Anda di halaman 1dari 32

TUMOR JINAK PADA KELOPAK MATA

Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti


Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Kesehatan Mata
RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Disusun oleh:
1. Reza Fahlevi Y.P 1808320040
2. Ida Nuyani 1808320009

Pembimbing :
dr. Laszuarni, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


SMF ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN
2019

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan telaah jurnal ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Senior di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Paper ini ditujukan kepada bagian SMF Ilmu Kesehatan Mata RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan dengan judul “Tumor Jinak pada Kelopak Mata”. Tujuan
paper ini agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang diberikan
selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Kesehatan Mata RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada
pasien. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Laszuarni, Sp.M yang telah
membimbing penulis dalam membuat refarat ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih memiliki


kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca paper ini. Harapan penulis semoga paper ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, 14 November 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................Error: Reference source not found
DAFTAR ISI.................................................. Error: Reference source not found
BAB I PENDAHULUAN..............................Error: Reference source not found
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Anatomi Palpebra......................................................................................3
BAB III TUMOR JINAK PALPEBRA ...............................................................8
3.1 Hemangioma.................................................................................................8
3.2 Moluscum Contangiosum...........................................................................19
3.3 Nevus...........................................................................................................21
3.4 Xanthelasma................................................................................................23
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

I
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata
dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan
kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra.1,2
Tumor palpebra dapat dikelompokkan menjadi tumor jinak dan tumor
ganas. Tumor jinak palpebra sangat umum dan bertambah banyak dengan
meningkatnya usia. Kebanyakan mudah dikenali secara klinis.3
Tumor jinak dan tumor ganas kulit kebanyakan dapat berkembang menuju
kulit periokular, timbul mulai dari lapisan epidermis dermis atau struktur adneksa
palpebra. 4

Tumor jinak dan tumor ganas kulit kebanyakan dapat berkembang menuju
kulit periokular, timbul mulai dari lapisan epidermis dermis atau struktur adneksa
palpebra.1 Tumor ganas palpebra (kelopak mata) merupakan tumor ganas yang
sering dijumpai dan dilaporkan sekitar 5-10% dari tumor kulit.2 Tumor ganas yang
paling sering mengenai palpebra adalah karsinoma sel basal, karsinoma sel
squamous, karsinoma sel sebasea dan melanoma. Sedangkan tumor jinak palpebra
seperti hemangioma dan xanthalesma bertambah banyak dengan meningkatnya
usia.3
Karsinoma sel basal merupakan tumor ganas palpebra yang sering
ditemukan.4 Sembilan puluh lima persen karsinoma palpebra berjenis sel basal dan
sisa lima persen terdiri atas karsinoma sel squamosa, karsinoma kelenjar meibom,
dan tumor – tumor lain yang jarang seperti karsinoma sel Merkel dan karsinoma
kelenjar keringat.3
Melanoma maligna merupakan tumor ganas palpebra yang paling jarang
tetapi paling ganas dan banyak menimbulkan kematian.2,4
Hemangioma kapiler merupakan tumor palpebra yang paling sering
ditemukan pada anak. Hemangioma kapiler atau hemangioma strawberry dapat
mengenai kulit pada 10% bayi dan tampaknya lebih sering pada bayi prematur
2

dan anak kembar. Tumor ini biasanya muncul pada waktu lahir atau segera
sesudah lahir sebagai lesi yang berwarna merah terang, bertambah besar dalam
beberapa minggu hingga bulanan, dan mengalami involusi pada usia sekolah.1,5
Tumor palpebra kebanyakan mudah dikenali secara klinis, dan eksisi
dilakukan dengan alasan kosmetik.Meskipun begitu lesi ganas sering kali sulit
dikenali secara klinis dan biopsy harus selalu dilakukan pada kecurigaan
keganasan.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3

1.1. Anatomi Palpebra


Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata;
palpebra inferior menyatu dengan pipi.5
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapiskulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).5
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis,dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot
yang terdapat di dalam palpebral dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian
diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut
bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
4

Gambar 1. Anatomi kelopak mata potongan sagital.

(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)

4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom.
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
5

Panjang tepian bebas palpebra adalah 27-30 mm dan lebar 2 mm. Ia


dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.5
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun teratur. Bulu mata
atas lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas;
bulu mata bawah melengkung ke bawah. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata.5
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).5
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra, berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada
palpebra superior dan inferior. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke
bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.5
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.5
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator
6

palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan
tarsus inferior.5
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retractor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbicularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.5,6
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.5,6

Gambar 3. Anatomi septum.

(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)
7

Gambar 4. Anatomi vaskularisasi kelopak mata.

(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)
8

BAB III
TUMOR JINAK PALPEBRA

3.1 HEMANGIOMA
3.1.1 Pengertian
Hemangioma kapiler merupakan tumor palpebra yang paling sering
ditemukan pada anak. Hemangioma kapiler atau hemangioma strawberry dapat
mengenai kulit pada 10% bayi dan tampaknya lebih sering pada bayi prematur
dan anak kembar. Tumor ini biasanya muncul pada waktu lahir atau segera
sesudah lahir sebagai lesi yang berwarna merah terang, bertambah besar dalam
beberapa minggu hingga bulanan, dan mengalami involusi pada usia sekolah.7
Hemangioma merupakan pertumbuhan hamartomatous yang terdiri dari sel-sel
endotel kapiler yang berproliferasi. Hemangioma ditemukan pada fase awal
pertumbuhan aktif pada bayi dengan periode selanjutnya berupa regresi dan
involusi.8

3.1.2. Klasifikasi
Secara histologik hemangioma dibedakan berdasarkan besarnya pembuluh
darah yang terlibat, menjadi 3 jenis, yaitu:9
a) Hemangioma kapiler yang terdiri atas:
 hemangioma kapiler pada anak (nevus vasculosus, strawberry nevus)
 granuloma piogenik
 cherry-spot (ruby-spot), angioma senilis
9

b) hemangioma kavernosum (hemangioma matang)


 hemangioma keratotik
 hamartoma vaskular.
c) Telangiektasis
 nevus flameus
 angiokeratoma
 spider angioma
Dari segi praktisnya, umumnya para ahli memakai sistem pembagian sebagai
berikut:9
I. Hemangioma kapiler
II. Hemangioma kavernosum
III. Hemangioma campuran

Gambar 1. Hemangioma kapiler pada bayi perempuan 2 bulan


mengenai palpebra superior kanan dan orbita dengan pergeseran
bola mata dan induksi kelainan refraksi astigmat 8 D.

Perkembangan dalam karakteristik biologi dari lesi vaskuler telah merevisi


klasifikasi dari hemangioma. Klasifikasi lesi vaskuler yang digunakan saat ini
mampu membedakan dengan jelas gambaran klinis, histopatologi, dan prognosis
antara hemangioma dan malformasi vaskuler. Istilah lama hemangioma kapiler
10

dan hemangioma strawberry diubah menjadi satu istilah saja yaitu hemangioma.
Sebaliknya, hemangioma kavernosa, port-wine stains, dan limfangioma
merupakan bagian dari malformasi vaskuler. Penamaan ini telah dimasukkan ke
dalam literatur kedokteran tetapi belum digunakan secara konsisten pada literature
mata.8

3.1.3 Etiologi10
Sampai saat ini, patogenesis terjadinya hemangioma masih belum
diketahui. Meskipungrowth factor, hormonal, dan pengaruh mekanik di
perkirakan menjadi penyebab proliferasi abnormal pada jaringan hemangioma,
tapi penyebab utama yang menimbulkan defek pada hemangiogenesis masih
belum jelas. Dan belum terbukti sampai saat ini tentang pengaruh genetik.
Vaskularisasi kulit mulai terbentuk pada hari ke-35 gestasi, yang berlanjut
sampai beberapa bulan setelah lahir. Maturasi sistem vaskular terjadi pada bulan
ke-4 setelah lahir. Faktor angiogenik kemungkinan mempunyai peranan penting
pada fase proliferasi dan involusi hemangioma. Pertumbuhan endotel yang cepat
pada hemangioma mempunyai kemiripan dengan proliferasi kapiler pada tumor.
Proliferasi endotel dipengaruhi oleh agen angiogenik. Angiogenik bekerja
melalui dua cara:
 Secara langsung mempengaruhi mitosis endotel pembuluh darah,
 Secara tidak langsung mempengaruhi makrofag, mast cell, dan sel T
helper.
Heparin yang dilepaskan makrofag menstimuli migrasi sel endotel dan
pertumbuhan kapiler. Di samping heparin sendiri berperan sebagai agen
angiogenesis. Efek angiogenesis ini dihambat oleh adanya protamin, kartilago,
dan beberapa kortikosteroid. Konsep inhibisi kortikosteroid ini diterapkan untuk
terapi pada beberapa jenis hemangioma pada fase involusi.
Angioplastin, salah fragmen internal dari plasminogen merupakan
inhibitor potent dan spesifik untuk proliferasi endotel. Makrofag meghasilkan
stimulator ataupun inhibitor angiogenesis. Pada fase proliferasi, jaringan
hemangioma di infiltrasi oleh makrofag dan mast cell, sedangkan pada fase
11

involusi terdapat infiltrasi monosit. Diperkirakan infiltrasi makrofag dipengaruhi


oleh Monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1), suatu glikoprotein yang
berperan sebagai kemotaksis mediator. Zat ini dihasilkan oleh sel otot polos
pembuluh darah pada fase proliferasi, tetapi tidak dihasilkan oleh hemangioma
pada fase involusi ataupun malformasi vaskuler. Keberadaan MCP-1 dapat di-
down-regulasi oleh deksametason dan interferon alfa. Interferon alfa terbukti
menghambat migrasi endotel yang disebabkan oleh stimulus kemotaksis. Hal ini
memberikan efek tambahan interferon alfa dalam menurunkan jumlah dan
aktifitas makrofag. Bukti-bukti di atas menjelaskan efek deksametason dan
interferon alfa pada hemangioma pada fase proliferasi.
Penyakit sistemik yang berkaitan dengan hemangioma. PHACE(S)
merupakan singkatan dari posterior fossa malformations (Dandy-Walker
malformation), hemangioma, anomali arteri, coartation of the aorta (koartasio
aorta), cardiac defect (kelainan jantung), eye bnormalities (kelainan mata,
termasuk peningkatan vaskuler retina, mikroftalmia, hipoplasia nervus optikus,
eksoftalmus, hemangioma koroid, strabismus, coloboma, katarak, dan glaukoma),
sternal clefting (celah sternum) dan supraumbilical raphe. Sindrom PHACE(S)
harus dipertimbangkan pada setiap bayi yang lahir dengan hemangioma fasial
yang besar, segmental, dan seperti plak yang mengenai 1 atau lebih dermatom.9,11

Gambar . Hemangioma plak pada bayi dengan sindrom


PHACE(S).
(Dikutip dari Kepustakaan 3)

3.1.4 Epidemiologi 10
12

Prevalensi hemangioma infantil ± 1- 3% pada neonatus dan ± 10% pada


bayi sampai dengan umur 1 tahun. Lokasi tersering yaitu pada kepala dan leher
(60%), dan faktor resiko yang telah teridentifikasi, terutama neonatus dengan
berat badan lahir di bawah 1500 gram. Rasio kejadian perempuan disbanding laki-
laki 3:1. Hemangioma infantil lebih sering terjadi di ras kaukasia daripada ras di
Afrika maupun Amerika.
Lesi hemangioma infantil tidak ada pada saat kelahiran. Seiring dengan
bertambahnya usia, resiko hemangioma infantil, pada usia 5 tahun meningkat
50%, pada usia 7 meningkatkan 70%, dan 90% pada usia 9 tahun. Mereka
bermanifestasi pada bulan pertama kehidupan, menunjukkan fase proliferasi yang
cepat dan perlahan-lahan berinvolusi menuju bentuk lesi yang sempurna.

3.1.5 Gambaran Klinis


Gambaran klinis hemangioma berbeda-beda sesuai dengan jenisnya.
Hemangioma kapiler tampak beberapa hari sesudah lahir. Strawberry
nevus terlihat sebagai bercak merah yang makin lama makin besar. Warnanya
menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras
pada perabaan. Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi, ada yang superfisial
berwarna merah terang, dan ada yang subkutan berwarna kebiru-biruan. Involusi
spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang
tegang dan lebih mendatar.11
Hemangioma kavernosa tidak berbatas tegas, dapat berupa macula
eritematosa atau nodus yang berwarna merah sampai ungu. Biasanya merupakan
tonjolan yang timbul dari permukaan, bila ditekan mengempis dan pucat lalu akan
cepat menggembung lagi apabila dilepas dan kembali berwarna merah keunguan.
Lesi terdiri atas elemen vaskular yang matang. Lesi ini jarang mengadakan
involusi spontan, kadang-kadang bersifat permanen.11
Gambaran klinis hemangioma campuran merupakan gabungan dari jenis
kapiler dan jenis kavernosum. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah
kebiruan yang pada perkembangannya dapat memberikan gambaran keratotik dan
13

verukosa. Sebagian besar ditemukan pada ekstremitas inferior dan biasanya


unilateral.11

3.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Ketersediaan alat-alat canggih saat ini memungkinkan pencitraan massa
orbita untuk dibedakan secara non-invasif dalam banyak kasus. Untuk evaluasi
diagnostik pada orbita, CT-Scan memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap tulang,
sedangkan MRI terutama untuk jaringan lemak. Selain itu, di tangan yang
berpengalaman, USG juga dapat memberikan informasi penting dalam diagnosis
massa orbita.8
Jika diagnosis hemangioma belum jelas secara klinis, MRI sangat berguna
untuk membedakan hemangioma dari neurofibroma pleksiformis, malformasi
limfatik, dan rhabdomiosarkoma, dimana masing-masing berhubungan dengan
pertumbuhan dan proliferasi yang cepat atau proptosis yang progresif. MRI atau
USG Doppler dapat menggambarkan perluasan tumor ke posterior apabila tidak
dapat dipastikan secara klinis.8

Gambar 3. A, Eversi kongenital palpebra superior dengan edema,


eritema, dan prolaps konjungtiva supratarsal. Eversi terjadi persisten
walaupun telah diberikan antibiotik maupun steroid topikal. B, Gambaran
MRI sagital pada mata yang sakit menunjukkan adanya hemangioma
kapiler pada konjungtiva superior. C, Penampakan 2 hari setelah injeksi
steroid intaslesi; lesi dan eversi palpebra menghilang.(Dikutip dari Kepustakaan 3)
14

Gambaran histopatologi tergantung dari stadium perkembangan


hemangioma. Lesi awal tampak banyak sel dengan sarang-sarang padat sel
endotel dan selalu berhubungan dengan pembentukan lumen vaskuler yang kecil.
Lesi yang terbentuk secara khas menunjukkan saluran kapiler yang berkembang
dengan baik, rata, dan mengandung endotel dengan konfigurasi lobuler. Lesi
involusi menunjukkan peningkatan fibrosis dan hyalinisasi dinding kapiler dengan
oklusi lumen.8

Gambar 5. Hemangioma kapiler. A, Bayi dengan hemangioma kapiler


multipel.B, Perhatikan pembuluh darah kapiler berukuran kecil dan proliferasi sel
endotelial jinak.(Dikutip dari Kepustakaan 3)

3.1.7 Penatalaksanaan
Observasi dilakukan apabila hemangioma berukuran kecil dan tidak ada
risiko terjadinya ambliopia, baik akibat obstruksi aksis visual maupun astigmat
terinduksi.8 Hemangioma yang belum mengalami komplikasi sebagian besar
mendapat terapi konservatif, baik hemangioma kapiler, kavernosa maupun
campuran. Hal ini disebabkan lesi ini kebanyakan akan mengalami involusi
spontan. Pada banyak kasus hemangioma yang mendapatkan terapi konservatif
mempunyai hasil yang lebih baik daripada terapi pembedahan baik secara
fungsional maupun kosmetik. Terdapat dua cara pengobatan pada hemangioma,
yaitu:11
15


Terapi konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami
pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum
dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus
mengadakan regresi sampai umur 5 tahun. Hemangioma superfisial atau
hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan
hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal.11

Terapi aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah
hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan
tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang
mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang
mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan.9

Terapi kompresi
Terdapat dua macam terapi kompresi yang dapat digunakan
yaitu continous compressiondengan menggunakan bebat elastik
dan intermittentpneumatic compression dengan menggunakan pompa Wright
Linear. Diduga dengan penekanan yang diberikan, akan terjadi pengosongan
pembuluh darah yang akan menyebabkan rusaknya sel-sel endothelial yang akan
menyebabkan involusi dini dari hemangioma.12

Terapi kortikosteroid
Steroid digunakan selama fase proliferatif tumor untuk menghentikan
pertumbuhan dan mempercepat involusi lesi. Steroid dapat digunakan secara
topikal, intralesi, atau sistemik. Krim clobetasol propionate 0,05% topikal dapat
digunakan pada lesi superfisial yang kecil. Injeksi intralesi kombinasi antara
steroid kerja panjang dan kerja singkat sering digunakan pada hemangioma
periorbita terlokalisir (sebaiknya digunakan sediaan steroid yang terbukti dapat
digunakan untuk suntikan intralesi). Jika hemangioma difus atau meluas ke
posterior orbita, digunakan steroid sistemik dengan dosis anjuran prednison atau
prednisolon 2-5 mg/kg BB/hari. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar
kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat.8
16

Steroid dihubungkan dengan banyak komplikasi sehingga perlu


dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Supresi adrenal dan retardasi
pertumbuhan dapat terjadi pada semua cara penggunaan, termasuk krim topikal.
Injeksi intralesi berisiko menyebabkan emboli arteri retinalis bilateral, atrofi
lemak subkutan linier, dan depigmentasi palpebra. Imunisasi perlu ditunda pada
anak-anak yang mendapat terapi steroid dosis tinggi. Dianjurkan untuk
berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.8
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
a. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital,
b. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik,
c. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium,
d. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia,
e. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.13
Hemangioma kavernosum yang tumbuh pada kelopak mata dan
mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi untuk
mengurangi ukuran lesi secara cepat, sehingga penglihatan bisa pulih.
Hemangioma kavernosum atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid
diberikan secara oral dan injeksi langsung pada hemangioma. Penggunaan
kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan infeksi
sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat.13

Terapi pembedahan
Indikasi pembedahan tergantung dari ukuran dan lokasi hemangioma yang
akan dieksisi. Karena itu pemeriksaan radiologi dan penunjang lainnya sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosa secara akurat. Adapun indikasi
dilakukannya terapi pembedahan pada hemangioma adalah:
a. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam
beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar,
b. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia,
c. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-
7 tahun.12
17

Eksisi hemangioma periorbita dapat dilakukan dengan mudah pada beberapa lesi
yang terlokalisir dengan baik. Pada kasus lain, pembedahan rekonstruksi dapat
dilakukan bertahun-tahun setelah terapi medis.8
Embolisasi sebelum pembedahan dapat sangat berguna apabila
hemangioma yang akan dieksisi mempunyai ukuran yang besar dan lokasi yang
sulit dijangkau dengan pembedahan. Embolisasi akan mengecilkan ukuran
hemangioma dan mengurangi resiko perdarahan pada saat pembedahan.12

Gambar 7. A, Bayi laki-laki usia 5 bulan dengan hemangioma kapiler


berbatas tegas pada palpebra kiri. Refraksi sebelum pembedahan -6.00 +8.00 x
40o. B, 6 bulan pasca pembedahan, astigmat terinduksi telah membaik dan
rekfraksi menjadi -0.25 +0,25 x 80o(Dikutip dari Kepustakaan 3)


Terapi radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan
karena:
a. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan
tulangnya masih sangat aktif,
b. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka panjang,
c. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan
menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.9

Terapi sklerotik
18

Terapi ini diberikan dengan cara menyuntikan bahan sklerotik pada lesi
hemangioma, misalnya dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat
30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena
rasa nyeri dan menimbulkan sikatriks.3

Terapi pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair. Dianggap cukup efektif
diberikan pada hemangioma tipe superfisial, akan tetapi terapi ini jarang
dilakukan karena dilaporkan menyebakan sikatrik paska terapi.6

Terapi embolisasi
Embolisasi merupakan tehnik memposisikan bahan yang bersifat trombus
kedalam lumen pembuluh darah melalui kateter arteri dengan panduan
fluoroskopi. Embolisasi dilakukan apabila modalitas terapi yang lain tidak dapat
dilakukan atau sebagai persiapan pembedahan. Pembuntuan pembuluh darah ini
dapat bersifat permanen, semi permanen atau sementara, tergantung jenis bahan
yang digunakan. Banyak bahan embolisasi yang digunakan, antara lain
methacrylate spheres, balon kateter, cyanoacrylate, karet silicon, wol, katun, spon
gelatin, spon polyvinyl alcohol.6

Terapi laser
Penyinaran hemangioma dengan laser dapat dilakukan dengan
menggunakan pulsed-dye laser (PDL), dimana jenis laser ini dianggap efektif
terutama untuk jenis Port-Wine stain.Pulsed-dye laser dapat digunakan untuk
mengobati hemangioma superfisial dengan beberapa komplikasi, tetapi berefek
kecil terhadap komponen tumor yang lebih dalam. Jenis laser ini memiliki
keuntungan bila dibandingkan dengan jenis laser lain karena efek keloid yang
ditimbulkan minimal.5

Kemoterapi
Vincristine merupakan alternatif yang dapat dipertimbangkan tetapi masih
dalam penelitian. Vinkristin merupakan terapi lini kedua lainnya yang dapat
digunakan pada anak-anak yang tidak berhasil diterapi dengan kortikosteroid dan
juga dianggap efektif pada anak-anak yang menderita Sindrom Kassabach-
Merritt. Vinkristin diberikan secara intravena dengan angka keberhasilan lebih
19

dari 80%. Efek samping dari terapi ini adalah peripheral neuropathy, konstipasi
dan rambut rontok. Siklofosfamid jarang digunakan pada tumor vaskuler yang
jinak karena mempunyai efek toksisitas yang sangat besar.5

3.1.8 Komplikasi
Morbiditas hemangioma mata sangat bergantung dari seberapa besar
ukurannya mengisi rongga mata. Komplikasi yang paling sering dari hemangioma
adalah ambliopia deprivasi pada mata yang terkena jika lesi cukup besar untuk
menghalangi aksis visual. Hal ini dapat ditemukan pada 43-60% pasien dengan
hemangioma palpebra. Jika lesi cukup besar untuk menyebabkan distorsi kornea
dan astigmat, maka ambliopia anisometrik dapat terjadi.1,2
Selain itu, perdarahan juga merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi. Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh
darah karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh
darah di bawahnya terus tumbuh.6
Ulkus dapat menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi,
perdarahan dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga
terjadi akibat ruptur.6

III.2MOLLUSCUM CONTAGIOSUM
3.2.1 Definisi
Molluscum contagiosum adalah infeksi virus pada epidermis yang sering
mengenai kelopak mata. Dahulunya molluscum contagiosum paling sering
mengenai anak–anak tapi baru–baru ini telah diketahui bahwa penyakit ini lebih
sering terdapat pada orang dewasa dengan sindrom defisiensi imun (AIDS). Pada
anak – anak, penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan
individu yang terinfeksi dan autoinokulasi sedangkan pada orang dewasa
umumnya menular melalui hubungan seksual. Molluscum contagiosum
merupakan infeksi pox virus pada kulit yang juga bisa menyebabkan lesi pada
wajah, batang tubuh dan bagian proksimal ekstremitas.8
3.2.2 Epidemiologi
20

Molluskum contagiosum lebih sering terlihat pada anak dibawah usia 15


tahun, sekitar 80 % kasus dilaporkan bahwa anak – anak yang terkena pada usia 1
– 4 tahun yang paling parah keadaannya.9

3.2.3 Etiologi
Penyebab molluskum contagiosum adalah Poxvirus. Virus ini bereplikasi
di dalam sel epitel host. Masa inkubasi dari virus ini adalah sekitar 2 minggu.10

3.2.4 Manifestasi Klinik


Infeksi molluskum contagiosum biasanya muncul sebagai satu atau lebih
lesi yang terpisah satu dengan yang lain, lesi berupa papul yang berukuran 1 – 5
mm. Setiap lesi biasanya memiliki umbilisasi di tengahnya dimana dari bagian
tengah lesi tersebut dapat muncul detritus. Sebagai akibat dari penyebaran partikel
virus ke dalam konjungtiva forniks dapat mengakibatkan konjungtivitis follicular
kronik yang jika tidak diobati maka hal ini akan dapat menyebabkan pannus
kornea dan dapat menimbulkan trachoma.
Molluscum contagiosum juga dapat menyebabkan dermatitis eksematosa
di periorbita. Pada pasien yang terinfeksi HIV, lesi cenderung lebih besar dan
lebih agresif. Keterlibatan kelopak mata bilateral dapat terjadi pada anak – anak
dengan immunosupresan. Infeksi molluscum kontagiosum bisa menjadi tanda
awal dari AIDS.8

3.2.5 Patologi
Secara histopatologi, khas dari lesi molluscum kontagiosum menunjukkan
acanthosis invasive dan degenerasi sel – sel epitel yang mengisi bagian tengah lesi
dan terdapat juga sejumlah badan inklusi intrasitoplasma.8
21

3.2.6 Tatalaksana
Pengobatan yang paling umum digunakan adalah insisi dan kuretase dari
bagian tengah lesi. Krioterapi dan kularpengobatan dengan laser telah digunakan
sebagian besar untuk lesi ekstraokular. Krioterapi hiperfokal dengan anestesi local
dilaorkan menjadi metode yang lebih aman untuk molluscum kontagiosum
kelopak mata yang multiple pada pasien AIDS. Topikal trichoroacetic acid
tretinoin, asam salisilat dan cantharidhin juga telah digunakan. Sekali lesi
dihilangkan secara total, hal ini akan memperkecil angka kekambuhan.8

3.3 NEVUS
3.3.1 Defenisi
Sel nevus berpigmen adalah pigmentasi tahi lalat yang umum terjadi pada
kebanyakan orang. Nevus berasal dari melanosit,yaitu sel yang memproduksi
pigmen. Permukaan dari nevus bisa halus ataupun berbenjol – benjol tergantung
pada jumlah keratin yang dikandungnya. Pada tahi lalat bisa terdapat beberapa
rambut dengan ukuran panjangnya yang bervariasi. Warna dari nevus bervariasi
mulai dari sewarna kulit hingga coklat dan hitam tergantung pada jumlah dan
lokasi dari melanin dan pigmen di dalam tumor. Nevus dengan warna yang lebih
gelap memiliki pigmen yang lebih dekat ke permukaan.11
22

Gambar. Nevus
3.3.2 Klasifikasi
a). Junctional nevus
Junctional nevus biasanya datar dan berbatas tegas dengan warna coklat
yang seragam. Dinamakan junctional nevus karena sel – sel nevus ini terletak
pada perbatasan antara epidermis dan dermis. Nevus ini memiliki potensi yang
rendah untuk berubah menjadi suatu keganasan.
b). Intradermal nevus
Intradermal nevus umumnya meninggi di atas kulit dan merupakan jenis
nevus yang paling umum. Nevus ini biasanya berwarna coklat hingga hitam.
Nevus intradermal sering terdapat pada pinggir kelopak mata dan bulu mata pada
kelopak mata yang ditumbuhi nevus tersebut dapat tumbuh normal diatas nevus.
Nevus ini juga bisa tumbuh pada alis mata dan bulu–bulu alis mata juga dapat
tumbuh baik pada nevus. Oleh karena itu sebagian besar ahli berpendapat bahwa
nevus ini tidak memiliki potensi keganasan.

c). Compound nevus


Compound nevus adalah nevus yang berasal dari gabungan dari komponen
jaringan pembatas antara epidermis dan dermis dengan komponen jaringan dermis
kulit. Nevus ini memiliki potensi keganasan yang rendah.
d). Nevus biru
23

Nevus biru biasanya datar tetapi dapat pula berupa nodul yang berbatas
tegas. Nevus ini dapat berwarna biru, abu–abu hingga hitam. Warna biru-hitam
dari nevus ini dikarenakan karena letaknya yang jauh lebih dalam dari kulit yang
di atasnya.
e). Congenital oculodermal melanocytosis (nevus of Ota)
Adalah jenis dari nevus biru dari kulit di sekitar bola mata yang
berhubungan dengan nevus biru dari konjungtiva dan perluasan dari nevus di
uvea. Nevus ini biasa mengenai ras kulit hitam dan oriental dan jarang mengenai
ras kaukasia. Nevus ini berpotensi untuk menjadi ganas khususnya jika mengenai
ras kaukasia.11

3.3.3 Tatalaksana
Walaupun dari tampilan klinis dan riwayat penyakit membantu dalam
membuat diagnosis klinis, biopsy biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi
diagnosis nevus. Biopsi insisi bisa dilakukan jika lesi berukuran besar dan untuk
memastikan diagnosis. Biopsi eksisi juga dapat dilakukan jika nevus ingin
dihilangkan karena alasan kosmetik selain juga untuk konfirmasi diagnosis. Nevus
tidak sensitive terhadap radioterapi sehingga bedah eksisi adalah cara terbaik
untuk menghilangkan tumor ini.11

3. 4 XANTHELASMA
3.4.1 Defenisi
Xanthelasma adalah salah satu bentuk xantoma planum, merupakan jenis
yang paling sering dijumpai dari beberapa tipe klinik xantoma yang dikenal.
Selain itu Xanthelasma diartikan pula sebagai kumpulan kolesetrol di bawah kulit
dengan batas tegas berwarna kekuningan biasanya di permukaan anterior
papelbra,sehingga sering disebut xanthelasma palpebra. 12,13

3.4.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat jarang ditemukan xanthelasma. Secara
global,xanthelasma juga merupakan kasus jarang di populasi umum. Pada studi
24

kasus pasien dengan xanthomatosis, xanthelasma lebih sering dijumpai pada


wanita dengan persenan 32% dan 17,4% pada laki-laki. Onset timbulnya
xanthelasma berkisar antara 15 – 73 tahun dengan puncak pada decade 40an dan
50 an. Xanthelasma jarang ditemukan pada anak-anak dan remaja. 12

3.4.3 Patofisiologi
Setengah pasien xanthelasma mempunyai kelainan lipid. Erupsi
Xanthomasdapat ditemui pada hiperlipidemia primer dan sekunder. Kelainan
geneticprimer termasuk dislipoproteinemia, hipertrigliseridimia dan defisiensi
lipaselipoprotein yang diturunkan. Diabetes yang tidak terkontrol
jugamenyebabkan hiperlipidemia sekunder. Xanthelasma juga bisa terjadi
padapasien dengan lipid normal dalam darah yang mempunyai HDL
kolesterolrendah atau kelainan lain lipoprotein. 12

3.4.4 Manifestasi Klinis


Timbul plak irregular di kulit, warna kekuningan sering kali disekitar
mata. Ukuran xanthelasma bervariasi berkisar antara 2 – 30 mm, ada kalanya
simetris dan cenderung bersifat permanen. Pasien tidak mengeluh gatal, biasanya
mengeluh untuk alasan estetika. Xanthelasma atau xanthelasma palpebra biasanya
terdapat di sisi medial kelopak mata atas. Lesi berwarna kekuningan dan lembut
berupa plaque berisi deposit lemak dengan batas tegas. Lesi akan bertambah besar
danbertambah jumlahnya. Biasanya lesi-lesi ini tidak mempengaruhi fungsi
kelopak mata, tetapi ptosis harus diperiksa bila ditemukan. 12

3.4.5 Pemeriksaan Laboratorium


Karena 50% pasien dengan xanthelasma mempunyai gangguan lipid,
makadisarankan untuk pemeriksaan plasma lipid juga HDL dan LDL.
Xanthelasmabiasanya dapat didiagnosa dengan jelas secara klinis dan jarang
kelainan lain memberi gambaran klinis sama. Jika ada keraguan, eksisi bedah dan
analisispatologi sebaiknya dilakukan.12
25

3.4.6 Pemeriksaan Histologi


Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit
dengan deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis atas. Lipid
utama yang disimpan pada hiperlipidemia dan xanthelasma normolipid adalah
kolesterol. Kebanyakan kolesterol ini adalah yang teresterifikasi. 12

3.4.7 Tatalaksana
Pembatasan diet dan penggunaan obat-obatan penurun lipid serum, hanya
memberikan respon pengobatan yang kecil terhadap xanthelasma. 1 Terdapat
beberapa pilihan tindakan untuk menghilangkanxanthelasmapalpebrarum, yaitu
eksisi bedah, argon dan karbondioksida ablasilaser, kauterisasi kimia,
electrodesiccation, dan cryotherapy. 12,13

Eksisi Bedah 12
Pada lesi liniar yang kecil, eksisi lebih disarankan, karena scar akan
berbaur dengan jaringan sekitar. Pada eksisi lebih tebal, kelopak mata bawah
cenderung mudah terjadi scar karena jaringan yang diambil juga lebih tebal.
Eksisi sederhana pada lesi yang lebih luas beresiko menyebablan retraksi kelopak
mata, ektropion, sehingga membutuhkan cara rekonstruksi lain. Pengangkatan
xanthelasma sudah menjadi bagian dari bedah kosmetik.

Pengangkatan dengan laser karbondioksida dan argon
Yaitu menambah hemostasis, memberikan visualisasi lebih baik, tanpa
penjahitan dan lebih cepat, namun scar dan perubahan pigmen dapat terjadi.12
26


Kauterisasi kimia
penggunaan chloracetic acid efektif untuk menghilangkan xanthelasma.
zat ini mengendapkan dan mengkoagulasikan protein dan lipid. Monochloroacetic
acid, dichloroacetic acid, dan trichloroacetic acid dilaporkan memberi hasil yang
baik. Haygood menggunakan kurang dari 0.01ml dari 100% dichloracetic acid
dengan hasil yang sempurna dan scar minimal. 12

Elektrodesikasi dan cryoterapi
Tindakan ini dapat menghancurkan xanthelasma superficial tetapi
membutuhkan terapi berulang. Cryoterapi dapat menyebabkan scardan
hipopigmentasi. 12
3.4.8 Prognosis
Kekambuhan sering terjadi. Pasien harus mengetahui bahwa dari
penelitian yang dilakukan pada eksisi bedah dapat terjadi kekambuhan pada 40%
pasien. Persentase ini lebih tinggi dengan eksisi sekunder. Kegagalan ini terjadi
pada tahun pertama dengan persentase 26% dan lebih sering terjadipada pasien
dengan sindrom hiperlipidemia dan bila terjadi pada 4 kelopak mata sekaligus. 12
27

BAB IV

KESIMPULAN

Tumor kulit baik tumor jinak maupun tumor ganas bisa berkembang ke
lapisan kulit di periokular. Tumor ini menyebar mulai dari lapisan epidermis, ke
dermis bahkan ke struktur adneksa kelopak mata. Tumor jinak palpebra
kebanyakan mudah dikenali secara klinis, dan eksisi dilakukan dengan alasan
kosmetik. Sedangkan lesi ganas sering kali sulit dikenali secara klinis dan biopsy
harus selalu dilakukan pada kecurigaan keganasan.
Tumor jinak palpebra seperti hemangioma kapiler merupakan tumor
palpebra yang paling sering ditemukan pada anak dengan prevalensi hemangioma
infantil ± 1- 3% pada neonatus dan ± 10% pada bayi sampai dengan umur 1 tahun.
Sedangkan molluskum contagiosum lebih sering terlihat pada anak dibawah usia
15 tahun, sekitar 80 % kasus. Berbeda dengan xanthelasma yang terjadi berkisar
antara 15-73 tahun dengan puncak pada dekade 40an dan 50an dan jarang
ditemukan pada anak-anak remaja.
Secara umum, penetalaksanaan tumor palpebra jinak maupun tumor
palpebra ganas dilakukan secara pembedahan. Untuk tumor jinak biasanya
dilakukan dengan tujuan kosmetik sedangkan tumor ganas dilakukan dengan
mengangkat keseluruhan tumor agar tidak menyebar dan bermetastasis lebih jauh.
28

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academi of Opthalmologi Palpebral Tumours. 2012,


http://www.americanacademi.com/wpcontent/,uploads/2012/10/OS_Chapter-
12-Palpebral-tumours.pdf.
2. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology ed.4rd. New Delhi: New age
international ; 2007.
3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum ed.17.
Terj.Brahm UP. Jakarta: ECG; 2013.
4. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Dermal Neoplasms. In: Skuta GL, Cantor LB,
Weiss JS. Basic and Clinical Science Course: Ophthalmic Pathology and
Intraocular Tumors 2011-2012. Singapore: American Academy of
Ophthalmology; 2011. p. 219-20.
5. American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit,
Eyelids, and Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of
Ophtalmology, 5-19.
6. Ilyas, S., Yulianti, S.R., 2012. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat, Cetakan
Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 1-2.
7. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Dermal Neoplasms. In: Skuta GL, Cantor LB,
Weiss JS. Basic and Clinical Science Course: Ophthalmic Pathology and
Intraocular Tumors 2011-2012. Singapore: American Academy of
Ophthalmology; 2011. p. 219-20.
8. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Benign Tumors. In: Skuta GL, Cantor LB,
Weiss JS. Basic and Clinical Science Course: Pediatric Ophthalomology and
Strabismus 2011-2012. Singapore: American Academy of Ophthalmology;
2011. p. 338-41.
9. Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2005. Hal 242-4
10. Marchuk DA. Pathogenesis of Hemangioma. Journal Clinical Investigations
Vol.107; 2001.
11. Mulliken J.B. Vascular Anomalies. In: Aston S, Beasley R, Thorne C, Editors.
Grabb and Smith's Plastic Surgery. 5th ed. Philadelphia : Lippincot-Raven
Publ; 1997. p. 191-200
29

12. Hasan Q, Tan T.S, Gush J, Peters S, Davis P. Steroid Therapy of a

Proliferating Hemangioma: Histochemical and Molecular Changes. J

Pediatr 2000; 105: 117-20.


13. Eyelid, Conjungtival, and Orbital Tumors : An Atlas and Text . Second

Edition. Jerry A. Shields and Carol L. Shields. Penerbit : Wolters

Kluwer Health. Hal: 206.


14. Artikel yg ditulis oleh Christian Nordqvist. What is Molluscum

conatagiosum ? What causes Molluscum contagiosum ?. 18 Feb 2010.

Diunduh dr http:/ www.medicalnewstoday.com/articles


15. Ocular Molluscum contagiosum- A case report. Nigwekar Shubhangi.

Pravara Med Rev 2009: 4


16. Eyelid Tumors clinical diagnosis & surgical treatment. Second edition.

Jay justin older. 2003 hal : 38 – 40.


17. Roy, Hampton Sr. Xanthelasma. 2008

http://emedicine.medscape.com/article/1213423-overview diakses

tanggal 17 Agustus 2012


18. Vaughan & Asbury. Oftamologi Umum Edisi 17. 2010. Jakarta: EGC.
19.

Anda mungkin juga menyukai