KAJIAN TEORITIS
10
11
suatu perwujudan secara fisik dan situasi masalah atau pemecahannya, dan
program komputer serta sajian multimedia. Setelah artifak dikembangkan,
guru mengorganisasikan pameran untuk memamerkan dan
mempublikasikan hasil karya tersebut.
5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tahap akhir pembelajaran berbasis masalah meliputi aktivitas untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir siswa dan
juga keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka
gunakan, guru meminta siswa untuk melakukan rekontruksi pemikiran dan
aktivitas siswa selama tahap-tahap pelajaran yang telah dilewatinya.
Manfaat penerapan model PBL dapat dibahas dengan melihat langkah per
langkah prosedur penerapan model PBL. Arends menjelaskan secara rinci kelima
fase ini dalam buku Learning to Teach yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia oleh Pustaka Pelajar. Fase pertama yaitu memberikan orientasi tentang
permasalahannya kepada siswa. Seperti semua tipe pelajaran lainnya, guru
seharusnya mengkomunikasikan dengan jelas maksud pelajarannya, membangun
sikap positif terhadap pelajarannya itu dan mendeskripsikan sesuatu yang
diharapkan untuk dilakukan oleh siswa.
Guru perlu menyodorkan situasi bermasalah dengan hati-hati atau memiliki
prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi permasalahan. Guru
seharusnya menyuguhkan situasi bermasalah itu kepada siswa dengan semenarik
mungkin dan seakurat mungkin. Hal yang penting di sini adalah dalam fase pertama
orientasi tentang situasi bermasalah itu menyiapkan panggung untuk investigasi
selanjutnya, jadi presentasinya harus dapat memikat siswa dan membangkitkan rasa
ingin tahu dan gairah mereka untuk menyelidiki.
Berdasarkan penjelasan pada fase pertama, PBL muncul dengan ide uniknya
bagaimana membuat siswa tertarik untuk menyelidiki dengan menghadirkan
masalah nyata. Keunikan inilah yang membuat PBL akan menarik minat siswa dan
membuat siswa tertantang untuk menyelesaikan masalah dihadapannya. Faktor
yang membuat hasil belajar rendah salah satunya adalah minat yang kurang untuk
belajar. Faktor ini dapat diatasi apabila minat siswa untuk belajar dapat
ditingkatkan.
Fase kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar atau meneliti. PBL
mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara
siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama.
PBL juga mengharuskan guru untuk membantu siswa dalam merencanakan tugas
investigatif dan pelaporannya. Keterampilan kolaborasi ini dibentuk dengan
membuat kelompok belajar kooperatif yang heterogen. Setiap kelompok hendaknya
memiliki kemampuan, suku dan gender yang berbeda.
Melalui belajar secara berkelompok, siswa akan meningkatkan kecakapan
sosialnya. Siswa yang menjadi ketua kelompok akan belajar bagaimana menjadi
21
mengembangkan keterampilan berpikir (Arends, 2008). Oleh karena itu, fase ketiga
ini terbentuk untuk membuat siswa berpikir dan belajar mandiri.
Fase keempat yaitu pengembangan dan presentasi artefak dan ekshibits.
Guru memberikan waktu kepada siswa untuk menyusun laporan yang akan
dipresentasikan. Siswa juga boleh memilih siapa yang akan menjadi perwakilan
kelompok. Melalui fase ini, siswa belajar menyampaikan informasi yang
diketahuinya kepada orang lain. Dalam proses belajar, tingkatan tertinggi adalah
dengan menyampaikan kepada orang lain. Hal itu akan mempercepat pemahaman
dan memperpanjang ingatan.
Fase terakhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi
masalah yang menurut Arends dimulai dengan guru meminta siswa
merekonstruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama pelajaran. Guru bertanya
kepada siswa seperti, “Kapan mereka mulai yakin dengan solusi itu? Mengapa
mereka menolak penjelasan tertentu? Apa yang akan mereka lakukan dengan cara
yang berbeda di masa mendatang?” Hal ini dimaksudkan agar siswa dibantu dalam
menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun keterampilan
investigatif dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Siswa yang
mengalami kesalahan dalam penyelesaian masalahnya dapat belajar dan
memperbaiki kesalahannya.
Kelima fase dalam PBL yang telah dijelaskan memiliki manfaat masing-
masing sehingga membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar yang
efektif. Kegiatan belajar yang efektif tidak hanya meningkatkan pemahaman dan
daya serap siswa pada materi pembelajaran tetapi juga melibatkan keterampilan
berpikir. Meningkatnya pemahaman, daya serap siswa dan keterampilan berpikir
akan mempermudah siswa dalam mendapatkan hasil belajar matematika yang
tinggi. Hal ini juga didukung oleh penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
Muhammad Sergio Virnando (2015) yang menunjukkan bahwa penerapan model
PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII.5 SMP Negeri 4
Pekanbaru dengan persentase peningkatan hasil belajar dari 39,39% pada skor
dasar, 45,46% pada UH I hingga 84,85% pada UH II.
23
E. Materi Pembelajaran
Menurut Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah mengatakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau
lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Terdapat 13 komponen yang
minimal harus termaktub dalam setiap RPP, salah satunya adalah materi
pembelajaran.
Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang
relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi. Berikut pengertian fakta, konsep, prinsip dan prosedur
merujuk kepada In House Training (dalam Supriyanto, 2017) Pengimbasan
Implementasi Kurikulum 2013:
1. Fakta yaitu kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca,
disentuh, atau diamati.
2. Konsep merupakan ide yang mempersatukan fakta-fakta atau dengan kata
lain konsep merupakan suatu penghubung antara fakta-fakta yang saling
berhubungan.
3. Prinsip merupakan generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep
yang berkaitan.
4. Prosedur merupakan sederetan langkah yang bertahap dan sistematis
dalam menerapkan prinsip.
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah: Jika diterapkan model problem based learning pada
24