Suatu kelainan neurologis yang dicirikan dengan spasme dan rigiditas otot.
Etiologi
Penyebab tetanus adalah bakteri anaerob pembentuk spora bernama Clostridium tetani. Basil Gram
positif ini ditemukan dalam feses manusia dan hewan, serta di tanah. Spora dapat dorman selama
bertahun-tahun, tetapi jika terkena Iuka, spora akan berubah menjadi bentuk vegetatif yang
menghasilkan toksin.
Patogenesis
Bakteri (spora) masuk melalui Iuka yang kotor dan terkontaminasi. Bentuk vegetatif dari spora kemudian
melepaskan toksin bernama tetanospasmin yang akan berikatan dengan ujung neuron motor perifer.
Toksin selanjutnya akan memasuki akson dan ditranspor retrograd ke inti sel saraf di batang otak dan
medulla spinalis. Toksin kemudian akan bermigrasi ke ujung presinaps. Di tempat ini, toksin memblok
pelepasan glisin dan GABA yang bersifat inhibisi. Akibatnya, resting fire rate a -motor neuron meningkat
sehingga menimbulkan rigiditas. Selain itu, hilangnya inhibisi juga menyebabkan spasme. Toksin juga
dapat berkerja secara langsung pada otot skeletal dimana akson membentuk ujung (pada tetanus lokal).
Toksin juga berkerja di korteks serebri dan sistem saraf simpatis, serta di hipotalamus.
Manifestasi Klinis
Berdasarkan manifestasi klinis, tetanus dapat diklasifikasikan menjadi tetanus generalisata, lokal, atau
sefalik.
1. Tetanus generalisata
Tetanus generalisata merupakan bentuk yang paling sering dijumpai. Awalnya dapat berupa tetanus
lokal yang berkembang luas setelah beberapa hari. Gejala yang sering muncul:
Hipertonus otot
Spasme
Trismus: perasaan kaku pada rahang dan leher, biasanya penderita sulit membuka mulutnya
Kaku di leher, bahu. serta ekstremitas (biasanya terekstensi)
Abdomen papan (abdomen terasa keras dan rata)
Risus sardonicus: kontraksi pada otot wajah (otot bibir mengalami retraksi, mata tertutup parsial
karena kontraksi M. orbicularis oculi,
alis terelevasi karena spasme otot frontalis)
Opistotonus: kontraksi pada otot punggung sehingga menyebabkan perubahan bentuk menjadi
melengkung
Spasme pada otot-otot pernapasan
2. Tetanus lokal
Tetanus lokal merupakan yang paling ringan dibandingkan tetanus lainnya. Biasanya gejala yang
muncul berupa rasa kaku, kencang, dan nyeri pada otot disekitar Iuka. Seringkali terjadi spasme dan
twitching dari otot yang terkena.
3. Tetanus sefalik
Tetanus sefalik biasanya terjadi setelah adanya Iuka pada kepala atau wajah. Periode inkubasi
biasanya pendek, hanya sekitar 1-2 hari. Terjadi kelemahan dan paralisis otot-otot wajah. Pada
periode spasme, otot wajah biasanya berkontraksi. Spasme dapat melibatkan lidah dan tenggorokan
sehingga terjadi disartria, disfonia, dan disfagia. Seringkali tetanus sefalik berkembang menjadi
tetanus generalisata.
Diagnosis
Anamnesis
Pertanyaan seputar luka sangat penting, terutarna waktu terkena luka serta waktu dari Iuka sampai
munculnya gejala. Selain itu tanyakan lokasi Iuka, jenis Iuka (kotor atau bersih)
Port d'entree lain seperti penggunaan jarum suntik, adanya otitis media supuratif kronis berulang, dan
lainnya
Riwayat imunisasi tetanus
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis dapat dijumpai tanda dan gejala yang telah dituliskan dalam manifestasi klinis
Pemeriksaan Penunjang
Tata Laksana
Setiap pasien dengan diagnosis tetanus, sebaiknya dinilai dengan skor Phillip untuk menentukan tata
laksana.
Komplikasi
Kematian biasanya diakibatkan asfiksia yang ditimbulkan spasme laring. Komplikasi lain yang dapat timbul
adalah pneumonia.