Anda di halaman 1dari 2

Bank Besar Tidak Terpengaruh Aturan BI

Penulis : Bisnis Indonesia


Tanggal : Wednesday, 1/27/2016
Keyword :

JAKARTA - Peraturan kewajiban penggunaan Rupiah dalam transaksi di Indonesia yang


dikeluarkan Bank Indonesia sejak tahun lalu diklaim tak berpengaruh terhadap permintaan kredit
valuta asing.

Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan
meski ada peraturan tersebut, perseroan justru mendapat pinjaman seni-lai US$1 miliar dari
China Dmelopment Bank (CDB) yang membantu meningkatkan penyaluran kredit valuta asing
(valas).

"Tidak masalah, malah naik [penyaluran kredit valas], karena ada dana CDB kemarin kami pakai,"
katanya di Jakarta, baru-baru ini.

Menurutnya, dengan dana dari CDB tersebut, pertumbuhan kredit valas perseroan naik tajam
pada akhir tahun lalu. Padahal, sebelum dana CDB dapat dicairkan, pertumbuhan kredit valas
tercatat mengalami pertumbuhan yang melambat.

Adapun untuk sektor kredit, Kartika menambahkan kredit valas perseroan disalurkan paling besar
pada sektor komoditas, pertambangan,.gas dan minyak bumi, serta pembangkit listrik.

Untuk tahun ini, penyaluran kredit diperkirakan masih akan sama seperti tahun lalu. Meski
penyaluran pada sektor komoditas diperkirakan bakal berkurang, permintaan untuk pembangkit
listrik diperkirakan akan meningkat seiring dengan proyek infrastruktur yang juga menggeliat.

Seperti diketahui, bank sentral mengeluarkan peraturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk menegakkan kedaulatan Rupiah di NKRI dan
sekaligus mendukung stabilitas ekonomi makro.

Ketentuan yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 17/3/ PBI/2015 tanggal 31
Maret 2015 tersebut mengatur, setiap transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI wajib
menggunakan

Rupiah. PBI ini merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang, serta mendasarkan pada UU Bank Indonesia.

Namun, ketentuan tersebut memberikan pengecualian untuk transaksi-transaksi dalam rangka


pelaksanaan APBN, perdagangan internasional, pembiayaan internasional yang dilakukan oleh
para pihak yang salah satunya berkedudukan di luar negeri.

Selain itu, pengecualian juga untuk kegiatan usaha bank dalam valuta asing yang dilakukan
sesuai undang-undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah, transaksi
surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah dalam valuta asing di pasar perdana dan pasar
sekunder yang sudah diatur dengan undang-undang, serta transaksi lainnya dalam valuta asing
yang dilakukan berdasarkan undang-undang.

Senada, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Ahmad Baiquni mengatakan
tidak ada indikasi penurunan kredit valas tahun lalu dengan adanya kewajiban tersebut. "Kami
sendiri kan hati-hati, artinya yang kita berikan kredit valas itu yang export oriented atau yang
bisa melakukan hedging," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo pernah mengatakan aturan kewajiban
penggunaan Rupiah oleh Bank Indonesia memperbesar permintaan kredit dalam bentuk rupiah.

Dengan demikian, komposisi pinjaman dalam valas diperkirakan belum banyak mengalami
perubahan. "Peningkatan komposisi [pinjaman valas) paling disebabkan karena Dolar menguat,"
katanya

Per November 2015, Rico mengatakan aset valas emiten berkode BBNI ini berada di posisi 14%-
15% dari total aset perseroan. Adapun per September 2015, total aset BBNI tercatat sebesar
Rp456,46 triliun atau naik 11,9% secara tahunan dari Rp408,05 triliun.

(Ihda Fadita/Annlsa Sulistyo Rini)

Anda mungkin juga menyukai