INTISARI
Latar Belakang : Beberapa pasien dengan masalah COPD sering mengalami kesulitan dalam
mengeluarkan sputum walaupun sudah dilakukan latihan batuk efektif. Hal ini dikarenakan sputum
yang berada pada jalan napas bersifat lengket dan kental sehingga menyebabkan pasien
terstimulasi untuk terus batuk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian cairan
hangat peroral sebelum latihan batuk efektif dalam upaya menilai kemampuan pengeluaran sputum
pasien COPD di rumah sakit.
Metode penelitian: Jenis penelitian Quasi eksperimen, rancangan One Group Pra-Post Test
Design. Menggunakan teknik Accidental sampling. Data dianalisis dengan uji Paire t-test.
Hasil : Rata-rata volume sputum yang dikeluarkan sebelum pemberian cairan hangat peroral pada
pasien COPD adalah 1,81 ml, rata-rata volume sputum yang dikeluarkan sesudah pemberian cairan
hangat peroral pada pasien COPD adalah 2,32 ml, hasil uji statistik Pair t test menunjukkan nilai
signifikan 0,009 (p<0,05), terdapat perbedaan volume sputum yang bermakna antara sebelum
pemberian cairan hangat peroral dengan sesudah pemberian cairan hangat peroral pasien COPD.
Kesimpulan: Pemberian cairan hangat peroral sebelum latihan batuk efektif dapat membantu
meningkatkan sekresi sputum sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk sumber
informasi, alternatif terapi nonfarmakologis yang mudah dan ekonomis untuk kelancaran jalan
nafas serta mencegah akumulasi sekret berlebih pada pasien COPD.
60
[Document title]
61
[Document title]
berat badan memberikan efek negatif pada saluran pernafasan kembali efektif yaitu
prognosis pasien PPOK. tindakan mandiri perawat yang bisa di
PPOK merupakan salah satu faktor laksanakan untuk mengeluarkan sputum
risiko penyakit kardiovaskuler yang yaitu teknik terapi batuk efektif (Pranowo,
diakibatkan oleh proses inflamasi sistemik 2008).
dan jantung merupakan salah satu organ Beberapa pasien sering mengalami
yang sangat dipengaruhi oleh progresitas kesulitan dalam mengeluarkan sputum
PPOK. PPOK merupakan penyebab utama walaupun sudah dilakukan latihan batuk
hipertensi pulmoner dan korpulmonal yang efektif karena sputum yang berada pada jalan
memberikan kontribusi 80 – 90% dari seluruh napas lengket dan kental sehingga
kasus penyakit paru. Hipertensi pulmoner menyebabkan pasien terstimulasi untuk
pada PPOK terjadi akibat efek langsung batuk. Keadaan batuk yang terus menerus
asap rokok terhadap pembuluh darah menyebabkan pasien kesulitan bernapas
intrapulmoner. Hipertensi pulmoner pada (dispnoe), gangguan pola tidur, nafsu makan
PPOK biasanya disertai curah jantung berkurang, mengganggu aktivitas sehari-hari
normal dan insidens hipertensi pulmoner hingga terjadi kelelahan. Oleh karena itu
diperkirakan 2 – 6 per 1.000 kasus. dokter sering memberikan obat untuk
Osteoposrosis yang terjadi pada pasien memudahkan sputum keluar dari jalan napas
PPOK disebabkan faktor seperti malnutrisi seperti ekspektoran. Intervensi keperawatan
yang menetap, merokok, penggunaan untuk mengencerkan sputum adalah dengan
steroid dan inflamasi sistemik memberikan cairan peroral maupun
Pada pasien PPOK akan muncul parenteral. Pemberian cairan peroral oleh
masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan praktisi keperawatan pada pasien adalah
bersihan jalan nafas yang disebabkan oleh sering menganjurkan untuk minum banyak
hipersekresi, pasien mengalami batuk cairan, akan tetapi jenis cairan yang diberikan
produktif kronik, sesak nafas, intoleransi masih berbeda jenisnya ada yang minuman
aktifitas karena suplai oksigen terganggu dingin dan ada minuman yang hangat dengan
dan mengi (Francis, 2008:69). Untuk evenden base yang belum jelas sehingga
mengatasi masalah tersebut intervensi seringkali menimbulkan kebingungan
keperawatan yang dilaksanakan pada perawat dalam memberikan asuhan
pasien Penyakit paru obstruksi kronis keperawatan dan perawat memberikan cairan
adalah membersihkan sekresi bronkus berdasarkan pengalaman yang lazim
dengan pertolongan berbagai cara, dilakukan oleh perawat lainnya.
pengobatan simtomatik (lihat tanda dan Pada dasarnya jika sputum tidak segera
gejala yang muncul), sesak nafas diberi posisi di keluarkan maka akan terjadi
yang nyaman semi fowler, dehidrasi diberi pengumpalan sekresi pernafasan pada area
minum yang cukup, penanganan terhadap jalan nafas dan paru-paru serta menutup
komplikasi-komplikasi yang timbul, sebagian jalan udara yang kecil sehingga
mengatur posisi dan pola bernafas untuk menyebabkan ventilasi menjadi tidak adekuat
mengurangi jumlah udara yang dan gangguan pernafasan, maka tindakan
terperangkap, memberi penjelasan tentang yang harus segera dilakukan adalah
teknik-teknik relaksasi dan cara untuk mobilisasi sputum (Pranowo, 2008).
menyimpan energi (Padila, 2012:100). Perbedaan efektifitas suhu pada jenis cairan
Salah satu intervensi keperawatan yang peroral perlu dilakukan penelitian dalam
dilaksanakan pada pasien PPOK yaitu meningkatkan kemampuan pasien dalam
mengeluarkan mukus atau lendir agar mengeluarkan sputum pada jalan napas. Oleh
62
[Document title]
karena itu perlu diketahui pengaruh endotrakeal tube dan tidak sadar. Teknik
pemberian cairan hangat peroral sebelum sampling menggunakan Accidental
latihan batuk efektif dalam upaya sampling, pengambilan sampel penelitian
peningkatan pengeluaran sputum pasien dilaksanakan selama 12 minggu.
COPD di RSUD Idaman dan RSUD Ratu Cara Pengumpulan Data pada data primer,
Zalecha Martapura. pengumpulan data secara langsung kepada
Secara khusus penelitian ini bertujuan pasien COPD dan menyarankan batuk untuk
untuk engidentifikasi volume sputum yang mengeluarkan sputum dan ditampung pada
dikeluarkan sebelum dan sesudah pemberian gelas ukur. Pengumpulan data yang pertama
cairan hangat peroral pada pasien COPD dan dilakukan sebelum intervensi diberikan yang
menganalisa pengaruh pemberian cairan merupakan data Pretest untuk mengetahui
hangat peroral sebelum latihan batuk efektif volume sputum sebelum dilakukan
dalam upaya peningkatan pengeluaran intervensi. Pelaksanaan intervensi pemberian
sputum pasien COPD. cairan hangat peroral 2 jam sebelum latihan
batuk efektif ini dilaksanakan sesuai kontrak
METODE dengan responden. Setelah dilakukan
intervensi pemberian cairan hangat peroral
Jenis penelitian yang digunakan dalam
sebelum latihan batuk efektif, dilakukan post
penelitian ini adalah merupakan penelitian
test pada responden mengenai volume
eksperimen dengan rancangan One Group
sputum. Untuk data sekunder dikumpulkan
Pra-Post Test Design dengan pendekatan
dari laporan penyakit COPD yang dirawat
Crossectional . Dalam rancangan ini
pada di RSUD Idaman Banjarbaru dan RSUD
kelompok subjek diobservasi sebelum
Ratu Zalecha Martapura.
dilakukan intervensi kemudian diobservasi
Pengumpulan data dilakukan melalui
lagi setelah intervensi/ perlakuan. Subjek
observasi dan wawancara untuk mengukur
penelitian yang diobservasi sebelum maupun
Pengaruh pemberian cairan hangat peroral
setelah observasi merupakan subjek yang
sebelum latihan batuk efektif dalam upaya
sama.
pengeluaran sputum pasien COPD. Data
Penelitian dilaksanakan bertempat pada dianalisis secara deskriptif analitik. Analisis
ruang perawatan RSUD Idaman Banjarbaru bivariat dilakukan untuk membuktikan
dan ruang perawatan paru RSUD Ratu adanya perbedaan sebelum dan sesudah
Zalecha Martapura. Waktu pelaksanaan pemberian cairan hangat peroral
penelitian selama 8 bulan (bulan Februari s.d menggunakan uji Paired T-Test dengan
September 2018). tingkat signifikan 5% (α = 0,05).
Populasi dalam penelitian ini adalah
penderita COPD, terdaftar dan sedang
menjalani program pengobatan. Sampel
dalam penelitian ini adalah semua pasien
yang mempunyai menderita COPD
(Bronkhitis, asma atau empisema) dengan
kriteria inklusi sebagai berikut :Pasien COPD
yang baru dirawat, tidak sedang mengalami
udema paru, gagal ginjal dan penyakit
jantung. Pasien yang sedang menjalani
pengobatan dan mampu menelan dengan usia
antara 20 – 75 tahun sedangkan kriteria
eksklusi penelitian pasien terpasang
63
[Document title]
HASIL
Volume sputum yang dikeluarkan sesudah
Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada saat dilakukan pemberian cairan hangat peroral pada
penelitian seperti pada tabel 1: pasien COPD
Volume sputum yang dikeluarkan sesudah
pemberian cairan hangat peroral pada pasien
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik f (%)
COPD dapat lihat pada tabel 3 sebagai
Jenis Kelamin berikut :
Laki – laki 9 75
Perempuan 3 3 Tabel 3: Volume sputum yang
Total 12 100 dikeluarkan sesudah pemberian cairan
Usia hangat peroral pada pasien COPD
Remaja 0 0 Nomor Responden Volume Sputum
Dewasa 6 50 (ml)
Lansia 6 50 1 2,30
Total 12 100 2 1,80
Status Pekerjaan 3 2,50
Pensiunan 1 8,3 4 2,50
Swasta 11 91,7 5 2,20
Total 12 100 6 1,80
7 2,90
Volume sputum yang dikeluarkan 8 1,90
9 2,20
sebelum pemberian cairan hangat peroral
10 2,70
pada pasien COPD
11 2,00
Volume sputum yang dikeluarkan sebelum
12 3,00
pemberian cairan hangat peroral pada pasien Rata-rata 2,32 ml
COPD dapat lihat pada tabel 2 sebagai
berikut :
PEMBAHASAN
Tabel 2. Volume sputum yang dikeluarkan
sebelum pemberian cairan hangat peroral Volume sputum yang dikeluarkan
pada pasien COPD sebelum pemberian cairan hangat peroral
Nomor Responden Volume Sputum pada pasien COPD
(ml)
Berdasarkan tabel 2 diatas, secara umum
1 1,70
volume sputum yang dikeluarkan sebelum
2 2,50
2,00
pemberian cairan hangat peroral pada pasien
3
4 1,70 COPD adalah 1,81 ml.
5 1,50 Hasil penelitian menunjukkan responden
6 2,30 yang menderita COPD yang dirawat
7 1,70 mempunyai keluhan batuk, dan ketika
8 1,30 dilakukan latihan batuk efektif tanpa
9 1,50 diberikan cairan hangat peroral pasien
10 2,00 mampu mengeluarkan sputum rata-rata 1,81
11 1,50 ml. Dari 12 responden yang menjadi subyek
12 2,00 penelitian diperoleh jumlah sputum minimal
Rata-rata 1,81 1,3 ml dan sputum terbanyak adalah 2,5 ml.
64
[Document title]
Prosedur penelitian pada tahap pretest bronkus dengan peningkatan resistensi dan
dilakukan pada pagi hari yaitu jam 07.30 – kurangnya produktifnya kelenjar mukus. Hal
08.00 pasien berikan latihan batuk efektif ini sesuai dengan pendapat dari Stanley
kemudian pasien diminta batuk, pada saat Mickey, dan Patricia Gauntlett Beare (2006)
batuk pasien diminta mengeluarkan sputum, bahwa pada lansia akan terjadi pengerasan
sputum ditampung dalam pot sputum, pasien bronkus dengan peningkatan resistensi.
ditanya apakah masih ada terasa sputum Implikasi dari hal ini adalah dispnea saat
dalam tenggorokan, observasi suara nafas aktivitas, kelenjar mukus kurang produktif,
tambahan kemudian volume sputum dicatat akumulasi cairan, sekresi kental dan sulit
dikeluarkan.
Dari data tersebut jumlah sputum yang
Dampak dari pengeluaran dahak yang tidak
dihasilkan relatif sedikit, hal ini dapat
lancar menyebabkan, ketidakefektifan jalan
disebabkan karena kondisi penyakit yang
nafas yaitu penderita mengalami kesulitan
sedang diderita pasien yaitu COPD. Pasien
bernafas dan gangguan pertukaran gas di
dengan COPD seringkali mengalami
peradangan pada dinding cabang saluran dalam paru-paru yang mengakibatkan
timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta
pernafasan menyebabkan lubang pernafasan
merasa lemah. Dalam tahap selanjutnya akan
menjadi lebih sempit dan memproduksi
mengalami penyempitan jalan nafas sehingga
dahak yang berlebihan, tetapi akibat
terjadi perlengketan jalan nafas dan terjadi
kemampuan silia yang berkurang membuat
obstruksi jalan nafas. Untuk itu perlu bantuan
pasien mengalami kesulitan untuk
untuk mengeluarkan dahak yang lengket
mengeluarkan sputum/dahak. Menurut
sehingga dapat bersihan jalan nafas kembali
Sylvia Prince (2005) menyebutkan bahwa
efektif.
mukus ini digiring ke faring dengan
mekanisme pembersihan silia dari epitel yang
melapisi saluran pernapasan. Keadaan Volume sputum yang dikeluarkan sesudah
abnormal produksi mukus yang berlebihan pemberian cairan hangat peroral pada
(karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi pasien COPD
yang terjadi pada membran mukosa),
Berdasarkan tabel 3, secara umum volume
menyebabkan proses pembersihan tidak
sputum yang dikeluarkan sesudah pemberian
berjalan secara adekuat normal, sehingga
cairan hangat peroral pada pasien COPD
mukus ini banyak tertimbun dan bersihan
adalah 2,32 ml.
jalan nafas akan tidak efektif. Bila hal ini
Hasil penelitian menunjukkan responden
terjadi, membran mukosa akan terangsang,
yang menderita COPD yang dirawat
dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan
mempunyai keluhan batuk, dan sebelum
intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi.
dilakukan latihan batuk efektif diberikan
Di batukkan, udara keluar dengan akselerasi
cairan hangat peroral 500 ml. Hasil penelitian
yang cepat beserta membawa sekret mukus
diperoleh sputum yang dikeluarkan rata-rata
yang tertimbun. Mukus tersebut akan keluar
2,32 ml. Dari 12 responden yang menjadi
sebagai dahak.
subyek penelitian diperoleh jumlah sputum
Selain dari penyebab penyakit kemungkinan
minimal 1,8 ml dan sputum terbanyak adalah
dapat disebabkan oleh karena faktor usia.
3 ml. Prosedur penelitian dilaksanakan pada
Usia responden pada penelitian ini adalah
pagi hari jam 08.15-08.30 wita pasien
sebagian besar dalam katagori lanjut usia
diberikan cairan hangat peroral minimal 500
yaitu antara 60-70 tahun, dimana secara
fisiologis terjadi perubahan pada sistem ml, setelah 2 jam pasien diberikan latihan
batuk efektif kemudian pasien diminta untuk
pernapasannya yaitu terjadi pengerasan
65
[Document title]
batuk. Pada saat batuk pasien diminta sehingga p>0,05, dengan demikian distribusi
mengeluarkan sputum, sputum ditampung ke dua kelompok data adalah terdistribusi
dalam pot sputum dan pasien ditanya apakah normal sehingga tmemenuhi syarat uji
masih ada terasa sputum dalam tenggorokan parametrik Pair t test. Hasil uji statistik Pair
selanjutnya diobservasi suara nafas t test menunjukkan nilai signifikan 0,009
tambahan, volume sputum kemudian di catat. (p<0,05) dengan demikian sehingga Ho
Setelah pasien diberikan minuman cairan ditolak dan Ha diterima artinya terdapat
hangat peroral sebelum tindakan latihan perbedaan volume sputum yang bermakna
batuk efektif terdapat peningkatan jumlah antara sebelum pemberian cairan hangat
sputum (post-test). Hal ini dapat terjadi peroral dengan sesudah pemberian cairan
karena selama jeda 2 jam pemberian minum hangat peroral pasien COPD dan dapat
cairan hangat peroral, cairan kemudian disimpulkan ada pengaruh bermakna
diserap oleh mukosa usus dan masuk ke pemberian cairan hangat peroral sebelum
aliran darah serta perpindahan cairan ke sel- latihan batuk efektif dalam upaya
sel tubuh lainnya seperti meningkatkan peningkatan pengeluaran sputum pasien
jumlah cairan pada sel goblet mukos pada COPD.
bronkhus sehingga mempengaruhi sekresi Hasil penelitian didapatkan data dengan
lendir dan lebih encer. Hal ini sesuai dengan menggunakan uji statistik Pair t test tentang
pendapat dari Dongoes (2002) bahwa hidrasi perbedaan antara sebelum dan sesudah
membantu menurunkan kekentalan sekret, pemberian cairan hangat peroral sebelum
mempermudah pengeluaran sekret. Pendapat latihan batuk efektif dalam upaya
ini juga didukung oleh Muttaqin, Arif (2008) pengeluaran sputum pasien COPD
yaitu dengan pemberian intake cairan 2500 menunjukkan nilai signifikan 0,009 (p<0,05)
ml perhari kecuali jika tidak diindikasikan, dengan demikian sehingga Ho ditolak dan Ha
dengan rasionalisasi hidrasi yang adekuat diterima artinya terdapat perbedaan volume
membantu mengencerkan sekret dan sputum yang bermakna antara sebelum
mengefektifkan bersihan jalan napas. pemberian cairan hangat peroral dengan
sesudah pemberian cairan hangat peroral
Pengaruh pemberian cairan hangat pasien COPD.
peroral sebelum latihan batuk efektif Dari hasil penelitian pada saat pretest pasien
dalam upaya peningkatan pengeluaran ketika dilakukan latihan batuk efektif tetapi
sputum pasien COPD tidak diberikan minum air hangat hasil
Sebelum melakukan analisis data, peneliti perolehan sputum cenderung lebih sedikit
melakukan pengujian normalitas data untuk jika dibandingkan dengan data posttest yaitu
mengetahui apakah data sudah terdistribusi pasien sebelum dilakukan latihan batuk
normal atau tidak. Uji normalitas data efektif diberikan minum hangat peroral dan
dilakukan pada skor volume sputum sebelum setelah 2 jam baru dilakukan latihan batuk
pemberian cairan hangat peroral dan sesudah efektif. Rata-rata sputum sebelum intervensi
pemberian cairan hangat peroral. berjumlah 1,81 ml dan sesudah intervensi
Sehubungan jumlah responden < 50 maka uji rata-rata 2, 33 ml.
normalitas data yang digunakan adalah uji Beberapa penelitian yang menggunakan
Shapiro Wilk dan diperoleh hasil nilai minuman air hangat dapat bermanfaat untuk
kemaknaan untuk kedua kelompok data yaitu kesehatan, diantaranya penelitian dari Elly
volume sputum sebelum minum air hangat Heniwibowo (2016), tentang efektifitas
adalah 0,428 dan data volume sputum pemberian minum air hangat dengan
sesudah minum air hangat adalah 0,489 kompres air hangat terhadap penurunan suhu
66
[Document title]
tubuh pada pasien demam di RSUD Sunan Pernyataan ini didukung oleh teori yang
Kalijaga Demak, hasil menunjukkan uji menyatakan bahwa pemberian minum air
analisis hasil kedua kelompok adalah uji t putih hangat memberikan efek hidrostatik
Independen. Berdasarkan hasil analisa dan hidrodinamik dan hangatnya membuat
diperoleh bahwa rata-rata suhu tubuh setelah sirkulasi peredaran darah khususnya pada
diberikan minum air hangat sebesar 38,179oC daerah paru-paru agar menjadi lancar. Secara
dan suhu tubuh setelah diberikan kompres air fisiologis, air hangat juga memberi pengaruh
hangat sebesar 37,586oC dengan hasil p value oksigenisasi dalam jaringan tubuh (Hamidin,
0,040. Suhu tubuh dapat diturunkan dengan 2012).
pemberian minum air hangat dengan Hal serupa diungkapkan oleh Yuanita (2011),
kompres air hangat. Penelitian yang lain dari minum air hangat dapat memperlancar proses
Ni Wayan Kurnia W W (2015) tentang pernapasan, karena pada pernapasan pasien
Efektivitas Paket Pereda Terhadap Intensitas membutuhkan suasana yang encer dan cair.
Nyeri Dismenore pada Remaja di SMP, hasil Pada penderita minum air hangat sangat tepat
menunjukkan dengan menggunakan Uji untuk membantu memperlancar pernapasan
statistik Wilcoxon tentang perbedaan antara karena dengan minum air hangat partikel-
sebelum dan sesudah paket pereda nyeri yang partikel pencetus sesak dan lendir dalam
terdiri dari terapi minum air putih dan bronkioli akan dipecah dan menyebabkan
abdominal stretching exercise dalam sirkulasi pernapasan menjadi lancar sehingga
menurunkan intensitas nyeri dismenore mendorong bronkioli mengeluarkan lendir.
diperoleh nilai signifikasi (p)=0,000 maka
0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha KESIMPULAN
diterima , artinya ada perbedaan yang Pengaruh pemberian cairan hangat peroral
bermakna antara sebelum dan sesudah sebelum latihan batuk efektif dalam upaya
menggunakan paket pereda dalam pengeluaran sputum pasien COPD sebagai
menurunkan intensitas nyeri dismenore pada berikut rata-rata volume sputum yang
remaja. dikeluarkan sebelum pemberian cairan
Neha Ghosh (2018) selanjutnya mengatakan hangat peroral pada pasien COPD adalah
bahwa dengan minum air hangat juga akan 1,81 ml.
membantu menghilangkan lendir yang Rata-rata volume sputum yang dikeluarkan
tersangkut di tenggorokan. Batmanghelidj sesudah pemberian cairan hangat peroral
(2007) menyebutkan bahwa sebuah aspek pada pasien COPD adalah 2,32 ml.
penting dari penemuan tentang air dalam
keperawatan merupakan tindakan mandiri Hasil uji statistik Pair t test menunjukkan
yang dapat dipergunakan sebagai nilai signifikan 0,009 (p<0,05) dengan
penatalaksanaan non farmakologis utuk demikian sehingga Ho ditolak dan Ha
mengobati masalah kesehatan pasien dengan diterima artinya terdapat perbedaan volume
tanpa bahan-bahan kimia atau tanpa tindakan sputum yang bermakna antara sebelum
invasif. Termasuk dalam memberi nutrisi pemberian cairan hangat peroral dengan
pada pasien, yang tidak disertai dengan sesudah pemberian cairan hangat peroral
konsumsi air maka akan menghasilkan pasien COPD dan dapat disimpulkan ada
kerentanan terhadap alergi. Darah yang pengaruh bermakna pemberian cairan hangat
kental dalam tubuh akan menjadikan kerja peroral sebelum latihan batuk efektif dalam
makanan sangat berat sehingga harus beredar upaya peningkatan pengeluaran sputum
melalui paru-paru dan melepaskan beberapa pasien COPD.
lagi melalui penguapan di pernapasan.
67
[Document title]
68
[Document title]
69