Anda di halaman 1dari 10

EKOLOGI DAN PEMANFAATAN NITAS (Sterculia foetida L.

) DI KABUPATEN
TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR (Ecology and Utilization
of Nitas (Sterculia foetida L.) on Timor Tengah Selatan Regency, East Nusa
Tenggara)*)
Oleh/By:
Gerson ND Njurumana
Balai Penelitian Kehutanan Kupang
Jln. Untung Surapati No. 7 Kupang 85115 Nusa Tenggara Timur Indonesia
Telepon : +62 380 823357; Fax +62 380 831068; email: njurumana@yahoo.co.id
*)Diterima : 10 Januari 2009; Disetujui : 21 April 2011

ABSTRACT
Research on the ecology and utilization of nitas (Sterculia foetida L.) aims to collect information about the
ecological distribution of nitas growth at different altitude and soil types and their use by the community. The
method used was survey and observation of distribution at different altitude, then taking the coordinates to
be mapped. The results showed that nitas distributes at various altitude, especially at an altitude below 750
m above sea level. Based on soil type, this species is dominant distribution in kamisol soil and inrelationly
law terrain. The communities use the wood for light construction and traditional medicine. The conclusion is
that nitas is distributed widely in terms of altitude where the soil type and rainfall, but very limited from the
aspect of slope.
Keywords: Nitas,ecology distribution and utilization

ABSTRAK
Penelitian mengenai ekologi dan pemanfaatan nitas (Sterculia foetida L.) bertujuan untuk memperoleh data
dan informasi mengenai sebaran ekologi pertumbuhannya pada berbagai mintakat dan jenis tanah serta
pemanfaatannya oleh masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan observasi penyebaran
pada berbagai mintakat, kemudian melakukan pengambilan koordinat untuk dipetakan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nitas memiliki penyebaran pada berbagai mintakat, terutama pada ketinggian di bawah
750 m dpl. Berdasarkan jenis tanah, sebaran dominan pada tanah kambisol, dan berdasarkan kelerengan
banyak ditemukan pada kelerengan agak datar. Masyarakat menggunakan kayunya untuk bahan konstruksi
ringan dan pengobatan tradisional. Kesimpulan penelitian adalah nitas memiliki sebaran yang luas, baik dari
aspek pemintakatan, jenis tanah dan curah hujan, namun sangat terbatas dari aspek kelerengan.
Kata kunci: Nitas, sebaran ekologi dan pemanfaatannya

I. PENDAHULUAN nal, salah satunya nitas (Sterculia foetida


L.) yang termasuk dalam ordo Malvales,
Pertambahan penduduk mendorong family Malvaceae.
peningkatan kebutuhan terhadap bahan Perhatian terhadap jenis tumbuhan
baku kayu untuk berbagai kebutuhan, sa- kurang dikenal seperti nitas sangat pen-
lah satunya industri perkayuan. Perminta- ting, terutama untuk menyediakan bahan
an hasil hutan, baik hasil hutan kayu baku industri dan diversifikasi pemanfa-
maupun non kayu untuk berbagai diver- atannya oleh masyarakat yang sudah
sifikasi produk makin meningkat, tidak mendomestikasinya karena manfaatnya
sebanding dengan daya dukungnya di yang beragam, di antaranya sebagai ba-
alam. Keterbatasan potensi kayu meng- han baku bangunan, industri maupun
alihkan perhatian pengguna untuk mela- untuk pengobatan tradisional. Potensi
kukan penyesuaian bahan baku melalui pemanfaatan yang beragam menyebabkan
pemanfaatan jenis tanaman kurang dike- nitas memiliki arti penting bagi masyara-
35
Vol. 8 No. 1 : 35-44, 2011

kat di Kabupaten Timor Tengah Selatan Oebaki, Desa Basmuti, dan Desa Kuan-
(TTS). Inisiatif untuk melestarikan nitas fatu), Kabupaten TTS..
masih dalam skala kecil, dan terbatas pa-
da komunitas masyarakat penggunanya B. Bahan dan Alat Penelitian
saja, sedangkan pemerintah daerah mela- Bahan dan peralatan penelitian yang
lui Dinas Kehutanan sudah membuat pe- digunakan adalah tumbuhan nitas, GPS,
rencanaan program pengembangan untuk kamera, soil tester (pH tanah meter), haga
melestarikan nitas yang sudah mengalami meter, phi band, meteran rol, buku la-
kelangkaan di alam akibat pemanfaatan pangan, alat tulis menulis, peta adminis-
yang berlebihan. trasi, peta jenis tanah, peta curah hujan,
Untuk melakukan pengembangan ni- dan peta kelas lereng lahan wilayah Ka-
tas, diperlukan informasi yang berkaitan bupaten TTS.
dengan aspek ekologi, silvikultur, dan pe-
manfaatannya. Data dan informasi sebar- C. Metode Penelitian
an ekologi nitas merupakan referensi uta- Penentuan lokasi penelitian dilakukan
ma untuk melakukan pemetaan sebaran melalui: (1) membuat stratifikasi peneli-
dan potensi serta strategi pengembangan- tian berdasarkan distribusi nitas di setiap
nya berdasarkan karakteristik wilayah. kelas mintakat, terdiri dari mintakat I (<
Demikian halnya dengan data dan infor- 250 m dpl, mintakat II (250-500) m dpl,
masi pemanfaatan nitas oleh masyarakat mintakat III (500-750) m dpl, dan min-
diperlukan sebagai masukan untuk ana- takat IV (> 750) m dpl. Pertimbangan
lisis nilai manfaat nitas terhadap masya- mintakat merupakan salah satu faktor
rakat. Tulisan ini berfokus pada data dan yang diperhatikan, karena menurut Reso-
informasi sebaran ekologi dan pemanfaat- sudarmo et al. (1986) dan Simon (1988)
an nitas oleh masyarakat, dan diharapkan perbedaan ketingggian tempat akan ber-
informasi ini mendukung kebijakan pe- pengaruh pada suhu, kelengasan tanah,
merintah Kabupaten TTS dalam me- komposisi jenis, agihan, dan populasi ve-
ngembangkannya pada wilayah yang me- getasi, serta (2) menentukan sampel lo-
miliki kesesuaian ekologi berdasarkan ke- kasi pengamatan pada setiap mintakat se-
tinggian tempat, jenis tanah, kelerengan, cara random.
dan pemanfaatannya. Metode dasar penelitian ini adalah
metode observasional deskriptif, yaitu
metode yang digunakan untuk menggam-
II. BAHAN DAN METODE barkan kondisi suatu obyek penelitian,
kemudian dilakukan studi pustaka untuk
A. Waktu dan Lokasi Penelitian memperoleh data dan informasi pendu-
Kegiatan penelitian dilaksanakan pa- kung. Obervasi lapangan dilakukan pada
da bulan Juni-September 2008 di enam gatra fisik, antara lain ekologi pertum-
wilayah kecamatan dan 16 desa meliputi buhan nitas, curah hujan, lokasi tempat
Kecamatan Molo Selatan (Desa Biloto), tumbuh, jenis tanah, dan pH tanah. Kera-
Kecamatan Molo Utara (Desa Noinbila), gaman hayati (biotik) yang diamati ada-
Kecamatan Molo Barat (Desa Fatukoko lah identifikasi jenis vegetasi yang ber-
dan Desa Koa), Kecamatan Batu Putih komunitas dengan nitas. Untuk memper-
(Desa Benlutu, Desa Hane, dan Desa oleh informasi pemanfataan nitas, dilaku-
Boentuka), Kecamatan Amanuban Timur kan wawancara terstruktur dengan ma-
(Desa Oelet I, Desa Oelet II, Desa Pisan, syarakat pengguna pada setiap lokasi de-
dan Desa Oe Ekam), Kecamatan sa sebaran nitas sebanyak satu orang,
Amanuban Selatan (Desa Mio dan Desa sehingga total responden sebanyak 16
Kiubaat), dan Kecamatan Kuanfatu (Desa orang.

36
Ekologi dan Pemanfaatan Nitas…(Gerson ND Njurumana)

Analisis data dilakukan dengan pen- 61,01% dari luas wilayah Kabupaten TTS
dekatan analisis spasial (sistem informasi seperti disajikan pada Tabel 2.
geografis-SIG), archview 3.3, analisis
Tabel (Table) 2. Penyebaran kelas lereng lahan di
citra landsat ETM +7, analisis data kuan- Kabupaten Timor Tengah Sela-
titatif (tabulasi silang), dan analisis data tan (Distribution of slope on Ti-
kualitatif (analisis deskriptif). Pemetaan mor Tengah Selatan Regency)
wilayah Kabupaten TTS dilakukan berda- Nomor Kelas lereng Luas (Area)
sarkan potensi curah hujan, jenis tanah, (Number) (Landslope
Ha %
kelerengan, dan tutupan lahan. Selanjut- level)
nya data dan informasi koordinat posisi 1 0 - 8% 36.618 9,28
2 9 - 15% 15.265 3,87
distribusi masing-masing jenis ditum- 3 16 - 25% 57.575 14,59
pang-tindih pada peta untuk mengetahui 4 26 - 40% 240.826 61,01
kesesuaian jenis berdasarkan tipologi bio- 5 > 40% 44.416 11,26
fisik lahan. Jumlah (Sum) 394.700 100,00
Sumber (Source): Anonimous (Anonym), 2005

Memperhatikan kondisi kelerengan


III. HASIL DAN PEMBAHASAN lahan tersebut, diperlukan kehati-hatian
dalam pengelolaan dan pemanfaatannya,
A. Keadaan Sumberdaya Lahan karena sangat beresiko tinggi terjadinya
Berdasarkan peta sebaran jenis tanah erosi pada saat intensitas curah hujan
di Kabupaten TTS, tanah kambisol seluas yang cukup tinggi. Peluang meningkat-
302.409 ha (76,62%) mendominasi selu- nya erosi seiring dengan tekanan peman-
ruh wilayah, kemudian jenis tanah renzi- faatan lahan untuk kegiatan pertanian, ke-
na seluas 52.294 ha (13,25%), setelah itu bun, dan aktivitas penggembalaan.
alluvial seluas 29.410 ha (7,45%), dan je- Selanjutnya berdasarkan peta tutupan
nis tanah lainnya tersebar dalam persen- lahan hasil analisis citra landsat tahun
tase lebih kecil sebagaimana disajikan 2005, kondisi penutupan lahan didomi-
pada Tabel 1. nasi oleh semak belukar seluas 135.749
ha atau 34,39% dari luas wilayah Kabu-
Tabel (Table) 1. Penyebaran jenis tanah di Kabu- paten TTS sebagaimana disajikan pada
paten Timor Tengah Selatan Tabel 3.
(Soil types distribution on Timor Dominasi penutupan lahan oleh
Tengah Selatan Regency) semak belukar memiliki tingkat kerentan-
Nomor Jenis tanah Luas (Area) an yang tinggi terhadap kebakaran lahan
(Number) (Soil types) Ha % akibat kondisi iklim dan bahan bakar bio-
1 Alluvial 29.410 7,45 massa rumput yang melimpah. Usaha
2 Regosol 5.785 1,47 pertanian lahan kering yang umumnya
3 Renzina 52.294 13,25
4 Kambisol 302.409 76,62 menggunakan api sebagai salah satu alat
5 Latosol 3.379 0,86 pembersihan lahan dikhawatirkan akan
6 Mediteran 1.423 0,36 meningkatkan resiko kebakaran, sehingga
Jumlah (Sum) 394.700 100,00 berpengaruh terhadap kerusakan ekosis-
Sumber (Source): Anonimous (Anonym), 2005 tem dan terdegradasinya jenis flora lokal,
salah satunya nitas akibat kebakaran la-
Selanjutnya, berdasarkan peta kelas han yang mengganggu proses regenera-
kelerengan lahan, diketahui bahwa secara sinya. Potensi ancaman yang lain adalah
umum kondisi kelerengan lahan sangat pertumbuhan penduduk, terutama yang
didominasi oleh kelas lereng yang terma- menggantungkan hidupnya di sektor per-
suk kategori agak curam–curam (kele- tanian yang semakin tinggi, sedangkan
rengan 26-40%) seluas 240.826 ha atau luas lahan pertanian yang tersedia sangat

37
Vol. 8 No. 1 : 35-44, 2011

Tabel (Table) 3. Penutupan lahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (Landcover on Timor Tengah Selatan
Regency)
Nomor Luas (Area)
Penutupan lahan (Land cover)
(Number) Ha %
1 Awan (Cloud) 134.225 34,01
2 Hutan lahan kering sekunder (Secondary dryland forest) 71.472 18,11
3 Hutan mangrove primer (Primary mangrove forest) 518 0,13
4 Hutan mangrove sekunder (Secondary mangrove forest) 57 0,01
5 Pemukiman (Settlement) 265 0,07
6 Perkebunan (Plantation) 978 0,25
7 Pertanian lahan kering (Dryland farming) 3.745 0,95
8 Pertanian lahan kering campur (Dryland mixed farming) 29.271 7,42
9 Rawa (Swamp) 86 0,02
10 Savana (Savanna) 15.246 3,86
11 Sawah (Rice field) 189 0,05
12 Semak belukar (Bush) 135.749 34,39
13 Tanah terbuka (Open land) 549 0,14
14 Tubuh air (Water body) 2.348 0,59
Jumlah (Sum) 394.700 100,00
Sumber (Source): Anonimous (Anonym), 2005

terbatas, dan sangat bergantung pada cu- Afrika Timur, India, Srilanka, Thailand,
rah hujan dan ketersediaan air. Kondisi Australia Utara, dan kepulauan Hawai.
tersebut mengharuskan pemeliharaan dan Heyne (1987) menyebutkan bahwa di Ja-
konservasi tubuh air seluas 2.348 ha dari wa, nitas atau kepuh dapat ditemui pada
wilayah Kabupaten TTS perlu diperhati- ketinggian di bawah 500 m dpl, sedang-
kan untuk meningkatkan daya dukungnya kan di Malaysia sebarannya pada keting-
terhadap pengembangan pertanian lahan gian sekitar 0-1.000 m dpl.
kering. Secara khusus, nitas merupakan salah
satu jenis tanaman yang sudah menga-
B. Ekologi Pertumbuhan Nitas (Ster- lami domestikasi dengan ekologi biofisik
culia foetida L.) wilayah Kabupaten TTS. Sebaran domi-
Pohon nitas umumnya dikenal de- nan jenis ini dijumpai pada mintakat 139
ngan nama perdagangan “kepuh”. Pada m dpl sampai 488 m dpl. Berdasarkan in-
beberapa daerah, nama jenis tumbuhan formasi dari masyarakat, sebaran nitas
ini bervariasi seperti nise (Timor), kelum- pada ketinggian di atas 750 m dpl agak
pang (Malaysia), kabu (Batak), kepuh sulit dijumpai seperti di wilayah Oelbu-
(Medan), kepoh, kepuh, kepok (Jawa), buk dan Kapan. Berdasarkan hasil peng-
kalumpang (Madura), galumpang, kalum- amatan lapangan, sebaran nitas pada min-
pang (Sumbawa), kajumbang (Wainga- takat I (< 250 m dpl) mencapai 24,39%,
pu), wuhak kepo (Solor), kalumea (Tola- sedangkan pada mintakat II (250-500 m
laki, Kendari), wuhak (Sulawesi Tengga- dpl), mintakat III (500-750 m dpl) men-
ra), kailpa furu (Ternate), kailipa buru capai 36,59%, dan pada mintakat IV (>
(Tidore), dan plani (Wetar) (Datta, 1966 750 m dpl) menurun mencapai 2,44%.
dan Tantra, 1996). Berdasarkan pemintakatan sebaran ni-
tas, pertumbuhannya banyak dijumpai pa-
1. Penyebaran da mintakat di bawah 750 m dpl. Min-
Nitas memiliki sebaran yang luas me- takat tersebut diduga merupakan kondisi
liputi Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, yang cukup kondusif untuk regenerasi
Sumbawa, Flores, Timor, Kalimantan, pertumbuhannya, dan merupakan faktor
Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Infor- utama yang perlu diperhatikan dalam pe-
masi lain juga menyebutkan bahwa nitas ngembangannya. Keadaan ini juga meng-
dapat dijumpai di Malaysia, Philipina, gambarkan bahwa pada mintakat < 750 m
38
Ekologi dan Pemanfaatan Nitas…(Gerson ND Njurumana)

Gambar (Figure) 1. Pohon nitas (Sterculia foetida L.) dan jenis-jenis asosiasinya, dengan buahnya yang
belum matang di lapangan (Nitas tree (Sterculia foetida L.) and species associations
with the immature fruits on the fields)

dpl, cenderung memiliki intensitas caha- Hasil pengamatan lapangan memper-


ya dan suhu yang lebih tinggi, karena in- lihatkan jenis tumbuhan yang berasosiasi
tensitas cahaya merupakan salah satu fak- dengan nitas cukup beragam, di antaranya
tor yang berpengaruh terhadap pertum- adalah waru (Hibiscus tiliacus), kabesak
buhan dan regenerasinya. Pada kondisi (Acacia leucophloea dan A. farnesiana),
intensitas cahaya memadai, biodiversitas pulai (Alstonia scholaris), johar (Cassia
flora akan lebih tinggi dan diduga hal ini siamea), mahoni (Swietenia macrophyl-
berpengaruh terhadap tingkat asosiasi la), jati (Tectona grandis), kesambi
tumbuhan nitas. Dugaan ini sejalan de- (Scheilera oleosa), dadap (Erythrina sp.),
ngan teori distribusi vegetasi, bahwa se- jambu air (Eugenia clavimyrtus), albisia
cara umum makin tinggi tempat tumbuh, (Albizia lebekioides), kedondong hutan
makin sedikit tingkat keragaman jenis- (Lannea koromandalica). Tumbuhan ba-
nya. wah yang berasosiasi diantaranya Chro-
Selain faktor mintakat, keragaman je- molaena odorata, Aphanamixis polysti-
nis tumbuhan yang mampu berasosiasi cia, dan Salanua verox. Keragaman jenis
positif dengan nitas pada ketinggian di tumbuhan yang berasosiasi memperli-
atas 750 m dpl sangat terbatas, karena ti- hatkan bahwa secara ekologi nitas memi-
dak dapat melakukan regenerasi dengan liki asosiasi dengan tumbuhan lain dan
baik, sehingga banyak tumbuhan nitas pa- tidak bersifat individual. Pertumbuhan
da mintakat tersebut yang tidak berkomu- nitas lebih banyak dijumpai pada daerah
nitas atau hidup menyendiri. Di alam, da- yang agak rata, seperti pada daerah sem-
lam suatu komunitas tumbuhan yang ber- padan sungai yang lembab karena aliran
asosiasi, setiap jenis tumbuhan akan sa- air mengalir sepanjang tahun maupun pa-
ling berinteraksi dengan jenis tumbuhan da sempadan sungai yang mengalami ke-
lain sehingga membentuk hubungan aso- keringan pada musim kemarau (Tabel 4).
siasi, baik asosiasi yang positif maupun Berdasarkan hasil pengamatan la-
negatif. Asosiasi positif dan negatif terja- pangan memperlihatkan bahwa dari fisio-
di karena terciptanya persaingan antara logi tanaman, umumnya yang dijumpai
individu tumbuhan, baik yang sejenis adalah tanaman dewasa dengan diameter
maupun yang berbeda akibat adanya ke- di atas 20 cm sebanyak 97,5% dan sisa-
butuhan yang sama terhadap sumberdaya, nya memiliki diameter lebih kecil dari 20
di antaranya adalah hara mineral, tanah, cm. Diameter terendah adalah pohon ni-
air, cahaya, dan ruang tumbuh (Michael, tas yang dijumpai di Bilua, Desa Oebaki
1984; Arief, 1994; Irwan, 2003; dan Wi- dengan diameter 18 cm. Selanjutnya dia-
rakusuma, 2003). meter terbesar dijumpai di Oeupun, Desa

39
Vol. 8 No. 1 : 35-44, 2011

Tabel (Table) 4. Sebaran ekologi nitas pada beberapa desa sampel di Kabupaten TTS (Ecological 5T 5T

distribution of nitas in several sample villages in TTS Regency)


5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T

Nomor Lokasi desa Posisi geografis Tapak pertumbuhan


(Number) (Village Location) (Geographical position) (Sites of growth)
1 Desa Fatukoko S.9050’482” dan E.124010’107”
P P P P Daerah sempadan sungai, kondisi
(Fatukoko village) S.9050’564” dan E.1240
P P P P
lembab, jenis tanah alluvial (Riverine 5T 5T12

10’115” area, humid, type of soil alluvial)


5T12 5T12 5T12 5T12 5T12

2 Desa Tefas S.9057’546” dan E.124008’318”


P P P P Daerah pekarangan dan pertanian
(Tefas village) lahan kering, jenis tanah alluvial
(Home garden area and dry land 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T

farming, type of soil alluvial) 5T 5T 5T

3 Desa Noinbilla S.9050’109” dan


P P Tanah ladang, jenis tanah kambisol
(Noinbila village) E.124016’56,4” P P (Farmlands, type of soil kambisol)
4 Desa Benlutu S9054’004” dan E124013’423”
P P P P Kawasan agroforestry dan
(Benlutu village) S9054’027” E124013’443”
P P P P
pekarangan, jenis tanah kambisol
(Agroforestry and home garden area,
5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T

type of soil kambisol)


5T

5 Desa Biloto S9051’052” dan E124014’273”


P P P P Daerah pekarangan dan agroforestry,
(Biloto village) S9052’523” dan E124011’568”
P P P P
jenis tanah renzina (Home garden 5T 5T

and agroforestry area, type of soil


5T 5T 5T 5T 5T 5T

renzina)
5T

6 Desa Boentuka S9053’797” dan E124 012’048”


P P P P Sekitar kawasan hutan sekunder,
(Boentuka village) kelerengan agak curam (Around the 5T 5T12 5T12

secondary forest area, fairy steep of 5T12 5T12 5T12 5T12 5T12

slope)
5T12

7 Desa Nunbaki S9050’466” dan E1240 10’176”


P P P P Kawasan semak belukar, lahan datar
(Nunbaki village) dan dekat dengan kebun masyarakat.
(Bush area, flat land and the arround
5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T

of community gardens)
5T 5T 5T 5T

8 Desa Hane S9054’570” dan E124013’256”


P P P P Daerah pekarangan, agroforestry, dan
(Hane village) S90 54’606” dan E124013’240”
P P P P
tanah lading, jenis tanah kambisol,
S9054’701” dan E124013’340”
P P P P
umumnya berada pada kelerengan
datar (Home garden area,
S9054’621” dan E1240 13’369”
5T 5T 5T 5T

P P P P

agroforestry and farm land. Type of


5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T

soil kambisol, generally located on 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T

flat slope)
5T 5T 5T 5T

9 Desa Koa S9056’013” dan E124006’945”


P P P P Berada sekitar mata air, asosiasi
(Koa village) vegetasi dalam luasan 400 m2 P P

mencapai 23 pohon (Located around 5T

the spring, the association of 5T

vegetation in the area 400 m2 reached


5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T 5T P P5T 5T

23 trees) 5T 5T

Sumber (Sources) : Survei lapangan (Field observation), 2008

Kiubaat dengan diameter mencapai 216 ma pekarangan dan lahan kebun agrofo-
cm. Berdasarkan klasifikasi ketinggian restry. Kondisi tersebut mengindikasikan
pohon, dapat digambarkan kisaran tinggi bahwa tanaman ini dipelihara oleh ma-
pohon yang dijumpai berkisar antara 3,5 syarakat dengan berbagai pemanfaatan-
m sampai 37 m. Pohon terendah dijumpai nya, dan merupakan peluang yang perlu
di Desa Mio, dengan pH tanah yaitu 7, diberdayakan untuk konservasi nitas me-
sedangkan pohon tertinggi dijumpai di lalui penguatan kapasitas masyarakat da-
Oenunu, Desa Hane dengan pH tanah lam budidaya nitas, sehingga meningkat-
mencapai 6,5. kan kemampuan untuk pembibitan dan
Sebagian besar pohon nitas dijumpai pemeliharaan anakan yang tumbuh di
pada lahan pertanian masyarakat, teruta- alam.
40
Ekologi dan Pemanfaatan Nitas…(Gerson ND Njurumana)

2. Lingkungan Pertumbuhan pertumbuhannya dijumpai pada kelereng-


a. Tanah an 2-25%. Dengan mengacu pada data
tumpang-tindih pemetaan, walaupun dari
Pertumbuhan nitas umumnya dijum- segi jenis tanah mempunyai potensi pe-
pai di lingkungan dengan jenis tanah nyebaran yang tinggi, namun bila dilihat
kambisol dan kondisi tekstur tanah se- dari kesesuaian berdasarkan tingkat kelas
dang sampai kasar.Berdasarkan tumpang- kelerengan, potensi penyebarannya sa-
tindih penyebaran luas lahan dan jenis ngat terbatas mencapai 109.458 ha atau
tanah, penyebaran jenis tanah kambisol 27,73% dari seluruh wilayah Kabupaten
mencapai 302.409 ha atau 76,62% dari TTS.
luas wilayah Kabupaten TTS. Luasan Keterbatasan daerah penyebaran ber-
tersebut memperlihatkan bahwa dari segi dasarkan kelerengan yang kecil diduga
jenis tanah, struktur, dan tekstur memiliki merupakan salah satu bentuk adaptasi ni-
potensi kesesuaian yang tinggi, walaupun tas terhadap kondisi media tumbuh.
tetap dibatasi oleh ke-tinggian tempat dan Umumnya pada keadaan tanah berlereng
tata-guna lahan, ter-utama pada kawasan tinggi, kedalaman solum tanah makin me-
perkebunan, padang penggembalaan, dan nurun seiring dengan peningkatan kele-
kawasan pemukim-an. Pertumbuhan nitas rengan, sehingga kemampuan akar untuk
umumnya berada pada kisaran pH antara menembus lapisan batuan bawah tanah
5,2 sampai 7. Kisaran nilai pH ini mem- makin kecil. Sebaliknya keadaan tersebut
perlihatkan bahwa nitas lebih banyak menjadi lebih mudah dilakukan pada dae-
tumbuh pada kondisi yang netral. Kondisi rah datar, karena pada kondisi ini ke-
tanah tempat tumbuh tanaman umumnya stabilan tanah lebih mantap dibandingkan
beragam, dari tanah berbatu, tanah liat, pada kelerengan tinggi, sehingga me-
liat lempung berpasir maupun pada tanah mungkinkan daerah perakaran lebih da-
gembur seperti di Maunmetan, Desa lam untuk mendukung pertumbuhan dan
Biloto (Gambar 1). kekokohan pohonnya.
b. Kelerengan
Pertumbuhan nitas umumnya pada C. Pemanfaatan oleh Masyarakat
daerah datar, sedikit bergelombang Pemanfaatan nitas oleh masyarakat
maupun pada sempadan sungai. Rata-rata terutama digunakan juga sebagai bahan

124°15'30" 124°31'00" 124°46'30"

PETA PENYEBARAN JENIS


TANAMAN UNGGULAN LOKAL
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Kab. Timor Tengah Utara
NUAPIN
Jenis : Nitas (Sterculia foetida)

NENAS
BONLEU 4 0 4 8 Km
BONMUTI

NIFUKIU
TAFULI
Kab. Belu Skala 1 : 200.000
FATUMNUTU
NOEBESI FATUMNASI
TUNE
LOTAS

LOLI
NUNBENA Â
BIJELI TUMU
TUTEM Legenda :
BILA FATUONI BOKONG
TOBU

TUNUA FATUKOPA U
% Kota Kabupaten
BIJAEPUNU
LELOBOKO SONO Batas Desa/Kelurahan
SAMBET
SEBOT
Jalan
KONBAKI
SNOK
TELUK Sungai
9°42'30"

Â
9°42'30"

LAOB
AJAOBAKI
BOSEN MNELAANEN
OELET NASI
LILO TOIANAS Â Nitas (Sterculia foetida)
NEFOKOKO
O'BESI
NETPALA NEKE FOTILO
LILANA LELOBATAN
MAULEUM PISAN Â
EONBESI
KUALE'U
NEONONI Jenis Tanah :
PENE UTARA SKINU

NIKINIKIUN
Alluvial
POLI
BINAUS
NOEBANA Kambisol
KAENENO
FILLI SILU Latosol
MANUFUI BAUS
BESANA SOPO OELEON Mediteran
OELBUBUK NAUKAE
NONOTES
Oxisol
NIFULEO
HOI SANTIAN Regosol
OOF BONE Renzina
NIKINIKI FALAS
TOI MEUSIN
NOBINOBI SUNU
OINLASI
TETAF NAPI SABUN
BILOTO AININ LANU

FATUKOKO
Â
 KARANGSIRI
NONOHONIS ENONEONTES
NUSA
NANO

 PENUN

So'e
U
% KAMPUNGBARU
OEKEFAN

NUNUMEU
NOEBESA KUALEU
BOKING Sumber :
- Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Tahun 2006, Skala 1 : 25.000;
OENAI HOINENO
LAKAT KOKOI - Peta RePPPoT Tahun 1989, Skala 1 : 250.000;
TAUBNENO PUTUN - Peta Administrasi Kabupaten Timor Tengah Selatan;
 SOE OEBESA
SUPUL
NUNKOLO - Hasil Survey Tahun 2008.
TESIAYOFANU
TUBUHUE NULLE NUNLEU
MNELALETE HAUMENI
 BENLUTU  BOTI
BELLE NENDAT
123 124 125

Â
-9

-9

PUSU FATUULAN SAHAN


TUASENE BOENTUKA Â NAKFUNU Peta Situasi Pulau Timor
KOA HAUMEMBAKI BAKI Skala 1 : 3.500.000
  TAEBESA
OP

 OEHELA
HANE
TEAS OLAIS FATUAT
BABUIN HAUNOBENAK
TUPAN
OEBAKI
Â
9°58'00"

9°58'00"

-10

-10

OFU
LASI
OEPELIKI OELEU
MIO KOTOLIN
OEBOBO
30 0 30 Km Daerah Yang Dipetakan
OEEKAM PANA
  OETUKE
123 124 125
 NUNUNAMAT
-10

-10

KAKAN SEI
PATUTNANA BASMUTI

 PENE SELATAN

LINAMNUTU KIUBAAT
 KUANFATU KUSI
NAIP
KOLBANO
KELLE

POLO NOESIU PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN


BATNUN NOEMUKE
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
OEKIU NUNUSUNU ONI
TUAPAKAS

Kab. Kupang
KUALIN

BENA
KIUFATU r
OEBELO
o
TOINEKE m
i
TUAFANU
T
t
u
a
L

124°15'30" 124°31'00" 124°46'30"

Gambar (Figure) 1. Peta penyebaran nitas berdasarkan jenis tanah di Kabupaten Timor Tengah Selatan
(Map of nitas distribution based on soil type in Timor Tengah Selatan Regency)

41
konstruksi bangunan rumah terutama un- ngering dan berangsur sembuh. Ramu-
tuk kebutuhan bahan-bahan kayu gordin an serupa dapat digunakan untuk me-
dan atap, karena umumnya ringan, mudah ngobati patah tulang pada manusia.
dikerjakan, mudah dipaku, dan memiliki 3. Pengalaman dari penduduk di Desa
ketahanan dan kekuatan yang cukup baik. Tefas menuturkan bahwa nitas sangat
Bentuk batang yang bulat lurus dan tinggi mujarab untuk mengatasi kesulitan
bebas cabang yang mencapai rata-rata 6-8 persalinan. Kulit buah matang dibakar
m sangat baik untuk penggunaan sebagai sampai hangus, diseduh dengan air ha-
bahan-bahan konstruksi untuk penyangga ngat dan diminum sehingga proses
atap rumah. Penggunaan lain adalah un- persalinan berjalan cepat. Dari penu-
tuk bahan konstruksi pagar, karena turan masyarakat tersebut, diduga bah-
umumnya lahan pertanian di Timor wa pada kulit nitas mengandung bio-
menggunakan pagar dengan kebutuhan aktif yang membantu memperkuat
antara 1.500-2.000 batang/ha (Njuruma- rangsangan persalinan, membantu
na, 2006). Kayu nitas digunakan juga se- membersihkan kandungan setelah me-
bagai bahan bakar, terutama oleh pendu- lahirkan dan dipakai juga untuk me-
duk pedesaan yang masih menggantung- nyembuhkan sakit lambung dan ginjal
kan kebutuhan bahan bakar dari bahan (komunikasi pribadi).
bakar biomassa, dengan rata-rata kebu- 4. Pengalaman salah satu masyarakat di
tuhan kayu bakar mencapai 142 m3/KK/ Desa Benlutu pernah menggunakan
tahun (Riwukaho, 2005). untuk menyembuhkan penyakit kan-
Pemanfaatan lain yang sangat mena- ker. Proses penggunaannya dengan
rik adalah penggunaannya sebagai bahan melakukan peramuan terhadap bebera-
obat-obatan tradisional. Berdasarkan in- pa komponen dari bagian tanaman ter-
formasi dari 16 orang responden pada lo- sebut, kemudian dikompres/ditempel-
kasi-lokasi sampel penelitian memperli- kan pada daerah kanker. Dalam bebe-
hatkan diversifikasi penggunaannya seba- rapa waktu kemudian, kanker akan ke-
gai berikut: ring dan menuju kesembuhan. Penga-
1. Kulit nitas dapat digunakan sebagai laman masyarakat tersebut menjadi
bahan pengawet benih pertanian seper- informasi yang sangat berguna, teruta-
ti jagung dan kacang-kacangan agar ti- ma nilai ekonomi tanaman ini lebih
dak dimakan oleh semut/rayap. Pema- tinggi dari aspek bio-aktif dibanding-
kaian dilakukan dengan cara mengam- kan dengan nilai jual kayunya.
bil kulit batang secukupnya, kemudian 5. Responden juga memberikan informa-
direndam dalam air bersama benih ja- si menarik bahwa masyarakat memi-
gung atau kacang-kacangan dalam em- liki kearifan lokal untuk menghindar-
ber. Dugaan sementara adalah bahwa kan diri dari petir. Pada musim hujan,
dalam getah/rendaman air dari kulit ni- masyarakat mengambil biji nitas seba-
tas terdapat zat tertentu yang tidak di- gai salah satu alat penangkal petir. Biji
sukai atau bahkan berbahaya bagi se- nitas dipakai sebagai perhiasan/mainan
mut/rayap, sehingga tidak menggang- kalung dan juga disimpan di kantong
gu benih. celana maupun tempat sirih pinang
2. Daun, kulit, dan akar dapat digunakan (koko mama). Kearifan lokal tersebut
juga untuk mengobati luka pada ter- di atas memicu masyarakat banyak
nak. Masing-masing bagiannya dicam- memelihara pohon ini di sekitar peka-
pur kemudian dihancurkan sampai rangan penduduk untuk menghindari
halus, setelah itu ditempelkan pada petir pada saat musim hujan.
tubuh hewan yang luka. Masyarakat Mengacu pada informasi tersebut di
menginformasikan bahwa setelah be- atas menunjukkan bahwa masyarakat me-
berapa saat, luka pada hewan akan me- miliki beragam pengalaman pemanfaatan
42
Ekologi dan Pemanfaatan Nitas…(Gerson ND Njurumana)

nitas, dan diwariskan dari generasi ke ge- 1. Nitas (Sterculia foetida L.) merupa-
nerasi. Pengetahuan masyarakat lokal da- kan salah satu jenis unggulan lokal
lam pemanfaatan nitas merupakan indika- yang memiliki sebaran ekologi cukup
si bahwa masyarakat memiliki pemaham- luas terutama pada jenis tanah kam-
an mengenai pengelolaan nitas untuk tu- bisol, kelerengan yang agak datar, dan
juan kemanusiaan, salah satunya melalui pada mintakat pertengahan < 750 m
pengobatan tradisional. Oleh karena itu, dpl di wilayah Kabupaten TTS.
perlu reorientasi pengembangan nitas 2. Nitas (Sterculia foetida L.) merupa-
agar tidak terjadi reduksi nilai melalui pe- kan salah satu jenis tanaman yang su-
ngelolaan yang berfokus pada nilai kayu dah terdomestikasi, sehingga sudah
saja, tetapi perlu dibangun kesadaran agar banyak dipelihara oleh masyarakat di
potensi nitas lebih diarahkan pada pe- sekitar pekarangan maupun pada lo-
manfaatan hasil hutan bukan kayu yaitu kasi pertanian lahan kering campuran.
nilai kandungan bio-aktif yang dapat di- 3. Nitas (Sterculia foetida L.) memiliki
gunakan untuk tujuan kemanusiaan yang manfaat bagi masyarakat, kayunya
bernilai ekonomi lebih tinggi. sering digunakan sebagai bahan ba-
Pengelolaan nitas merupakan bagian ngunan konstruksi ringan, kayu bakar,
integral dari pengelolaan komunitas ma- dan tiang pagar, sedangkan kulit, buah,
syarakat, artinya keberlanjutan konservasi daun, dan akarnya digunakan sebagai
nitas akan berimplikasi terhadap keber- bahan perlengkapan pengobatan tra-
lanjutan pemanfaatan oleh masyarakat. disional untuk menyembuhkan kanker,
Hilangnya potensi dan keberlanjutan nitas persalinan ibu hamil, dan pengobatan
akan berimplikasi terhadap hilangnya pada hewan ternak yang sakit.
sumber kehidupan, baik dalam pengertian
simbolis maupun dalam pengertian yang B. Saran
empiris dari masyarakat lokal. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ancam- Berdasarkan hasil penelitian, bebera-
an kelestarian nitas merupakan ancaman pa pertimbangan saran dan rekomendasi
terhadap kelestarian sumberdaya kehi- sebagai berikut:
dupan masyarakat yang memanfaatkan- 1. Pengembangan nitas (Sterculia foeti-
nya, dan kondisi ini merupakan rangkaian da L.) sebagai salah satu jenis ung-
proses menafikan nilai-nilai sosial-kul- gulan lokal perlu dilakukan, karena
tural masyarakat dalam pemanfaatan sudah terdomestikasi dan memberikan
sumberdaya alam. Melalui pemahaman nilai manfaat bagi masyarakat, baik
mendalam keterkaitan antara kelestarian dalam rangka mendukung ketersedia-
nitas dan kelestarian pemanfaatan oleh an bahan baku industri perkayuan,
masyarakat, dapat diketahui bahwa peles- mendukung rehabilitasi lahan, perbaik-
tarian nitas merupakan bagian yang tidak an mutu lingkungan hidup, diversifi-
terpisahkan dari pembangunan masyara- kasi pendapatan, dan pengobatan tradi-
kat yang memanfaatkannya untuk tujuan sional.
kemanusiaan. 2. Khusus untuk manfaat pengobatan,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai unsur kimia dan bio aktif-
IV. KESIMPULAN DAN SARAN nya, sehingga dapat segera diketahui
potensi pemanfaatannya yang lebih
A. Kesimpulan lengkap untuk mendukung kebutuhan
farmasi, karena dengan tersedianya
Berdasarkan pembahasan sebelum- data dan informasi lengkap mengenai
nya, beberapa kesimpulan yang dapat di- kandungan bio aktif akan meningkat-
ambil adalah sebagai berikut: kan nilai ekonominya dibandingkan
43
Vol. 8 No. 1 : 35-44, 2011

dengan nilai kayunya, sehingga dapat McGraw-Hill Publishing Company


dilakukan pelestarian untuk mendu- Limited.
kung keberlanjutan pemanfaatan dan Njurumana, G.ND. 2006. Pendekatan re-
konservasinya pada habitat alamnya habilitasi lahan kritis melalui pe-
maupun pada lahan pekarangan dan ngembangan mamar (Studi kasus
pertanian lahan kering milik masya- mamar di Kabupaten TTS). Maka-
rakat. lah Utama pada Kegiatan Sosiali-
sasi Hasil Hasil Penelitian dan Pe-
ngembangan Kehutanan. Kerjasama
DAFTAR PUSTAKA antara Balai Litbang Kehutanan Ba-
li dan Nusa Tenggara, Badan Lit-
Anonimous. 2005. Laporan penyusunan
bang Daerah Provinsi Nusa Teng-
data base dan informasi DAS di
gara Timur dan Universitas Nusa
wilayah BPDAS Benain Noelmina
Cendana. 14 Februari 2006. Ku-
Provinsi Nusa Tenggara Timur Ta-
pang.
hun 2005. Kerjasama Balai Penge-
Resosoedarmo, R.S., K. Kartawinata, dan
lolaan DAS Benain Noelmina de-
A. Soegiarto. 1986. Pengantar eko-
ngan Pusat Penelitian Lingkungan
logi. CV Remaja Karya Bandung.
Hidup, Universitas Nusa Cendana.
Riwukaho, L.M. 2005. Api dalam ekosis-
Kupang.
tem savana : kemungkinan penge-
Arief, A. 1994. Hutan, hakikat dan pe-
lolaannya melalui pengaturan wak-
ngaruhnya terhadap lingkungan.
tu membakar (studi pada savana
Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
Eucalyptus Timor Barat). Disertasi
Jakarta.
pada PPS UGM, Yogyakarta Bi-
Datta, M.K. 1966. Some phytogeogra-
dang Ilmu Kehutanan. Yogyakarta.
phical and economic aspects of
Simon, H. 1988. Pengantar ilmu kehu-
genus Sterculi. The Indian Forester
tanan. Bagian Penerbitan Fakultas
92 (8).
Kehutanan, Universitas Gadjah Ma-
Heyne. 1987. Tumbuhan berguna Indo- da. Yogyakarta.
nesia, Jilid III. Badan Litbang Ke- Tantra, I G.M. 1976. A revision of the
hutanan. Jakarta. genus Sterculia L. in Malesia (Ster-
Irwan, Z.D. 2003. Prinsip-prinsip ekologi culiaceae). Lembaga Penelitian Hu-
dan organisasi ekosistem, komu- tan. Jakarta.
nitas dan lingkungan. Penerbit PT. Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar
Bumi Aksara. ekologi bagi populasi dan komuni-
Michael, P. 1984. Ecological methods for tas. Penerbit Universitas Indonesia
field and laboratory investigations. (UI-Press).

44

Anda mungkin juga menyukai