Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepadakami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
TENTANG KANKER PAYUDARA PADA LANSIA.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bangkinang,13 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

BAB I ........................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................................................. 4

BAB II....................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5

A. Definisi ............................................................................................................................ 5

B. Epidemiologi ................................................................................................................... 5

C. Faktor Resiko .................................................................................................................. 5

D. Klasifikasi ....................................................................................................................... 6

E. Gejala .............................................................................................................................. 7

F. Stadium ........................................................................................................................... 8

G. Diagnosis ................................................................................................................... 10

H. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................. 10

I. Tatalaksana ................................................................................................................... 11

J. Pencegahan ................................................................................................................... 15

BAB III .................................................................................................................................... 20

PENUTUP................................................................................................................................ 20

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada usia lanjut seseorang lebih rentan terkena penyakit kanker dan juga
penyakit lainnya, hal ini disebabkan karena pada usia lanjut metabolisme tubuh
cenderung menurun yang berakibat turunnya kekebalan tubuh yang berperan aktif
melawan bibit penyakit yang tanpa sengaja ataupun diam-diam masuk kedalam tubuh.
Selain faktor fisik, faktor psikologi lansia juga ikut mempengaruhi rentannya lansia
terjangkit kanker, pada lansia emosi cenderung meledak-ledak tak terkontrol akibat
tidak stabilnya hormon karena menopause.

Selain itu, pada usia lanjut resiko penyakit kanker akan meningkat karena
kanker tumbuh dan berkembang memerlukan waktu yang cukup lama dan seseorang
akan sadar bahwa penyakit kanker tumbuh dan bekembang dalam tubuhnya ketika
penyakit kanker tersebut telah menimbulkan gejala, dan itu terjadi di usia-usia lanjut
karena sebagian kanker tidak menimbulkan gejala sama sekali di stadium awal dan
baru memunculkan gejala pada stadium lanjut bahkan stadium akhir.

Kanker pada usia lanjut cukup beragam. Faktor resiko terjadinya kanker pada
seseorang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, mutasi gen, pola hidup,
aktivitas fisik, lingkungan tempat tinggal sampai infeksi virus tertentu merupakan
faktor resiko yang umum terjadi di masyarakat.

Gejala yang timbul pun sangat bervariasi, umumnya kanker lansia ataupun
kanker yang terjadi di usia dini dan kanker dewasa, menyebabkan mual, muntah,
pusing, dan sebagian kanker menimbul benjolan yang terlihat oleh mata maupun
bersembunyi di balik lapisan kulit dan daging.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi kanker payudara?
2. Bagaimana epidimiologi dari kanker payudara?
3. Apa saja factor resiko dari kanker payudara?
4. Bagaimana klasifikasi kanker payudara?
5. Apa saja gejala kanker payudara?
6. Apa saja stadium dalam kanker payudara?

3
7. Bagaimana diagnosis dari kanker payudara?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang kanker payudara?
9. Bagaimana tatalaksana kanker payudara?
10. Bagaimana pencegahan kanker payudara?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang defenisi kanker payudara.
2. Menjelaskan tentangn epidimiologi dari kanker payudara.
3. Menjelaskan tentang factor resiko dari kanker payudara.
4. Menjelaskan tentang klasifikasi kanker payudara.
5. Menjelaskan tentang gejala kanker payudara.
6. Menjelaskan tentang stadium dalam kanker payudara.
7. Menjelaskan tentang diagnosis dari kanker payudara.
8. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang kanker payudara.
9. Menjelaskan tentang tatalaksana kanker payudara.
10. Menjelaskan tentang pencegahan kanker payudara.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan
yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke
jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah
pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada
bagian tubuh tertentu seperti payudara.

Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit


neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara oleh WHO
dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode
nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria. Kanker payudara muncul sebagai akibat
sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan
tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-
perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya.

Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan otak
melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula
membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening
dan tumbuh di kelenjar getah bening.

B. Epidemiologi

Kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai sekitar 40 kasus setiap 100.000


penduduk pada tahun 2012, menurut data di organisasi kesehatan dunia (WHO).
Dibandingkan dengan negara tetangga kita, Malaysia, kanker payudara di Indonesia
lebih banyak diderita oleh wanita usia muda dan pada tahap yang lebih lanjut. Kanker
payudara tidak hanya menyerang kaum wanita tapi juga pria walaupun jarang.

C. Faktor Resiko
1) Usia haid pertama dibawah 12 tahun.
2) Wanita menikah tidak mempunyai anak.
3) Melahirkan anak pertama pada usia diatas 30 tahun.
4) Tidak menyusui.

5
5) Menggunakan kontrasepsi hormonal dan atau mendapat terapi hormonal dalam
waktu yang cukup lama.
6) Usia menopause lebih dari 55 tahun.
7) Pernah operasi tumor jinak payudara.
8) Riwayat kanker dalam keluarga.
9) Wanita yang mengalami stres berat.
10) Konsumsi lemak dan alkohol berlebihan.
11) Perokok aktif dan pasif.

D. Klasifikasi
Kanker payudara umumnya terbagi dalam dua kategori, yaitu non-invasif dan invasif.

1) Kanker payudara invasif


Bentuk paling umum dari kanker payudara invasif adalah kanker payudara
duktal invasif yang berkembang pada sel-sel pembentuk saluran payudara. Kata
invasif berarti kanker ini dapat menyebar di luar payudara. Sekitar 80 persen dari
semua kasus kanker payudara invasif merupakan jenis semacam ini. Jenis kanker
payudara invasif lain meliputi :
a. Kanker payudara lobular invasif. Penyakit ini berkembang pada kelenjar
penghasil susu yang disebut lobulus.
b. Kanker payudara terinflamasi.
c. Kanker Paget pada payudara.

Jenis-jenis kanker ini juga dikenal sebagai kanker payudara sekunder atau
metastasis. Jenis ini dapat menyebar ke bagian lain tubuh. Penyebarannya
biasanya melalui kelenjar getah bening (kelenjar kecil yang menyaring bakteri
dari tubuh) atau aliran darah.

2) Kanker payudara non-invasif


Bentuk kanker non-invasif biasanya ditemukan melalui mamografi karena
jarang menimbulkan benjolan. Jenis ini juga sering disebut pra kanker. Tipe yang
paling umum dari kanker ini adalah duktal karsinoma in situ. Jenis kanker
payudara ini bersifat jinak dan ditemukan dalam saluran (duktus) payudara, serta
belum menyebar.

6
E. Gejala
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal
pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada
tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa
nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.
Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada
stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker
stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil
peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka
akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium
dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.

Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak,
seperti :
a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama
benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat
payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
c. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi
pembengkakan.
d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil dibawah
ketiak.
e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan yang
tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan.
f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang sedang
tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh
walau sudah diobati.
g. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.
h. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting kulit. Payudara
yang mengalami peau d’orange.

7
F. Stadium
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu :
1. Stadium I
Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1 - 2
cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum
teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel
kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada
stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.

2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada satu atau
beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang
dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan
setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel
kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah
30 - 40 %.

3. Stadium III A
Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih bebas
di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain.
Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.

4. Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih
dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila
melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm.
Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit,
dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

5. Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai
dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh. Sel-sel
kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-

8
paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan
yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada
stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).

9
G. Diagnosis
Anamnesis dengan pengajuan pertanyaan umum dan terarah sehubungan dengan
kanker payudara. Pemeriksaan fisik payudara untuk mencari benjolan atau kelainan
lainnya. Pemerikasaan payudara dilakukan saat ± 1 minggu dari hari terakhir
menstruasi. Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka dan posisi badan
tegak.

Inspeksi untuk melihat simetri payudara kanan dan kiri,kelainan papila, letak dan
bentuk, retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda radang, dan ulserasi. Dilakukan
dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat ada tidaknya bayangan
tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal.

Palpasi dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila. Diagnosis
pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan pemeriksaan dapat
diambil dengan berbagai cara, yaitu :

a. Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)


b. Needle core biopsy dengan jarum Silverman
c. Excisional biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Mamografi
Pemeriksaan dengan mamografi umumnya digunakan untuk mendeteksi
keberadaan kanker.
2. USG
Jenis pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan apakah benjolan pada
payudara berbentuk padat atau mengandung cairan.
3. Biopsi
Pemeriksaan ini meliputi proses pengambilan sampel sel-sel payudara dan
mengujinya untuk mengetahui apakah sel-sel tersebut bersifat kanker. Melalui
prosedur ini, sampel biopsi juga akan diteliti untuk mengetahui jenis sel payudara
yang terkena kanker, keganasannya serta reaksinya terhadap hormon.

Saat didiagnosis positif mengidap kanker, diperlukan sejumlah pemeriksaan lebih


lanjut untuk mengetahui stadium dan tingkat penyebaran kanker. Di antaranya :

1. MRI dan CT scan.

10
2. Rontgen dada.
3. Pemeriksaan tulanguntuk mengecek apakah kanker sudah menyebar ke tulang.
4. Biopsi kelenjar getah bening di ketiak. Jika terjadi penyebaran kanker, kelenjar
getah bening pertama yang akan terinfeksi adalah noda limfa sentinel. Lokasinya
bervariasi jadi perlu diidentifikasikan dengan kombinasi isotop radioaktif dan tinta
biru.

Pemeriksaan yang akan menunjukkan reaksi kanker pada jenis-jenis pengobatan


tertentu. Di antaranya :

1. Pemeriksaan HER2.
Kanker yang dirangsang oleh protein, disebut dengan HER2 (human
epidermal growth factor receptor 2), dapat ditangani dengan obat-obatan yang
memblokir efekHER2. Jenis pengobatan ini disebut terapi biologis atau molekul.
2. Pemeriksaan reseptor hormon.
Pertumbuhan sel kanker payudara juga mungkin dipicu oleh hormon alami
tubuh, misalnya estrogrn dan progesteron. Sampel sel kanker akan diambil dari
payudara dan diuji untuk melihat reaksinya pada estrogen atau progesteron. Jika
hormon menempel pada sel kanker, yaitu pada reseptor hormon, sel tersebut akan
disebut sebagai reseptor hormon positif.

I. Tatalaksana
Ada beberapa faktor yang jadi pertimbangan dokter sebelum memutuskan
pengobatan yang terbaik, yaitu stadium serta tingkat perkembangan kanker, kondisi
kesehatan menyeluruh dari penderita dan masa menopause.
Kanker payudara yang terdeteksi melalui pemeriksaan rutin biasanya berada pada
stadium awal. Kanker payudara primer (sel kanker pertama berawal dari sel payudara
dan bukan hasil penyebaran sel kanker dari organ lain) umumnya bisa sembuh secara
total jika didiagnosis dan diobati sejak dini.
Sedangkan kanker yang terdeteksi akibat gejala fisik yang muncul mungkin sudah
berada pada stadium lebih lanjut. Jika terdeteksi pada stadium lanjut dan setelah
menyebar ke bagian lain tubuh, maka kanker payudara tidak bisa disembuhkan. Jenis
pengobatan yang akan dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan
beban bagi penderitanya.

11
Jenis penanganan kanker payudara yang pertama biasanya adalah operasi. Jenis
operasinya bervariasi tergantung jenis kanker payudara. Proses operasi biasanya
ditindaklanjuti dengan kemoterapi, radioterapi, atau perawatan biologis untuk
beberapa kasus tertentu. Kemoterapi atau terapi hormon juga terkadang dapat menjadi
langkah pengobatan pertama.
Jika terdeteksi pada stadium lanjut setelah menyebar ke bagian lain tubuh, kanker
payudara tidak bisa disembuhkan. Jenis pengobatan yang akan dianjurkan pun
berbeda dan bertujuan untuk meringankan beban bagi penderitanya.
1) Operasi
Operasi untuk kanker payudara terbagi dua, yaitu operasi yang hanya
mengangkat tumor dan operasi yang mengangkat payudara secara menyeluruh
(mastektomi). Operasi plastik rekonstruksi biasanya dapat dilakukan langsung
setelah mastektomi. Untuk menangani kanker payudara stadium awal, penelitian
menunjukkan bahwa kombinasi operasi pengangkatan tumor dan radioterapi
memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan mastektomi total.
a. Lumpektomi (operasi pengangkatan tumor)
Dalam lumpektomi, bentuk payudara akan dibiarkan seutuh mungkin.
Operasi ini umumnya dianjurkan untuk tumor berukuran kecil dan meliputi
pengangkatan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya. Pertimbangan
dalam menentukan jumlah jaringan payudara yang akan diangkat meliputi
kuantitas jaringan di sekitar tumor yang perlu diangkat, jenis, ukuran, lokasi
tumor, dan ukuran payudara.
b. Mastektomi (pengangkatan payudara)
Proses operasi ini adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
termasuk puting. Penderita dapat menjalani mastektomi bersamaan dengan
biopsi noda limfa sentinel jika tidak ada indikasi penyebaran kanker pada
kelenjar getah bening. Sebaliknya, penderita dianjurkan untuk menjalani
proses pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak jika kanker sudah
menyebar ke bagian itu.
c. Operasi plastik rekonstruksi
Ini adalah proses operasi untuk membuat payudara baru yang semirip
mungkin dengan payudara satunya. Operasi plastik rekonstruksi bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu operasi rekonstruksi langsung yang
bersamaan dengan mastektomi, dan operasi rekonstruksi berkala yang

12
dilakukan beberapa waktu setelah mastektomi. Operasi pembuatan payudara
baru ini bisa dilakukan dengan menggunakan implan payudara atau jaringan
dari bagian tubuh lain.

2) Kemoterapi
Kemoterapi umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi setelah operasi
untuk menghancurkan sel-sel kanker dan sebelum operasi yang berguna
mengecilkan tumor. Jenis dan kombinasi obat-obatan antikanker yang digunakan
akan ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis kanker dan tingkat penyebarannya.
Efek samping kemoterapi umumnya akan memengaruhi sel-sel sehat.
Karena itu, pencegahan atau pengendalian sebagian efek samping akan ditangani
dengan obat-obatan lain oleh dokter. Beberapa efek samping dari kemoterapi
meliputi hilangnya nafsu makan, mual, muntah, sariawan atau sensasi perih
dalam mulut, rentan terhadap infeksi, kelelahan, serta rambut rontok.
Kemoterapi juga bisa menghambat produksi hormon estrogen tubuh.
Penderita yang belum mengalami menopause akan mengalami menstruasi yang
terhenti selama kemoterapi. Siklus ini seharusnya akan kembali setelah
pengobatan selesai. Namun, menopause dini juga mungkin bisa terjadi pada
wanita yang berusia di atas 40 tahun karena mereka mendekati usia rata-rata
menopause.
Jika bagian tubuh lainnya sudah terkena penyebaran kanker payudara,
kemoterapi tidak akan bisa menyembuhkan kanker. Tetapi kemoterapi dapat
mengecilkan tumor, meringankan gejala-gejala, dan memperpanjang usia

3) Radioterapi
Radioterapi adalah proses terapi untuk memusnahkan sisa-sisa sel-sel
kanker dengan dosis radiasi yang terkendali. Proses ini biasanya diberikan sekitar
satu bulan setelah operasi dan kemoterapi agar kondisi tubuh dapat pulih terlebih
dulu. Tetapi tidak semua penderita kanker payudara membutuhkannya.
Sama seperti kemoterapi, prosedur ini juga memiliki efek samping, yaitu
iritasi sehingga kulit payudara perih, merah, dan berair, warna kulit payudara
menjadi lebih gelap, kelelahan berlebihan serta limfedema (kelebihan cairan yang
muncul di lengan akibat tersumbatnya kelenjar getah bening di ketiak).

13
4) Terapi Hormon Untuk Mengatasi Kanker Payudara
Khusus untuk kanker payudara yang pertumbuhannya dipicu estrogen atau
progesteron alami (kanker positif reseptor-hormon), terapi hormon digunakan
untuk menurunkan tingkatan kanker atau menghambat efek hormon tersebut.
Langkah ini juga kadang dilakukan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor
agar mudah diangkat, tapi umumnya diterapkan setelah operasi dan kemoterapi.
Jika kondisinya kurang sehat, penderita tidak akan bisa menjalani operasi,
kemoterapi, atau radioterapi. Karena itu, terapi hormon dapat menjadi alternatif
sebagai proses pengobatan tunggal.
Durasi terapi hormon yang umumnya dianjurkan adalah maksimal lima
tahun setelah operasi. Jenis terapi yang akan dijalani tergantung kepada usia,
apakah Anda sudah menopause atau belum, tingkat perkembangan kanker, jenis
hormon yang memicu kanker, dan jenis pengobatan lain yang dijalani.
Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase adalah dua jenis obat yang
biasanya digunakan dalam terapi hormon. Tamoksifen berfungsi untuk
menghambat estrogen agar tidak mengikatkan diri pada sel-sel kanker.
Sedangkan penghambat enzim aromatase dianjurkan untuk penderita yang
sudah mengalami menopause. Fungsinya adalah menghalangi kinerja aromatase,
yaitu substansi yang membantu produksi estrogen dalam tubuh setelah
menopause. Contoh obat ini dalam bentuk tablet yang tersedia dan diminum
setiap hari adalah letrozol, eksemestan, dan anastrozol.
Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase dapat menyebabkan
beberapa efek samping yang mirip, antara lain sakit kepala, mual, muntah serta
sensasi rasa panas, berkeringat, dan jantung berdebar (hot flushes). Tetapi,
tamoksifen memiliki efek samping khusus, yaitu dapat menyebabkan perubahan
siklus menstruasi pada penderita kanker payudara.

5) Ablasi Atau Supresi Ovarium


Ablasi atau supresi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium untuk
memproduksi estrogen. Ablasi sendiri bisa dilakukan dengan operasi atau
radioterapi. Ablasi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium secara permanen
dan memicu menopause dini.
Supresi ovarium menggunakan agonis luteinising hormone-releasing
hormone (aLHRH)yang bernama goserelin. Pemakaian obat ini akan

14
menghentikan menstruasi untuk sementara. Menstruasi akan kembali normal
setelah proses pemakaian selesai. Bagi penderita berusia mendekati usia
menopause atau sekitar 45 tahun, menstruasi mereka mungkin akan berhenti
secara permanen meski pemakaian goserelin sudah selesai.
Suntikan goserelin diberikan sebulan sekali. Efek samping obat ini
menyerupai masa menopause seperti perasaan yang emosional, kesulitan tidur
dan sensasi panas yang disertai dengan jantung yang berdebar-debar.

6) Terapi Biologis Dengan Trastuzumab


Pertumbuhan sebagian jenis kanker payudara yang dipicu oleh
protein HER2 (human epidermal growth factor receptor 2) disebut positif HER2.
Selain menghentikan efekHER2, terapi biologis juga membantu sistem kekebalan
tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Jika tingkat protein HER2 Anda tinggi dan
Anda mampu menjalani terapi biologis, trastuzumab mungkin akan dianjurkan
oleh dokter untuk Anda setelah kemoterapi.
Antibodi berfungsi memusnahkan sel-sel berbahaya seperti virus dan
bakteri. Protein ini diproduksi secara alami oleh sistem kekebalan tubuh.
Trastuzumab adalah jenis terapi biologis yang dikenal sebagai antibodi
monoklonal. Obat ini akan menghambat HER2 sehingga sel-sel kanker akan mati.
Terapi ini tidak cocok untuk penderita dengan penyakit jantung seperti
angina, hipertensi, atau penyakit katup jantung. Jika memang diharuskan
menggunakan trastuzumab, penderita harus menjalani pemeriksaan jantung secara
rutin. Efek samping lain dari trastuzumab adalah mual, sakit kepala, diare, sesak
napas, menggigil, demam, serta rasa nyeri.

J. Pencegahan
Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker payudara atau
mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker payudara. Usaha
pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh dari karsinogen dan
mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa
pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tertier.

15
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang sehat
yang belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada masyarakat
yang memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan membiasakan pola
hidup sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko changeable (dapat diubah)
kejadian kanker payudara. Pencegahan primordial yang dapat dilakukan antara
lain :
a) Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat dan
vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan radioprotektif,
serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, berbagai zat kimia
dan logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya radiasi.
b) Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung fitoestrogen
yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.
c) Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat meningkatkan
berat badan menyebabkan kegemukan atau obesitas yang merupakan faktor
risiko kanker payudara.
d) Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat
mengurangi risiko terkena kanker payudara.
e) Hindari alkohol, rokok, dan stress.
f) Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang bekerja
di bagian radiasi menggunakan alat pelindung diri.

2. Pencegahaan Primer
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang
sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer
dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain :
a) Penggunaan Obat-obatan Hormonal. Penggunaan obat-obatan hormonal
harus sesuai dengan saran dokter. Wanita yang mempunyai riwayat keluarga
menderita kanker payudara atau yang berhubungan, sebaiknya tidak
menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon seperti pil,
suntikan, dan susuk KB.
b) Pemberian ASI. Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama
mungkin dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di

16
sebabkan selama proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon
oksitosin yang dapat mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon
estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan sel kanker
payudara.
c) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Semua wanita di atas umur 20
tahun sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan untuk menemukan ada
tidaknya benjolan pada payudara. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu
5-7 hari setelah menstruasi terakhir ketika payudara sudah tidak
membengkak dan sudah menjadi lembut.

17
d) Pemeriksaan Mammografi. Pemeriksaan melalui mammografi memiliki
akurasi tinggi yaitu sekitar 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi
keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena hal
tersebut, menurut American Cancer Society mammografi dilaksanakan
dengan beberapa pertimbangan antara lain :
1) Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi.
2) Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1-2
tahun sekali.
3) Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi dilakukan
setiap tahun dan pemeriksaan rutin.

3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini
terhadap penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang

18
telah positif menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan
penanganan yang tepat.
Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit,
dan memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik yang tepat, dan penatalaksanaan
medis yang tepat. Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan
akan semakin mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker
didiagnosis yaitu dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan
terapi homonal.

4. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan
tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas
penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan di bidang
psikologis, sosial, dan spritual.
Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dikakukan Rehabilitasi supaya
penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan
baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, harus
mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan moral dari orang-orang terdekat
terhadap penderita pasca operasi.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara oleh WHO
dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode
nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria. Kanker payudara muncul sebagai akibat
sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan
tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-
perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya.
Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada
stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker
stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil
peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka
akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium
dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.
Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa pencegahan primordial,
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Martono H. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). 5th ed. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.

2. Breast Cancer | Learn About Cancer | American Cancer Society [Internet]. Cancer.org.
2016 [cited 19 March 2016]. Available from :
http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/index..

3. Lung cancer - Mayo Clinic [Internet]. Mayoclinic.org. 2016 [cited 18 March 2016].
Available from : http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lung-
cancer/basics/definition/con-20025531

4. Overview - Colon cancer - Mayo Clinic [Internet]. Mayoclinic.org. 2016 [cited 17 March
2016]. Available from: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/colon-
cancer/home/ovc-20188216

5. Cervical cancer - Mayo Clinic [Internet]. Mayoclinic.org. 2016 [cited 19 March 2016].
Available from: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cervical-
cancer/basics/definition/con-20030522

21

Anda mungkin juga menyukai