PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emboli cairan amnion adalah sebuah gangguan langka dimana
sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Cairan
ketuban berisi sampah yang dapat menghambat pembuluh darah dan
mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Hal ini dapat terjadi bila
ada bukaan pada dinding pembuluh darah dan dapat terjadi jika kelahiran
melibatkan tenaga, wanita tua, sindrom janin mati atau bayi besar. Kondisi ini
dapat mengakibatkan kematian ibu cepat. Kasus Emboli cairan amnion yang
paling sering terjadi saat persalinan baik pervaginam maupun sesar, tidak ada
yang bisa aman 100% dari resiko Emboli cairan amnion.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
a. Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada
wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan
persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia
lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal
dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan
kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
b. Janin besar intrauteri
2
Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan
ketubanpun dapat masuk melalui pembuluh darah.
c. Kematian janin intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga
kemungkinan besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh
darah ibu, dan akan menyumbat aliran darah ibu, sehingga lama
kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan
ketuban menyumbat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan
menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak ditangani
dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian
mendadak.
d. Menconium dalam cairan ketuban
e. Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya
laserasi atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan
vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah
masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat aliran
darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispnue dan akan terjadi
gangguan pola pernapasan pada ibu
3. Faktor Risiko
3. Adanya menconeum
4. Laserasi serviks
3
7. Persalinan singkat
8. Plasenta akreta
4
e. Reaksi anafilaktik mungkin terjadi emboli yang berasal dari fetus
merupakan benda asing di dalam tubuh ibu.
5. Patofisiologi
5
rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya
berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan amnion
dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada
beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps
cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain itu, jika
air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan
sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran
darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada
jantung dan paru-paru. Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban
di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis.
Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah
jantung menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal
jantung kiri dan gangguan pernafasan. Perempuan yang selamat dari
peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase perdarahan yang
ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony dan Coagulation
Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi sekunder
mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal.
Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan
pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau
kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi
intravaskuler.
6. Penatalaksanaan
6
dapat memperbaiki prognosis ibu pada emboli cairan amnion. Wanita yang
belum melahirkan dan mengalami henti jantung harus dipertimbangkan
untuk melakukan tindakan seksio caesaria perimortem darurat sebagai
upaya menyelamatkan janin. Namun, bagi ibu yang hemodinamikanya
tidak stabil, tetapi belum mengalami henti jantung, pengambilan keputusan
yang seperti itu menjadi semakin rumit.
7
j. Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan.
7. Komplikasi
a. Edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan
payah jantung kanan.
b. iskemik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emboli cairan amnion merupakan sindrom dimana setelah sejumlah
cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock. Cara masuknya cairan ketuban yaitu Dua
tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal
8
adalalah vena endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan
normal) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan
masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang
sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode
emboli. Etiologinya Kematian janin intrauteri, Janin besar intrauteri,
Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran
dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban, Kontraksi uterus yang
kuat.
Ketika emboli cairan amnion terjadi, maka akan terjadi penyumbatan
aliran darah ibu, lama-kelamaan akan mengalami penyumbatan diparu, bila
meluas akan terjadi penyumbatan aliran darah ke jantung.Hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan di jantung, dan dapat menyebabkan
kematian, terutama pada wanita yang sudah tua. Perdarahan juga bisa terjadi,
akibat emboli cairan amnion, sehingga pasien akan mengalami kekurangan
volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi segera, pasien dapat
mengalami syok.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
9
Macdonald Grant,Cuningham.1995.Obstetri Williams Edisi 18.Jakarta:EGC
Gary Gunningham F.2006.Obstetri Williams Edisi.21 Vol1.Jakarta:EGC
10