LP Sepsis Hapyyy
LP Sepsis Hapyyy
1. Definisi
2. Etiologi
- Malnutrisi
- Penyakit kronis
- Neutropenia – Splenektomi
- Prosedur-prosedur operasi
3. Patofisiologi
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang
menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini
menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena
perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas
vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,
sedangkan peningkatan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan
kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada
syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi
jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen
karena toksin kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar
dibedakan dengan syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi
urin < 0.5 cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan
nadi). Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir
normal, mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir
normal, dan tekanan nadi yang melebar.
Manifestasi dari respon sepsis biasanya ditekankan pada gejala dan tanda-tanda
penyakit yang mendasarinya dan infeksi primer. Tingkat di mana tanda dan gejala
berkembang mungkin berbeda dari pasien dan pasien lainnya, dan gejala pada
setiap pasien sangat bervariasi. Sebagai contoh, beberapa pasien dengan sepsis
adalah normo-atau hipotermia, tidak ada demam paling sering terjadi pada
neonatus, pada pasien lansia, dan pada orang dengan uremia atau alkoholisme
(Munford, 2008). Pasien dalam fase awal sepsis sering mengalami cemas, demam,
takikardi, dan takipnea (Dasenbrook & Merlo, 2008). Tanda-tanda dari sepsis
sangat bervariasi. Berdasarkan studi, demam (70%), syok (40%), hipotermia
(4%), ruam makulopapular, petekie, nodular, vesikular dengan nekrosis sentral
(70% dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Demam terjadi pada <60%
dari bayi dibawah 3 bulan dan pada orang dewasa diatas 65 tahun (Gossman &
Plantz, 2008). Infeksi menjadi keluhan utama pada pasien (Hinds et.al,2012).
Perubahan status mental yang tidak dapat dijelaskan (LaRosa, 2010) juga
merupakan tanda dan gejala pada sepsis. Adanya tanda dan gejala disseminated
intravascular coagulation (DIC) meningkatkankan angka mortalitas (Saadat,
2008). Pada sepsis berat muncul dampak dari penurunan perfusi mempengaruhi
setidaknya satu organ dengan gangguan kesadaran, hipoksemia (PO2 <75 mmHg),
peningkatan laktat plasma, atau oliguria (≤30 ml / jam meskipun sudah diberikan
cairan). Sekitar satu perempat dari pasien mengalami sindrom gangguan
pernapasan akut (ARDS) dengan infiltrat paru bilateral, hipoksemia (PO2 <70
mmHg, FiO2 >0,4), dan kapiler paru tekanan <18 mmHg .Pada syok septik terjadi
hipoperfusi organ (Weber & Fontana, 2007). Diagnosis sepsis sering terlewat,
khususnya pada pasien usia lanjut yang tanda-tanda klasik sering tidak muncul.
Gejala ringan, takikardia dan takipnea menjadi satu-satunya petunjuk, Sehingga
masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yang dapat dikaitkan dengan hipotensi,
penurunan output urin, peningkatan kreatinin plasma, intoleransi glukosa dan
lainnya (Hinds et.al,2012).
5. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
b. Sepsis Akut
c. Sepsis kronis
6. Manifestasi klinis
Perjalanan sepsis akibat bakteri diawali oleh proses infeksi yang ditandai
dengan bakteremia selanjutnya berkembang menjadi systemic inflammatory
response syndrome (SIRS) dilanjutkan sepsis, sepsis berat, syok sepsis dan
berakhir pada multiple organ dysfunction syndrome (MODS).30 18 Sepsis
dimulai dengan tanda klinis respons inflamasi sistemik (yaitu demam,
takikardia, takipnea, leukositosis) dan berkembang menjadi hipotensi pada
kondisi vasodilatasi perifer (renjatan septik hiperdinamik atau “hangat”,
dengan muka kemerahan dan hangat yang menyeluruh serta peningkatan curah
jantung) atau vasokonstriksi perifer (renjatan septik hipodinamik atau “dingin”
dengan anggota gerak yang biru atau putih dingin). Pada pasien dengan
manifestasi klinis ini dan gambaran pemeriksaan fisik yang konsisten dengan
infeksi, diagnosis mudah ditegakkan dan terapi dapat dimulai secara dini.15
Pada bayi dan orang tua, manifestasi awalnya kemungkinan adalah kurangnya
beberapa gambaran yang lebih menonjol, yaitu pasien ini mungkin lebih sering
ditemukan dengan manifestasi hipotermia dibandingkan dengan hipertermia,
leukopenia dibandingkan leukositosis, dan pasien tidak dapat ditentukan skala
takikardia yang dialaminya (seperti pada pasien tua yang mendapatkan beta
blocker atau antagonis kalsium) atau pasien ini kemungkinan menderita
takikardia yang berkaitan dengan penyebab yang lain (seperti pada bayi yang
gelisah). Pada pasien dengan usia yang ekstrim, setiap keluhan sistemik yang
non-spesifik dapat mengarahkan adanya sepsis, dan memberikan pertimbangan
sekurangkurangnya pemeriksaan skrining awal untuk infeksi, seperti foto
toraks dan urinalisis.15 Pasien yang semula tidak memenuhi kriteria sepsis
mungkin berlanjut menjadi gambaran sepsis yang terlihat jelas sepenuhnya
selama 19 perjalanan tinggal di unit gawat darurat, dengan permulaan hanya
ditemukan perubahan samar-samar pada pemeriksaan. Perubahan status mental
seringkali merupakan tanda klinis pertama disfungsi organ, karena perubahan
status mental dapat dinilai tanpa pemeriksaan laboratorium, tetapi mudah
terlewatkan pada pasien tua, sangat muda, dan pasien dengan kemungkinan
penyebab perubahan tingkat kesadaran, seperti intoksikasi. Penurunan produksi
urine (≤0,5ml/kgBB/jam) merupakan tanda klinis yang lain yang mungkin
terlihat sebelum hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan dan seharusnya
digunakan sebagai tambahan pertimbangan klinis.
7. Klasifikasi
- Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama kehidupan
(20 jam pertama kehidupan)
- Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam
impratu maternal dan coricomnionitis.
1. Meningitis
2. Hipoglikemi
3. Aasidosis
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
7. Icterus
8. Gagal hati
10.Kematian
9 . Pemeriksaan Penunjang
1. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
8. APTT > 60
3) B3 (Brain)
a) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskuler difokuskan untuk
mengkaji bibir dan cuping telinga untuk mengetahui adanya sianosis perifer.
b) Pemeriksaan raut muka
- Bentuk muka : bulat, lonjong dan sebagainya
- Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan
- Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa fungsi saraf VII
c) Pemeriksaan bibir
- Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan dan lainnya
- Pucat (anemia)
d) Pemeriksaan mata
- Konjungtiva
Pucat (anemia)
Ptekie (perdarahan di bawah kulit atau selaput lendir) pada endokarditis
bakterial
- Sklera
Kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati dan lainnya
- Kornea
Arkus senilis (garis melingkar putih atau abu – abu di tepi kornea) berhubungan
dengan peningkatan kolesterol atau penyakit jantung koroner.
-Funduskopi
Yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan opthalmoskop untuk menilai
kondisi pembuluh darah retina khususnya pada klien hipertensi.
e) Pemeriksaan neurosensori
Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut selama tidur, bangun,
duduk atau istirahat dan nyeri dada yang timbulnya mendadak. Pengkajian
meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang,
menggeliat, menarik diri dan kehilangan kontak mata.
4) B4 (Bladder)
Output urine merupakan indiktor fungsi jantung yang penting. Penurunan
haluaran urine merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk
menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urine
(yang terjadi bila perfusi ginjal menurun) atau karena ketidakmampuan klien
untuk buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa
oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yang menunjukkan kandungkemih
yang penuh (distensi kandung kemih).
5) B5 Bowel)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada masuk rumah
sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji
penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah dan perubahan berat
badan
Refluks hepatojuguler. Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran
balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar,
keras, tidak nyeri tekan dan halus. Ini daapt diperiksa dengan menekan hepar
secara kuat selama 30 – 60 detik dan akan terlihat peninggian vena jugularis
sebesar 1 cm.
6) B6 (Bone)
Pengkajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut :
Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut dan berdebar
Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal,
nokturia dan keringat pada malam hari)
Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien tisur
dalam 24 jam dan apakah klien mengalami sulit tidur dan bagaimana
perubahannya setelah klien mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler.
Perlu diketahui, klien dengan IMA sering terbangun dan susah tidur karena nyeri
dada dan sesak napas
Aktivitas : kaji aktivitas klien di rumah atau di rumah sakit. Apakah ada
kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktivitas. Aktivitas klien biasanya
berubah karena klien merasa sesak napas saat beraktivitas.
2) Pengkajian Sekunder
Aktivitas dan istirahat
- Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia
Sirkulasi
- Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary,
fenomena embolik (darah, udara, lemak)
- Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)
- Heart rate : takikardi biasa terjadi - Bunyi jantung : normal pada fase
awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi
ECG sering menunjukkan normal
- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa
terjadi (stadium lanjut)
Integritas Ego
- Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
- Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
Makanan/Cairan
- Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
- Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya
bowel sounds
Neurosensori
- Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental,
disfungsi motoric
Respirasi
- Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal
diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger” - Obyektif :
Respirasi : rapid, swallow, grunting Rasa Aman
- Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,
episode anaplastic
Seksualitas
- Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi
eclampsia
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2, edema paru
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan
preload
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac
output yang tidak mencukupi
5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2 edema paru
Tujuan & Kriteria hasil ( NOC) Intervensi (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :
keperawatan selama ... x 24 jam . - Buka jalan nafas
pasien diharapkan akan : - Posisikan pasien untuk
- TTV dalam rentang normal memaksimalkan ventilasi
- Menunjukkan jalan napas yang ( fowler/semifowler)
paten - Auskultasi suara nafas , catat
- Mendemostrasikan suara napas adanya suara tambahan
yang bersih, tidak ada sianosis dan - Identifikasi pasien perlunya
dypsneu. pemasangan alat jalan nafas buatan
- Monitor respirasi dan status O2
- Monitor TTV.
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan
preload.
Tujuan & Kriteria hasil ( NOC) Intervensi (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :
keperawatan selama ... x 24 jam . - catat adanya tanda dan gejala
pasien akan : penurunan cardiac output
- Menunjukkan TTV dalam rentang - monitor balance cairan
normal - catat adanya distritmia jantung
- Tidak ada oedema paru dan tidak - monitor TTV
ada asites - atur periode latihan dan istirahat
- Tidak ada penurunan kesadaran untuk menghindari kelelahan
- Dapat mentoleransi aktivitas dan - monitor status pernapasan yang
tidak ada kelelahan. menandakan gagal jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC.
Kedokteran UI.