Upacaraadatbetawi
Upacaraadatbetawi
Akan tetapi, kebiasaan tersebut sudah mulai terkikis seiring dengan perkembangan zaman dari
masa ke masa.
Pertunjukkan adu silat merupakan salah satu adegan yang selalu muncul pada palang pintu
perkawinan. Palang pintu perkawinan adalah salah satu prosesi yang harus dilalui oleh kedua
mempelai menjelang pernikahannya. Upacara pernikahan diawali dengan arak -arakan calon
pengantin pria menuju rumah calon istrinya. Pada arak-arakan itu, selain iringan rebana
ketimpring juga diikuti barisan sejumlah kerabat yang membawa sejumlah seserahan mulai dari
roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas dan pakaian
adat Betawi.
3. Upacara Masa Kehamilan
Warga Betawi biasanya mengenal upacara nujuh bulan. Kebiasaan ini bertujuan untuk
mendapatkan rasa aman, mensyukuri nikmat Tuhan, dan memohon berkat pada Yang Maha
Kuasa serta sebagai pemberitahuan tentang akan hadirnya seorang anggota baru di tengah-
tengah mereka. Tradisi ini juga mengandung harapan agar anak yang sedang dikandung akan
lahir selamat.
Untuk waktu upacara biasanya ditentukan menurut perhitungan bulan Arab dengan berpatokan
pada bilangan tujuh, yaitu di bulan ketujuh kehamilan. Tanggal yang ditentukan dipilih antara
tanggal 7, 17, atau 27. Upacara ini dilakukan pada pagi hari dan hanya dilaksanakan pada
kehamilan anak yang pertama saja.
Lantas, keduanya mengeringkan tangan dengan handuk dan saling membedaki. Upacara
tersebut diakhiri dengan acara makan bersama semua warga yang hadir. Pada waktu emak
dukun pulang, ia akan diantar sampai halaman dan diberi sajen yang berisi sama dengan sajen
nujuh bulan dan uang kebobok (uang yang berada dalam tempat air).
5. Upacara Sunatan
Anak pria yang sudah beranjak dewasa wajib disunat alat kelaminnya. Anak yang disunat
disebut pengantin sunat.
Upacara ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu:
mangarak,
menyunat,
dan selamatan.
Tahap pertama ialah mengarak pengantin sunat mengelilingi kampung dengan urutan pembuka
jalan, pengantin sunat yang mengendarai kuda atau ditandu, diiringi oleh barisan rebana atau
pencak silat. Acara ini dilakukan pada sore hari.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi anak yang mau disunat dimandikan dan direndam air
beberapa saat. Usai itu acara sunatan dilakukan dengan pertolongan dukun sunat yang disebut
bengkong. Tahap terakhir adalah selamatan. Bagi keluarga yang mampu biasanya acara
selamatan ini dilengkapi dengan berbagai hiburan kesenian rakyat.
7. Upacara Sero
Upacara Sero diselenggarakan oleh setiap orang yang ingin membuat Sero (alat penangkap ikan)
baru. Tujuannya dari kebiasaan ini adalah agar alat baru yang dipakai untuk menangkap ikan ini
membawa keberuntungan bagi para nelayan berupa banyaknya jumlah ikan yang berhasil
mereka tangkap.
Kesimpulan
Pada dasarnya setiap suku di Indonesia memiliki beragam adat istiadat yang mengandung
keteladanan dan nilai yang baik untuk kehidupan serta memiliki kekhasan budaya tersendiri.
Kekhasan kebudayaan Betawi, nampak pada penyelenggaraan upacara-upacara tradisionalnya.
Salah satu nya adalah acara Palang Pintu yang masih dilestarikan oleh orang-orang Betawi, yaitu
acara adat pra akad nikah. Diceritakan bahwa budaya palang pintu ini merupakan hal yang ada
sejak dahulu dan bukan tanpa alasan budaya ini selalu ada, karena ini merupakan suatu
kegiatan dimana untuk menunjukkan kalau anak Betawi itu adalah manusia yang memiliki ilmu
beladiri yang mumpuni. Selain itu juga anak Betawi pandai dalam ilmu agama, dalam hal ini
mengaji. Maka, dalam suatu pertunjukan Palang Pintu Betawi pastinya kedua belah pihak yaitu
pihak mempelai wanita dan mempelai laki-laki saling adu keterampilan dalam hal ilmu beladiri
yang biasa disebut Silat.
Dalam acara Palang Pintu ini adanya makna yang terkandung di dalamnya, yaitu penganten laki
- laki dituntut bisa maen silat agar dapat melindungi calon istrinya dari orang - orang yang ingin
berbuah jahat dan juga penganten laki - laki dituntut harus bisa mengaji agar nantinya bisa
menjadi imam yang baik dalam segi agama islam dan mencontohkan hal - hal baik kepada anak
dan istrinya.
Semoga budaya betawi yang satu ini juga budaya-budaya yang lainnya tidak akan pudar digerus
perubahan zaman dan akan terus menerus selalu melahirkan generasi yang melestarikannya.
Masyarakat Betawi, seperti juga kelompok-kelompok suku
bangsa lainnya di Indonesia memiliki kekhasan budaya tersendiri
yang membedakannya dari suku-suku bangsa lainnya dan sekaligus
memberikan karakteristik dan identitas sebagai suatu kelompok
masyarakat yang berbudaya.