Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA 1

( CEPAT RAMBAT GELOMBANG BUNYI DIUDARA )

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika 1

Dosen pengampu : Drs. David Edison Tarigan, M.Si.

Disusun oleh :

Eka Fitri Rahayu (1507104)

Teman Sekelompok :

Seli Nurpianti (1506036)

PELAKSANAAN PERCOBAAN :

Hari/Tgl/Jam : Rabu/ 12 September 2017/ 07.00 – 08.40 WIB

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2017
Eksperimen 7
CEPAT RAMBAT GELOMBANG BUNYI DIUDARA

1. Pendahuluan
A. Tujuan : Menentukan cepat rambat bunyi diudara pada temperatur kamar dengan
menggunakan osiloskop
B. Dasar Teori
1.) Pengertian Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena
perapatan dan perenggangan dalam medium gas, cair atau padat. Gelombang itu
dihasilkan ketika sebuah benda yang digetarkan dan menyebabkan gangguan
kerapatan medium. Gangguan yang dijalarkan di dalam medium melalui interaksi
molekul-molekulnya. Getaran molekul tersebut berlangsung sepanjang arah
penjalaran gelombang, molekul itu sendiri hanya bergetar ke depan dan ke belakang
di sekitar posisi kesetimbangannya.
Didalam gas, kerapatan dan tekanan saling berkaitan. Oleh karena itu,
gelombang bunyi dalam gas seperti udara dapat dipandang sebagai gelombang
kerapatan atau gelombang tekanan.
Simpangan molekul untuk gerak harmonic dapat ditulis ( , )= 0

sin( − ) menunjukan simpangan yang sejajar dengan arah gerak gelombang yang
berarti bunyi merupakan gelombang longitudinal ; dengan 0 adalah simpangan
maksimum molekul gas dari posisi kesetimbangannya dan merupakan bilangan

gelombang = , dan adalah frekensi sudut =2 = . Sebagaiman sbuah

gelombang harmonic, maka laju gelombang sama dengan frekuensi kali panjang
gelombang = = .

2.) Sifat Gelombang Bunyi


a. Gelombang bunyi memerlukan medium dalam perambatannya
Karena gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik, maka dalam
perambatannya bunyi memerlukan medium. Hal ini dapat dibuktikan saat dua orang
astronout berada jauh dari bumi dan keadaan dalam pesawat dibuat hampa udara,
astronout tersebut tidak dapat bercakap-cakap langsung tetapi menggunakan alat
komunikasi seperti telepon. Meskipun dua orang astronout tersebut berada dalam satu
pesawat.
b. Gelombang bunyi mengalami pemantulan (refleksi)
Hukum pemantulan gelombang: sudut datang = sudut pantul juga berlaku
pada gelombang bunyi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pemantulan bunyi dalam
ruang tertutup dapat menimbulkan gaung. Yaitu sebagian bunyi pantul bersamaan
dengan bunyi asli sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. Untuk menghindari
terjadinya gaung maka dalam bioskop, studio radio dan televisi, dan gedung konser
musik dindingnya dilapisi zat peredam suara yang biasanya terbuat dari kain wol,
kapas, gelas, karet, atau besi.
c. Gelombang bunyi mengalami pembiasan (refraksi)
Refraksi adalah pembelokan arah lintasan gelombang setelah melewati bidang
batas antara dua medium yang berbeda. Peristiwa pembiasan (refraksi) dalam
kehidupan sehari-hari misalnya pada malam hari bunyi petir terdengar lebih keras
daripada siang hari. Hal ini disebabkan karena pada pada siang hari udara lapisan atas
lebih dingin daripada dilapisan bawah.
Karena cepat rambat bunyi pada suhu dingin lebih kecil daripada suhu panas
maka kecepatan bunyi dilapisan udara atas lebih kecil daripada dilapisan bawah, yang
berakibat medium lapisan atas lebih rapat dari medium lapisan bawah. Hal yang
sebaliknya terjadi pada malam hari. Jadi pada siang hari bunyi petir merambat dari
lapisan udara atas kelapisan udara bawah.
d. Gelombang bunyi mengalami pelenturan (difraksi)
Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang bunyi ketika melewati suatu
celah sempit. Gelombang bunyi sangat mudah mengalami difraksi karena gelombang
bunyi diudara memiliki panjang gelombang dalam rentang sentimeter sampai
beberapa meter.Contohnya ketika kita dapat mendengar suara orang diruangan
berbeda dan tertutup, karena bunyi melewati celah-celah sempit yang bisa dilewati
bunyi.
e. Gelombang bunyi mengalami perpaduan (interferensi)
Gelombang bunyi mengalami gejala perpaduan gelombang atau interferensi,
yang dibedakan menjadi dua yaitu interferensi konstruktif atau penguatan bunyi dan
interferensi destruktif atau pelemahan bunyi.

dengan adalah orde dari pola tersebut.


3.) Cepat Rambat Bunyi dalam Suhu
Sudah disinggung ketika pembahasan mengenai bunyi dapat mengalami
pembiasan, yaitu peristiwa nyaringnya suara petir di malam hari. Peristiwa tersebut
memberitahukan bahwa bunyi akan terdengar melemah ketika berada dalam suhu
yang rendah. Bunyi memerlukan waktu dalam hal perambatannya yang dirumuskan
dengan adalah cepat rambat bunyi , adalah jarak yang ditempuh

( dan adalah waktu yang diperlukan .


Cepat rambat bunyi dalam medium udara memiliki perbandingan seperti yang
ditunjukan dalam tabel ;

4.) Pola Lissajous


Super Posisi Getaran Harmonik yang saling tegak lurus, getaran harmonik
resultannya jika diplot dalam dua sumbu yang saling tegak lurus akan diperoleh
gambar Lissajous( li-sa-ju). Dengan melihat bentuk pola Lissajous kita bisa
menentukan beda fasa antara dua sinyal. Juga dapat ditentukan perbandinga
frekuensi. Gambar di bawah ini memperlihatkan beberapa pola Lissajous denagn
perbandingan frekuensi dan beda fasa yang berbeda-beda.
5.) Menentukan Cepat Rambat Bunyi dengan Menggunakan Osiloskop
Apabila dua sinyal input sinusoidal menunjukan 1= 1sin( − 1)
2= 2sin( − 2) Dihubungkan ke input 1 dan input 2 dari osiloskop dan di set
sebagai plate Y dan plate X, kedua sinyal tersebut dapat disuperposisikan (add)
sehingga hasil superposisinya akan tampak di layar tampilan. Secara matematik
superposisi dari kedua gelombang tersebut ialah :

atau

Jika beda fase dari kedua gelombang di set menjadi kelipatan genap
dari π, maka persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :

Persamaan tersebut merupakan persamaan garis lurus. Bila perbedaan fasenya


merupakan kelipatan bilangan ganjil dari π maka persamaan (1) akan menjadi :
Juga merupakan persamaan garis lurus tapi kemiringan garisnya negatif dari
kemiringan garis pada persamaan (2). Salah satu sinyal dari dua sinyal listrik yaitu
sinyal dari audio generatordihubungkan ke speaker (transmitter sinyal) dan secara
paralel juga dihubungkan ke salah satu input dari osiloskop sebut saja sinyal x pada
osiloskop. Mikrophone bertindak sebagai receiver sinyal yang berasal dari speaker
dihubungkan ke osiloskop dan sebut saja sinyal y pada osiloskop. Transmitter akan
memancarkan gelombang bunyi dengan frekuensi tepat seperti yang diatur pada
audio generator.
Gelombang bunyi akan merambat di udara dan akan ditangkap oleh receiver
yang ditempatkan di depan transmitter pada jarak tertentu. Beda fase antara dua
sinyal tersebut yaitu sinyal x dan sinyal y akan bergantung pada panjang lintasan
yang ditempuh bunyi di udara antara transmitter dan receiver. Jika panjang
lintasannya merupakan kelipatan dari panjang gelombang bunyi nλ, maka layar
tampilan osiloskop akan menunjukkan gambar garis dengan kemiringan positif. Jika
panjang lintsannya merupakan kelipatan dari , maka layar tampilan osiloskop

akan menunjukkan gambar garis dengan kemiringan negatif. Dengan demikian


perbedaan panjang lintasan antara dua garis lurus yang berurutan pada osiloskop

ialah .

2. Eksperimen
A. Alat dan Bahan
No Nama Alat Jumlah

1 Audio generator/signal generator 1 buah

2 Microphone 1 buah

3 Speaker 1 buah

4 Amplifier 1 buah
5 Osiloskop dual track 1 buah

6 Penggaris 1 buah

7 Kabel Penghubung secukupnya

B. Prosedur Percobaan
1. Merangkai alat seperti skema berikut.

2. Mengatur set osiloskop pada mode xy .


3. Mengatur frekuensi audio generator antara 1-5 KHz.
4. Mengatur amplitudo dari sinyal input sinusoidal sedemikian hingga pada layar
tampilan osiloskop nampak gambar ellips.
5. Memasang speaker pada dudukannya dan meletakan pada rail dengan posisi tetap,
mikrophone dipasang pada dudukannya (mount) dan letakan pada rail sedemikian
hingga kedudukan mikrophone terhadap speaker dapat diubah ubah (posisi
microphone dekat dengan speaker).
6. Menggerakan mikrophone menjauhi speaker sambil memperhatikan layar
tampilan osiloskop.
7. Mengukur jarak antara mikrophone dan speakernya ketika layar tampilan
menunjukan gambar garis miring kanan/kiri.
8. Menggerakan lagi mikrophone menjauhi speaker hingga pada layar tampilan
osiloskop tampak gambar garis miring kanan/kiri lagi, lalu ukur jarak antara
speaker dan mikrophone.
9. Berdasarkan data yang diperoleh tentukanlah panjang gelombangnya.
10. Mengubah frekensi frekuensi audio generator (5 kali percobaan)
11. Mengulangi langkah 4-9.
12. Merapikan kembali alat percobaan yang digunakan.
13. Berdasarkan data yang diperoleh , memplot grafik hubungan λ terhadap 1/f .
Berdasarkan grafik yang diperoleh menentukan harga cepat rambat bunyi diudara.
C. Variabel Pengukuran

3. Hasil dan Pembahasan


A. Data Pengamatan
Miring kanan-miring kanan
1.) Untuk frekuensi (f) = 2,5 KHz
No (L1 ± 0,05)cm (L2 ±0,05)cm

1 11,0 20,0

2 20,0 27,0

3 27,0 34,0

4 34,0 40,0

5 40,0 47,0

2.) Untuk frekuensi (f) = 3,5 KHz


No (L1 ± 0,05)cm (L2 ±0,05)cm

1 11,5 17,0

2 17,0 22,0
3 22,0 27,5

4 27,5 32,0

5 32,0 37,0

3.) Untuk frekuensi (f) = 5 KHz


No (L1 ± 0,05)cm (L2 ±0,05)cm

1 16,0 20,0

2 20,0 23,5

3 23,5 27,5

4 27,5 31,0

5 31,0 34,5

B. Pengolahan Data
Metoda Statistika
1.) Untuk frekuensi (f) = 2,5 KHz

No. (L1 ± 0,05)m (L2 ± 0,05)m = (m) = (m)


0.09 0.18 450
1. 0.704 0.608
0.07 0.14 350
2. 0.608 0.506
0.07 0.14 350
3. 0.506 0.418
0.06 0.12 300
4. 0.418 0.298
0.07 0.14 350
5. 0.298 0.206

1800
360
Untuk nilai dapat diperoleh dengan :

90 8100
-10 100
-10 100
-60 3600
-10 100
12000

Maka, nilai cepat rambat bunyi dengan f = 2,5 KHz adalah :

Kesalahan presisi

Kesalahan akurasi

2.) Untuk frekuensi (f) = 3,5 KHz

No. (L1 ± 0,05)m (L2 ± 0,05)m = (m) = (m)


1. 0.115 0.17 0.055 0.11 385

2. 0.17 0.22 0.05 0.1 350

3. 0.22 0.275 0.055 0.11 385

4. 0.275 0.32 0.045 0.09 315

5. 0.32 0.37 0.05 0.1 350

1785
357

Untuk nilai dapat diperoleh dengan :

28 784

-7 49

28 784

-42 1764

-7 49

3430
Maka, nilai cepat rambat bunyi dengan f = 3,5 KHz adalah :

Kesalahan presisi

Kesalahan akurasi

3.) Untuk frekuensi (f) = 5 KHz

No. (L1 ± 0,05)m (L2 ± 0,05)m = (m) = (m)

1. 0.16 0.2 0.04 0.08 400

2. 0.2 0.235 0.035 0.07 350

3. 0.235 0.275 0.04 0.08 400

4. 0.275 0.31 0.035 0.07 350

5. 0.31 0.345 0.035 0.07 350

1850

370

Untuk nilai dapat diperoleh dengan cara :

30 900
-20 400

30 900

-20 400

-20 400

∑ 3000

Maka, nilai cepat rambat bunyi dengan f = 5 KHz adalah :

Kesalahan presisi

Kesalahan akurasi

Metoda Grafik

1/f (1/Hz) (m)

0.0004 0.144
0.00029 0.102

0.0002 0.074

Grafik
dari grafik dapat diketahui persamaan garisnya sebagai berikut
y = 350.9459 x + 0.00305
persamaan tersebut sesuai dengan

sebagai y dan sebagai x sehingga, gradien garis (m) pada grafik sama dengan cepat

rambat gelombang bunyi di udara. Dalam hal ini besarnya cepat rambat gelombang
bunyi di udara sebesar

Kesalahan presisi

Kesalahan akurasi

C. Analisis Data

Pada saat pengambilan data, yang dilakukan ialah mencatat data saat layar
osiloskop menunjukan garis miring kanan, miring kiri, miring kanan, miring kiri dan
miring kanan (saat microphone digeser menjauhi speaker). Pengambilan data yang
dilakukan memiliki arti bahwa nilai panjang gelombang yang didapat ialah dua kali
perbedaan selisih panjang lintasan saat osiloskop menunjukan garis miring kanan dan
setelah microphone digeser menjauhi speaker menunjukan garis miring kiri.
Berdasarakan literature diketahui bahwa cepat rambat gelombang bunyi di udara
pada suhu ±25°C adalah . Hasil pengolahan data yang diperoleh menggunakan
metoda statistika menyatakan bahwa cepat rambat bunyi di udara dengan pemberian
frekuensi (f) berbeda-beda adalah sebagai berikut:
1. Untuk frekuensi (f) = 2.5 KHz, cepat rambat gelombang bunyi diudara diperoleh

Kesalahan presisi
Kesalahan akurasi
2. Untuk frekuensi (f) = 3.5 KHz, cepat rambat gelombang bunyi diudara diperoleh

Kesalahan presisi
Kesalahan akurasi =
3. Untuk frekuensi (f) = 4.5 KHz, cepat rambat gelombang bunyi diudara diperoleh

Kesalahan presisi
Kesalahan akurasi

Sedangkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode grafik diperoleh


cepat rambat bunyi di udara sebesar
dengan kesalahan presisi sebesar 3,26% dan kesalahan akurasi sebesar 1,14%.
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kedua metode diatas menunjukan
adanya perbedaan dengan literature. Hal ini disebaban oleh beberapa faktor diantaranya,
1. Suasana saat melakukan pengamatan yang bising sehingga mempengaruhi proses
penerimaan bunyi oleh receiver,
2. Receiver sangat sensitif terhadap suara yang berada disekitarnya (selain speaker),
3. Kondisi udara yang bergerak yang mempengaruhi kecepatan rambat bunyi, apabila
angin searah dengan raha rambat bunyi maka kecepatan bunyi akan semakin besar
dan sebaliknya,
4. Perubahan temperatur yang bisa saja terjadi ketika pengamat sedang melakukan
percobaan.
5. Tampilan garis miring di osiloskop tidak benar-benar tampak jelas,
6. Kesalahan saat mengukur jarak antara receiver dan speaker oleh pengamat,
7. Kertidaktelitian pengamat saat melakukan percobaan.
Adapun saran yang dapat diberikan dalam melakukan pengamatan hendaknya
pengamat benar-benar telah menguasai konsep dan fungsi serta cara kerja alat yang akan
digunakan. Percobaan sebaiknya dilakukan dalam ruangan dengan keadaan yang tidak
bising sehingga suara yang dikeluarkan oleh speaker dapat tertangkap dengan baik oleh
receiver tanpa ada gangguan (dari suara lainnya). Jendela yang ada dalam ruangan
sebaiknya terttutup rapat sehingga meminimalisir angin yang masuk yang akan
mempengaruhi pengamatan.

Tugas Akhir
1. Berdasarkan data yang diperoleh tentukanlah cepat rambat bunyi diudara pada
temperature yang anda ukur
2. Bandingkan harga cepat rambat bunyi yang anda ukur dengan harga referensi
pada temperature yang sama, bila hasilnya berbeda cukup jauh lakukan analisis
factor-faktor yang menyebabkannya
Jawab:
1. Berdasarkan data yang diperoleh, cepat rambat bunyi di udara didapatkan sebesar :
Suhu sebelum pengamatan : ±25°C
Suhu sesudah pengamatan : ±25°C
a. Pada frekuensi 2,5 KHz ,
b. Pada frekuensi 3,5 KHz
c. Pada frekuensi 5 KHz ,
d. Dengan metode grafik
2. Berdasarkan referensi, cepat rambat bunyi di udara pada suhu ±25°C adalah
.
a. Pada frekuensi 2,5 KHz didapatkan nilai yang berbeda yakni ,
sehingga dapat dihitung presentase presisi dan
kesalahannya sebagai berikut:
Kesalahan presisi

Kesalahan akurasi
b. Pada frekuensi 3,5 KHz didapatkan nilai yang berbeda yakni
sehingga dapat diukur presentase presisi dan
kesalahannya sebagai berikut :
Kesalahan presisi

Kesalahan akurasi

c. pada frekuensi 5 KHz didapatkan nilai yang berbeda pula, yakni


sehingga dapat diukur presisi dan
kesalahannya sebagai berikut
Kesalahan presisi

Kesalahan akurasi

d. dengan menggunakan metode grafik pada Mc.Origin diperoleh nilai


sehingga dapat diukur presentase presisi
dan kesalahannya sebagai berikut :
Kesalahan presisi

Kesalahan akurasi

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kedua metode diatas menunjukan


adanya perbedaan dengan literature. Hal ini disebaban oleh beberapa faktor diantaranya,
1. Suasana saat melakukan pengamatan yang bising sehingga mempengaruhi
proses penerimaan bunyi oleh receiver,
2. Receiver sangat sensitif terhadap suara yang berada disekitarnya (selain
speaker),
3. Kondisi udara yang bergerak yang mempengaruhi kecepatan rambat bunyi,
apabila angin searah dengan raha rambat bunyi maka kecepatan bunyi akan
semakin besar dan sebaliknya,
4. Perubahan temperatur yang bisa saja terjadi ketika pengamat sedang melakukan
percobaan.
5. Tampilan garis miring di osiloskop tidak benar-benar tampak jelas,
6. Kesalahan saat mengukur jarak antara receiver dan speaker oleh pengamat,
7. Kertidaktelitian pengamat saat melakukan percobaan.

4. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:

Menggunakan metoda statistik

b. Untuk frekuensi (f) = 2.5 KHz, cepat rambat gelombang bunyi diudara diperoleh

Kesalahan presisi
Kesalahan akurasi
c. Untuk frekuensi (f) = 3.5 KHz, cepat rambat gelombang bunyi diudara diperoleh

Kesalahan presisi
Kesalahan akurasi =
d. Untuk frekuensi (f) = 4.5 KHz, cepat rambat gelombang bunyi diudara diperoleh

Kesalahan presisi
Kesalahan akurasi
Menggunakan metoda grafik Microcal Origin
Cepat rambat gelombang bunyi diudara:

Kesalahan presisi
Kesalahan akurasi
Daftar Pustaka

Tipler, Paul. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Setiawan, Andhy. 2013. Bab 6 Interferensi dan Difraksi. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Ramalis, Taufik Ramlan. 2003. Common Text Book Gelombang dan Optik. Bandung:
JICA – Universitas Pendidikan Indonesia.
Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika 1, Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen
Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai