali nikah dan menikahkan.
Jika menggauli istinya untuk pertama kena Dam/denda seekor unta di
samping umrah nya batal. Untuk persetubuhan kedua dan seterusnya , ia
kena dam/denda seekor kambing. Dengan kata lain larangan-larangan
ihram masih berlaku bagi orang yang belum menuntaskan rukun umrah
secara sempurna.1[1]
Rukun umrah yaitu:
Sebelum menuju ke Miqat (tempat memulai ihram umrah), mandi
besar dahulu, lalu menggunakan wewangian secukupnya saja, setelah itu
berpakaian ihram.
a. Niat Ihram Umrah
Menurut mazhap Syafi’i (dalam Tuhfatul Muhtaj Fi Syarhil
Minhaj, 14/464-466), lafald niat umrah, akan lebih baik jika mengadap ke
arah kiblat jika keadaan mengizinkan. Niatnya yaitu:
‫ن ََويْتُ ْال ُع ْم َرت ََواَحْ َر ْمت ُ ِبهَ ِ ه‬
‫ّللِاِ تَ َعلَى‬
Artinya: ‘’Aku berniat umrah, dan aku berihram umrah karena Allah
SWT’’.
Sedangkan niat umrah untuk mengumrahkan orang lain yaitu:

‫) َواَحْ َر ْمت ُ ِبهَ ِ ه‬Sebut nama( َ‫ن ََويْتُ ْالعُ ْم َرت‬


‫ّللِاِ تَ َعلَى‬

Artinya: ‘’Aku berniat mengumrahkan si Fulan (sebut nama) dan berihram


umrahnya kareana Allah SWT’’.
Setelah sampai di Miqat (Dzul-khulaifah/bir all/bandara KAA), kemudian
jika memungkinkan masuk ke masjid, lalu sholat tahiyatul masjid atau
sholat hajad 2 rakaat. Setelah itu membaca:

ُ ‫لَبهيْكَ االله ُه هم‬


‫ع ْم َرة‬

Artinya: ‘’Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah dengan berumrah’’.


Jika dikhawatirkan ada sesuatu hal yang menghalanginya, hendaknya ia
bersyarat dengan mengatakan:

‫ستَنِي‬ ُ ‫ا اَلله ُه هم َم ِح ِلي َحي‬


ُ َ‫ْث َحب‬

Artinya: ‘’Apabila ada sesuatu yang menghalangiku, maka tempatku


bertahallul adalah dimana Engkau menahanku’’.
Setelah itu dianjurkan membaca doa berikut ini:

َ ‫اَلله ُه هم فَ َح ِر ْمالَحْ ِمي َودَ ِمي َو‬


‫ش ْع ِري َوبَش َِري َعل ا لنه ِر‬

Artinya: ‘’Ya Allah karena-Mu hamba haramkan rambut, kulit dan darah
hamba’’.
Diteruskan dengan memperbanyak membaca bacaan talbiyah sampai di
Makkah dan membaca Talbiyah hingga menjamah (berisyarat) pada hajar
aswad. Bacaan talbiyah yaitu:
َ‫لَكَ َواْ ُم ْلكَ الَ ش َِر يْكَ لَك‬ َ‫ اِنها ْ َك ْمدَ واانِ ْع َمت‬، َ‫ لَبه ْي َكالَ ش َِريْا لَ َكلَبهيْك‬، َ‫لَبًّيْكَ ااَلله ُه هم لَبهيْك‬

Artinya: ‘’Ya Allah hamba penuhi panggilan-Mu dan tetap taat kepada-
Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya pujian, nikmat dan kekuasaan
hanya milik-Mu. Tak sekutu bagi-Mu’’.
Selasai membaca bacaan Talbiyah dianjurkan membaca:

‫ِب‬ َ ‫س ْو ِِءاْ ِك ِح‬


ِ ‫سا‬ ِ ‫س ْولِكَ فَا جْ َع ْلهُ ِل ْي َوقَا َيهَ ِمنَ اانها ِر َو أ َما نًَة ِمنَا ا َعذَ ا‬
ُ ‫ِب َو‬ ُ ‫االله ُه هم َهذَا َح َر ُم َر‬

Artinya: ‘’Ya Allah, negeri ini adalah tanah haram Rasul-Mu Muhammad
SAW, maka jadikanlah penjaga bagiku dari neraka, aman dari siksa dan
buruknya hisab’’.2[2]
b. Thawaf
Thawaf yaitu mengelilingi kaabah, dilakukan setelah tiba di
makkah. Thawaf dibedakan menjadi 4 yaiti: (1) Thawaf rukun (thawaf
rukun haji disebut juga thawaf ifadhah/ziarah, dan thawaf rukun umrah).
(2) Thawaf qudum (thawaf penghormatan kepada kaabah. Thawaf qudum
tidak termasuk rukun atau wajib umrah. Dilaksanakan pada hari pertama
kedatangannya di makkah). (3) Thawaf sunnat (thawaf yang dapat
dikerjakan pada setiap kesempatan dan tidak diikuti dengan sa’i). (4)
Thawaf wada’ (penghormatan akhir kepada Baitullah. Hukumnya wajib
bagi setiap orang yang akan pergi meninggalkan makkah. Misalnya:
pulang ke tanah air sendiri, ke tempat yang jauh di luar makkah yang
jaraknya kurang lebih 81 km, ke suatu tempat yang akan digunakan
bermukim selama 4 hari/lebih. Bila seseorang telah melaksanakan Thawaf
wada’, ia wajib segera pergi, jika ia terlambat pergi hingga tertunda
dengan sengaja yang lamanya seukuran sholat 2 rakaat, maka Thawaf
wada’nya batal. Kecuali jika terlambat karena udzur syar’i seperti: berdoa,
membeli bekal perjalanan atau sakit maka thawaf wada’nya tidak batal
sekalipun lama terlambatnya). Kesunahan setelah Thawaf wada’ yaitu:
 Sholat sunnah 2 rakaat.
 Pergi ke multazam, menempelkan perut dan dadanya sambil
membentamgkan kedua tangannya dan meletakkan pipinya yang kanan
atau dahinya pada multazam, lalu berdoa.
 Minum air zam-zam sekenyang-kenyangnya.
 Kembali ke Hajar Aswad (bila mampu) mengusapnya 3 kali,
mengecupnya sambil menempelkan dahi dan kedua telapak tangannya.
 Keluar dari masjid berjalan ke depan sambil membelakangi kaabah, tidak
boleh berjalan mundur walau dengan alasan menghormati kaabah
 Sunnah keluar dari pintu Wada’ dan makruh berhenti di pintu masjid
ketika keluar.3[3]
a) Niat Thawaf
Niat hanya wajib pada thawaf sunnah, thawaf qudum, thawaf
wada’ dan thawaf nadzar. Sementara untuk thawaf rukun umrah tidak
wajib didahului niat thawaf, sebap thawafnya telah masuk dalam
rangkaian niat umrah (ihram).
b) Syarat Thawaf
1. Suci dari hadas besar dan kecil
 Jemaah disyaratkan mengambil air wudhu sebelum
melakukan tawaf.
 Bagi wanita yang sedang haid, dia harus menunggu sampai
haid nya selesai. Seterusnya mandi wajib, ambil wudhu,
kemudian barulah dia boleh melakukan tawaf.
2. Suci daripada najis pada pakaian, badan dan tempat tawaf.
3. Menutup aurat sebagaimana di dalam solat.
4. Tawaf hendaklah dimulakan pada sudut Hajarul Aswad.4[4]
5. Sewaktu berjalan melakukan tawaf, Baitullah hendaklah sentiasa
berada di sebelah kiri bahu.Jika bahun kirinya tidak menghadap ke
kaabah, maka hendaklah segera membetulkan bahunya itu
menghadap ke arah bangunan kaabah
6. Berjalan dengan tujuan dan niat bahwa sungguh-sungguh tawaf.
Jika terdapat jemaah yang berpisah daripada kumpulannya atau
pasangannya, lalu dia berjalan selepas itu bertujuan untuk mencari
kumpulannya atau pasangannya, maka batal thawafnya.
7. Cukup tujuh keliling dengan yakin.
Jika kurang yakin dengan jumlah putaran yang telah dilakukan saat
tawaf, maka hendaklah mengambil jumlah yang terkecil.
Contohnya, jika jemaah was-was antara 6 putaran atau 7 putaran,
maka dikira masih 6 putaran (bilangan terkecilnya), maka jemaah
hendaklah mencukupkan satu lagi pusingan.Jika tawaf secara
berkumpulan, jemaah hendaklah memakai keyakinan sendiri dalam
menentukan jumlah putaran tawaf, walaupun bercanggah dengan
rakan sekumpulan.
Tawaf itu hendaklah dilakukan di luar dari bagian Kaabah seperti
Hijir Ismail dan Syazarawan.Semasa tawaf tidak boleh menyentuh
bangunan Kaabah, kelambunya, Hijir Ismail dan Syazarawan.

c) Sunnah Thawaf
1. Tawaf dengan berjalan kaki.
2. Berittiba’ (Memakai pakaian ihram dalam keadaan membuka bahu
sebelah kanan) bagi lelaki sepanjang tawaf.
3. Berlari-lari bagi lelaki pada putaran 1, 2,3. Pada putaran ke 4-7
jemaah lelaki berjalan seperti biasa.
4. Melakukan istilam (Sentuh) Hajar Aswad kemudian mengucupnya.
Jika tidak mampu, disunatkan isyarat dengan tangan dari jauh
kemudian kucup tapak tangan tanpa membunyikan suara kucupan
tersebut. Begitu juga sunat istilam (sentuh) rukun yamani tetapi
tidak mengucupnya. Jika tak mampu, disunatkan isyarat dengan
tangan dari jauh sambil menyebut tanpa kecup tapak tangan
tersebut.*Jemaah hanya dibolehkan melakukan isyarat pada dua
tempat ini. Jika ingin mengucup hajar aswad, pastikan dilakukan di
luar masa tawaf.
5. Membaca doa dan wirid.
6. Berturut-turut tujuh putaran tawaf. Kalau lelah boleh berhenti dan
disambung pada tempat perhentian tadi. Yang baik adalah
disambung pada penjuru Hajar Aswad.
7. Tawaf dengan tawaduk dan khusyuk.
8. Melakukan solat sunat dua rakaat setelah selesai tawaf di belakang
Maqam Ibrahim. Jadikan maqam Ibrahim antara kita dan kaabah,
surat yang dibaca adalah surat al-kafirun di rakaat pertama dan
surat al-iklas di rakaat kedua. Dengan membaca:

‫صلهى‬ َ ‫َو ات ه ِخذ ُ َو ِام ْن َمقَا ِم ِا ب ِْر اه‬


َ ‫ِيم ُم‬

Artinya: ‘’Dan jadikanlah maqam Ibrahim tampat sholat’’.


Makruh ittiba’ ketika menunaikan solat sunat tawaf Selepas menunaikan
solat sunat ihram, sunat berdoa di belakang Maqam Ibrahim dan juga di
Multazam (satu kawasan antara Hajar Aswad dan Pintu Kaabah).
Seterusnya sunat minum air zamzam sepuas-puasnya, dan menyirami
kepala, berdoalah terlebih dahulu kemudian dengan tangan kanan (berdoa
sesuai dengan keperluan), kembali lagi ke hajar aswad dan istilam dengan
melambaikan tangan. Kemudian sunat keluar daripada kawasan tawaf
melalui Bab al-Safa (Pintu Safa) untuk melakukan Sa’i.

c. Sa’i
Sa’i adalah perjalanan dari bukit Syafa menuju bukit Marwa. Kini kedua
bukit ini telah masuk ke dalam komplek Masjidil Haram.
1. Niat Sa’i
Pada dasarnya pelaksanaan Sa’i tidak harus dengan melafalkan
niat. Tanpa niat pun Sa’i tetap sah, sebap Sa’i merupakan bagian dari
rukun umrah, sehingga niatnya cukup mengikuti niat ihram umrah.
Akan tetapi jika jamaah umrah ingin memantapkan Sa’i dengan
melafalkan niat, maka niat Sa’i adalah sebagai berikut:

ِ ‫س ْبعَأ كَا ِماله‬


‫ّللِاه تَعَا لَى‬ ُ ْ‫سعَي اا‬
َ ِ‫ع هم َرة‬ ‫ن ََويْتُ أ َ ْن أ َ ْسعَأ َما بَيْنَ اا ه‬
َ ِ‫صفَا َواْ ا َم ْر َوة‬

Artinya: ‘’Aku niat Sa’i (berjalan) antara Syafa dan Marwa, Sa’i umrah
karena Allah SWT’’.
Sa’i dimulai dari bikit Syafa. Di bukit Syafa angkatlah kedua tangan
dengan menghadap kiblat, kemudian sambil mengingat bahwa:‘’Allah
maha besar 3x tidak ada Ilah kecuali Allah yang Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya, bagi-Nya segala kekuasaan, bagi-Nya segala puji dan Dia kuasa
atas setiap sesuatu, tidak ada Ilah kecuali Allah yang Esa, Dia tepati janji-
Nya dan Dia tolong hamba-Nya dan Dia hancurkan musuh-musuh-Nya’’.
Bacaan ini bibaca hingga 3 kali, kemudian diselingi dengan doa, misalnya
doa mendoakan orang tua, atau bisa dengan doa apapun yang sekiranya
hafal dan lancar.
Lalu menuju bukit Marwa, khusus pria ketika melalui dua lampu hijau
lakukan dengan berlari kecil. Saat mulai mendekati Marwa lakukan seperti
memulai Sa’i, lakukan sebanyak 7 kali, lalu keluar dari pintu dekat
marwah kemudian tahallul dengan potong rambut.5[5]
2. Syarat Sa’i
 Hendaknya dilakukan selepas melakukan Tawaf.
 Mulai dari Bukit Syafa dan disudahi di Bukit Marwah.
 Cukup tujuh kali dengan yakin, yaitu dikira dari Safa ke Marwah
sekali dan dari Marwah ke Safa sekali.
 Hendaklah Sa’i di tempat yang telah ditentukan (di dalam Mas’a)
 Mengekalkan niat dengan sungguh-sungguh untuk ber Sa’’i.
 Tidak memiliki tujuan lain, selain benar-benar melakukan Sa’i.
3. Sunnah Sa’i
 Keluar ke tempat sa’i melalui Pintu Syafa.
 Menaiki Bukit Syafa dan Marwah hingga sampai ke batu-batu
bukit.
 Mengadap ke arah kiblat dan mengangkat kedua belah tangan
sambil mengucapkan( ‫َّللااه أ ْكبَ ُر‬
ُ ،‫َّللااه أ ْكبَ ُر‬
ُ ،‫َّللااه أ ْكبَ ُر‬
ُ (setiap kali berada di
atas Bukit Safa dan Marwah.
 Berlari-lari kecil bagi lelaki (tidak bagi wanita) apabila sampai di
suatu tempat yang bertanda lampu hijau.
 Berturut-berturut (muwalat) antara putaran Sa’i.
 Suci daripada hadas besar dan kecil serta menutup aurat.
 Berjalan kecuali uzur. Maka boleh menggunakan kendaraan seperti
kerusi roda.
 Berdoa.6[6]

d. Cukur
Ketentuan mencukur atau menggunting rambut yang merupakan bagian
rukun umrah ini adalah:
 Wajib: Menghilangkan 3 utas rambut kepala dengan cara apapun.
 Utama: Laki-laki mencukur semua rambut kepalanya, sedangkan
wanita memotong sedikit pada ujung rambutnya.
 Sunnah: Menghadap kiblat pada waktu bercukur atau memotong
rambut serta membaca takbir, doa dan dzikir.
 Doa waktu mencukur atau memotong rambut,
‘’ Ya Allah sungguh ini adalah ujung rambut hamba yang ada dalam
kekuasaan-Mu, maka jadikanlah untuk hamba setiap rambut suatu
cahaya di hari kiamat, dan ampunilah segala dosa hamba’’.
e. Tertib
Pelaksanaan semua rukun umrah harus tertib semuanya, mulai dari niat
ihram, Thawaf, Sa’I hingga cukur rambut.7[7]
B. WAJIB UMRAH
Wajib adalah perbuatan yang wajib dilakuakan, tetapi jika perbuatan wajib
ini ditinggalkan, umrah tetap sah. Namun wajib membayar Dam/denda
sebagai konsekuensi dari kewajiban yang ditinggalkan.
· Niat ihram dari Miqat Kamani
Yang dimaksud ‘’Miqat’’ adalah batas pelaksanaan. Miqat dikategorikan
menjadi dua macam, yaitu:
 Miqat Zamani adalah batas waktu pelaksanan umrah. Miqat
Zamani umrah adalah tidak tentu. Maksutnya semua hari dan bulan
dalam setahun, bisa digunakan untuk melaksanakan umrah.
 Miqat Kamani adalah tempat pembatasan dalam memulai ihram
umrah. Jadi seseorang yang hendak berniat ihram, ia harus berada
pada tempat-tempat yang telah ditetapkan sebagai Miqat. Jiak
dilanggar maka akan dikenai Dam. Dalam ketentuan syariat islam,
Miqat Makani ditetapkan ada 5 lokasi, yakni: (1) Bir ali (Miqat
bagi penduduk Madinah dan yang melewatinya), (2) Rabigh/Juhfah
(Miqot bagi penduduk Mesir, Syam, dan jamaah yang datang
melalui wilayah itu, (3) Yalamlam (Miqot bagi penduduk Yaman,
termasuk juga penduduk Indonesia karena jalur pesawat terbang
dari Indonesia biasa melintas di atas Yalamlam), (4) Qarnul
Manazil (Miqot bagi penduduk Najd dan orang-orang di sekitarnya
dari penduduk teluk dan orang lain yang datang dari arah Riyadh-
Thaif), (5) Dzat ‘Irqin (Miqat bagi penduduk irak dan siapa saja
yang melewatinya).
Meninggalkan Larangan Ihram
Larangan-larangan bagi seorang yang ihram untuk diwaspadai, Secara
umum larangan-larangan dalam ihram dibahagi menjadi tiga, yaitu:
1. Larangan Yang Dikhususkan Bagi Lelaki Sahaja
a. Memakai pakaian bersarung/berjahit, baju kemeja, kain pelikat.
 Jika sekiranya seorang lelaki yang berada dalam ihram umrah
memakai pakaian yang dilarang secara terlupa atau tidak
sengaja hendaklah dia menanggalkan pakaian tersebut dengan
segera berganti. Seseorang tersebut tidak berdosa dan tidak
dikenakan Dam, tetapi jika dia melengah-lengahkan dan pura-
pura tidak ingat maka dia berdosa dan dikenakan Dam (takhyir
dan taqdir).
 Seorang lelaki yang berada dalam ihram umrah boleh
memakai pakaian yang dilarang dalam kategori ini jika ada
keperluan. Dia tidak berdosa akan tetapi diwajibkan
membayar Dam (takhyir dan taqdir). Contohnya : (a)
Memakai sarung lutut yang dipakai untuk meredakan sakit
lutut, Jika dipakai secara dililit, kemudian disemat dengan pin
maka tidak dikenakan Dam; (b) Memakai kasut pada kaki
yang sehat untuk mengimbangi kasut yang dipakai pada kaki
palsu.
b. Menutup kepala atau sebagainya dengan songkok, kopiah, sorban,
kain ihram dan sebagainya.
 Seorang lelaki semasa ihram umrah diperbolehkan
melakukan perkara-perkara berikut tanpa wajib
menyempurnakan Dam: (a) Menggunakan payung; (b)
Berteduh di bawah pohon (c) Berteduh di bawah
perkemahan/terop yang telah disediakan. Jika terlupa atau
tidak sengaja melanggar, maka seseorang tersebut tidak
berdosa dan tidak dikenakan Dam, tetapi jika dia
melengah-lengahkan dan pura-pura tidak ingat maka dia
berdosa dan dikenakan Dam (takhyir & taqdir).
c. Memakai sepatu atau kasut yang menutupi jari kaki dan tumit.
Seorang lelaki semasa dalam ihram umrah diperbolehkan
melakukan perkara-perkara berikut tanpa wajib menyempurnakan
dan memakai sepatu yang menampakkan jari-jari kaki,menutup
kaki dengan kain ihram;
2. Larangan Yang Dikhususkan Bagi Wanita Sahaja
a. Menutup muka
Seorang wanita yang berada dalam ihram umrah boleh memakai
penutup hidung dan mulut jika ada suatu keperluan. Akan tetapi
tetap diwajibkan menyempurnakan Dam (takhyir dan taqdir)hanya
saja dia tidak berdosa.Boleh menutup muka dan hidungnya dengan
tangan untuk mengelakkan debu agar tidak masuk ke dalam hidung
dan mulutnya, tanpa wajib menyempurnakan Dam. Sedangkan
untuk lelaki dibolehkan menutup mukanya semasa dalam ihram
umrah kerana larangan ini hanya dikhususkan bagi wanita sahaja.
b. Memakai sarung tangan atau yang semisal.
3. Larangan Umum (Lelaki & Wanita)
a. Memakai sarung tangan. Jika terpaksa boleh melindungi tangan di
sebalik kain tudung atau kain ihram.
b. Memakai wewangian di badan, makanan,minuman atau
menghirunya.
Seseorang yang berada dalam ihram umrah boleh mengunakan: (a)
Ubat gigi, sabun mandi, shampoo, minyak angin (walaupun berbau
wangi tapi jika niatnya untuk kebersihan maka tidak dikenai Dam).Jika
sekiranya seseorang yang berada dalam ihram umrah memakai atau
menghirup wangi-wangian secara terlupa atau tidak sengaja dan atau
disembur, terciprat dengan minyak wangi pada badan atau pakaiannya
tanpa kerelaanya, hendaklah dia menghilangkan kesan bau-bauan itu.
Seseorang tersebut tidak berdosa dan tidak dikenakan Dam tetapi jika
dia melengah-lengahkan, maka dia berdosa dan dikenakan Dam
(takhyir & taqdir).
Terhadap Hajar Aswat dan Kelambu Kaabah (yang dilumuri
wewangian). Jika seseorang tersebut tidak mengetahuinya maka dia
tidak berdosa dan tidak dikenai Dam asalkan segera dihilangkannya,
namun jika dia mengetahuinya dan tetap mengecupnya atau
menyentuhnya bahkan mencium baunya maka ia wajib dikenakan Dam
(takhyir dan taqdir).
Wanita yang memakai wangi-wangian herbal adalah tidak berdosa dan
tidak dikenakan Dam kerana tujuan pemakaiannya adalah untuk
kesehatan bukannya untuk berwangi-wangi.
c. Memakai minyak di kepala, janggut dan semua bulu muka selain
daripada yang tumbuh di pipi dan dahi.
Memakai losyen pelindung tubuh dari sinar ultra violet dibolehkan
dengan syarat losyen tersebut tidak mengandung wewangian dan tidak
untuk kecantikan.8[8]
Dam takhyir dan taqdir boleh dipilih antara 3 perkara berikut :
(1) Menyembelih seekor kambing di Tanah Haram Makkah yang sah
dibuat korban, atau (2) Bersedekah kepada enam (6) orang fakir miskin di
Tanah Haram Mekah. Setiap seorang dua (2) cupak makanan asli Makkah,
atau (3) Berpuasa tiga (3) hari.
d. Menanggalkan rambut atau bulu daripada mana-mana anggota
badan.
Jika sekiranya seorang yang berada dalam ihram umrah
menanggalkan rambut atau bulu secara sengaja, tidak sengaja atau
terlupa, dia tetap dikenakan Dam ‘’ untuk 1 utas rambut = 1 mud (6
ons) gandum, 2 utas rambut 2 mud (12 ons) gandum, 3 utas rambut
atau lebih = 1 ekor kambing’’. *Tidak berdosa jika perkara ini
berlaku secara tidak sengaja atau terlupa, tetapi berdosa jika
dengan sengaja.
Tidak dikenakan Dam atas orang yang berada dalam ihram umrah
yang mendapati rambut atau bulu yang gugur di atas tilam atau
bantal ketika bangun dari tidur. *Begitu juga keadaannya bagi
wanita yang yang mendapati rambut-rambut yang tertinggal dalam
serkup tudung kepalanya ketika dia menanggalkan serkup kepala
tersebut.
e. Mengerat atau memotong kuku.
Jika seorang yang berada dalam ihram umrah mengerat atau
memotong kuku secara sengaja, tidak sengaja atau terlupa dia tetap
dikenakan Dam ‘’ untuk 1 potong kuku = 1 mud (6 ons) gandum, 2
potong kuku 2 mud (12 ons) gandum, 3 potong kuku atau lebih =
1 ekor kambing’’. *Tidak berdosa jika perkara ini berlaku secara
tidak sengaja atau terlupa. Tetapi berdosa jika dengan sengaja.
Menghilangkan kuku/rambut yang banyak, kalau dilakukan di
tempat yang terpisah dan di waktu yang berlainan, maka setiap
seutas rambut atau sepotong kuku fidyah/Dam nya tetap 1 mud (6
ons) gandum.
f. Haram memotong/menebang/mengerat/mencabut/merusak
pepohonan dan rerumputan tanah haram, baik yang dimiliki orang
atau tidak. Kecuali beberapa tumbuhan yang tidak haram, antara
lain: tanaman yang biasa dibuat obat, izkir (sejenis tumbuhan
wangi) dan pohon berduri. Pelaku larangan ini dikenakan Dam
kambing untuk I pohon kecil, dan Dan unta untuk 1 pohon besar.
g. Memburu binatang buruan darat yang halal dimakan atau
membinasakannya di Tanah Halal atau Haram.
Jika seseorang memijak seekor belalang hingga mati walaupun
secara tidak sengaja, dia tetap wajib menyempurnakan Dam
menurut nilai belalang tersebut, sedangkan seseorang itu
membunuh nyamuk, lalat dan laba-laba karena serangga-serangga
tersebut menganggunya maka tidak dikenakan Dam.
Kalau membunuh dengan sengaja atau tidak, dendanya wajib
menganti dengan menyembelih binatang yang seimbang dengan
binatang yang dibunuhnya. Yang dimaksud seimbang adalah
hewan yang seharusnya diganti dengan menyembelih kambing,
tidak cukup diganti dengan menyembelih unta, sekalipun harga
unta lebih mahal.
h. Jima’ atau bersetubuh yang dilakukan sebelum tahallul awal adalah
membatalkan atau merusak ibadah umrah. Pelakunya wajib
membayar Dam berupa unta. Jika tak mampu atau tak ada unta, ia
wajib membayar Dam seharga unta di makkah untuk dibelikan
makanan pokok dan disedekahkan. Kalau tidak mampu bisa
digamti dengan puasa (untuk 1 mud/6 ons = 1 hari puasa). Selain
Dam itu pelakunya juga wajib meng-qodho’ umrahnya pada lain
waktu. Dan ia masih harus menuntaskan umrahnya yang rusak atau
batal ini hingga selesai agar ia bisa tahallul (keluar dari ihram).
Jika setelah umrah rusak ia tidak menuntaskan umrahnya hingga
tahallul dan hanya membayar Dam serta berniat umrah qodho’ di
waktu lain, berarti ia tetap berstatus ihram seumur hidup. Dengan
kata lain larangan-larangan ihram lainnya masih berlaku baginya.
i. Jima’ atau bersetubuh yang dilakukan usai tahallul awal, tidak
merusak umrah. Pelakunya hanya dikenai Dam 1 ekor kambing.
Mukadimah jima’ seperti memegang, mencium, merangkul tidak
dikenakan Dam apabila tidak dilakukan dengan syahwat. Bila hal
ini dilakukan dengan syahwat pelakunya dikenakan Dam berupa 1
ekor kambing.
j. Orang yang sedang ihram, haram melakukan akad nikah (sebagai
calon suami atau istri), haram juga menjadi wali, atau menjadi wali
wakil/wali hakim. Dalam hal ini tidak ada Dam/fidyah, hanya saja
pelakunya berdosa.9[9]

C. SUNNAH UMRAH
1. Menghilangkan semua kotoran badan, kuku, rambut ketiak dan rambut
kemaluan.
2. Mandi untuk ihram.
3. Berwangi-wangian pada badan saja (sebelum niat).
4. Memakai kain dan selendang putih untuk pria.
5. Sholat sunnah ihram sebanyak dua rakaat sebelum berniat ihram.
6. Membaca bacaan Talbiyah.
7. Memperbanyak bacaan Talbiyah selama dalam keadaan ihram.
8. Membaca doa-doa yang dianjurkan nabi.10[10]
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rukun umrah yaitu: Niat ihram umrah, Thawaf, Sa’i, Cukur, TertibWajib
.umrah yaitu: Niat umrah dari Miqat Makani, Meninggalkan larangan
ihram.
Sunnah umrah yaitu:
1. Menghilangkan semua kotoran badan, kuku, rambut ketiak dan rambut
kemaluan.
2. Mandi untuk ihram.
3. Berwangi-wangian pada badan saja (sebelum niat).
4. Memakai kain dan selendang putih untuk pria.
5. Sholat sunnah ihram sebanyak dua rakaat sebelum berniat ihram.
6. Membaca bacaan talbiyah.
7. Memperbanyak bacaan Talbiyah selama dalam keadaan ihram.
8. Membaca doa-doa yang dianjurkan nabi
B. SARAN
Demi lebih baiknya makalah ini kami meminta saran dan ktitikan dari
Dosen pengampu dan pembaca. Kami minta maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan maupun kata-kata kami yang kurang pantas.

DAFTAR PUSTAKA

https://windiseptiani97.blogspot.com/2016/12/makalah-lengkap-
rukun-wajib-sunnah-umrah.html

Anda mungkin juga menyukai