Anda di halaman 1dari 37

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN NILAM DI

KABUPATEN BANTUL PROVINSI YOGYAKARTA


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir
Mata Kuliah SIG (Sistem Informasi Geografi)

Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem Informasi Geografi : Dr. Sucahyanto, M.Si

Disusun Oleh:

MAULIDA NURKHASANAH (4315140831)

Geografi Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT tuhan pencipta alam semesta ini yang masih
memberikan rahmat, hidayah serta karunia Nya. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada
baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang membawa kita
dari zaman kegelapan menuju ke zaman terang benderang ini.

Pembuatan Standard Operating Procedure tentang KESESUAIAN LAHAN TANAMAN


NILAM DI KABUPATEN BANTUL PROVINSI YOGYAKARTA ini di tujukan untuk
memenuhi salah satu tugas ujian akhir semester 105 ini pada mata kuliah Sistem Informasi
Geografi. Ungkapan terima kasih penyusun berikan kepada Bapak Drs. Sucahyanto M.Si selaku
dosen pembimbing mata kuliah Sistem Informasi Geografi serta pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan pembuatan Standard Operating Procedure bisa selesai dengan tepat waktu.

Dalam penulisan makalah Standard Operating Procedure ini pastilah penyusun


mengalami kesulitan, namun dengan doa dan usaha, penyusun dapat menyelesaikan dengan tepat
waktu. Makalah ini tidaklah sempurna, makalah ini pastilah memiliki kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Standard
Operating Procedure dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap agar penulisan tutorial
ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wasalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Jakarta, Januari 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................

Kata Pengantar................................................................................. ...........

Daftar Isi .......................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................
D. Manfaat..............................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Sistem Informasi Geografi ..............................................
B. Komponen dan Ruang Lingkup .........................................................
C. Tujuan Sistem Informasi Geografi......................................................
D. Teori Kesesuaian Lahan......................................................................
E. Karakteristik Umum Tanaman Nilam.................................................
F. Kondisi Umum Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta ...................

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


A. Indikator yang Digunakan (Klasifikasi) .............................................
B. Metode dan Teknik Analisis ..............................................................
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................

BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN HASIL


A. Standar Operasional Prosedur ...........................................................
B. Hasil ..................................................................................................

BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Daftar Pustaka ...................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari 5 kabupaten/kota propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa. Luas wilayah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta tercatat 3.185,80 km2, terbagi dalam 5 wilayah kabupaten/kota yaitu
Kulonprogo seluas 586,27 km2, Bantul seluas 506,85 km2, Gunung Kidul seluas 1.485,36
km2, Sleman seluas 574,82 km2 dan Kota Yogyakarta seluas 32,50 km2. Jadi presentase
luas tertinggi adalah Kabupaten Gunung Kidul (46,62%) dan terendah adalah kota
Yogyakarta (1,02%) sedangkan Kabupaten Bantul luasnya hanya mencapai 15,90% saja
dari luas seluruh propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (data BPS 2009).
Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa
dan kelurahan. Pusat pemerintah di Kecamatan Bantul sekitar 11 km sebelah selatan kota
Yogyakarta. Berikut merupakan Kecamatan di Kabupaten Bantul:
1. Kecamatan Sanden
2. Kecamatan Kretek
3. Kecamatan Pundong
4. Kecamatan Imogiri
5. Kecamatan Dlingo
6. Kecamatan Pleret
7. Kecamatan Jetis
8. Kecamatan Bambanglipuro
9. Kecamatan Pandak
10. Kecamatan Pajangan
11. Kecamatan Bantul
12. Kecamatan Sewon
13. Kecamatan Banguntapan
14. Kecamatan Piyungan
15. Kecamatan Sedayu
16. Kecamatan Kasihan

4
17. Kecamatan Srandakan

Nilam adalah suatu tumbuhan semak tropis penghasil salah satu jenis minyak atsiri
yang dinamakan minyak nilam. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal
sebagai minyak hijau atau minyak daun karena minyaknya disuling dari daun. Minyak
nilam memiliki aroma yang sangat kuat dan telah berabad-abad digunakan sebagai bahan
membuat wewangian (parfum), bahan dupa atau setanggi terutama pada tradisi orang
timur. Harga jual minyak nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan
minyak atsiri lainnya.
Tumbuhan nilam tingginya bisa mencapai satu meter. Tumbuhan nilam menyukai
suasana teduh, hangat, dan lembab. Mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau
kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang kuat. Bijinya kecil. Perbanyakan
biasanya dilakukan secara vegetatif yaitu tidak membutuhkan adanya proses
perkawinan/penyerbukan dan pembuahan yang memerlukan pertemuan antara sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina untuk menciptakan individu.
Minyak nilam merupakan komoditas unggulan nasional di Indonesia. Selain bahan
membuat wewangian, minyak nilam sendiri punya banyak kegunaan, mulai dari pembunuh
serangga, hingga bermanfaat pula sebagai obat-obatan. Sebanyak 70% kebutuhan minyak
nilam dunia, dipasok oleh Indonesia. Tapi sayang, Indonesia belum bisa mematok harga,
dalam hal ini, Indonesia masih sebagai price taker saja. Tapi yang jelas, Amerika
merupakan pengimpor minyak nilam terbesar di dunia

B. Rumusan Masalah
1. Apakah lokasi tersebut cocok untuk dijadikan lahan untuk tumbuhnya tanaman
Nilam?
2. Apakah curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan lereng, dan penggunaan lahan di
Bantul mampu ditanami tanaman nilam?

C. Tujuan
1. Memperoleh informasi dan pemahaman mengenai syarat tumbuh tanaman Nilam di
Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta.

5
2. Membuat serta mendeskripsikan peta kemampuan lahan untuk tanaman Nilam di
Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta.
3. Sebagai tugas akhir mata kuliah Sistem Informasi Geografi (SIG).

D. Manfaat
1. Dapat mendeskripsikan peta kemampuan lahan untuk tanaman Nilam di Kabupaten
Bantul, Provinsi Yogyakarta.
2. Untuk memperoleh informasi kemampuan lahan di Kabupaten Bantul, Provinsi
Yogyakarta.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Informasi Geografi


SIG (Sistem Informasi Geografi) adalah salah satu model informasi yang
berhubungan dengan data spasial (keruangan) mengenai daerah-daedrah di permukaan
bumi.
SIG (Sistem Informasi Geografi) adalah suatu sistem yang menekankan pada
informasi mengenai daerah-daerah beserta keterangan (atribut) yang terdapat pada
daerah-daerah di permukaan bumi. Sistem Informasi Geografi merupakan bagian dari
ilmu geografi teknik berbasis komputer yang digunakan untuk kebutuhan atau
kepentingan tertentu.
Adapun pengertian dari beberapa ahli sebagai berikut:
1. Menurut Aronaff (1989)
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang
memasukan, mengelola, memanipulasi dan menganalisis data serta memberi
uraian.
2. Menurut Linden (1987)
SIG adalah sistem untuk pengelolaan. Penyimpanan, pemrosesan (manipulasi),
analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.
3. Menurut Burrough (1986)
SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimpunan,
pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang
berasal dari kenyataan dunia.
4. Menurut Gistut (1994)
SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan
mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-
karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap
mencakup metodelogi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat
keras, perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi.
5. Menurut Murai (1999)

7
SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,
memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi
geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam
perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, suumber daya alam, lingkungan,
transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.
6. Menurut Bernhardsen (2002)
SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi.
Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak
komputer yang berfungsi untuk akuisisi dan verifikasi data, kompilasi data,
penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran
data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisis data.

B. Komponen dan Ruang Lingkup


Sistem Informasi Geografis memiliki beberapa komponen agar dapat berfungsi
John E. Harmon, Steve J. Anderson berpendapat bahwa komponen SIG terdiri atas:
1. Manusia, dalam arti orang yang mengoperasikan atau menggunakan perantara SIG
dalam pekerjaannya.
2. Aplikasi, merupakan prosedur yang digunakan mengolah data menjadi informasi
misalnya penjumlahan, klasifikasi, tabulasi, dan lainnya.
3. Data, berupa data spasial/grafis dan data atribut. Data spasial merupakan data
berupa representasi fenomena permukaan bumi yang dapat berupa foto udara, citra
satelit, koordinat dan lainnya. Data atribut adalah data yang mempresentasikan
aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkan seperti data sensus penduduk,
jumlah pengangguran, dan lainnya.
4. Software, merupakan perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki
kemampuan pengolahan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data
spasial. Contoh software SIG yaitu Arc View, Map Inf, ILWIS.
5. Hardware, merupakan perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem
komputer seperti Cpu, plotter, digitizer, RAM, hardisk dan lainnya.

8
6. Metode, merupakan cara atai tahapan yang dilakukan dalam pengoperasian SIG
mulai dari awal sampai akhir.

Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis (SIG). Pada dasarnya pada SIG
terdapat lima proses yaitu :

1. Input Data, Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data
non-spasial. Data spasial biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus menggunakan
peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk peta
digital dengan menggunakan alat digitizer. Selain proses digitasi dapat juga dilakukan
proses overlay dengan melakukan proses scanning pada peta analog.
2. Manipulasi Data, Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu
dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena itu SIG
mampu melakukan fungsi edit baik untuk data spasial maupun non-spasial.
3. Manajemen Data, Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah
pengolahan data non-spasial. Pengolaha data non-spasial meliputi penggunaan DBMS
untuk menyimpan data yang memiliki ukuran besar.
4. Query dan Analisis
Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara fundamental SIG
dapat melakukan dua jenis analisis, yaitu :
a. Analisis Proximity
Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak antar
layer. SIG menggunakan proses buffering (membangun lapisan pendukung di
sekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan antar
sifat bagian yang ada.
b. Analisis Overlay
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara
sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari
satu layer untuk digabungkan secara fisik.
5. Visualisasi, Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan
dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan
informasi geografis.

9
C. Tujuan Sistem Informasi Geografi
Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem informasi Geografi adalah untuk
mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut
suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem
Informasi Geografi adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data
dasar yang belum dispesifikasikan.
Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data
atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis atribut. Data spasial merupakan
data yang berkaitan dengan lokasi ruang yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan
data atribut merupakan data tabel yang berfungsin menjelaskan keberadaan berbagai
objek sebagai data spasial.
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik,
bentuk garis, dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari
sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi
kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik
yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontur, dan lain-
lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang
membentuk suatu ruang homogeny, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan,
pulau, dan lain sebagainnya.

D. Teori Kesesuaian Lahan


Kesesuaian lahan (land suitability) adalah tingkat kecocokan suatu bidang
lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Selain itu kesesuaian lahan juga diartikan
sebagai potensi lahan yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk penggunaan
pertanian secara lebih khusus, seperti padi, tanaman palawija, dan tanaman
perkebunan. Kesesuaian lahan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu untuk kondisi
saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial).
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik
tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan

10
yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik
tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang
dievaluasi.
Sedangkan kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang
akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat
berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang
produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat
ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan (matching) antara kualitas


lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan. Klasifikasi kesesuaian
lahan dapat dibagi menjadi 2 yaitu, klasifikasi kuantitatif dan klasifikasi kualitatif
berdasarkan dari data yang ada atau yang tersedia (FAO). Klasifikasi kuantitatif
adalah klasifikasi yang memuat informasi kepada pemakai bahwa dimana hasil
penelitian beserta unsur-unsur ekonomi telah dipetimbangkan didalamnya. Jika dalam
suatu penelitian belum mempertimbangkan unsur-unsur ekonomi maka belum
dianggap sebagai klasifikasi kuantitatif.

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976


dalam Rayes (2007) adalah terdiri dari 4 kategori sebagai berikut :

1. Ordo (Order)
Menunjukkan jenis atau macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara
umum. Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo berdasarkan kerangka kerja evaluasi
lahan FAO (1976) dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu :
a. Ordo S : Sesuai (Suitable)
Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk
penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan
terhadap sumber daya lahannya. Penggunaan lahan tersebut akan memberi
keuntungan lebih besar daripada masukan yang diberikan.

11
b. Ordo N : Tidak Sesuai (Not Suitable)
Ordo N atau tidak sesuai (not suitable) adalah lahan yang mempunyai
pembatas demikian rupa sehingga mencegah penggunaan secara lestari untuk
suatu tujuan yang direncanakan. Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu karena beberapa alasan. Hal ini dapat terjadi karena
penggunaan lahan yang diusulkan secara teknis tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan yang curamyang
berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang parah,
seperti penanaman pada lereng yang curam. Selain itu, sering pula didasarkan
pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai keuntungan yang diharapkan lebih
kecil daripada biaya yang dikeluarkan.
2. Kelas (Class)
Menunjukkan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan
tingkat kesesuaian dari suatu Ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang
tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan
dibedakan menjadi :
a. Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada
tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam
tiga kelas, yaitu : lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai
marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak
dibedakan ke dalam kelas-kelas.
b. Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat
kelas dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak
sesuai (N).
Penjelasan secara kualitatif dari definisi dalam pembagian kelas
disajikan dalam uraian berikut :
a. Kelas S1 :
Kelas S1 atau Sangat Sesuai (Highly Suitable) merupakan lahan yang
tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau
hanya mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap

12
produksi serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada
umumnya.
b. Kelas S2 :
Kelas S2 atau Cukup Sesuai (Moderately Suitable) merupakan lahan
yang mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas
dan keuntungan, serta meningkatkan masukan yang diperlukan.
c. Kelas S3 :
Kelas S3 atau Sesuai Marginal (Marginal Suitable) merupakan lahan
yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus dilakukan.Pembatas akan mengurangi produktivitas
dan keuntungan. Perlu ditingkatkan masukan yang diperlukan.
d. Kelas N :
Kelas N atau Tidak Sesuai merupakan lahan yang mempunyai faktor
pembatas yang sangat berat dan atau sulit diatasi, sehingga tidak mungkin
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
e. Sub-Kelas
Menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis
pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.
f. Satuan (Unit)
Menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada perbedaan-
perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

E. Karakteristik Tanaman Nilam


A. Manfaat dan Potensi Pengembangan Nilam
Nilam merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak asiri dengan
prospek terbaik dan terluasdi antara tanaman-tanaman asiri lainnya. Minyak asiri atau
essential oil merupakan output tanaman tradisional yang banyak digunakan dalam
industry kimia sebagai salah satu bahan baku produk wewangian (parfum), farmasi,
kosmetika, pengawetan barang, dan kebutuhan dasar industry lainnya.

13
Dari 70 jenis minyak asiri yang diperdagangkan dipasar internasional, sekitar9-
12 jenis minyak asiri disuplai dari Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia termasuk
produsen besar yang cukup diandalkan dan menjadi negara pengekspor minyak asiri
dengan kualitas terbaik. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor dan kondisi iklim serta
jenis dan tingkat kesuburan tanah yang dimiliki Indonesia serta sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman nilam.
Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak asiri terbut didapatkan hasil
berupa minyak nilam, minyak serai wangi, akar wangi, kayu putih, cengkeh, cendana,
lada, serta minyak melati. Khusus minyak nilam, sekitar 90% produksi dunia berasal
dari hasil penyulingan di pelosok nusantara, seperti Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan
Tenga, Bengkulu, Lampung, dan Pulau Jawa.produksi minyak nilam Indonesia per
tahunnya rata-rata di atas USD 20 juta (dolar Amerika).
 Manfaat, Keunggulan, dan Keunggulan Nilam
Tanaman Nilam merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi
empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak yang banyak
digunakan dalam berbagai kegiatan industry. Selain itu, minyak Nilam juga digunakan
sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetik, industry makanan, industry
pembuatan cat dan kebutuhan industry lainnya.
 Nilam Sebagai Komoditas Ekspor
Minyak Nilam yang berasal dari tanaman nilam merupakan salah satu komoditas
ekspor unggulan yang belum dikenal secara luas di Indonesia, tetapi cukup dikenal di
pasar internasional. Tanaman ini relative mudah dibudidayakan karena mudah tumbuh
serta mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah yang kering dan tandus
(kosong) menjadi suatu lahan produktif.
 Potensi Wilayah Pengembangan Tanaman Nilam
Daerah atau wilayah yang telah mengembangkan tanaman nilam tersebar di Aceh,
Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Purbalingga, sebagian Jawa Timur bahkan dapat dijumpai juga pada area pemukiman
transmigran di daerah Kalimantan Tengah.

B. Ciri Khas Tanaman Nilam

14
Nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba lainya. Tanaman ini
memerlukan suhu yang panas dan lembap. Selain itu, nilam juga memerlukan curah hujan
yang merata dalam jumlah cukup. Nilam merupkan tanaman ini memiliki umur tumbuh
yang cukup panjang, yaitu sekitar tiga tahun, bahkan lebih lebih. Nilam dapat diremajakan
kembali dari hasil tanaman melalui penyemaian atau pembibitan berupa steak. Hasil
produksi tanaman ini berupa daun basah yang dipanen, kemudian dikeringkan dan diolah
lebih lanjut melalui proses penyulingan daun yang dinamanakan minyak nilam. Ciri khas
lainnya adalah bila daunnya digosok akan basah dan mengeluarkan aroma atau wangi khas
nilam. Salin itu, minyak dari daun nilam memiliki sifat khas, yaitu semakin bertambah
umurnya, semakin harum minyaknya. Oleh sebab iktu minyak nilam yang berumur lebih
lama lebih disukai oleh produsen minyak wangi.

C. Nilam Merupakan Tanaman Singkat


Nilam merupakan tanaman singkat. Hal itu dapat dilihat dari umur panen yang lebih
cepat. Produktivitas tanaman nilam tergantung dari pemilihan bibit unggul, pemeliharaan,
pengelolaan, pola panen, serta tingkat kesuburan tanah yang dimiliki. Bila dibandingkan
dengan tanaman perdu perkebunan dengan hasil orientasi eksopr lainnya, umur panen
nilam cukup singkat dan [anen berikutnya dapat dilakukan berkali-kali dalam jangka waktu
yang singkat.

D. Jenis-jenis Tanaman Nilam


Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Namun nilam aceh lebih terkenal telah ditanam secara luas.
Selain itu dikenal pula jenis nilam jawa dan nilam sabun. Secara garis besar menurut
literature adalah sebagai berikut.
1. Nilam Aceh
Merupakan tanaman yang memiliki aroma khas dan rendeman minyak daunnya cukup
tinggi jika dibvandingkan dengan jenis lain, yaitu 2,5-5%.
2. Nilam Jawa

15
Nilam jawa atau disebut juga dengan nilam hutan. Jenis tanaman ini hanya memiliki
kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%. Jenis daun ndan rantingnya tidak memiliki bulu-
bulu halus dan ujung daunnya agak meruncing.
3. Nilam Sabun
Tanaman ini sering digunakan untuk mencuci pakaian terutama kain jenis batik.
Komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan dihasilkan tidak baik sehingga
minyak dari jenis ini tidak layak dalam bisnis minyak nilam,oleh sebab itu nilam Jawa
dan nilam sabun tidak direkomendasikan sebagai tanaman komersil karena kandungan
minyaknya relative sangat sedikit.

Syarat Tumbuh Tanaman Nilam


Tanaman nilam dapat tumbuh di berbagai area lahan. Mulai dari dataran yang
paling rendah, hingga dataran yang cukup tinggi, yaitu mencapai 2000m diatas
permukaan laut. Namun, rendeman minyak yang dihasilkan di dataran tinggi relative
lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di dataran rendah karena
faktor intensitas penyinaran matahari. Ketinggian yang paling baik adalah 10-400 m
dpl dan diusahakan lahannya tidak tergenang air.
Kondisi lingkungan tumbuh (agroklimat) sangat mempengaruhi kandungan dan
mutu minyak nilam. Penanaman di lahan terbuka memungkinkan kandungan minyak
asiri nilam mencapai 5%. Sementara itu, penanaman di tempat atau lahan yang terlalu
banyak pohon pelindung paling tinggi hanya 4,66%.
Pada dataran tinggi, biasanya tingkat kesuburan tanaman lebih baik karena
pengaruh suhu udara atua kondisi alam yang relative sejuk. Warna daun pun lebih hijau
dan memiliki presentase kadar alcohol yang lebih tinggi, tetapi persentase
rendamannya lebih kecil. Sementara itu, nilam yang ditanam di dataran rendah.warna
daunnya relative agak ungu kemerahan. Akan tetapi presentasi rendeman minyak nilam
yang diperoleh lebih tinggi dan kandungan alcohol pun masih cukup baik.
Tanaman nilam memerlukan suhu ideal antara 22-28 derajat celcius atau setara
dengan 22-28 kapasitas uap air dengan kelembapan diatas 75%. Untuk mencapai
pertumbuhan maksimal, tanaman nilam memerlukan ketersedian air pada awal
penanaman hingga proses pertumbuhan berlangsung. Selain itu diperlukan juna sinar

16
matahari yang cukup pada umur lebih dari tiga bulan sampai menjelang masa panen.
Pada umumnya, Indonesia mempunyai tingkat kelembapan cukup tinggi, rata-rata lebih
dari 60%. Artinya, jumlah curah hujan cukup banyak dengan suhu udara di atas sedang.
Jenis tanah yang dapat ditanami diantaranya tanah latosol, aluvial, regosol dan
andosol. Selain itu, didukung dengan kondisi yang subur, halus, kaya lumut, dan dapat
diolah dengan mudah. Tanah yang terlalu keras, berpasir, dan berkapur kurang baik,
bahkan tidak diperkenangkan untuk ditanami nilam.

F. Deskripsi Daerah Penilitian


Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 506,85 km2 atau 50.608 Ha, secara
administratif terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan.
Kecamatan Dlingo merupakan wilayah paling luas, yaitu 55,87 km2.
Kelas ketinggian tempat yang memiliki Kabupaten Bantul penyebaran paling
luas adalah elevasi antara 25 100 meter (27.709 Ha atau 54,67%) yang terletak pada
bagian utara, bagian tengah, dan bagian tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang
mempunyai elevasi rendah (elevasi <7 meter) seluas 3.228 Ha (6,37%) terdapat di
Kecamatan Kretek, Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Srandakan. Wilayah dengan
elevasi rendah umumnya berbatasan dengan Samudera Indonesia. Untuk wilayah yang
mempunyai elevasi di atas 100 meter terdapat di sebagian Kecamatan Dlingo, Imogiri,
Piyungan, dan Pajangan. secara garis besar terdiri dari :
a. Bagian Barat, adalah daerah landai dan memiliki perbukitan yang membujur dari
Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).
b. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang
subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
c. Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih
lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).
d. Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah
dengan keadaan alamnya yang berpasir, terbentang di Pantai Selatan dari
Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.

17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Indikator yang Digunakan (Klasifikasi)


Indikator (klasifikasi) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi peta
kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, serta peta administrasi Kabupaten Bantul
Provinsi Yogyakarta.

Gambar 1. Peta kemiringan lereng

Gambar 2. Peta jenis tanah

18
Gambar 3. Peta administrasi

Gambar 4. Peta curah hujan

B. Metode dan Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif analisis, dengan


memadukan data sekunder seperti, peta dan buku referensi yang dijadikan panduan
dalam penulisan, maka akan diperoleh suatu deskripsi mengenai mengenai
Kesesuaian lahan untuk Tanaman Nilam, Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta.
Sedangkan metode yang digunakan yaitu metode overlay dan scoring. Data-
data yang berupa peta diproses melalui software Arcview dan digabungkan

19
(overlay) sehingga menghasilkan sebuah peta baru yang dapat memberikan sebuah
informasi mengenai kesesuaian lahan di Kabupaten Bantul untuk ditanami tanaman
Nilam. Setelah semua peta digabungkan (di-overlay), kemudian langkah
selanjutnya dilakukan scoring data pada peta, agar diperoleh data akurat mengenai
tingkat kesesuaian lahan yang ditanami tanaman Nilam tersebut.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk melakukan penelitian ini


adalah dengan menggunakan teknik pengumpulan data sekunder. Data-data
sekunder yang digunakan berupa peta-peta dasar yang sesuai dengan kebutuhan.
Data-data yang digunakan adalah peta ketinggian tempat, peta curah hujan, dan
kemiringan lereng. Setelah data-data tersebut didapatkan maka data tersebut akan
diproses untuk menghasilkan sebuah informasi yang baru mengenai Kesesuaian
lahan untuk Tanaman Nilam di Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta. Selain
data-data sekunder tersebut, juga menggunakan data-data primer yang berasal dari
buku panduan. Buku tersebut berisi tentang pedoman bertanam Nilam dan segala
hal yang berkaitan dengan tanaman Nilam.

20
BAB IV

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DAN HASIL

A. Standar Operasional Prosedur

1. Aktifasi Arcview GIS

Langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan pemetaan, yaitu kita harus
menentukan peta wilayah yang akan dibuat peta tematik, misal Peta Kabupaten
Bantul. Pilihlah peta dengan kualitas gambar yang baik, untuk membuat peta
kesesuaian lahan membutuhkan peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta
kemiringan lereng, peta ketinggian tempat, dan peta curah hujan.
a. Langkah pertama ,mengaktifkan program Arcview. Berikut adalah beberapa
cara untuk mengaktifkan Arcview:
1. Bisa melalui shortcut pada Taksbar yaitu dengan cara Klik Start → klik
Arcview (pastikan program Arcview sudah di Instal atau sudah terpasang).
2. Kita juga dapat mengaktifkan Arcview dengan cara Klik Computer → Local
Disk C → ESRI → Arcview → BIN32 → Klik arcview.exe.
3. Atau dapat mengaktifkan dengan cara memilih program Arcview melalui
shortcut yang ada pada desktop.
b. Setelah Arcview telah diaktifkan maka akan muncul kotak dialog seperti
dibawah ini, lalu klik cancel. Karena peta yang akan kita buka memilik format
JPEG maka kita aktifkan terlebih dahulu Image Analysis.

21
c. Cara mengaktifkan Image Analysis yaitu dengan memilih File → Ekstension →
Image Analysis lalu klik OK.

d. Selanjutnya memunculkan gambar peta dengan format JPEG, cara :


1. Klik New pada menu view untuk membuka lembar kerja baru.

22
2. Klik Add theme untuk menambah tema atau peta, contohnya peta
ketinggian tempat Mencari data, dimana file peta tersebut disimpan.
3. lalu mengganti Data Source Type pada kotak dialog menjadi Image Analysis
Data Source agar peta terlihat.
4. Kemudian pilih peta dan klik OK.
f. Setelah melakukan langkah-langkah diatas, Lalu munculkan Peta dengan
memberi ceklist pada kolom Theme.

2. Reposisi Peta
Reposisi peta bertujuan agar koordinat peta pada ArcView sesuai dengan
koordinat di lapangan. Tahapan-tahapan untuk mereposisi peta yaitu sebagai
berikut :
a. Menentukan 4 daerah mana yang akan di reposisi, misalkan:
- Titik potong antara 110o30’0” BT dan 8o0’0” LU
- Titik potong antara 110o 30’0” BT dan 7o56’0” LU
- Titik potong antara 110o15’0” BT dan 7o56’0” LU
- Titik potong antara 110o15’0” BT dan 8o0’0” LU
b. Setelah itu, data tersebut diubah menjadi Desimal Degree dengan menggunakan
website www.fcc.gov/media/radio/dms-decimal

c. Lakukan langkah tersebut untuk semua data titik potong yang telah ditentukan
d. Zoom in pada daerah mana yang akan di reposisi agar detail letak titiknya
e. Kemudian pilih Align Tool.

23
f. Jika sudah memilih Align tool langkah selanjutnya adalah menembakkan titik
Align Tool pada Koordinat yang ada pada peta.
- Arahkan panel pada garis koordinat peta
- Klik koordinat kemudian klik kanan pada mouse dan tahan.
- Lalu pilih Enter “To” Coordinat, kemudian akan muncul tampilan Table To
Poin, lalu masukkanlan angka Decimal degree yang telah dihitung pada
langkah ketiga.

g. Setelah satu titik berhasil di reposisi, maka akan ditandai munculnya titik merah
pada titik potong, gambar tidak miring dan nilai yang ditampilkan di pojok kanan
atas Arcview akan bergerak sesuai dengan nilai koordinat. Lakukan langkah
diatas untuk keempat titik potong.

h. Jika sudah berhasil mereposisi keempat titik potong maka langkah selanjutnya
adalah menyimpan hasil reposisi tersebut. Klik Theme → save image As →

24
muncul kotak dialog Save Control Points maka pilih ‘No’ → Beri nama file misal
‘New_Bantul’→ klik OK .
i. Lalu akan muncul kotak dialog, kemudian pilih ‘Yes’

3. Digitasi Peta
Setelah berhasil mereposisi, langkah selanjutnya adalah mendigitasi peta. Berikut
adalah langkah-langkahnya :
a. Klik view lalu pilih New Theme → Feature Type pilih line lalu OK
b. Save → Diberi nama “admbantul”

c. Kemudian aktifkan layer “admbantul” lalu peta diperbesar atau di zoom


c.

d. Pastikan pada tema tanda (siap untuk diedit) ini aktif, jika masih

menunjukkan tanda maka perlu cara sebagai berikut: Theme  Start Editing.
e. Klik gambar Draw line lalu beri garis pada batas administrasi tersebut dari
awal sampai selesai tergarisi semua.

25
f. Setelah selesai lalu simpan. Sebelum menyimpan berhenti dulu mengedit Them
 Stop Editing  lalu akan muncul kotak dialog save pilih atau Klik Yes.
g. Kemudian jika map unit (satuan peta) nya belum diubah maka diubah terlebih dahulu
Klik view  Properties

h. Jika semua garis sudah terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengeditan terhadap garis-garis yang kurang, tidak menyambung atau garis yang
kelebihan dengan mengaktifkan Extension Edit Tools, langkah-langkahnya yaitu
sebagai berikut :
File → Extension → Edit Tools (ver. 3.6) → Make Default (agar terpasang terus) →

Pilih OK lalu akan muncul tanda Edit Tools

26
i. Setelah mengaktifkan Edit Tools maka langkah selanjutnya adalah mengaktifkan theme

yang akan diedit kemudian klik Edit Tools → Edit theme → Yes → Pilih theme
mana yang akan di edit.
j. Setelah melakukan langkah di atas maka akan keluar ET Polyline. Klik clean → Intersect
→ Pilih full pada self intersect check → klik analyze → klik close.

k. Keluarkanlah Polyline Edit Tools dengan cara klik Show Edit Tools pada ET Polyline.

27
l. Ketika kita mengaktifkan , tools ini akan membaca kesalahan kesalahan dan juga
garis yang sudah benar. Akan muncul 3 titik dengan warna yang berbeda dan mempunyai
arti tersendiri yaitu :

 Jika titik tersebut berwarna biru maka garis tersebut tersambung yang
membentuk suatu bidang.

 Jika titik tersebut berwarna hijau maka garis tersebut tersambung oleh
beberapa garis misal percabangan.

 Jika titik tersebut berwarna merah maka garis tersebut putus atau tidak
tersambung. Disini lah kita memperbaikinya dengan tools yang telah ada dan
sesuai fungsinya.
Contoh :
 Jika ada garis lebih atau terdapat 2 garis tidak menyatu maka gunakan “Remove

Redudant nodes”

28
 Jika Garis kurang gunakan “ Extend Polyline”

 Bila aktifitas memperbaiki selesai – klik Draw ,untuk memastikan gambar


sudah berhasil di edit (berwarna Hijau)

m. Jika theme atau garis sudah selesai di edit maka Klik stop editing pada ET Polyline dan
akan muncul kotak dialog kemudian pilih Yes.
n. Lakukan pengeditan untuk semua theme atau garis.

29
4. Build Polygon

a. Setelah melakukan pengeditan pada line maka langkah selanjutnya dalah build
polygon yang merupakan proses pemastian untuk setiap daerah tersambung dan tidak
ada kebocoran pada peta. Langkah pertama adalah mengaktifkan line yang akan di
polygon lalu klik ET kemudian pilih line yang akan di polygon.
b. Klik build polygon pada kotak ET, save dengan dan beri nama.

c. Maka akan muncul polygon administrasi Kabupaten Bantul

d. Lakukan build polygon untuk semua peta yang digunakan.

5. Memasukan Data Pada Peta

30
a. Sebelum memasukan data, pastikan terlebih dahulu bahwa polygon telah aktif. Jika
sudah aktif maka tahap selanjutnya adalah :

Klik menu Open Theme Table untuk menambahkan data.


b. Kemudian klik Menu Table → Pilih Start Editing
→ Klik Menu Edit → pilih Add field.

c. Kemudian muncul kotak dialog ganti nama, Type menjadi String dan Widht menjadi
30 lalu klik OK.
d. Selanjutnya beri nama kecamatan dan ketinggian pada table. Kik satu demi satu data
tersebut dan pilih Edit untuk memasukkan data kecamatan dan ketinggian dengan
cara melihat data yang ada pada peta hingga semua telah terisi ke dalam table.

e. Jika semua table telah terisi dengan nama maka klik Menu Table → Stop Editing →
Pilih Yes pada kotak dialog yang muncul untuk menyimpan data nama.

31
f . Lakukan reposisi, digitasi, build polygon, dan pemasukan data peta seperti diatas untuk
peta lainnya yaitu, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta ketinggian.

6. Memasukan Skor

a. Pada polygon peta yang telah berubah menjadi UTM, pilih open theme table
b. lalu pergi ke menu Table lalu pilih Start Editing untuk memulai tahap memasukan data
c. Kemudian pergi ke menu Edit dan pilih Add Field. Isi Name dengan keterangan Skor,
Type diisi dengan keterangan String untuk huruf dan Width isikan 30.
d. Satu persatu masukan data skor pada tiap indikator data dengan cara klik Query lalu
pilih data nya .Lalu pilih Calculate dan masukan skor keterangannya.

 Skor Tabel Ketinggian Tempat


Ketinggian Skor
0-25 mdpl 20
25-100 mdpl 30

100-500 mdpl 40

32
 Skor Tabel Curah Hujan

Curah Hujan Skor


1000-1500 20
1500-2000 30

 Skor Tabel Jenis Tanah

Jenis Tanah Skor


Latosol, Regosol, Aluvial 40
Mediterania, Rendsina 30
Gleisol, Kambisol, Grumusol 20

7. Overlay

a. Pergi ke menu View > Geoprocessing Wizard > Union Two Theme > Next

b.

8. Membuat Total Skor dan Keterangan Kesesuaian Lahan


a. Pada polygon yang telah di overlay, klik tools open theme table> menu Table
>Properties.
b. Hilangkan checklist yang tidak diinginkan untuk ditampilkan sehingga hanya variable
penting saja yang akan muncul. Lalu klik Ok.

33
c. Kemudianbuat field baru dengan nama total skor
d. Pilih start editing lalu klik tools calculate. Kemudian klik skor KT + skor CH + skor JT
e. Jumlahkan semua skor yang ada pada semua record
f. Lalu buat field baru untuk keterangan atau kesesuaian
g. Pilih Query Builder atau
h. Masukan data formula atas rentangan yang telah di tetapkan sebelumnya dengan
mengklik 2x pada field total skor lalu pilih tanda <= atau >= lalu masukan data yang
dimaksud. Lihat tabel rentang kesesuaian pada halaman 10.
i. Lalu akan muncul tanda atau warna kuning yang menyatakan data yang dimaksud pada
query
j. Pilih Calculate lalu isi keterangannya dengan tanda ( “ ) di awal dan akhir kalimat.
Contoh “sangat sesuai”
k. Masukan hasil query hingga semua record terisi

9. Layout
a. Pilih Menu Theme lalu pilih Layout
b. Pilih tampilan yang disukai antara landscape atau portrait, klik Ok
c. Pindahkan semua data ke sisi luar layout.
d. Agar tidak terpaku oleh titik-titik layout, langkahnya yaitu pergi ke Layout, pilih
Properties. Hilangkan centangan snap to grid nya. Klik Ok
e. Disini kita bebas berkreasi untuk membuat peta menjadi lebih baru. Hal yang dilakukan

pertama kali yaitu membuat garis batas atau garis tepi dengan menggunakan atau
draw rectangle.
f. Untuk mengedit tulisan, kita bisa lakukan dengan cara :
1. Blok keseluruhan tulisan
2. Pergi ke menu Graphics, pilih simplify. Tahap edit tulisan dengan cara dipindah
ataupun font dan size tulisan di atur dengan cara tekan tombol CTRL+P pada
keyboard.
g. Untuk tahap memunculkan grid, langkahnya sebagai berikut :
1. Klik pada peta untuk memunculkan grid atau garis astronomis pada peta yang akan
di layout.

34
2. Hilangkan centangan pada create a measured grid dan pilih Next
3. Pada kolom Degrees, ubah menjadi 0 dan minutes menjadi 15 atau bisa di sesuaikan
dengan keinginan. Pilih next.
4. Selanjutnya centangkan pada kolom border around the graticule/grid. Sesuaikan line
color dan style lalu untuk melihatnya klik preview. Jika masih belum sesuai, di remove
dan di sesuaikan kembali. Jika telah selesai, klik Finish.

35
BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan

Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari 5 kabupaten/kota propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa. Secara geografis, Kabupaten

Bantul terletak antara 07°44’04” - 08°00’27” lintang selatan dan 110°12’34” - 110°31’08”

bujur timur. Batas daerah:

Timur: Kabupaten Gunung Kidul

Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

Barat : Kabupaten Kulon Progo

Selatan : Samudera Indonesia

secara administratif terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 75 desa dan 933

pedukuhan. Kelas ketinggian tempat yang memiliki Kabupaten Bantul penyebaran paling

luas adalah elevasi antara 25 100 meter (27.709 Ha atau 54,67%) yang terletak pada bagian

utara, bagian tengah, dan bagian tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai

elevasi rendah (elevasi <7 meter) seluas 3.228 Ha (6,37%) terdapat di Kecamatan Kretek,

Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya

berbatasan dengan Samudera Indonesia. Untuk wilayah yang mempunyai elevasi di atas 100

meter terdapat di sebagian Kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan, dan Pajangan.

b. Daftar Pustaka

36
37

Anda mungkin juga menyukai