Anda di halaman 1dari 16

Mengenal Agama Islam

dengan Dalil

Allah ta’ala berfirman,


ْ
َََّّّۗ‫اْل ْسَلم‬ َِّ ََّّ‫الدينََّّ ِع ْند‬
ِ َّ‫ّللا‬ ِ ََّّ‫ِإن‬

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah


hanyalah Islam.” [Ali Imran: 19].

Penjelasan ringkas:

1. Dari segi bahasa Islam berarti tunduk dan berserah


diri. Sejumlah ulama menyampaikan makna Islam
ditinjau dari segi bahasa,
a. Al-Marwazi berkata, “Islam secara bahasa
berarti ketundukan.”1

b. Ath-Thabari berkata, “Akar kata islam adalah


istislam (berserah diri dan tunduk), karena frasa
“man istaslamtu li amrihi” berarti “al-khudhu’ li
amrihi” (tunduk pada perintahnya).”2

c. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Secara bahasa,


islam berarti al-inqiyad (kepatuhan).”3

2. Dari segi syari’at (agama), Islam memiliki dua


pemaknaan yang populer, yaitu pemaknaan Islam
secara umum dan pemaknaan Islam secara khusus.

3. Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah


menjelaskan bahwa:

1 Ta’zhim Qadr ash-Shalah 2/695.


2 Tafsir ath-Thabari 1/493.
3 Fath al-bari 9/259.
a. Islam yang bermakna umum adalah definisi
yang sering disampaikan ulama, yaitu,

َّ‫االستسَلم َّهلل َّبالتوحيد َّواالنقياد َّله َّبالطاع َّة‬

‫والبراءةَّمنَّالشركَّوأهل َّه‬

“Berserah diri kepada Allah dengan


mengesakan-Nya (menauhidkan-Nya), tunduk
kepada-Nya dengan melakukan ketaatan, dan
membenci perbuatan menyekutukan Allah
(syirik) dan pelakunya”.

Dengan kata lain, Islam dengan makna yang


umum berarti beribadah kepada Allah semata
dan tidak menyekutukan-Nya. Inilah Islam yang
merupakan agama para nabi dan rasul ‘alaihim
as-salam. Pemaknaan Islam secara umum ini
bisa ditemui dalam sejumlah ayat al-Quran
seperti:
▪ Firman Allah ta’ala perihal Taurat dan para
nabi Bani Israil,

ٌ ‫إناَّأ ْنزْلناَّالت ْوراة َّ ِفيهاَّه ًدىَّون‬


َّ‫ورََّّۚي ْحكم َِّبهاَّالن ِب ُّيون‬ ِ
ْ
َّ‫واَّلل ِذينَّهَّادواَّوالربا ِن ُّيونَّواْل ْحبار َِّبما‬
ِ ‫ال ِذين َّأ ْسلم‬
َّۚ‫َّّللاَّوكانواَّعل ْي ِهَّشهداء‬ ْ ْ ْ
ِ ‫اب‬ ِ ‫استح ِفظوا َِّمن َِّكت‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan


Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya (yang menerangi), yang dengan
Kitab itu diputuskan perkara orang-orang
Yahudi oleh nabi-nabi yang berislam kepada
Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan
mereka diperintahkan memelihara kitab-
kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya.” [al-Maidah: 44].

Dalam ayat di atas, Allah menyifati para nabi


Bani Israil dengan Islam, yang menunjukkan
bahwa yang dimaksud dalam ayat itu adalah
Islam dalam makna secara umum.

▪ Firman Allah ta’ala perihal perkataan Musa


‘alaihi as-salam kepada kaumnya,

ْ ْ ْ
ِ ‫وقال َّموس ٰى َّيا َّق ْو ِم َِّإن َّكنت ْم َّآمنت ْم َِّب‬
َّ‫اَّلل َّفعل ْي ِه‬

َّ ‫توكلوا َِّإ ْنَّك ْنت ْمَّم ْس ِل ِم‬


‫ين‬

“Berkata Musa, "Hai kaumku, jika kamu


beriman kepada Allah, maka bertawakkallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar
orang yang berislam." [Yunus: 84].

▪ Firman Allah ta’ala perihal perkataan anak-


anak Ya’qub ‘alaihi as-salam,
ٰ ٰ
ِ ‫يم َّو ِإ ْسم‬
ََّّ‫اعيل‬ َّ ‫ك َّ ِإ ْبر ِاه‬ َّ ‫قالوا َّن ْعبدَّ َّ ِإله‬
َّ ‫ك َّو ِإلهَّ َّآبا ِئ‬
ٰ
َّ‫و ِإ ْسحاقََّّ ِإل ًهاَّو ِاح ًداَّون ْحنََّّلهََّّم ْس ِلمون‬
Mereka menjawab, "Kami akan menyembah
Ilah-mu dan Ilah nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Ilah Yang Mahaesa
dan kami hanya berislam kepada-Nya." [al-
Baqarah: 133].

b. Islam yang bermakna khusus adalah agama


Islam yang berisi petunjuk dan ajaran yang
benar, yang dengannya Allah mengutus nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
menjadikan agama tersebut sebagai penghapus
agama-agama sebelumnya, sehingga tidak ada
agama yang diridhai di sisi Allah kecuali agama
ini.4

Allah ta’ala berfirman,

4 Al-Fiqh al-Akbar wa al-Madkhal ilaa al-Fiqh al-Islami hlm. 30.


ْ ْ ْ ْ ْ
َّ‫اْل ْسَل ِ َّمََّّ ِد ًيناََّّفل ْ َّنََّّي ْقبلَََّّّ ِم ْنهَََّّّوهوَََّّّ ِفيََّّاْل ِخر َِّة‬
ِ َََّّّ‫نََّّيبت ِ َّغََّّغير‬
َّ ‫وم‬
ْ
َّ‫اس ِرين‬
ِ ‫ِمنََّّالخ‬

“Barangsiapa mencari agama selain agama


Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali Imran:
85].

Allah ta’ala juga berfirman,


ْ ْ ْ
َّ‫ت َّلك َّْم َّ ِدينك َّْم َّوأ ْتم ْمتَّ َّعل ْيك َّْم َّ ِن ْعم ِت َّي‬ َّ ‫الي ْومَّ َّأكمل‬
ْ
ََّّۚ‫اْل ْسَلمََّّ ِد ًينا‬
ِ ََّّ‫ور ِضيتََّّلكم‬

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk


kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu jadi agama bagimu.” [al-Maidah: 3].
4. Salah satu karakteristik Islam adalah agama yang
dilandasi ilmu5. Oleh karenanya, seluruh ajaran
Islam terbangun di atas dalil, bukan terbangun di
atas logika dan perasaan.

5. Karena itulah iIlmu menduduki posisi yang penting


dalam agama Islam. Ilmu didahulukan sebelum
amal. Ayat al-Quran yang pertama kali diturunkan,
memerintahkan seorang untuk membaca, yang
merupakan kunci ilmu. Atas hal itu pula setiap
muslim dan muslimah diwajibkan menuntut ilmu
agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٌ ْ ْ
‫طلبََّّال ِعل ِ َّمَّف ِريض َّةَّعلىَّك ِ َّلَّم ْس ِل َّم‬

“Menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap orang


Islam.”6

5 Lihat artikel Ziyadah “Karakteristik-Karakteristik Agama Islam”.


6 Hasan. HR. Ibnu Majah.
6. Ketika menjelaskan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam,

ْ ْ
ِ ‫منَّي ِر ِدَّهللا َِّب ِهَّخي ًراَّيف ِق ْهه َِّفي‬
َّ‫َّالد ِين‬

“Barangsiapa dikehendaki Allah memperoleh


kebaikan, maka dia akan dipahamkan dalam
masalah agama.”7

al-Imam al-Ajurriy rahimahullah mengatakan,


“Seorang muslim pasti mengetahui bahwa Allah
diibadahi dengan berbagai ibadah yang telah
diwajibkan sebagaimana dalam perintah-Nya,
bukan beribadah dengan menuruti keinginan
hamba. Dengan begitu, dia menuntut ilmu agama
untuk memahami cara beribadah kepada Allah. Dia
menuntut ilmu agama yang bisa membenarkan
akidah (keyakinan), peribadahan dan
mu'amalahnya. Dengan begitu dia beribadah,

7 HR. al-Bukhari dan Muslim.


menyembah Allah dilandasi dengan bashirah, fiqih
dan ilmu. Inilah hamba yang diinginkan kebaikan
oleh Allah karena Dia tidak menelantarkannya
dalam kebodohan terhadap agama.”8

7. Kita mungkin pernah membaca sebuah hadits yang


menerangkan tiga pertanyaan yang akan diajukan
kepada setiap manusia di kubur kelak. Dalam hadits
tersebut disampaikan perihal tiga pertanyaan
tentang Allah, agama yang dianutnya dan juga Nabi
Muhammad yang diutus kepada umat manusia.

8. Berdalil dengan hadits tersebut, sejumlah alim


ulama mengatakan bahwa mengenal dan
mempelajari agama Islam ini wajib berlandaskan
dalil yang bersumber dari al-Quran, hadits, ijmak,
dan qiyas. Dan lebih khusus lagi, sejumlah ulama
menyatakan seseorang tidak boleh taklid (sekadar
ikut-ikutan) dalam perkara akidah yang wajib

8 Mukhtasar Fardh Thalab al-Ilmi.


diimani; dia wajib mempelajari perkara-perkara
akidah yang wajib diimani berikut dalil-dalilnya9.

9. Kenapa demikian? Alasannya, agar setiap muslim


dan muslimah berada di atas keyakinan yang
mantap dan teguh, tidak beragama dengan sekadar
ikut-ikutan, karena dalam hadits yang diisyaratkan
pada poin 8 di atas, disampaikan jawaban yang
mengisyaratkan keraguan dari seorang yang
munafik ketika ditanya malaikat di alam kubur
tentang tiga hal di atas. Dia menjawab,
ْ
‫َّسمع ْتَّالناسَّيقولونَّش ْي ًئاَّفقلت َّه‬،‫ه ْاهَّه ْاهَّالَّأ ْد ِري‬

“Eh...eh... Saya tidak tahu. Saya mendengar orang-


orang mengatakan sesuatu lalu aku pun ikut-ikutan
mengatakannya.”10

9Syarh Tsalatsah al-Ushul hlm. 14.Lihat juga Lawami’ al-Anwar


1/267-268. karya as-Safarini
10 HR. al-Bukhari dan Muslim.
Sementara seorang yang beragama dengan ilmu
dan yakin, akan mantap menjawab,

‫َّون ِب ِييَّمحم ٌدَّصلىَّهللاَّعل ْي ِهَّوسل َّم‬،‫َّاْلسَلم‬


ْ ‫َّو ِديني‬،‫ربيَّهللا‬
ِ ِِ

“Rabb-ku Allah, agamaku Islam, dan Nabiku


Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” 11

10. Apa yang disebutkan dalam hadits di atas,


adalah hal akidah. Dalam praktik peribadahan
kepada Allah pun tidak jauh berbeda, dimana setiap
muslim dan muslimah harus beribadah dengan
bertopang pada dalil.12 Alim ulama sampai
membuat kaidah baku bahwa hukum asal setiap
peribadahan itu dilarang dan tidak boleh
dipraktikkan, kecuali terdapat dalil. Kaidah ini

11 HR. al-Bukhari dan Muslim.


12 Lihat artikel Ziyadah “Hukum Asal Ibadah”.
bersumber dari sejumlah dalil, di antaranya sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ً
‫منَّعملَّعمَلَّليسَّعليهَّأمرناَّفهوَّر َّد‬

“Setiap orang yang beribadah tanpa tuntunan dalil,


maka ibadahnya tertolak.” [HR. Muslim].

11. Jika ada yang bertanya, “Ilmu agama


sedemikian banyak dan setiap orang tidak akan
mampu menguasainya. Bagaimana bisa setiap
muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agama?”

al-Imam al-Ajurriy rahimahullah menjawab


pertanyaan itu dengan memberikan sebagian
contoh apa saja yang wajib diilmui oleh setiap
muslim dan muslimah. Beliau mengatakan, “Di
antara ilmu agama dengan beragam jenisnya
terdapat ilmu agama yang wajib diketahui oleh
setiap muslim yang berakal dan baligh, betapa pun
kondisi dan waktu yang dialaminya.
Ilmu yang wajib diketahui tersebut adalah
mengenal Allah (ma’rifatullah) dengan sifat-sifat-
Nya, menauhidkannya dengan benar, dan berlaku
ikhlas dalam beribadah kepada-Nya; mengenal
musuh-Nya, yaitu iblis; mengenal karakter jiwanya
yang senantiasa memerintahkan berbuat
keburukan; mengetahui tatacara bersuci dan
shalat; dan mengetahui prinsip-prinsip dasar
keislaman karena setiap muslim tidak boleh bodoh
atas hal itu semua.

Apabila bulan Ramadhan akan tiba dia harus


mengetahui bagaimana cara berpuasa. Apabila haji
telah wajib atas dirinya, dia belajar bagaimana
manasik haji dilakukan. Apabila ingin berjihad, dia
mempelajari hukum-hukum jihad yang wajib atas
dirinya. Dia tidak boleh berjihad dalam kondisi
bodoh, tidak tahu akan hukum-hukum jihad.
Demikian juga dalam mengelola harta dalam suatu
bisnis, ketika dia tidak mengetahui mana
penghasilan yang halal dan haram, dia
berkewajiban untuk mempelajari ilmu yang
berkaitan dengan hal tersebut.

Begitu juga apabila ingin terjun dan melakukan


suatu perkara yang wajib atau mubah, dia tidak
diperkenankan melakukannya sebelum mengilmui
perkara tersebut. Dengan demikian, dia wajib
menuntut ilmu dalam perkara agama dan dunia
yang digelutinya pada kondisi tersebut.

Pribadi setiap muslim tidak dapat terlepas dari


aktivitas menuntut ilmu agar kebodohan terhadap
kewajiban yang dibebankan Allah ta’ala berupa
kewajiban diri sendiri, istri dan anak-anaknya untuk
beribadah kepada Allah serta seluruh aktivitasnya
terangkat. Dia berupaya mendatangi ulama dengan
melelahkan diri, mengeluarkan uang dan
meninggalkan negeri jika memang ilmu hanya bisa
diperoleh dengan jalan tersebut.”13

12. Mengenal agama Islam ini adalah sebuah


kewajiban, dengan demikian hal itu menuntut kita
untuk mempelajarinya dengan merujuk pada dalil-
dalil agama.

ً
‫َّتسليما‬ ‫وصلَّاللهمَّوسلمَّوباركَّعلىَّمحمدَّوآلهَّوصحبهَّوسلم‬

13 Mukhtashar Fardh Thalab al-Ilm.

Anda mungkin juga menyukai