Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

NAMA : ROBY SETIYAWAN

NIM : 17330104

KELAS : B

DOSEN :

Dr. REFDANITA, M.Si., Apt.

PUTU RIKA VERYANTI, M.Farm Klin., Apt

AINUN WULANDARI, M.Sc., Apt.

THEODORA, M.Farm., Apt

SISTER SIANTURI, M.Si

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan kuasaNya-lah kami
bisa menyelesaikan makalah farmakologi ini, yakni berupa makalah dengan judul
“LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI”.

Dalam penyusunan makalah ini kami mengalami hambatan, namun hambatan itu bisa kami
lalui karena pertolongan Allah san berbagai pihak lainya. Oleh karena itu, kami ucapkan
terima kasih kepda segala pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik materi
maupun cara penulisanya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya,
kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca .

Jakarta, 02 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

PENGENALAN KATAKTERISTIK DAN PENANGANAN HEWAN COBA

A. PENDAHUUAN

A.1. LATAR BELAKANG

Percobaan pada praktikum Farmakologi dilakukan terhadap hewan hidup, oleh karena ini
hewan coba harus diperlakukan dengan bijaksana. Perlakuan yang tidak wajar terhadap
hewan coba dapat menimbulkan hasil pengamatan yang menyimpang sehingga tujuan
pengmatan tidak tercapai.

Beberapa hewan coba yang dapat digunakan untuk mengamati efek farmakologi obat
diantaranya adalah mencit, tikus, marmot dan kelici. Hewan coba tersebut mempunyai
karakteristik yang berbeda- beda. Untuk dapat menangani hewan coba dengan baik dan benar
pada dipahami karakteristik masing-masing hewan coba.
Judul : Pengaruh rute pemberian terhadap obat sedatif hipnotik

Tujuan : Melakukan cara pemberian obat melalui berbagai rute pemberian obat pada mencit

Mengamati pengaruh rute pemberian obat terhadap efek yang timbul

Mengetahui respon sedasi pada mencit

Memahami awal mula kerja dan durasi efek sedasi

Teori Dasar :

Absobsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberianyan, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut
sampai dengan keracunan), ulit, paru, otot, dll.

Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena
karakteristiknya lingkungan fisiologis anantomi dan biokimia yang berbeda pada daerah
kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda, karena jumlah suplai darah yang berbeda,
enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdepat dilingkungan tersebut berbeda. Hal-hal
ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu
tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.

Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam
pemberian obat dalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau
kemungkinan timbulnya efek yang merugikan, rute pemberian obat terbagi menjadi dua
yaitu: jalur enternal dan parenteral

1. Jalur enternal
Jalur enternal berati pemberian obat melalui saluran gastrointestial (GI) seperti
pemberian obat melalui sublingual, bucal, rektal dan oral. Pemberian melalui jalur
oral merupakan jalur pemberian obat paling banyak digunakan, karena paling murah,
paling mudah dan paling aman. Kerugian dari pemberian melalui jalur enternal
adalah absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar atau
tidak dapat ditelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini. Selain alasan diatas
juga alasan kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit, bahkan dianjurkan untuk
pemakaian ini.
2. Jalur parenteral
Parenteral adalah transdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat dalam
trakea menggunakan endotrakea tube) dan inhalasi. Pemberian obat memalui jalur
ini dapat menimbulkan efek sistemik atau lokal.

Hipnotik atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukan meningkatkan
keinginan feali untukn tidur dan memprmudah atau meyebabkan tidur, umumnya obat ini
diberikan pada malam hari.

Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan
menangkan maka dinamakan sedatif. Obat-obat sedatif pada dasarnya segolongan hipnotik,
yaitu obat-obat yang berkerja menekan reaksi terhadap perangsangan terutama rangsangan
emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Bila obat-obat hipnotik emosi tanpa
menyebabkan kantuk dan tidur yang sulit dibangungkan disertai penurunan refleks hingga
kadang-kadang kehilangan tonus otot.

Efek utama barbiburat adalah depresi sistem saraf pusat. Semua tingkat depresi dapat dicapai
mulai dari sedasi, hipofisis, berbagai tingkat anestisia, koma sampai dengan kematian. Efek
hipnotiknya dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik, tidurnya
menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang menggangu fase tidur REM. Bariburat
sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar.

Bariburat tidsk dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran pemberian obat
bariburat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan 20 % ambang nyeri,
sedangkan ambang lainnya (raba, vibrasi dan sebaginya)ntidak dipengarui pada beberapa
individu dan dalam keadaan tertentu. Misalnya adalah rasa nyeri, barbiburat tidak
menyebabkan sedasi melainkan menimbulkan ekstasi , hal ini mungkin disebabkan adanya
depresi pusat pemnghambatan.

ALAT DAN BAHAN

a) ALAT
Spluit injeksi 1 ml
Jarum sonde oral
Bejana untuk pengamatan
Timbangan hewan
Stopwatch
b) Bahan
Fenobarbital 100 mg/ 70kg BB manusia
c) Hewan
Mencit putih

PROSEDUR/ CARA KERJA

a. Siapkan mencit, sebelum penelitian pemberian obat, amati kelakuan masing-masing


mencit selama 10 menit.
b. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat masing-masing mencit.
c. Berikan larutan fenobarbital 100mg/70 kg BB manusia secara PO, IV, IP, IM, DAN
SC. Catat waktu pemberianya.
d. Tempatkan mencit ke dalam bejana untuk pengamatan.
e. Catat dan tabelkan pengamatan masing-masing kelompok. Dan bandingkan hasilnya.
TABEL HASIL PENGAMATAN

Hewan Obat Dosis Rute Pengamatan Onset Durasi


Waktu Waktu Waktu kerja kerja
pemberian hilang kembali obat obat
obat righting righting (menit) (menit)
(menit) reflex refleks
(menit) (menit)
Mencit Diazepam 100mg/ PO 15.42 15.52 10 10
kg BB menit menit
manusia
Mencit Diazepam 100 SC 14.33 14.43 15.07 10 23
mg/kg menit menit
BB
manusia
Mencit Diazepam 100 mg/ IV 14.53 14.48 15.10 13 10
kg BB menit menit
manusia
Mencit Diazepam 100 mg/ IP 14.53 15.30 15.40 13 10
kg BB menit menit
manusia
Mencit Diazepam 100 mg/ IM 14.56 15.05 15.14 9 menit 12
kg BB menit
manusia

TABEL HASIL PENGAMATAN

Hewan Obat Dosis Rute Pengamatan Onset Durasi


Waktu Waktu Waktu kerja kerja
pemberian hilang kembali obat obat
obat righting righting (menit) (menit)
(menit) refleks refleks
(menit) (menit)
Mencit Diazepam 100mg/ PO 15.52 15.44 15.09 19 61
kg BB menit menit
manusia
Mencit Diazepam 100 SC 14.43 14.45 14.56 2 menit 64
mg/kg menit
BB
manusia
Mencit Diazepam 100 mg/ IV 14.20 14.25 14.56 5 menit 31
kg BB menit
manusia
Mencit Diazepam 100 mg/ IP 14.59 15.05 15.09 46 4 menit
kg BB menit
manusia
Mencit Diazepam 100 mg/ IM 14.19 14.24 14.56 5 menit 32
kg BB menit
manusia
Judul : Hubungan dosis obat vs respon

Tujuan : memperoleh kurva hubungan dosis obat vs respon

Memperoleh DE 50 dan DL 50 suatu obat

Memahami konsep indeks terapi dan implikasinya

Teori Dasar :

Dalam farmakologi, dasar-dasar kerja obat diuraikan dalam dua fase yaitu fase
farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Dalam terapi obat, obat yang masuk dalam tubuh
melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami adsorpsi, distribusi, dan peningkatan
untuk sampai ke tempat kerja (reseptor) dan menimbulkan efek, kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi (metaboliseme) lalu diekresikan dari tubuh. Proses dinyatakan sebagai proses
farmakokinetik, farmakodinamik, menguraikan mengenai interaksi obat pada tubuh.

Dosis da respon pasien berhubungan erat dengan potensi relative farmakologis dan efikasi
maksimal obat dalam kaitanya dengan efek terapiknya yang diharapkan. Adapun respon dosis
sangat dipengaruhi oleh :

1. Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor


2. Dosis yang diberikan
3. Penurunan/ kenaikan tekanan darah
4. Kondisi jantung
5. Tingkat metabolism dan eksresi

Repon obat masing-masing individu berbeda-beda, respon indosinkratik biasanya disebabkan


oleh perbedaan genetic pada metabolism obat/ mekanisme-mekanisme munologik, termasuk
rasa alergi. Empat mekanisme munologik, umum yang mempengaruhi kemampuan merespon
suatu obat :

1. Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor


2. Variasi dalam konsentrasi suatu lignin resptor endogen
3. Perubahan dalam jumlah/ funsi resptor-resptor
4. Perubahan dalam kelompok respondastal dari resptor

Hubungan dosis obat vs persen responsive : untuk menimbulkan efek obat dengan intensitas
terentu pada populasi diperlukan satu kisaran dosis. Jika dibuat distribusi frekuensi dari
individu yang responsive (dalam 10%) pada kisaran dosis tersebut (dalam Log dosis) maka
akan diperoleh kurva distribusi normal.

Indeks terapi merupakan perbandingan antara dosis letal (LD 50) dan dosis yang memberikan
efek (ED 50), semakin tinggi nilai ED 50 dan semakin tinggi nilai LD 50, makan nilai
indeks terapi semakin meningkat tinggi dan semakin jauh dari jarak nilainya dengan nilai ED
50. Jarak antara ED 50 dan LD 50 disebut jarak aman atau safety margin. Hal ini
mengindikasi luas terapi yang besar sehingga pengguaan obat dengan indeks terapi semakin
efektif. Semakin sempit indeks terapi, semakin kecil reagen penggunan obat tersebut, maka
obat tersebut dapat dinyatakan semakin berbahaya

ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR

Hewan coba : Mencit putih, jantan (jumlah 18 ekor), bobot tubuh 20-30 g
Obat : Diazepam secara IP
Alat : Spuit injeksi 1 ml, jarum suntik No. 26 (1/2 inch), timbangan hewan,
bejana untuk pengamatan , stop watch
Prosedur :

1. Siapkan mencit, sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing-masing


mencit selama 10 menit
2. Mencit dibagi menjadi 6 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3
ekor mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan (factor perkalian 2 ) :
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok II

Anda mungkin juga menyukai