Anda di halaman 1dari 129

gm

Volume 12,
12 Nomor 1, Januari 2015
Jurnal Ilmu Manajemen

Jurnal Ilmu Manejemen


ISSN 1693 - 7910
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

Alamat Redaksi
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
Karangmalang Yogyakarta

1
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

PENGELOLA

Penanggung Jawab
Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi UNY

Pemimpin Redaksi
Dr. Tony Wijaya, SE, MM
tony@uny.ac.id

Redaksi Pelaksana
M. Lies Endarwati,M.Si
Agung Utama, M.Si
Musaroh, M.Si

Dewan Redaksi
1. Prof. Dr. Nahiyah Jaidi, M.Pd
2. Setyabudi Indartono, MM., Ph.D
3. Dr. Tony Wijaya, SE, MM
4. Andreas Mahendro Kuncoro, MSc. Ph.D

Mitra Bestari
• Badri Sukoco, Ph.D (Universitas Airlangga)
• Sutrisno Hadi Purnomo, Ph.D (Universitas Sebelas Maret)
• Dr.* Shiddiq Nur Raharjo, M.Si (Universitas Diponegoro)
• Dr.* Siti Zulaikha Wulandari, M.Si (Universitas Jendral Soedirman)
• Mohammad Iqbal, Ph.D (Universitas Mercu Buana)
• Dr. Bagus Riyono (Universitas Gadjah Mada)
• Bayu Sutikno, Ph.D (Universitas Gadjah Mada)
• Assoc. Prof. Dr. Norzanah bt Mat Nor (Universitas Teknologi MARA
UiTM Malaysia)
Jurnal Ilmu Manajemen

DARI REDAKSI

Perkembangan ilmu dan praktek manajemen telah berkembang dengan sangat


dinamis. Berbagai literature dan cara pandang terhadap ilmu dan praktek
manajemen menjadi bahan diskusi ilmiah yang sangat menarik. Jurnal ilmu
manajemen volume 12 nomor 1 bulan Januari 2015 menampilkan 6 artikel.
Isu Pemasaran diajukan Radito dari STIE IEU Yogyakarta dengan judul
ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN
TERHADAP KEPUASAN PASIEN PUSKESMAS, Purnamawati dari Akademi Manajemen
Administrasi “Dharmala” dengan judul ANALISIS SIKAP PENILAIAN PASIEN TENTANG
JASA PELAYANAN KESEHATAN, Lourensius dari STIE IEU Yogyakarta membahas
ANALISIS PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI, BIAYA PROMOSI DAN JUMLAH
PEGAWAI PEMASARAN TERHADAP HASIL PENJUALAN, dan ANALISIS PENGARUH
PENGETAHUAN TENTANG HIV, EFEKTIFITAS KONDOM DAN KEMUDAHAN
MEMPEROLEH KONDOM TERHADAP PENGGUNAAN KONDOM DALAM
PENCEGAHAN HIV
Sementara isu SDM yang dibahas adalah PENGARUH KUALITAS
PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN RAWAT INAP DALAM
MENGGUNAKAN JASA oleh Hardono dari Akademi Manajemen Administrasi
“Dharmala”, sedangkan isu keuangan yang dibahas adalah PENGARUH
KECUKUPAN MODAL (CAR), PENGELOLAAN KREDIT (NPL), DAN
LIKUIDITAS BANK (LDR) TERHADAP PROBABILITAS KEBANGKRUTAN BANK
(STUDI PADA BANK UMUM SWASTA DEVISA YANG TERCATAT DI BEI
TAHUN 2009 – 2013) oleh Nur Hidayati dari UNY.
Dengan keterbatasan yang ada, kami berharap tema diskusi yang ditampilkan
di Jurnal ilmu manajemen volume 12 nomor 1 bulan Januari 2015 ini dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan dan praktek ilmu
manajemen.

3
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

DAFTARISI

PENGELOLA ........................................................................................................................... 2

DARI REDAKSI....................................................................................................................... 3

DAFTARISI .............................................................................................................................. 4

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN


TERHADAP KEPUASAN PASIEN PUSKESMAS ..................................................... 5

ANALISIS SIKAP PENILAIAN PASIEN TENTANG JASA PELAYANAN ............... 30

ANALISIS PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI, BIAYA PROMOSI DAN JUMLAH


PEGAWAI PEMASARAN TERHADAP HASIL PENJUALAN ............................. 52

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN


RAWAT INAP DALAM MENGGUNAKAN JASA ................................................. 70

PENGARUH KECUKUPAN MODAL (CAR), PENGELOLAAN KREDIT (NPL),


DAN LIKUIDITAS BANK (LDR) TERHADAP PROBABILITAS
KEBANGKRUTAN BANK (STUDI PADA BANK UMUM SWASTA DEVISA
YANG TERCATAT DI BEI TAHUN 2009 – 2013) .................................................... 90

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG HIV, EFEKTIFITAS


KONDOM DAN KEMUDAHAN MEMPEROLEH KONDOM TERHADAP
PENGGUNAAN KONDOM DALAM PENCEGAHAN HIV ............................. 104

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL ............................................................................... 125


Jurnal Ilmu Manajemen

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN FASILITAS


KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN PUSKESMAS

Th. A. Radito
STIE IEU Yogyakarta

Abstract
This study aimed to examine the effect of quality of service and health facilities owned by the
health center (Puskesmas) to the patient's satisfaction. Puskesmas as the spearhead of health services
in the community are expected to provide quality service and have adequate health facilities so as to
increase patient satisfaction.This research was conducted at the Puskesmas Mantrijeron Jl. Panjaitan
Mantrijeron 52 Yogyakarta. Puskesmas Mantrijeron chosen as the study site because it is a health
center that organizes the quality of health services by government programs of Yogyakarta and by
standards of the ISO (International Organization For Standardization) 9001: 2008.
Subjects were patients who had treatment and are being treated at the Puskesmas Mantrijeron
during the past year. Data collected in the form of primary data derived from the questionnaire which
distributed to each respondent. Methods of data analysis using multiple regression.The results showed
that the quality of care and health facilities are significantly affects the increase in patient satisfaction.
However, from the regression results indicate that the quality of service and health facilities was only
able to explain of 39.1% patient satisfaction. While the remaining 60.9% is influenced by other
factors.
Keywords: Satisfaction, quality of service, health facilities, Puskesmas

Pendahuluan memilih Puskesmas sebagai tempat untuk


Latar Belakang Masalah berobat.
Puskesmas merupakan bentuk Puskesmas dijadikan ujung tombak
pelayanan dan fasilitas kesehatan yang pelayanan kesehatan dasar bagi
penting dan terjangkau bagi seluruh masyarakat hal itu karena keberadaan
kalangan masyarakat, khususnya bagi Puskesmas yang menyebar ke semua
masyarakat ekonomi menengah ke daerah di setiap kelurahan, kecamatan,
bawah. Faktor biaya periksa dan obat kabupaten. Keberadaan Puskesmas lebih
yang lebih murah, serta lokasinya yang dekat dengan masyarakat daripada
mudah dijangkau (berada di tiap Rumah Sakit. Di mana keberadaan Rumah
kelurahan ataupun kecamatan) sakit ditingkat kecamatan relatif sedikit,
merupakan alasan utama masyarakat sebagian besar ditingkat kabupaten atau

5
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

propinsi saja. Disamping itu biaya Sejak diperkenalkannya Puskesmas


periksa, biaya obat relatif lebih murah pada tahun 1969, berbagai hasil telah
dan prosedurnya lebih mudah di banyak dicapai. Angka Kematian Ibu
Puskesmas daripada di Rumah Sakit. (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Tujuan utama dari program upaya telah berhasil diturunkan. AKI telah dapat
pelayanan kesehatan bukan semata-mata diturunkan dari 318 per 100.000 kelahiran
untuk penyembuhan penyakit, tetapi hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per
lebih diarahkan untuk meningkatkan 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007
kemampuan fisik mental dan kehidupan (Survei Dep. Kes Indonesia, 2007). AKB
sosial masyarakat, sehingga derajat telah dapat diturunkan dari 46 per 1.000
kesehatan masyarakat semakin kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi
meningkat, dan sarana yang diharapkan 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
mampu menjalankan fungsi ini salah 2007 (SDKI, 2007). Sejalan dengan
satunya adalah Puskesmas (Khusnawati penurunan AKB, Umur Harapan Hidup
2011). (UHH) rata-rata bangsa Indonesia telah
Puskesmas disepakati sebagai suatu meningkat secara bermakna dari 68,6
unit pelayanan kesehatan yang (tahun 2004) menjadi 70,5 (tahun 2007)
memberikan pelayanan kuratif dan (Departemen Kesehatan 2007).
preventif secara terpadu, menyeluruh dan Di Yogyakarta sendiri hasil sensus
mudah dijangkau, dalam wilayah kerja penduduk sejak tahun 1971 sampai
kecamatan atau sebagian kecamatan di dengan sensus tahun 2010 menunjukkan
kota madya atau kabupaten bahwa terjadi penurunan yang sangat
(Notoatmodjo, 2007). Pengertian signifikan angka kematian bayi dari 102
Puskesmas menurut Pedoman Kerja bayi per 1000 kelahiran hidup sampai 17
Puskesmas DEPKES-RI adalah suatu bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun
kesatuan organisasi kesehatan fungsional 2010 (sesuai hasil sensus penduduk).
yang merupakan pusat pengembangan Sedangkan menurut proyeksi BPS (Badan
kesehatan masyarakat yang juga membina Pusat Statistik) dari hasil sensus
peran serta masyarakat disamping penduduk tahun 2000 pada kurun waktu
memberikan pelayanan secara 2000-2005 (5 tahun) penurunan AKB
menyeluruh dan terpadu kepada (Angka Kematian Bayi) rata-rata per
masyarakat di wilayah kerjanya dalam tahun adalah 3,9%. Sedangkan untuk
bentuk kegiatan pokok. periode tahun 2005 -2010 penurunan AKB
rata-rata per tahun adalah 2,5% dan
Jurnal Ilmu Manajemen

periode 2010 - 2015 adalah 1,7%. Periode kesehatan. Hal ini kemungkinan
tahun 2020 - 2025 diperkirakan tidak disebabkan karena ( Khusnawati 2010) :
terjadi penurunan karena tingkat 1. Biaya berobat di Puskesmas lebih
kematian yang sudah sangat kecil murah, misalnya adanya jamkesos,
(“hardrock”) yang dipengaruhi oleh jamkesmas, jamkesda.
faktor-faktor yang sangat sulit untuk 2. Semakin banyak dokter yang
dikendalikan diantaranya faktor genetik bertugas di Puskesmas sehingga semakin
(Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2012). banyak klinik dalam Puskesmas, semakin
Dengan hal tersebut sehingga pada tahun senang pula pasien yang berobat di
2008 Provinsi DIY memperoleh Puskesmas.
penghargaan Manggala Bhakti Husada 3. Lokasi Puskesmas yang dekat
Kartika dari Presiden yaitu sebuah dengan masyarakat dan mudah
penghargaan atas prestasi sebagai dijangkau.
propinsi dengan derajad kesehatan 4. Pengaruh kebijakan asuransi
terbaik di Indonesia. Indikator yang kesehatan dan kebijakan pemerintah.
dinilai paling peka dan telah disepakati
secara nasional sebagai ukuran derajad Sekarang ini tercatat 7.669 unit
kesehatan suatu wilayah meliputi : (1) Puskesmas, 22.171 Puskesmas pembantu,
Umur Harapan Hidup, (2) Angka dan 6.392 Puskesmas keliling yang
Kematian Ibu, (3) Angka Kematian Bayi, tersebar di seluruh Indonesia (Depkes RI,
(4) Angka Kematian Balita, dan (5) Status 2005). Sedangkan Puskesmas yang ada di
Gizi Balita / bayi (Dinas Kesehatan DIY sendiri dapat kita lihat di tabel 1.
Yogyakarta 2012). Dengan melihat jumlah sarana
Fungsi Puskesmas dalam pelayanan kesehatan dasar di Indonesia
memberikan pelayanan kepada maupun di setiap propinsi, maka
masyarakat dihadapkan pada beberapa Puskesmas diharapkan menjadi ujung
tantangan dalam hal sumber daya tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan
manusia dan peralatan kesehatan yang di suatu daerah dan merupakan unit
semakin canggih, namun harus tetap organisasi yang bersifat menyeluruh dan
memberikan pelayanan yang terbaik. terpadu paling dekat dengan masyarakat.
Kemungkinan masih banyak pasien yang Peran dan fungsi Puskesmas sangat
berobat ke Puskesmas, terutama di strategis dalam pembangunan kesehatan
daerah-daerah yang masih minim sarana di Indonesia. Puskesmas berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan

7
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

untuk meningkatkan kesadaran, Tabel 1. Sarana Pelayanan Kesehatan


kemauan, dan kemampuan hidup sehat Dasar di Provinsi DIYTahun 2012
h Pusk
bagi setiap penduduk agar memperoleh Kab/Kota Puskesmas Pusk TT Pusk Non Pustu Polindes tersertifikasi
TT ISO
derajat kesehatan yang optimal (Depkes Kota 1818 3 15 10 0 3
Yogyakarta
Bantul 27 16 11 68 16 1
RI 2003). Gunung Kidul 30 14 16 107 30 6
Kulon Progo 21 5 16 62 40 1
Sleman 25 4 21 71 86 19
Jumlah Puskesmas di Propinsi PROVINSI 121 42 79 318 172 30

D.I.Yogyakarta ada 121 Puskesmas yang Sumber : Seksi Yankerdas 2012( Dinkes Provinsi DIY,
2012)
tersebar di lima Kabupaten, 42
diantaranya dengan rawat inap dan 79 ISO 9001:2008 adalah suatu standar
non rawat inap. Jumlah puskesmas internasional untuk sistem manajemen
terbanyak adalah di Kabupaten Mutu / kualitas. ISO 9001:2008
Gunungkidul dengan 30 Puskesmas menetapkan persyaratan – persyaratan
disusul oleh Kabupaten Bantul dan dan rekomendasi untuk desain dan
Sleman masing-masing 27 dan 25 penilaian dari suatu sistem manajemen
Puskesmas. Sementara untuk Kota mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan
Yogyakarta memiliki 18 puskesmas. standar produk, karena tidak menyatakan
Propinsi D.I.Y juga memiliki Puskesmas persyaratan – persyaratan yang harus
yang telah mendapatkan sertifikat sistem dipenuhi oleh sebuah produk (barang
manajemen mutu ISO (International atau jasa). ISO 9001:2008 hanya
Organization For Standardization) 9001: merupakan standar sistem manajemen
2008, hingga tahun 2012 tercatat 30 kualitas. Namun, bagaimanapun juga
Puskesmas telah mendapatkan sertifikat diharapkan bahwa produk yang
ISO 9001:2008 yang tersebar di lima dihasilkan dari suatu sistem manajemen
kabupaten di wilayah DIY di antaranya, 3 kualitas internasional, akan berkualitas
Puskesmas di Kota Yogyakarta, 1 baik (standar). Sehingga dapat
Puskesmas di Bantul, 1 Puskesmas di disimpulkan bahwa Quality Management
Kulon Progo, 6 Puskesmas di Gunung Systems (ISO 9001:2008) adalah
Kidul dan 19 Puskesmas di Sleman merupakan prosedur terdokumentasi dan
(Dinkes Prov. DIY 2012). praktek – praktek standar untuk
manajemen sistem, yang bertujuan
menjamin kesesuaian dari suatu proses
dan produk (barang atau jasa) terhadap
kebutuhan atau persyaratan tertentu,
dimana kebutuhan atau persyaratan
Jurnal Ilmu Manajemen

tertentu tersebut ditentukan atau ISO (International Organization for


dispesifikasikan oleh pelanggan dan Standardization) 9001:2008. Saat ini dari
organisasi. Sertifikat ISO 9001:2008 18 Puskesmas yang ada di Kota Yogya,
merupakan standar sistem manajemen baru tiga Puskesmas yang telah
mutu yang telah mendapatkan pengakuan berstandar ISO 9001:2008, yakni
dari banyak negara di dunia, seperti AS, Puskesmas Umbulharjo II, Mantrijeron
Australia, China, India, Jepang dan dan Jetis. Pada tahun 2013, akan ditambah
negara-negara Eropa. dua Puskesmas lagi untuk mendapatkan
Manfaat Penerapan ISO 9001:2008 standar ISO 9001:2008, yakni Puskesmas
adalah : Wirobrajan dan Umbulharjo I. Standar
1. Meningkatkan kepercayaan yang harus dipenuhi Puskesmas untuk
pelanggan mendapatkan ISO 9001:2008 menyangkut
2. Jaminan kualitas produk dan proses pelayanan medis, operasional sampai
3. Meningkatkan produktivitas petugas front office yang kesehariannya
perusahaan & “market gain” berhubungan langsung dengan
4. Meningkatkan motivasi, moral & pendaftaran pasien. Standar ISO 9001:2008
kinerja karyawan dapat mengurangi komplain dari
5. Sebagai alat analisa kompetitor masyarakat (Dinas Kesehatan Yogyakarta,
perusahaan 2012).
6. Meningkatkan hubungan saling Aksesibilitas jarak jangkauan
menguntungkan dengan pemasok terhadap sarana pelayanan kesehatan
7. Meningkatkan cost efficiency & cukup merata antar kabupaten kota di
keamanan produk Yogyakarta. Penduduk DIY di setiap
8. Meningkatkan komunikasi internal Kabupaten / Kota pada umumnya berada
9. Meningkatkan image positif pada kisaran 1-5 km terhadap Puskesmas.
perusahaan Sarana pelayanan kesehatan di Provinsi
10. Sistem terdokumentasi DIY relatif cukup banyak baik dari segi
11. Media untuk pelatihan dan jumlah maupun jenisnya. Sarana
pendidikan pelayanan kesehatan dasar milik
Seluruh Puskesmas di Kota Yogya pemerintah (Puskesmas) telah
ditargetkan meraih standar pelayanan ISO menjangkau keseluruhan Kecamatan yang
9001:2008 dalam jangka waktu dua tahun ada di Kabupaten / kota seluruh DIY
ke depan. Pada tahun 2014 ditargetkan bahkan jika digabungkan dengan
semua Puskesmas di Yogya berstandar puskesmas pembantu sebagai jaringan

9
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

pelayannya, telah mampu menjangkau lainnya. Puskesmas dijadikan tempat


seluruh desa yang ada. Seluruh rujukan jaminan kesehatan bagi
Puskesmas telah dilengkapi dengan masyarakat kurang mampu dimana hal
jaringan Puskesmas Pembantu, tersebut menjadi program pemerintah
Puskesmas Keliling dan memiliki jaringan pusat sampai ke pemerintah daerah.
kemitraan dengan Desa Siaga di seluruh Bencana alam yang menimbulkan
wilayah. Perkembangan pelayanan kemiskinan bagi sebagian masyarakat
kesehatan dasar di sektor swasta juga pastilah memerlukan bantuan pelayanan
berkembang dengan pesat dengan kesehatan, maka berbagai daerah
munculnya berbagai sarana pelayanan mengeluarkan kebijakan antara lain
seperti dokter praktek swasta, bidan berobat gratis, jaminan kesehatan
praktek swasta, poliklinik, praktek masyarakat dan lainnya.
bersama dan lainnya (Dinas Kesehatan Puskesmas merupakan fasilitas
Yogyakarta, 2012). kesehatan yang penting dan terjangkau
bagi seluruh kalangan masyarakat,
Tabel 2Peserta Jaminan Kesehatan khususnya bagi masyarakat ekonomi
Keluarga Miskin Propinsi DIYTahun 2012 menengah ke bawah. Faktor biaya periksa
WILAYAH JML JIWA JAMKES JAMKESOS JAMKESDA dan obat yang lebih murah, serta
Kab/kota MAS
KOTA YOGYA 388.088 68.456 13.200 152.842 lokasinya yang mudah dijangkau (berada
BANTUL 910.572 222.987 92.000 2.796
K.PROGO 388.755 141.893 56.000 25.000 di tiap kelurahan ataupun kecamatan)
G.KIDUL 674.408 340.635 83.000 1.059
SLEMAN 1.090.567 168.158 19.000 195.600 merupakan alasan utama masyarakat
JUMLAH 3.452.390 942.129 263.200 377.297
memilih Puskesmas sebagai tempat untuk
Sumber : BPS 2012, Dinkes Provinsi DIY 2012
berobat. Puskesmas sebagai unit
Dengan melihat jumlah peserta organisasi penyedia pelayanan kesehatan,
jaminan kesehatan keluarga miskin di DIY dihadapkan pada lingkungan yang
(2012) seperti jamkesmas, jamkesos, semakin kompetitif dengan makin
jamkesda, tentunya pemerintah DIY banyaknya balai pengobatan / poliklinik
memerlukan pelayanan kesehatan bagi swasta. Perubahan yang terjadi di
masyarakat kurang mampu agar lingkungan eksternal dan internal
terpenuhi kebutuhan tentang Puskesmas menyebabkan Puskesmas
kesehatannya. Keberadaan Puskesmas harus mengubah paradigma bahwa bukan
sekarang ini menyebar dan menyeluruh di semata organisasi yang bersifat sosial.
semua daerah, bahkan sampai daerah Upaya yang dilakukan oleh Puskesmas
yang minim akses sarana kesehatan agar tetap berkembang adalah dengan
Jurnal Ilmu Manajemen

meningkatkan pendapatan dari retribusi Organization for Standardization)


pasien. Untuk dapat meningkatkan 9001:2008. Untuk mengetahui standarisasi
jumlah pasien di Puskesmas di harapkan tingkat kelayakan sarana dan prasarana
mampu memberi pelayanan optimal, sebuah Puskesmas demi menciptakan
dalam rangka meningkatkan kunjungan kualitas Puskesmas yang baik, sehingga
pasien ke Puskesmas maka Puskesmas dapat meminimalkan standar pelayanan.
harus mampu menampilkan dan Upaya meningkatkan akses masyarakat
memberikan pelayanan kesehatan yang terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan bermutu. berkualitas, di antaranya meningkatkan
Ada beberapa hal yang memerlukan akses terhadap pelayanan kesehatan
perubahan segera dalam pelayanan dasar. Di sini peran Puskesmas dan
Puskesmas yang sebagian mendapatkan jaringannya sebagai institusi yang
penilaian negatif di masyarakat, seperti menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kebiasaan dokter atau petugas yang di jenjang pertama yang terlibat langsung
datang terlambat sehingga pasien kerap dengan masyarakat menjadi sangat
antri berjam-jam. Realitas ini bisa terjadi penting. Puskesmas bertanggungjawab
di Puskesmas di pedesaan yang masih menyelenggarakan pembangunan
terbatas jumlah dokternya, namun tidak kesehatan di wilayah kerjanya yaitu
tertutup kemungkinan juga terjadi di meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
perkotaan yang telah memiliki dokter kemampuan hidup sehat bagi setiap
cukup banyak. Puskesmas diharapkan orang yang bertempat tinggal di wilayah
menjadi institusi pelayanan kesehatan kerjanya agar terwujudnya derajat
profesional, yakni berorientasi kepada kesehatan yang setinggi-tingginya.
mutu layanan yang kompeten, inovatif, Pendekatan kualitas pelayanan yang
berorientasi pada kebutuhan dan banyak dijadikan acuan dalam penelitian
kepuasan pelanggan atau pasien. Dengan pemasaran adalah model Service Quality
Puskesmas yang telah mendapatkan (servqual) yang dikembangkan oleh
sertifikat ISO 9001:2008 diharapkan tidak Parasuraman dan Zeithaml (2004).
akan terjadi pelayanan buruk kepada Terdapat lima determinan kualitas
pasien Puskesmas (Harian Analisa News pelayanan antara lain meliputi Tangibles
2013). (penampilan fasilitas fisik, peralatan),
Perkembangan tingkat pelayanan di Realiability (keandalan, kemampuan
puskesmas saat ini sangat dipengaruhi untuk melaksanakan jasa),
oleh sertifikasi ISO (International Responsiveness (ketanggapan, kemauan

11
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

untuk membantu pelanggan), Assurance Menurut Bowles (1998) fasilitas


(jaminan dan kepastian), Emphaty kesehatan umum yang lain juga ikut
(perhatian pribadi, syarat untuk peduli) mempengaruhi kepuasan pasien seperti
(Kotler, 2004). Kelima dimensi kualitas kualitas pelayanan berupa makanan dan
pelayanan tersebut kemungkinan akan minuman, privasi dan kunjungan.
memberikan kepuasan pasien bila Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan
Puskesmas selalu melayani sebaik terhadap pemenuhan kebutuhan pasien
mungkin terhadap pasien. seperti makanan dan minuman yang
Selain kualitas pelayanan, fasilitas disediakan dan privasi ruang tunggu
atau sarana prasarana adalah merupakan sebagai sarana bagi orang-orang yang
salah satu faktor pendukung tercapainya berkunjung di rumah sakit. Fasilitas
tujuan perusahaan sebagai pelayanan ruang inap untuk pasien yang harus
perusahaan jasa kepada pengguna jasa. rawat juga mempengaruhi kepuasan
Istilah sarana dan prasarana sebenarnya pasien. Fasilitas ruang inap ini disediakan
sama dengan fasilitas, yang mana dapat berdasarkan permintaan pasien mengenai
diartikan dengan segala sesuatu (baik ruang rawat inap yang dikehendakinya.
berupa fisik dan uang) yang dapat Macam dan jenis fasilitas kesehatan
memudahkan dan melancarkan ini dapat dibedakan bermacam-macam
pelaksanaan suatu usaha. menurut kegunaannya, namun bila dilihat
Menurut Leebov, Vergare dan Scott secara garis besarnya saja dibedakan
(1990) yang juga ikut mempengaruhi menjadi medis dan non medis. Fasilitas
kepuasan konsumen adalah fasilitas, kesehatan yang termasuk medis seperti
kelengkapan fasilitas turut menentukan peralatan cek gigi, peralatan yang
penilaian kepuasan pasien, misalnya digunakan dokter untuk melayani
fasilitas kesehatan baik sarana dan ataupun mengobati pasien, peralatan
prasarana, tempat parkir, ruang tunggu operasi, dan lain-lain. Sedangkan yang
yang nyaman dan ruang kamar rawat tergolong non medis yang harus
inap. Walaupun hal ini tidak vital disediakan seperti peralatan perkantoran,
menentukan penilaian kepuasan pasien, perlengkapan pemadam kebakaran,
namun rumah sakit perlu memberikan tempat tunggu pasien, tempat sampah,
perhatian pada fasilitas rumah sakit parkir dan lain-lainnya (Wijono 2000).
dalam penyusunan strategi untuk Pelayanan yang bermutu, termasuk
menarik konsumen. di dalamnya adalah pelayanan kesehatan
merupakan suatu keharusan sehubungan
Jurnal Ilmu Manajemen

dengan tuntutan dan kebutuhan setingkat Puskesmas dengan sebaik


masyarakat serta berlakunya Peraturan mungkin.
Pemerintah nomor : 8/1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Dimana RUMUSAN MASALAH
perbaikan dan penyempurnaan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan Dengan dasar tersebut di atas maka
harus dilakukan secara periodik melalui Pokok permasalahan yang ingin dikaji
pendekatan Total Quality Management, dalam penelitian ini adalah:
bagi seluruh petugas kesehatan, mulai
dari puncak pimpinan, baik sebagai 1. Apakah kualitas pelayanan
pejabat struktural ataupun fungsional, berpengaruh terhadap kepuasan pasien
sampai dengan petugas pelaksana Puskesmas?
terdepan dan selalu mengikuti pola 2. Apakah fasilitas kesehatan
perkembangan IPTEK Kedokteran dan berpengaruh terhadap kepuasan pasien
Kesehatan. Puskesmas ?
Dengan melihat alasan-alasan di
atas dimana Puskesmas dijadikan ujung LANDASAN TEORI
tombak pelayanan kesehatan dasar bagi A. Kualitas Pelayanan
masyarakat hal itu karena keberadaan 1) Pengertian Kualitas
Puskesmas yang menyebar ke semua Kualitas memiliki hubungan yang
daerah di setiap kelurahan, kecamatan, erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas
kabupaten. Keberadaan Puskesmas lebih memberikan suatu dorongan kepada
dekat dengan masyarakat daripada pelanggan untuk menjalin ikatan
Rumah Sakit. Dimana keberadaan Rumah hubungan yang kuat dengan perusahaan.
sakit ditingkat kecamatan relatif sedikit, Tentang pengertian atau definisi kualitas
sebagian besar ditingkat kabupaten atau dapat berbeda makna bagi setiap orang,
propinsi saja. Disamping itu biaya karena kualitas memiliki banyak kriteria
periksa, biaya obat relatif lebih murah dan sangat tergantung pada konteksnya.
dan prosedurnya lebih mudah di Heizer & Render (2001)
Puskesmas daripada di Rumah Sakit. mengemukakan bahwa kualitas adalah
Dikarenakan pentingnya keberadaan loyalitas bentuk dan karakteristik barang
Puskesmas di sekitar masyarakat, maka / jasa yang menunjukkan kemampuannya
Puskesmas harus berusaha melayani untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat menurut standar pelayanan pelanggan yang tampak jelas maupun

13
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

yang tersembunyi. Kualitas dapat juga merupakan suatu kinerja penampilan,


diartikan bagi para penyedia jasa sebagai tidak berwujud dan cepat hilang, lebih
sesuatu yang harus dikerjakan dengan dapat dirasakan daripada dimiliki, serta
baik. Keunggulan suatu produk jasa pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif
adalah tergantung dari keunikan serta dalam proses mengkonsumsi jasa
kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut. Gronroos (2007) menyatakan
tersebut, apakah sudah sesuai dengan bahwa pelayanan adalah suatu aktivitas
harapan dan keinginan pelanggan atau serangkaian aktivitas yang bersifat
(Supranto, 2001). Kualitas adalah tingkat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang
keunggulan yang diharapkan dan terjadi sebagai akibat adanya interaksi
pengendalian atas tingkat keunggulan antara konsumen dengan karyawan atau
tersebut untuk memenuhi keinginan hal-hal lain yang disediakan oleh
pelanggan (Wykof dalam Tjiptono 1997). perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan
2) Pengertian Pelayanan permasalahan konsumen/pelanggan”.
Pelayanan merupakan suatu Kotler (2004) menyatakan bahwa
kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi pelayanan adalah setiap kegiatan atau
dalam interaksi langsung antara manfaat yang dapat diberikan suatu pihak
seseorang dengan orang lain. Pelayanan kepada pihak lainnya, yang pada
merupakan proses pemenuhan kebutuhan dasarnya tidak berwujud dan tidak pula
melalui aktifitas orang lain secara berakibat pemilihan sesuatu dan
langsung. Pelayanan bukan hanya produksinya dapat atau tidak dapat
memberikan pelayanan setelah penjualan dikaitkan dengan suatu produk fisik.
sekaligus diimbangan dengan kualitas Berdasar definisi-definisi tersebut,
seluruh produk. Adapun pelayanan maka dapat disimpulkan bahwa
pelanggan adalah pelayanan kepada pelayanan merupakan suatu kegiatan
pemakai jasa dengan tujuan memberikan yang berupa pemberian layanan atau
kepuasan seoptimal mungkin yang melayani pihak-pihak yang
dilakukan secara langsung maupun tidak membutuhkan guna memenuhi
langsung. kebutuhannya. Di mana pelayanan
Dalam Kamus Besar Bahasa ditujukan untuk mencapai kepuasan
Indonesia (2001) pelayanan diartikan pelanggan yang ditandai oleh
sebagai usaha melayani orang lain. berkuranngnya keluhan dari konsumen.
Menurut Supranto (2001) Pelayanan
Jurnal Ilmu Manajemen

3) Pengertian Kualitas sama atau melebihi kualitas pelayanan


Pelayanan yang diharapkan, maka pelayanan
Gronroose (2007) menjelaskan mutu dikatakan berkualitas dan memuaskan
pelayanan berdasarkan manufaktur konsumen.
adalah kecocokan produk dengan Persaingan yang semakin ketat
spesialisasi desain. Sedangkan mutu akhir-akhir ini menuntut sebuah lembaga
berdasarkan produk adalah tingkat penyedia jasa/layanan untuk selalu
karakteristik produk yang dapat diukur. memanjakan konsumen atau pelanggan
Menurut Scheneider & White (2004) dengan memberikan pelayanan terbaik.
kualitas pelayanan memegang peranan Para pelanggan akan mencari produk
penting dalam industri jasa. Pelanggan berupa barang atau jasa dari perusahaan
dalam hal ini pasien akan merasa puas yang dapat memberikan pelayanan yang
jika mereka memperoleh pelayanan yang terbaik kepadanya. Kualitas pelayanan
baik atau sesuai dengan yang diharapkan. merupakan komponen penting dalam
Bahkan Brown (1991) memberikan persepsi konsumen, juga sangat penting
penekanan bahwa kualitas pelayanan dalam pengaruhnya terhadap kepuasan
adalah sesuatu yang harus dikerjakan konsumen. Semakin baik kualitas maka
penyedia jasa dengan baik, dalam rangka jasa yang diberikan maka akan semakin
meraih keunggulan bersaing, pelanggan baik pula citra jasa tersebut dimata
akan mencari bukti dari kualitas jasa yang konsumen (Barlow, 2010). Cronin & Tailor
ditawarkan, dan mereka akan (1992) menyatakan bahwa kualitas
menyimpulkan tentang kualitas dari pelayanan berpengaruh signifikan
tempat, orang, peralatan, simbol, harga terhadap kepuasan konsumen.
yang mereka rasakan. Gronroose (2007) menyatakan
Lovelock (1991) memberikan kualitas pelayanan meliputi kualitas
pengertian kualitas pelayanan sebagai fungsi, kualitas teknis, kualitas outpun
tingkat kesempurnaan untuk memenuhi dan reputasi perusahaan. Kualitas fungsi
keinginan konsumen. Sedangkan menurut menekankan bagaimana pelayanan
Parasuraman & Zeithaml (2004) kualitas dilaksanakan, terdiri dari : dimensi kontak
pelayanan merupakan perbandingan dengan konsumen, sikap dan perilaku,
antara pelayanan yang dirasakan hubungan internal, penampilan,
(persepsi) konsumen dengan kualitas kemudahan akses, dan service
pelayanan yang diharapkan konsumen. mindedness. Sedangkan kualitas teknis
Jika kualitas pelayanan yang dirasakan kualitas output yang dirasakan

15
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

konsumen, meliputi harga, ketepatan staf, bebas dari bahaya, resiko atau
waktu, kecepatan layanan, dan estetika keragu-raguan.
output. Reputasi perusahaan dicerminkan e. Emphaty (empati), adalah
oleh citra perusahaan dan reputasi di sikap memberikan perhatian penuh
mata konsumen. meliputi kemudahan dalam melakukan
Dari definisi-definisi tersebut dapat hubungan komunikasi yang baik dan
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan memahami kebutuhan para pelanggan.
adalah tingkat keunggulan pelayanan Dimensi kualitas yang dikemukakan
yang dapat memenuhi keinginan oleh Zeithaml et.al (2004) tersebut
konsumen/pelanggan yang diberikan berpengaruh pada harapan pelanggan
oleh suatu organisasi yang dapat dan kenyataan yang mereka terima. Jika
memuaskan konsumennya. kenyataannya pelanggan menerima
pelayanan melebihi harapannya, maka
4) Dimensi Kualitas pelanggan akan mengatakan
Pelayanan pelayanannya berkualitas atau
Menurut Zeithaml, Parasuraman & memuaskan dan jika kenyataannya
Berry (2004) ada lima dimensi kualitas pelanggan menerima pelayanan kurang
pelayanan yaitu: atau sama dari harapannya, maka
a. Tangibles (bukti langsung), pelanggan akan mengatakan
adalah wujud kenyataan secara fisik pelayanannya tidak berkualitas atau tidak
meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, memuaskan.
pegawai dan sarana komunikasi.
b. Reliability (kehandalan), 5) Pelayanan Kesehatan
yakni kemampuan memberikan Pelayanan kesehatan adalah setiap
pelayanan yang dijanjikan segera dan upaya yang diselenggarakan sendiri atau
memuaskan. secara bersama-sama dalam suatu
c.Responsiveness (daya tanggap), organisasi untuk memelihara dan
yaitu keinginan para staf untuk meningkatkan kesejahteraan, mencegah
membantu para pelanggan dan dan menyembuhkan penyakit serta
memberikan pelayanan dengan tanggap. memulihkan kesehatan perseorangan,
d. Assurance (jaminan), keluarga, kelompok ataupun masyarakat
mencakup kemampuan,kesopanan dan (Irwanashari 2010). Levey, Loomba &
sifat yang dipercaya yang dimiliki para Brown (1984) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan
Jurnal Ilmu Manajemen

ialah setiap upaya yang diselenggarakan masyarakat. Menurut Azwar (1996)


sendiri atau secara bersama-sama dalam sarana pelayanan kedokteran yang
suatu organisasi untuk memelihara dan diselenggarakan oleh pemerintah di
meningkatkan kesehatan, mencegah dan Indonesia adalah Puskesmas, sebagai
menyembuhkan penyakit serta sarana kesehatan tingkat pertama.
memulihkan kesehatan perseorangan, Sedangkan Rumah Sakit dengan berbagai
keluarga, kelompok dan ataupun jenjangnya, sebagai sarana pelayanan
masyarakat. kesehatan tingkat kedua dan ketiga.
Macam pelayanan kesehatan Puskesmas disepakati sebagai suatu unit
menurut Hodgetts dan Cascio (1983) pelayanan kesehatan yang memberikan
dapat dibedakan menjadi medical pelayanan kuratif dan preventif secara
services (pelayanan kedokteran) dan terpadu, menyeluruh dan mudah
public health service (pelayanan dijangkau, dalam wilayah kerja
kesehatan masyarakat). Pelayanan kecamatan atau sebagian kecamatan di
kesehatan yang termasuk dalam kota madya atau kabupaten (Notoatmodjo
kelompok pelayanan kedokteran (medical 2007).
services) ditandai dengan cara Pengertian Puskesmas menurut
pengorganisasian yang dapat bersifat Pedoman Kerja Puskesmas DEPKES-RI
sendiri (solo practice) atau secara adalah suatu kesatuan organisasi
bersama-sama dalam satu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
(institution), tujuan utamanya untuk pusat pengembangan kesehatan
menyembuhkan penyakit dan masyarakat yang juga membina peran
memulihkan kesehatan, serta sasarannya serta masyarakat disamping memberikan
terutama untuk perseorangan dan pelayanan secara menyeluruh dan
keluarga. terpadu kepada masyarakat di wilayah
Pelayanan kesehatan yang termasuk kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
dalam kelompok pelayanan kesehatan Puskesmas merupakan perangkat
masyarakat (public health services) pemerintah daerah tingkat II, sehingga
ditandai dengan cara pengorganisasian pembagian wilayah kerja Puskesmas
yang umumnya secara bersama-sama ditentukan oleh Bupati/Walikota, dengan
dalam satu organisasi, tujuan utamanya saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan
untuk memelihara dan meningkatkan Kabupaten/Kota.
kesehatan serta mencegah penyakit, serta Pelayanan kesehatan yang diberikan
sasarannya terutama untuk kelompok dan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan

17
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

menyeluruh, meliputi Kuratif serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu


(pengobatan), Preventif (upaya pelayanan kesehatan yang baik.
pencegahan), promotif (peningkatan c.Mudah dicapai
kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan Pengertian ketercapaian yang
kesehatan). Puskesmas sendiri dibedakan dimaksud disini terutama dari sudut
berdasarkan strata. Stratifikasi Puskesmas lokasi. Dengan demikian untuk dapat
dibedakan menjadi strata satu (puskesmas mewujudkan pelayanan kesehatan yang
dengan prestasi sangat baik), strata dua baik, maka pengaturan distribusi sarana
(puskesmas dengan prestasi rata-rata atau kesehatan menjadi sangat penting.
standar), dan strata tiga (puskesmas Pelayanan kesehatan yang terlalu
dengan prestasi dibawah rata-rata) terkonsentrasi di daerah perkotaan saja,
Sekalipun pelayanan kedokteran dan sementara itu tidak ditemukan di
berbeda dengan pelayanan kesehatan daerah pedesaan, bukan pelayanan
masyarakat, namun untuk dapat disebut kesehatan yang baik.
sebagai suatu pelayanan kesehatan yang d. Mudah dijangkau
baik, keduanya harus memiliki berbagai Pengertian keterjangkauan yang
persyaratan pokok. Azwar (1996) dimaksudkan disini terutama dari sudut
menyatakan bahwa syarat pokok yang biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan
dimaksud meliputi hal-hal sebagai yang seperti ini harus dapat diupayakan
berikut: biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai
a. Tersedia dan dengan kemampuan ekonomi
berkesinambungan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
Artinya semua jenis pelayanan mahal dan karena itu hanya mungkin
kesehatan yang dibutuhkan oleh dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat
masyarakat tidak sulit ditemukan, serta saja, bukan pelayanan kesehatan yang
keberadaannya di masyarakat adalah baik.
pada setiap saat yang dibutuhkan. e. Bermutu
b. Dapat diterima dan wajar Maksudnya adalah yang menunjuk
Artinya pelayanan kesehatan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
tersebut tidak bertentangan dengan kesehatan yang diselenggarakan, yang
keyakinan dan kepercayaan masyarakat. disatu pihak dapat memuaskan para
Pelayanan kesehatan yang bertentangan pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain
dengan adat istiadat, kebudayaan, tata cara penyelenggaraannya sesuai
keyakinan dan kepercayaan masyarakat,
Jurnal Ilmu Manajemen

dengan kode etik serta standar yang telah perhatian pada fasilitas rumah sakit
ditetapkan. dalam penyusunan strategi untuk
Wijono (2009) menambahkan bahwa menarik konsumen.
pendekatan mutu paripurna yang Menurut Bowles (1998) fasilitas
berorientasi pada kepuasan pelanggan kesehatan umum yang lain juga ikut
atau pasien menjadi strategi utama bagi mempengaruhi kepuasan pasien seperti
organisasi pelayanan kesehatan di kualitas pelayanan berupa makanan dan
Indonesia, agar puskesmas tetap eksis minuman, privasi dan kunjungan.
ditengah persaingan global yang semakin Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan
ketat. terhadap pemenuhan kebutuhan pasien
seperti makanan dan minuman yang
B. Fasilitas Kesehatan disediakan dan privasi ruang tunggu
Fasilitas atau sarana prasarana sebagai sarana bagi orang-orang yang
adalah merupakan salah satu faktor berkunjung di rumah sakit. Fasilitas
pendukung tercapainya tujuan ruang inap untuk pasien yang harus
perusahaan sebagai pelayanan rawat juga mempengaruhi kepuasan
perusahaan jasa kepada pengguna jasa. pasien. Fasilitas ruang inap ini disediakan
Istilah sarana dan prasarana sebenarnya berdasarkan permintaan pasien mengenai
sama dengan fasilitas, yang mana dapat ruang rawat inap yang dikehendakinya.
diartikan dengan segala sesuatu (baik
berupa fisik dan uang) yang dapat C. Kepuasan Pasien
memudahkan dan melancarkan Press (2002) mendefinisikan bahwa
pelaksanaan suatu usaha. kepuasan pasien adalah sesuainya
Menurut Leebov, Vergare dan Scott harapan pasien dengan perlakuan yang
(1990) yang juga ikut mempengaruhi diterimanya selama dalam perawatan.
kepuasan konsumen adalah fasilitas, Sedangkan Krowinski & Steiber (1996)
kelengkapan fasilitas turut menentukan mendefinisikan kepuasan pasien adalah
penilaian kepuasan pasien, misalnya evaluasi yang positif dari dimensi
fasilitas kesehatan baik sarana dan pelayanan yang spesifik dan didasari
prasarana, tempat parkir, ruang tunggu pada harapan pasien dan pelayanan yang
yang nyaman dan ruang kamar rawat diberikan. Wisnton & Sommers (1999)
inap. Walaupun hal ini tidak vital menyatakan bahwa kepuasan pasien
menentukan penilaian kepuasan pasien, adalah dasar suatu ukuran kualitas atau
namun rumah sakit perlu memberikan mutu pelayanan keperawatan dan

19
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

merupakan alat yang dapat dipercaya dan Memahami kebutuhan dan


sahih dalam menyusun perencanaan keinginan konsumen dalam hal ini pasien
pelaksanaan dan penilaian pengelolaan adalah hal penting yang mempengaruhi
fasilitas kesehatan. kepuasan pasien. Pasien yang puas
Makna dari kepuasan pasien merupakan aset yang sangat berharga
sebenarnya pada hakekatnya sama karena apabila pasien puas mereka akan
dengan kepuasan pelanggan, karena terus melakukan pemakain terhadap jasa
sama-sama dalam usaha memberikan rasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak
kepuasan kepada konsumen. Kottler puas mereka akan memberitahukan dua
(1994) menyatakan bahwa pengertian kali lebih hebat kepada orang lain tentang
kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pengalaman buruknya. Untuk
purna beli dimana alternatif yang dipilih menciptakan kepuasan pasien suatu
sekurang-kurangnya sama atau puskesmas atau rumah sakit harus
melampaui harapan pelanggan, kepuasan menciptakan dan mengelolah suatu
pelanggan akan timbul apabila hasil sistem untuk memperoleh pasien yang
(outcome) memenuhi harapan pembeli. lebih banyak dan kemampuan untuk
Kepuasan pelanggan didefinisikan oleh mempertahankan pasiennya (William &
Kotler sebagai perasaan senang atau Steiber, 1996).
kecewa seorang pelanggan yang muncul Dari berbagai pendapat diatas dapat
setelah membandingkan antara persepsi disimpulkan bahwa kepuasan pasien
terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan adalah wujud suatu pelayanan kesehatan
harapan-harapannya. yang memenuhi kebutuhan dan
Hill, Roche, & Allen (2007) permintaan pasien. Besarnya harapan
mendefinisikan kepuasan pelanggan pasien akan menentukan tingkat
adalah respon pelanggan terhadap kepuasan pasien terhadap layanan yang
evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan diterimanya. Kepuasan seorang pasien
antara harapan dan kinerja aktual produk terhadap pelayanan fasilitas kesehatan
dalam pemakaiannya. Kepuasan tidak terlepas dari apa yang diharapkan
pelanggan merupakan evaluasi purna beli pasien.
dimana alternative yang dipilih sekurang- Leebov et.al (1990) mengemukakan
kurangnya sama atau melampaui harapan tiga macam kondisi kepuasan yang bisa
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan dirasakan oleh konsumen berkaitan
timbul apabila, hasil tidak memenuhi dengan perbandingan antara harapan dan
harapan. kenyataan, yaitu jika harapan atau
Jurnal Ilmu Manajemen

kebutuhan sama dengan layanan yang sakit selama perawatan berlangsung


diberikan maka konsumen akan merasa sampai keluar dari rumah sakit.
puas. Kepuasan konsumen merupakan 4. Waktu menunggu yaitu
perbandingan antara harapan yang berkaitan dengan waktu yang
dimiliki konsumen dengan kenyataan diperbolehkan untuk berkunjung maupun
yang diterima oleh konsumen yang untuk menjaga dari keluarga maupun
mengalami kepuasan terhadap suatu orang lain dengan memperhatikan ruang
produk atau jasa. Leebov et.al (1990) juga tunggu yang memenuhi standarstandar
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang rumah sakit antara lain: ruang tunggu
mempengaruhi kepuasan konsumen yang nyaman, tenang, fasilitas yang
adalah karakteristik produk, harga, memadai misalnya televisi, kursi, air
pelayanan, maupun orang lain yang minum dan sebagainya.
berkunjung di rumah sakit, fasilitas, 5. Fasilitas umum yang lain
image, desain visual, suasana, dan seperti kualitas pelayanan berupa
komunikasi. makanan dan minuman, privasi dan
Hal tersebut diperkuat oleh Barlow kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana
(2010) bahwa aspek-aspek yang pelayanan terhadap pemenuhan
mempengaruhi perasaan puas pada kebutuhan pasien seperti makanan dan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa minuman yang disediakan dan privasi
faktor, yaitu: ruang tunggu sebagai sarana bagi orang-
1. Sikap pendekatan staf pada orang yang berkunjung di rumah sakit.
pasien yaitu sikap staf terhadap pasien 6. Fasilitas ruang inap untuk
ketika pertama kali datang di rumah sakit. pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang
2. Kualitas perawatan yang inap ini disediakan berdasarkan
diterima oleh pasien yaitu apa saja yang permintaan pasien mengenai ruang rawat
telah dilakukan oleh pemberi layanan inap yang dikehendakinya.
kepada pasien, seberapa pelayanan Berdasarkan uraian dari beberapa
perawatan yang berkaitan dengan proses ahli tersebut di atas, maka dapat
kesembuhan penyakit yang diderita disimpulkan bahwa kepuasan pasien
pasien dan kelangsungan perawatan adalah perasaan senang, puas individu
pasien selama berada dirumah sakit. karena terpenuhinya harapan atau
3. Prosedur administrasi keinginan dalam menerima jasa
yaitu berkaitan dengan pelayanan pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien
administrasi pasien dimulai masuk rumah atau konsumen berdasarkan teori-teori

21
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

diatas tidak hanya dipengaruhi atas jasa Yogyakarta. Puskesmas Mantrijeron


yang dihasilkan oleh suatu Puskesmas dipilih sebagai lokasi penelitian karena
semata, tetapi juga dipengaruhi oleh salah satu Puskesmas yang
pelayanan yang diberikan oleh petugas menyelenggarakan kualitas pelayanan
Puskesmas baik dokter, petugas medis kesehatan berdasarkan program
dan karyawan-karyawan lainnya. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
dan berstandar ISO (International
D. Hipotesis Organization For Standardization)
Berdasarkan tinjauan pustaka yang 9001:2008 di kota Yogyakarta. Puskesmas
sudah diuraikan maka hipotesis dalam Mantrijeron telah mendapatkan berbagai
penelitian ini ada 2, yaitu: penghargaan dari pemerintah antara lain
1. Kualitas pelayanan berpengaruh Juara Citra kualitas pelayanan prima
terhadap kepuasan pasien Puskesmas. tahun 2010 , juara teladan tingkat kota
2. Fasilitas kesehatan berpengaruh tahun 2011, dan juara puskesmas terbaik
terhadap kepuasan pasien Puskesmas. tingkat Propinsi, Dokter gigi teladan, dan
Gizi teladan tahun 2008. Dengan melihat
hasil survei mutu kualitas pelayanan dan
E. Model Penelitian kinerja Puskesmas Mantrijeron yang
Untuk menguji pengaruh nilai bernilai baik pada tahun 2011, Puskesmas
pelanggan dan citra merek terhadap ini telah melakukan berbagai upaya untuk
kepercayaan atas merek digunakan model memberikan kualitas pelayanan terbaik
yang terdapat dalam Gambar 3.1 kepada masyarakat. Penetapan sistem dan
sarana prasana kesehatan terus dilakukan
Gambar 1. Model Penelitian dalam memberikan kualitas kualitas
pelayanan yang memuaskan pada
masyarakat.

B. Data dan Teknik


Pengumpulan

METODE PENELITIAN Data yang digunakan adalah data

A. Lokasi Penelitian primer yang berasal dari pengisian

Penelitian ini dilakukan di kuesioner yang dibagikan kepada setiap

Puskesmas Mantrijeron Jl. Panjaitan responden. Data ini berkaitan dengan

No.52 kecamatan Mantrijeron kota persepsi masing-masing responden


Jurnal Ilmu Manajemen

mengenai pengaruh kualitas pelayanan menjelaskan supaya ada kesamaan


dan fasilitas kesehatan terhadap kepuasan penaksiran dan tidak mempunyai arti
pasien puskesmas. yang berbeda-beda (Sekaran 2003).
Kualitas Pelayanan (X1)
C. Populasi dan Sampel Penelitian didefinisikan sebagai tingkat kesetujuan
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien terhadap kualitas pelayanan yang
semua pasien Puskesmas Mantrijeron diberikan Puskesmas.
kecamatan Mantrijeron kota Yogyakarta. Fasilitas Kesehatan (X2)
Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 150 didefinisikan sebagai tingkat kesetujuan
responden. Jumlah ini sudah memenuhi pasien terhadap fasilitas kesehatan yang
rules of thumbs yang dikemukakan oleh disediakan oleh Puskesmas.
Roscoe (dalam Sekaran 2003), bahwa Kepuasan Pasien (Y) didefinisikan
jumlah sampel yang tepat untuk sebagian tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas
besar penelitian adalah lebih dari 30 dan pelayanan yang diberikan Puskesmas dan
kurang dari 500. Metode sampling terhadap fasilitas kesehatan yang
menggunakan purposive sampling atau disediakan oleh Puskesmas.
sampel bertujuan yaitu sampel yang
memiliki tujuan untuk memahami E. Pengukuran Variabel
informasi tertentu pada sumber tertentu Pengukuran variabel dilakukan
dengan memilih responden atas menggunakan skala Likert sebagai
karakteristik relevan tertentu yang berikut:
menggambarkan dimensi-dimensi 1) Kategori Sangat Setuju : 5
(proporsi) populasi (Sekaran 2013). 2) Kategori Setuju : 4
Kriteria purposive yang peneliti ambil 3) Kategori Ragu-ragu : 3
sebagai sampel adalah pasien yang 4) Kategori Tidak setuju : 2
pernah berobat dan sedang berobat di 5) Kategori Sangat tidak Setuju : 1
Puskesmas Mantrijeron selama satu tahun
terakhir. F. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
D. Definisi Operasional Variabel Uji validitas dilakukan untuk
Definisi operasional adalah batasan mengetahui apakah suatu instrumen alat
pengertian variabel-variabel yang ukur telah menjalankan fungsi ukurnya.
digunakan dalam penelitian. Definisi Menurut Sekaran (2003) validitas
operasional diperlukan untuk menunjukkan ketepatan dan kecermatan

23
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

alat ukur dalam melakukan fungsi mengetahui tingkat kestabilan suatu alat
ukurnya. Untuk mengetahui konsistensi ukur. Pada penelitian ini, uji reliabilitas
dan akurasi data yang dikumpulkan dari dilakukan dengan menggunakan
penggunaan instrumen dilakukan uji pendekatan internal consistency reliability
validitas dengan menggunakan analisis yang menggunakan Cronbach Alpha
faktor (Confirmatory Factor untuk mengidentifikasikan seberapa baik
Analysis/CFA). Analisis faktor adalah item-item dalam kuisioner berhubungan
analisis statistik yang bertujuan untuk antara satu dengan yang lainnya. Sebuah
mereduksi dimensi data dengan cara faktor dinyatakan reliabel/handal jika
menyatakan variabel asal sebagai koefisien Alpha lebih besar dari 0,6
kombinasi linear sejumlah faktor, (Sekaran 2003).
sedemikian hingga sejumlah faktor
tersebut mampu menjelaskan sebesar HASIL DAN PEMBAHASAN
mungkin keragaman data yang dijelaskan A. Uji Instrumen Penelitian
oleh variabel asal. Sedangkan Sebelum melakukan analisis data,
Confirmatory adalah mengkonfirmasi data penelitian terlebih dahulu dilakukan
kesesuaian faktor. Sebagai alat bantu uji validitas dan reliabilitas data
analisis tersebut digunakan program penelitian. Uji validitas dalam penelitian
statistik SPSS for windows. Dalam uji ini menggunakan metode analisa faktor
validitas data seringkali digunakan (Confirmatory Factor Analysis) sedangkan
analisis faktor dengan tujuan mengetahui uji reliabilitas menggunakan cronbach
faktor loading suatu item pertanyaan alpha dengan alat bantu statistik SPSS.

2. Uji Reliabilitas. 1. Uji Validitas


Pengujian reliabilitas adalah Uji validitas dilakukan untuk
berkaitan dengan masalah adanya mengetahui apakah suatu instrumen alat
kepercayaan terhadap instrumen. Suatu ukur telah menjalankan fungsi ukurnya.
instrumen dapat memiliki tingkat Untuk mendapatkan koefisien validitas
kepercayaan yang tinggi (konsisten) jika dilakukan dengan mengkorelasikan skor
hasil dari pengujian instrumen tersebut item total dari masing-masing atribut.
menunjukkan hasil yang tetap. Dengan Rumus yang digunakan dalam pengujian
demikian, masalah reliabilitas instrumen ini adalah CFA (Confirmatory Factor
berhubungan dengan masalah ketepatan Analysis). Adapun hasil uji validitas yang
hasil. Uji reliabilitas dilakukan untuk telah dilakukan ditunjukan dalam tabel 3.
Jurnal Ilmu Manajemen

Berdasarkan hasil uji validitas yang 2. Uji Reliabilitas


dilakukan terhadap butir-butir Tabel 4. Uji Reliabilitas Data
pertanyaan dari ketiga variabel penelitian Variabel Cronbach Kriteria Hasil Keterangan
alpha Nunnaly Pengujian
Kualitas 0.893 0.60 Cronbach Reliabel
tersebut secara keseluruhan butir pelayanan (X1) Alpha > 0.60
Fasilitas 0.854 0.60 Cronbach Reliabel
pertanyaan adalah valid karena memiliki Kesehatan(X2) Alpha > 0.60
Kepuasan 0.853 0.60 Cronbach Reliabel
faktor loading > 0,4 seperti yang Pasien (Y) Alpha > 0.60

disyaratkan masing-masing faktor loading


Sumber: Data Primer, 2014
di satu faktor, mengumpul menjadi satu
tempat. Kualitas pelayanan terkumpul
Pengujian reliabilitas adalah
menjadi satu di faktor 2, fasilitas
berkaitan dengan masalah adanya
kesehatan terkumpul menjadi satu di
kepercayaan terhadap instrumen. Suatu
faktor 3, kepuasan pasien terkumpul
instrumen dapat memiliki tingkat
menjadi satu di faktor 1.
kepercayaan yang tinggi jika hasil dari
pengujian instrumen tersebut
Tabel 3. Rotated Component
menunjukkan hasil yang tetap. Dengan
Matrixa
demikian, masalah reliabilitas instrumen
Component
1 2 3 berhubungan dengan masalah ketepatan
TP1 .214 .816 .133 hasil. Analisis reliabilitas penelitian ini
TP2 .211 .833 .139
TP3 .194 .746 .290 menggunakan Cronbach Alpha untuk
TP4 .112 .741 .382 mengidentifikasikan seberapa baik item-
TP5 .210 .748 .302
FK1 .239 .273 .749 item dalam kuisioner berhubungan antara
FK2 .262 .250 .735
satu dengan yang lainnya. Berdasarkan uji
FK3 .176 .176 .669
FK4 .278 .279 .644 reliabilitas menggunakan Cronbach
FK5 .278 .192 .792
Alpha, semua variabel yang dikumpulkan
KP1 .623 .235 .296
KP2 .710 .194 .269 melalui instrumen penelitian adalah
KP3 .668 .222 .271
KP4 .768 .103 .168
reliabel/handal karena Alpha lebih besar
KP5 .728 .106 .189 dari 0,6.
KP6 .694 .180 .207
KP7 .616 .119 .077
B. Analisis data
Sumber: Data Primer Diolah 2014 Penelitian ini berdasarkan teori
pendekatan kualitas pelayanan yang
banyak dijadikan acuan dalam penelitian
pemasaran yaitu model Service Quality

25
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

(servqual) yang menyatakan bahwa lebih besar pengaruhnya dibandingkan


kualitas pelayanan mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap kepuasan
kepuasan. Selain teori kualitas pelayanan pasien Puskesmas.
di atas , fasilitas atau sarana prasarana Hipotesis 1 menguji pengaruh
adalah merupakan salah satu faktor kualitas pelayanan terhadap kepuasan
memudahkan dan melancarkan pasien Puskesmas. Hipotesis 1
pelaksanaan suatu usaha. Brown (1991) menyatakan bahwa kualitas pelayanan
menyatakan bahwa fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap kepuasan pasien
mempengaruhi kepuasan Puskesmas. Hasil regresi menunjukkan
konsumen/pasien. bahwa kualitas pelayanan berpengaruh
terhadap kepuasan pasien, sehingga
TABEL 5. Regresi hipotesis 1 didukung.
Unstandardized Standardized Hipotesis 2 menguji pengaruh
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig. fasilitas kesehatan terhadap kepuasan
1 (Constant) 6.487 2.029 3.196 .002
TP .239 .092 .210 2.602 .010 pasien Puskesmas. Hipotesis 2
FK .751 .128 .475 5.879 .000
menyatakan bahwa fasilitas kesehatan
a.Dependent Variable: KP berpengaruh terhadap kepuasan pasien
Puskesmas. Hasil regresi menunjukkan
Dengan alat uji Regresi Linear bahwa fasilitas kesehatan berpengaruh
Berganda menggunakan SPSS maka di terhadap kepuasan pasien, sehingga
Tabel 5 didapatkan hasil bahwa kualitas hipotesis 2 didukung.
pelayanan dan fasilitas kesehatan
(variabel independen) berpengaruh SIMPULAN
terhadap kepuasan pasien (variabel Berdasarkan analisis data diperoleh
dependen). Hal ini didukung dari hasil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini
olah regresi yang menunjukkan bahwa baik hipotesis 1 maupun hipotesis 2
nilai signifikan variabel kualitas didukung. Terdapat pengaruh positif
pelayanan sebesar 0,010 dan variabel yang signifikan kualitas pelayanan dan
fasilitas kesehatan 0,000 yang sesuai fasilitas kesehatan terhadap kepuasan
syarat signifikan secara statistik < 0,050. pasien puskesmas. Hal ini berarti
Dengan melihat hasil beta untuk kualitas semakin tinggi kualitas pelayanan dan
pelayanan sebesar 0,210 dan fasilitas fasilitas kesehatan yang diberikan oleh
kesehatan sebesar 0,475 dapat pihak puskesmas maka akan semakin
disimpulkan bahwa fasilitas kesehatan tinggi kepuasan para pasien yang berobat
Jurnal Ilmu Manajemen

ke puskesmas. Hasil penelitian memungkinkan hasil penelitian untuk


menunjukkan bahwa kualitas pelayanan digeneralisasikan. Maka supaya hasil
dan fasilitas kesehatan berpengaruh penelitian dapat digeneralisasikan maka
terhadap kepuasan pasien. Nilai R Square untuk penelitian selanjutnya disarankan
sebesar 0,391 menunjukkan kedua faktor pengambilan sampel menggunakan
kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan menggunakan simple random sampling.
memberi pengaruh sebesar 39,1%
sedangkan sisanya 60,9% dipengaruhi DAFTAR PUSTAKA
oleh faktor-faktor lain. Ini berarti variabel
independen bisa menjelaskan variabel Anief, Moh. (2008). Manajemen Farmasi.
dependen hanya sebesar 39,1%, Edisi kelima. Yogyakarta : Gajah
sedangkan 60,9% dijelaskan oleh faktor- Mada University Press.
faktor lain. Kemungkinan faktor-faktor Azwar, Azrul. (1996). Menuju Pelayanan
lain ini adalah : lokasi yang dekat dan Kesehatan Yang Lebih Bermutu.
mudah terjangkau, biaya berobat yang Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter
murah, keberadaan dokter/bidan, Indonesia.
kecocokan dengan bidan dan obat Barlow, Janelle (2010). Branded Customer
Puskesmas, kualitas produk, mutu Service: The New Competitive Edge.
pelayanan keperawatan, persepsi pasien, ReadHowYouWant.com
ketrampilan perawat, komunikasi, sikap, Bawono, Anton. (2006). Multivariate
ataupun harga, dan faktor emosional. Analysis Dengan SPSS. Cetakan
Saran untuk penelitian mendatang Pertama.STAIN Salatiga Press.
dapat memasukkan faktor-faktor kualitas Brown, Stephen Walter. 1991. Service
produk, mutu pelayanan keperawatan, Quality: Multidisciplinary and
persepsi pasien, ketrampilan perawat, Multinational Perspectives.
komunikasi, sikap, harga, service quality, Lexington Books.
emotional factor, lokasi yang dekat dan Cronin, J. Joseph, Jr. & Taylor, Steven A.
mudah terjangkau, biaya berobat yang Josepth Cronin, Jr. & Steven A.
murah, keberadaan dokter/bidan, Tailor (1992). Measuring Service
kecocokan dengan bidan dan obat Quality: A Reexamination and
Puskesmas sebagai prediktor bagi Extension. Journal of Marketing.
kepuasan pasien. Vol. 56, No. 3 (Jul.,1992), pp. 55-68
Penggunaan metode purposive Gronroose, Christian. 2007. Service
sampling dalam penelitian ini tidak Management and Marketing:

27
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

Customer Management In Service Lovelock, Christopher H. 1991. Services


Competition. 3rd Edition. Wiley. Marketing. Prentice Hall.
Heizer, Jay H. and Render, Barry. (2001). Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan
Principles Of Operations Masyarakat Ilmu dan Seni Edisi
Management. Prentice Hall. Revisi. Jakarta: Penerbit PT Rineka
Hill, Nigel., Roche, Greg. And Allen Cipta.
Rachel. 2007. Customer Satisfaction: Parasuraman, A & Zeithaml, Valarie A.
The Customer Experience Through (2004). Service Quality. Marketing
The Customer’s Eyes. The Science Institute.
Leadership Factor. Press, Irwin. 2002. Patient Satisfaction:
Hodgetts, RM., and Cascio, DM. 1983. Defining, Measuring, and
Modern Health Care Management. Improving the Experience of Care.
New York. Academic Press, Inc. Health Administration Press.
Hurriyati, Ratih. (2005). Bauran Schneider, Benjamin & White, Susan S.
Pemasaran dan Loyalitas. Bandung : 2004. Service Quality: Research
Alfabeta. Perspective. SAGE Publications.
Indriantoro Dan Supomo. (1999). Sekaran, U. 2003. Research methods for
Metodologi Penelitian Bisnis. business: A skill building approach.
Yogyakarta: Penerbit BPFE. 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Kotler, Philip. (2004). Marketing Insights Supranto. (2001). Pengukuran Tingkat
From A to Z (Edisi I terjemahan Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PT
Indonesia). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Erlangga. Tjiptono, Fandy. (1997). Strategi
Krowinski, William J. And Steiber, Steven Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan
R. 1996. Measuring And Managing Pertama. Yogyakarta: Penerbit Andi
Patient Satisfaction. Jossey Bass Offset.
Leebov, Wendy,. Vergare, Michael,. And Wijono, Djoko. (1999). Manajemen Mutu
Scott, Gail. 1990. Patient Satisfaction: Pelayanan Kesehatan Teori Strategi
A Guide To Practice Enhancement. dan Aplikasi. Surabaya : Airlangga
Practice Management Information. University Press.
Levey, Samuel., Loomba, Narendra Paul, Winston, William. And Sommers, Paul A.
and Brown, Robert E. (1984). Health (1999). Consumer Satisfaction in
Care Administration: A Managerial Medical Practice. 1st Edition.
Percpective. Lippincott. Routledge.
Jurnal Ilmu Manajemen

Zeithaml, Valarie., Bitner, Mary Jo, and http://Www.Dinkes-Diy.Org,. Kesehatan


Gremler, Dwayne. (2006). Services Daerah Istimewa Yogyakarta
Marketing. McGraw-Hill 2010.com Diakses 3 Maret 2014.
Companies, Incorporated. http://Www.Dinkes-Diy.Org,. Kesehatan
Zeithaml, Valarie., Parasuraman, A., and Daerah Istimewa Yogyakarta
Berry, Leonard L. 1990. Delivering 2012.com Diakses 5 Maret 2014.
Quality Service: Balancing Customer http://Www.Dinkes-Diy.Org,. Kesehatan
Perceptions and Expectations. Daerah Istimewa Yogyakarta
Simon and Schuster. 2005.com Diakses 5 Maret 2014.
http://Www. Puskesmas di Banda Aceh
Diharapkan Raih ISO. Harian
Analisa.htm (Analisa/iranda
novandi) Terbit Kamis, 07 Feb 2013
Diakses 5 Maret 2014
http://www. Analisis Kepuasan Pasien
terhadap Pelayanan pada
Puskesmas Sungai Durian,
Kab.Kubu Raya ( Khusnawati, 2010)
Diakses 3 Maret 2014
http://www. ISO 9001 : 2008 ( Sistem
Manajemen Mutu ) berita oleh
Herubudiana Diakses 12 Maret 2014
http://www. Profil Puskesmas
Mantrijeron ( Dinas Kesehatan
Yogyakarta ) Diakses 12 Maret 2014
http://digg.com/d38MASV. Manajemen
sistem ISO 9001 : 2008. Diakses 12
Maret 2014
http://Www. Andreas Tri
Pamungkas/JIBI/Harian Jogja Edisi
Selasa, 26 Juni 2012 Diakses 5
Maret 2014.

29
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

ANALISIS SIKAP PENILAIAN PASIEN TENTANG JASA PELAYANAN


KESEHATAN
Andri Purnamawati, S.E., M.M.
Akademi Manajemen Administrasi “Dharmala”

ABSTRACT
The study, entitled "Analysis of Patients About Attitude Assessment in Health Care Services
Medical Center Health Care and Rehabilitation Center (PPKR) BSMI Prambanan Klaten" which
aims to determine how attitudes outpatient assessment of health services provided by the Center for
Health Services and Medical Center Rehabilitation (PPKR) BSMI Prambanan Klaten that includes,
facilities, workforce and location.
In this study, researchers used a test tool attidude towar object or model of Fishbein attitude
to answer the hypothesis. The hypothesis that the attitude of the patient assessment of health care
services that includes, facilities, workforce and location in the Medical Center Health Care and
Rehabilitation Center (PPKR) BSMI Prambanan Klaten is positive, it is true and acceptable. Because
after tested the hypothesis is proven, based on the patient's attitude about the assessment interval
services Polyclinics Health Care and Rehabilitation Center (PPKR) BSMI Prambanan Klaten
covering factors, facilities, workforce and location of 64.44 and enter the positive interval is 54.78 <x
<67.66, mean attitude positive patient assessment of services provided Polyclinics Health Care and
Rehabilitation Center (PPKR) BSMI Prambanan Klaten.
Keywords: Attitudes Assessment Patients and Health Care Services (Services, Labor, Facilities and
Location)

PENDAHULUAN apotek, balai pengobatan atau klinik,


Dalam rangka mewujudkan serta fasilitas kesehatan lainnya yang
pelayanan kesehatan yang optimal bagi menawarkan jasa pelayanan kesehatan
masyarakat, sudah tentu diperlukan suatu baik dari pihak pemerintah maupun dari
pelayanan yang bersifat terpadu dan pihak swasta.
profesional dari para profesi penyedia jasa Istilah perilaku erat hubungannya
pelayanan kesehatan. Seperti yang kita dengan obyek studi yang diarahkan pada
ketahui, saat ini persaingan pelayanan masalah manusia. Dibidang studi
kesehatan semakin meningkat, hal ini pemasaran, konsep perilaku konsumen
dapat kita lihat dari banyak munculnya secara terus–menerus dikembangkan
fasilitas kesehatan mulai dari rumah sakit, dengan berbagai pendekatan. Perilaku
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

konsumen adalah tindakan langsung yang terpadu, profesional, serta mengetahui


terlibat dalam mendapatkan, apa yang menjadi kebutuhan dan
menghabiskan, mengkonsumsi, dan keinginan masyarakat. Untuk itu
menghabiskan produk atau jasa, temasuk penyedia jasa pelayanan kesehatan,
keputusan yang mendahului dan dituntut untuk dapat menerapkan
menyusul tindakan. manajemen kualitas dalam pelayanan,
Untuk memahami konsumen dan sehingga kepuasan pasien atas pelayanan
mengembangkan startegi pemasaran yang jasa yang diberikan, dapat menciptakan
tepat kita harus memahami apa yang persepsi atau image yang baik bagi
mereka pikirkan (kognisi) dan yang institusi pelayanan kesehatan tersebut.
mereka rasakan (pengaruh), apa yang Untuk memenangkan persaingan
mereka lakukan (perilaku) dan apa serta penyedia jasa pelayanan kesehatan harus
dimana (kejadian di sekitar) yang mampu memberikan kepuasan kepada
mempengaruhi serta dipengaruhi oleh konsumen atau pasien, misalnya dengan
apa yang dipikirkan, dirasa dan dilakukan memberikan kualitas pelayanan yang
oleh konsumen (Nugroho, 2010: 03). baik, biaya yang sepadan, dan pelayanan
Adanya hubungan yang erat antara yang lebih baik dari penyedia jasa
sikap dan perilaku konsumen, inilah yang pelayanan kesehatan lainya.
menjadikan sikap dipandang penting. Kualitas pelayanan dan kepuasan
Berbagai upaya dilakukan oleh pemasar pelanggan menjadi indikator keberhasilan
untuk mengembangkan sikap positif, baik penyelenggaraan jasa pelayanan
terhadap merk, produk, maupun kesehatan. Oleh sebab itu tercapainya
terhadap perusahaan. Berbagai program mutu pelayanan kesehatan dan kepuasan
komunikasi pemasaran didesain konsumen yang baik memerlukan upaya
semenarik mungkin untuk yang sungguh-sungguh dari
mengembangkan sikap positif serta penyelenggaraan jasa pelayanan
mengubah sikap yang netral maupun kesehatan.
negatif ke arah sikap positif (Suryani, Kualitas pelayanan yang baik tidak
2012:160). cukup hanya dicapai saja, tetapi juga
Untuk dapat menghadapi segala harus tetap dipelihara dan dipertahankan
bentuk persaingan di masa yang akan (quality assurance) mengingat adanya
datang, penyedia pelayanan kesehatan pergeseran kebutuhan, harapan dan
dituntut untuk dapat memberikan keinginan dari pelanggan maupun dari
pelayanan kesehatan yang bersifat berbagai pihak-pihak yang

31
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

berkepentingan dengan kesehatan. Oleh kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu
karena itu pelayanan kesehatan, definisi yang baik dan singkat dari
seharusnya merupakan suatu kegiatan pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan
yang berkelanjutan atau dapat dilakukan dengan cara yang menguntungkan”.
secara terus menerus, yang senantiasa American Marketing Association (AMA)
akan meningkatkan kualitas pelayanan menawarkan definisi formal berikut :
dan dapat memberikan masukan dan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi
solusi terhadap masalah-masalah dan serangkaian proses untuk
pelayanan dengan instansi yang terkait. menciptakan, mengkomunikasikan, dan
Klinik pratama adalah klinik yang memberikan nilai kepada pelanggan dan
menyelenggarakan pelayanan medik untuk mengelola hubungan pelanggan
dasar. Sedangkan Klinik utama adalah dengan cara yang menguntungkan
klinik yang menyelenggarakan pelayanan organisasi dan pemangku
medik spesialistik atau pelayanan medik kepentingannya.
dasar dan spesialistik. Sifat pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan bisa B. Konsep Pemasaran
berupa rawat jalan, one day care, rawat 1. Pengertian Konsep Pemasaran
inap dan atau home care. Perusahaan yang sudah mulai
Untuk itu klinik sebagai salah satu mengenal bahwa pemasaran merupakan
penyediajasa pelayanan kesehatan faktor penting untuk mencapai sukses
masayarakat harus mampu meningkatkan usahanya, akan mengetahui adanya cara
kualitasnya, baik dari segi pelayanan, dan falsafah baru disebut konsep
tenaga kerja yang handal, lokasi yang pemasaran (marketing concept). Sebagai
strategis, serta fasilitas pendukung agar falsafah bisnis, konsep pemasaran
mampu memberikan kepuasan kepada bertujuan memberikan kepuasan terhadap
para konsumennya, karena ada keinginan dan kebutuhan konsumen atau
kecenderungan dari sikap masyarakat berorientasi pada konsumen (consumer
untuk menentukan alternatif dalam oriented). Jadi secara defisit dapatlah
memilih penyedia jasa kesehatan lainnya. dikatakan bahwa konsep pemasaran
adalah sebuah falsafah bisnis yang
LANDASAN TEORI menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
A. Pengertian Pemasaran konsumen merupakan syarat ekonomi
Inti dari pemasaran (marketing) dan sosial bagi kelangsungan hidup
adalah mengidentifikasi dan memenuhi perusahaan (Swastha Basu, 2012 : 6). Tiga
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

unsur pokok pemasaran (Swastha Basu,


2012 : 6-8). 2. Orientasi Pemasaran pelayanan
a. Orientasi Pada Konsumen Kesehatan
Perusahaan yang benar-benar Pemasar dalam organisasi pelayanan
ingin memperhatikan konsep harus : kesehatan perlu memahami dan
1) Menentukan kebutuhan pokok ( membandingkan orientasi-orientasi
basic needs) dari pembelian yang pemasaran dibawah ini ketika ingin
dilayani dan di penuhi. melakukan kegiatan pemasaran ( Irene,
2) Menentukan kelompok pembeli 2010:9-11), yaitu :
yang dijadikan sasaran penjualan. a. Orientasi Produksi
3) Menentukan produk dan program Suatu orientasi produksi pelayanan
pemasarannya. kesehatan bahwa tugas utama suatu
4) Mengadakan penelitian pada organisasi adalah mengejar efisiensi
konsumen, untuk mengukur, dalam produksi dan distribusi.
menilai, dan menafsirkan keinginan b. Orientasi Produk
sikap serta perilaku mereka. Suatu orientasi produk
5) Menentukan dan melaksanakan mempertahankan bahwa tugas utama
strategi yang paling baik. suatu organisasi adalah
b. Penyusunan Kegiatan Pemasaran menyampaikan produk yang
Secara Integral (Integrated Marketing). menurutnya mungkin akan baik bagi
Pengintegrasian kegiatan pasar tersebut.
pemasaran berarti setiap orang dan c. Orientasi Penjualan
setiap bagian dalam perusahaan turut Suatu orientasi penjualan
berkecimpung dalam satu usaha yang memberlakukan bahwa tugas utama
terkoordinir untuk memberikan suatu organisasi adalah merangsang
kepuasan konsumen, sehingga tujuan minat konsumen potensial pada
perusahaan dapat direalisir. produk-produk dan jasa-jasa yang
c. Kepuasan konsumen (Consumer dimiliki organisasi itu.
Satisfaction) d. Orintasi Pemasaran
Faktor yang menentukan apakah Suatu orientasi pemasaran
perusahaan dalam jangka panjang memberlakukan bahwa tugas utama
akan mendapatkan laba, ialah banyak suatu organisasi salah menentukan
sedikitnya kepuasan konsumen yang kebutuhan dan keinginan dari pasar
dapat terpenuhi. target dan memuaskan mereka

33
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

melalui desain, komunikasi, persaratan pokok (Azwar, 2010;45-46).


penentuan harga dan penyampaian Syarat pokok yang dimaksud adalah :
yang tepat dan secara kompetitif dari a. Tersedia dan berkesinambungan
produk-produk dan jasa-jasa layanan b. Dapat diterima dan wajar
menjadi baik. c. Mudah dicapai
e. Orintasi Pemasaran Sosial d. Mudah Dijangkau
Suatu orintasi pemasaran sosial e. Bermutu
memberlakukan bahwa tugas
organisasi adalah menentukan D. Perilaku Konsumen
berbagai kebutuhan, keinginan dan Perilaku konsumen atau (consumer
kepentingan pasar target dan behavior) didefinisikan sebagai kegiatan-
menyesuaikan orientasi pada kegiatan individu yang secara langsung
penyampaian pemuas-pemuas terlibat dalam mendapatkan dan
menjaga dan mempertinggi mempergunakan barang-barang dan jasa-
kesejahtraan konsumen dan jasa, termasuk di dalamnya proses
masyarakat. pengambilan keputusan pada persiapan
dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut
C. Pelayanan Kesehatan (Swastha Basu, 2012:10).
Pelayanan kesehatan menurut Levey Keputusan pembelian dari pembeli
dan Loomba dalam (Azwar, 2010:42) sangat dipengaruhi oleh faktor
dalam bukunya pengantar administrasi kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi
kesehatan, pelayanan kesehatan adalah dari konsumen. Sebagian besar adalah
setiap upaya yang akan meningkatkan faktor-faktor yang tidak dapat
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan dikendalikan oleh pemasar. Faktor-faktor
penyakit serta memulihkan kesehatan yang berpengaruh pada perilaku
perseorangan, keluarga, kelompok dan konsumen (Irine, 2010:86-96) :
masyarakat. Pelayanan kesehatan dibagi a. Faktor Budaya
menjadi dua yaitu pelayanan kedokteran 1) Budaya
dan pelayanan kesehatan masyarakat. Budaya merupakan penentu
Sekalipun pelayanan kedokteran perilaku yang paling mendasar.
berbeda dengan pelayanan kesehatan Misalnya anak-anak mendapatkan
masyarakat, namun untuk dapat disebut kumpulan nilai, persepsi
sebagai pelayanan kesehatan yang baik, preferensi dan perilaku dari
keduanya harus memiliki berbagai
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

keluarganya serta lembaga- memberikan arah dalam hal


lembaga penting lainnya. tuntutan agama, politik, ekonomi
2) Sub-budaya dan harga diri.
Masing-masing budaya 3) Peran dan status
terdiri dari sub-budaya yang lebih Posisi seseorang dalam
kecil yang memberikan lebih kelompok dapat ditentukan dari
banyak ciri-ciri dan sosialisasi segi peran dan status. Tiap peran
khusus bagi anggota-anggotanya. membawa peran yang
3) Kelas sosial mencerminkan penghargaan
Kelas sosial adalah umum oleh keluarga.
pembagian masyarakat yang c. Faktor Pribadi
relatif homogen dan permanen 1) Usia dan tahap siklus hidup
yang tersusun secara hirarkis dan Orang membeli barang dan
anggotanya yang menganut nilai- jasa berbeda sepanjang hidupnya.
nilai, minat dan perilaku yang Mereka makan makanan bayi
serupa. selama tahun-tahun awal
b. Faktor Sosial hidupnya, banyak ragam makanan
1) Kelompok acuan selama tahun pertumbuhan dan
Perilaku seseorang kedewasaan, serta diet khusus
dipengaruhi oleh banyak selama tahun berikutnya. Selera
kelompok kecil. Ada yang disebut orang terhadap pakaian, perabot
kelompok primer yaitu dimana dan rekreasi juga berhubungan
anggotanya berinteraksi secara dengan usia. Konsumsi juga
tidak formal (keluarga, teman dan dibentuk oleh siklus hidup
sebagainya). Dan kelompok keluarga.
sekunder yaitu dimana seseorang 2) Pekerjaan dan lingkungan
berinteraksi secara formal tetapi ekonomi
tidak reguler (organisasi). Pekerjaan seseorang juga
2) Keluarga mempengaruhi pola konsumsinya.
Anggota keluarga pembeli Dengan demikian pasar dapat
dapat memberikan pengaruh yang mengidentifikasi kelompok yang
kuat terhadap perilaku pembeli. berhubungan dengan jabatan yang
Keluarga orientasi adalah keluarga mempunyai minat di atas rata-
yang terdiri dari orang tua yang rata.

35
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

3) Gaya hidup suatu gambaran yang berarti


Gaya hidup adalah pola mengenai dunia.
hidup seseorang di dunia yang 3) Pembelajaran
diekspresikan dalam aktivitas, Pembelajaran meliputi
minat dan opininya. Gaya hidup perubahan perilaku seseorang
mengambarkan keseluruhan diri yang timbul dari pengalaman.
seseorang yang berinteraksi Sebagian besar perilaku manusia
dengan lingkungannya. adalah hasil proses belajar.
4) Kepribadian 4) Keyakinan dan sikap
Tiap orang mempunyai Melalui tindakan dan proses
kepribadian yang khas dan ini belajar orang akan mendapatkan
akan mempengaruhi perilaku keyakinan dan sikap yang
pembelinya. Kepribadian sangat kemudian memepengaruhi
bermanfaat untuk menganalisis perilaku pembeli. Kepercayaan
perilaku konsumen bagi beberapa dapat berupa penegetahuan
pilihan produk atau merk. pengetahuan, pendapat atau
d. Faktor Psikologis sekedar percaya.
1) Motivasi
Kebanyakan dari kebutuhan- E. Pelayanan
kebutuhan yang ada tidak cukup Suatu jasa pelayanan atau
kuat untuk memotivasi seseorang service adalah setiap kegiatan atau
untuk bertindak pada seseorang keuntungan yang dapat ditawarkan oleh
untuk bertindak pada suatu saat suatu pihak ke pihak lain yang secara
tertentu. Suatu kebutuhan akan essential tidak nampak (intangible) atau
berubah menjadi motif apabila tidak menimbulkan kepemilikan
kebutuhan yang cukup menekan sesuatupun (Irine, 2010: 46-47). Sifat
seseorang untuk mengejar layanan yaitu :
kepuasan. a. Sifat tidak nampak (intangible)
2) Persepsi Layanan mempunyai sifat
Persepsi yaitu proses tidak nampak, tidak dapat dilihat,
individu memilih, merumuskan dirasakan, diraba, didengar,
dan menafsirkan masukan dicium, sebelum diproduksi.
informasi untuk menciptakan b. Sifat tidak dapat dipisahkan
(inseparability)
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Suatu layanan tidak dapat (PPKR) BSMI Prambanan Klaten dengan


dipisahkan dari sumber yang memberi jumlah 175 pasien /minggu.
pelayanan. b. Sampel Penelitian
c. Sifat tidak tahan lama (perisbability) Sampel adalah bagian dari jumlah
Suatu Layanan tidak dapat dan karakteristik yang dimiliki oleh
disimpan. Apakah suatu populasi. Bila populasi besar dan peneliti
perusahaan jasa berkuaitas, biasa- tidak mungkin mempelajari semua yang
biasa saja atau cukup atau tidak ada pada populasi, misalnya karena
bermutu tergantung pada keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka
penilaian pelanggan. peneliti dapat menggunakan dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari
METODE PENELITIAN sampel, kesimpulannya akan dapat
A. Obyek Penelitian diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
Penelitian ini dilakukan di Balai sampel yang diambil dari populasi harus
Pengobatan PPKR BSMI jalan Stasiun betul-betul representatif (mewakili)
Prambanan No 5 Kecamatan Prambanan (Sugiyono, 2011:81).
Klaten. Yang menjadi obyek penelitian ini Adapun sampelnya adalah pasien
adalah pasien rawat jalan yang rawat jalan yang menggunakan jasa
menggunakan jasa pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan
di Balai Pengobatan PPKR BSMI Pusat Pelayanan Kesehatan Dan
Prambanan Klaten. Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan
B. Populasi dan Sampel Klaten.
a. Populasi Dalam penelitian ini diberlakukan
Populasi adalah wilayah tingkat kesalahan sebesar 10% dengan
generalisasi yang terdiri atas: obyek atau catatan sampel tersebut harus
subyek yang mempunyai kualitas dan representatif atau mewakili populasi.
karakteristik tertentu yang di tetapkan Berdasarkan pertimbangan tersebut,
oleh peneliti untuk dipelajari dan untuk menentukan jumlah sampel yang
kemudian ditarik kesimpulannya akan diteliti dengan menggunakan rumus
(Sugiyono, 2011:80). Populasi dalam formula solvin.
penelitian ini adalah seluruh pasien rawat
jalan yang menggunakan jasa pelayanan C. Metode Pengumpulan Data
kesehatan di Balai Pengobatan Pusat Dalam penelitian ini, metode
Pelayanan Kesehatan Dan Rehabilitasi pengumpulan data yang digunakan

37
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

adalah studi lapangan. Studi lapangan 3) Observasi


merupakan suatu pengumpulan data Observasi sebagai teknik
secara langsung terhadap obyek pengumpulan data mempuyai ciri
penelitian dengan cara : yang spesifik bila dibandingkan
a. Data Primer dengan teknik yang lain, yaitu
Data primer adalah data yang diperoleh wawancara dan kuesioner. Teknik
langsung dari subjek penelitian dengan pengumpulan data dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat observasi digunakan bila, penelitian
pengambilan data langsung pada subyek berkenaan dengan perilaku
sebagai sumber informasi yang manusia, proses kerja, gejala-gejala
dicari(Azwar, 2007:91). alam dan bila responden yang
1) Interview (wawancara) diamati tidak terlalu besar
Wawancara digunakan sebagai (Sugiyono, 2011:145).
teknik pengumpulan data apabila b. Data Sekunder
peneliti ingin melakukan studi Data sekunder merupakan sumber
pendahuluan untuk menemukan data penelitian yang diperoleh peneliti
permasalahan yang harus diteliti, secara tidak langsung melalui media
dan juga apabila peneliti ingin perantara (di peroleh dan di catat oleh
mengetahui hal-hal dari responden pihak lain). Data sekunder umumnya
yang lebih mendalam dan jumlah berupa bukti, catatan atau laporan
respondennya sedikit atau kecil historis yang telah tersusun dalam
(Sugiyono, 2011:137). arsip (data dokumenter) yang
2) Kuesioner (angket) dipublikasikan dan yang tidak
Kuesioner merupakan teknik dipublikasikan (Indriarto dan
pengumpulan data yang dilakukan Supomo,2002:147). Sumber data
dengan cara memberi seperangkat sekunder dalam penelitian ini adalah :
pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Studi Kepustakaan
Kuesioner merupakan teknik Studi kepustakaan dilakukan
pengumpulan data yang efisien bila dengan mengumpulkan data dengan cara
peneliti tahu dengan pasti apa mempelajari, membahas atau menganalisa
variabel yang akan diukur dan tahu suatu masalah yang terdapat di buku-
apa yang diharapkan responden buku karya ilmiah yang berkaitan dengan
(Sugiyono, 2011:142). masalah yang diteliti.
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

berusia 31-40 tahun yang masing-masing


HASIL DAN PEMBAHASAN berjumlah 6 orang atau sebesar 9.4%.
A. Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan terakhir,
Berdasarkan jenis kelamin, Dari 64 dari 64 responden yang diteliti, diketahui
responden yang diteliti, diketahui terdapat 5 orang atau sebesar 7.8%
terdapat 22 orang atau sebesar 34.4% responden berpendidikan SD, 9 orang
responden berjenis kelamin pria dan 42 atau sebesar 14.1% responden
orang atau sebesar 65.6% responden berpendidikan SLTP, 31 orang atau
berjenis kelamin wanita. Jadi, mayoritas sebesar 48.4% responden berpendidikan
pasien Balai Pengobatan dan Pusat SLTA, 8 orang atau sebesar 12.5%
Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan responden berpendidikan Diploma, 10
Klaten yang menjadi responden orang atau sebesar 15.6% responden
berdasarkan jenis kelamin sebanyak 42 berpendidikan Strata 1 (S-1) dan 1 orang
orang atau sebesar 65.6% adalah berjenis atau sebesar 1.6% responden
kelamin wanita. berpendidikan Strata 2 (S-2). Jadi, dapat
Berdasarkan usia, dari 64 disimpulkan bahwa pasien Balai
responden yang diteliti, diketahui Pengobatan dan Pusat Rehabilitasi (PPKR)
terdapat 6 orang atau sebesar 9.4% BSMI Prambanan Klaten yang menjadi
responden berusia kurang dari 20 tahun, responden berdasarkan pendidikan
20 orang atau sebesar 31.3% responden terakhir, responden terbanyak memiliki
berusia 21-30 tahun, 19 orang atau sebesar pendidikan terakhir SLTA dengan jumlah
29.7% responden berusia 31-40 tahun, 6 31 orang atau sebesar 48.4% dan
orang atau sebesar 9.4% responden responden terendah memiliki pendidikan
berusia 41-50 tahun, dan 13 orang atau Strata 2 (S2) dengan jumlah 1 orang atau
sebesar 20.3% responden berusia > 50 sebesar 1.6%.
tahun. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan pekerjaan, dari 64
responden pasien Balai Pengobatan dan responden yang diteliti, diketahui
Pusat Rehabilitasi (PPKR) BSMI terdapat 3 orang atau sebesar 4.7%
Prambanan Klaten berdasarkan usia, responden bekerja sebagai PNS, 14 orang
responden terbanyak pada usia antara 21- atau sebesar 21.9% responden bekerja
30 tahun dengan jumlah 20 orang atau sebagai pegawai swasta, responden yang
sebesar 31.3%, dan responden terendah bekerja sebagai TNI/Polisi tidak ada atau
terdapat pada responden yang berusia sebesar 0%, 20 orang atau sebesar 31.3%
kurang dari 20 tahun dan responden yang responden bekerja sebagai wiraswasta, 4

39
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

orang atau sebesar 6.3% responden 500.000 perbulan dengan jumlah 24 orang
merupakan pelajar/mahasiswa, 5 orang atau sebesar 37.5%, dan responden
atau sebesar 7.8% responden merupakan terendah memiliki pendapatan Rp
pensiunan dan 18 orang atau sebesar 1.100.000-1.500.000 perbulan sebanyak 4
28.1% tidak bekerja. Jadi, dapat orang atau sebesar 6.3%.
disimpulkan bahwa pasien Balai
Pengobatan dan Pusat Rehabilitasi (PPKR) A. Uji Hipotesis
BSMI Prambanan Klaten yang menjadi 1. Analisis Deskriptif
responden berdasarkan pekerjaan, a. Tingkat Keyakinan Pasien Tentang
responden terbanyak memiliki pekerjaan Jasa Pelayanan (bi)
sebagai wiraswasta dengan jumlah 31 Tingkat keyakinan pasien tentang
orang atau sebesar 48.4%, dan responden jasa pelayanan Balai Pengobatan
terendah memiliki pekerjaan sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Dan
TNI/Polisi sebanyak 0 atau sebesar 0%. Rehabiitasi (PPKR) BSMI
Berdasarkan pendapatan, dari 64 Prambanan Klaten dengan atribut
responden yang diteliti, diketahui pelayanan, tenaga kerja, fasilitas
terdapat 24 orang atau sebesar 37.5% dan lokasi
responden berpendapatan kurang dari Rp 1) Pelayanan
500.000 perbulan, 18 orang atau sebesar Tabel tersebut menunjukan
28.1% responden berpendapatan Rp bahwa responden mempunyai
600.000-1.000.000 perbulan, 4 orang atau tingkat keyakinan berdasarkan
sebesar 6.3% responden berpendapatan atribut pelayanan, sebagian besar
Rp 1.100.000-1.500.000 perbulan. 5 orang menyatakan yakin. Hal ini
atau sebesar 7.8% responden dibuktikan dengan jumlah jawaban
berpendapatan Rp 1.600.000-2.000.000 yakin sebanyak 182 atau sebesar
perbulan, dan 13 orang atau sebesar 20.3% (56,88 %), jumlah jawaban sangat
responden berpendapatan lebih dari Rp yakin sebanyak 73 atau sebesar
2.000.000-perbulan. Jadi, dapat di (22,81%), jumlah jawaban cukup
simpulkan bahwa pasien Balai yakin sebanyak 63 atau sebesar
Pengobatan dan Pusat Rehabilitasi (PPKR) (19,69 %), jumlah jawaban tidak
BSMI Prambanan Klaten yang menjadi yakin sebanyak 2 atau sebesar
responden berdasarkan pendapatan, (0,62%), dan jumlah jawaban sangat
responden terbanyak memiliki tidak yakin sebanyak 0 responden
pendapatan sebesar kurang dari Rp (0,00%). Dapat disimpulkan bahwa
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

pilihan jawaban responden Tabel tersebut menunjukan


terbanyak terletak pada jawaban bahwa responden mempunyai
yakin sebanyak 182 atau sebesar keyakinan berdasarkan atribut
(56,88 %) dan pilihan jawaban fasilitas, sebagian besar menyatakan
terendah terletak pada jawaban yakin. Hal ini dibuktikan dengan
sangat tidak yakin sebanyak 0 atau jumlah jawaban yakin sebanyak 150
sebesar (0,00%). atau sebesar (46,87%), jumlah
2) Tenaga Kerja jawaban cukup yakin sebanyak 113
atau sebesar (35,31%), jumlah
Tabel tersebut menunjukan
jawaban sangat yakin sebanyak 47
bahwa responden mempunyai
atau sebesar (14,69%), jumlah
keyakinan berdasarkan atribut
jawaban tidak yakin sebanyak 2 atau
tenaga kerja, sebagian besar
sebesar (3,13%) dan jumlah jawaban
menyatakan yakin. Hal ini
sangat tidak yakin sebanyak 0 atau
dibuktikan dengan jumlah jawaban
sebesar (0,00%). Dapat disimpulkan
yakin sebanyak 180 atau sebesar
bahwa pilihan jawaban responden
(56,25%), jumlah jawaban sangat
terbanyak terletak pada jawaban
yakin sebanyak 104 atau sebesar
yakin sebanyak 150 atau sebesar
(32,50%%), jumlah jawaban cukup
(46,87%) dan pilihan jawaban
yakin sebanyak 36 atau sebesar
terendah terletak pada jawaban
(10,94%), jumlah jawaban tidak
sangat tidak yakin sebanyak 0 atau
yakin sebanyak 1 atau sebesar
sebesar (0,00%).
(0,31%) dan jumlah jawaban sangat
4) Lokasi
tidak yakin sebanyak 0 atau sebesar
(0,00%). Dapat disimpulkan bahwa Tabel tersebut menunjukan
pilihan jawaban responden bahwa responden mempunyai
terbanyak terletak pada jawaban keyakinan berdasarkan atribut
yakin sebanyak 180 atau (56,25%) lokasi, sebagian besar menyatakan
dan pilihan jawaban terendah yakin. Hal ini dibuktikan dengan
terletak pada jawaban sangat tidak jumlah jawaban yakin sebanyak 164
yakin sebanyak 0 atau sebesar atau sebesar (51,25%), jumlah
(0,00%). jawaban sangat yakin sebanyak 105
3) Fasilitas atau sebesar (32,81%), jumlah
jawaban cukup yakin sebanyak 46

41
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

atau sebesar (14,38%), jumlah sebesar (0,00%). Dapat disimpulkan


jawaban tidak yakin sebanyak 15 bahwa pilihan jawaban responden
atau sebesar (1,56%) dan jumlah terbanyak terletak pada jawaban
jawaban sangat tidak yakin puas sebanyak 187 atau sebesar
sebanyak 0 atau sebesar (0,00%). (58,44%) dan pilihan jawaban
Dapat di simpulkan bahwa pilihan terendah terletak pada jawaban
jawaban responden terbanyak sangat tidak puas sebanyak 0 atau
terletak pada jawaban yakin sebesar (0,00%)
sebanyak 164 atau sebesar (51,25%)
dan pilihan jawaban terendah 2) Tenaga Kerja
terletak pada jawaban sangat tidak
Tabel tersebut menunjukkan
yakin sebanyak 0 atau sebesar
bahwa responden mempunyai
responden (0,00%).
penilaian berdasarkan atribut tenaga
b. Tingkat Penilaian Pasien
kerja, sebagian besar menyatakan
Tentang Jasa Pelayanan (ei)
puas. Hal ini dibuktikan dengan
Tingkat penilaian pasien tentang jasa pelayanan Balai Pengobatan Pusat
jumlah jawaban puas sebanyak 179
Pelayanan Kesehatan Dan Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan Klaten dengan
atau sebesar (55,94%), jumlah
atribut pelayanan, tenaga kerja, fasilitas dan lokasi
jawaban sangat puas sebanyak 101
1) Pelayanan
atau sebesar (31,56%), jumlah
Tabel tersebut menunjukkan jawaban cukup puas sebanyak 37
bahwa responden mempunyai atau sebesar (11,56%), jumlah
penilaian berdasarkan atribut tenaga jawaban tidak puas sebanyak 3 atau
kerja, sebagian besar menyatakan sebesar (0,94%) dan jumlah jawaban
puas. Hal ini dibuktikan dengan sangat tidak puas sebanyak 0 atau
jumlah jawaban puas sebanyak 187 sebesar (0,00%). Dapat disimpulkan
atau sebesar (58,44%), jumlah bahwa pilihan jawaban responden
jawaban cukup puas sebanyak 67 terbanyak terletak pada jawaban
atau sebesar (20,94%), jumlah puas sebanyak 179 atau sebesar
jawaban sangat puas sebanyak 64 (55,94%) dan pilihan jawaban
atau sebesar (20,00%), jumlah terendah terletak pada jawaban
jawaban tidak puas sebanyak 3 atau sangat tidak puas sebanyak 0 atau
sebesar (0,62%) dan jumlah jawaban sebesar (0,00%).
sangat tidak puas sebanyak 0 atau 3) Fasilitas
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Tabel tersebut menunjukan atau sebesar (16,56%), jumlah


bahwa responden mempunyai jawaban tidak puas sebanyak 6 atau
penilaian berdasarkan atribut tenaga sebesar (1,88%) dan jumlah jawaban
kerja, sebagian besar menyatakan sangat tidak puas sebanyak 1 atau
puas. Hal ini dibuktikan dengan sebesar (0,31%). Dapat disimpulkan
jumlah jawaban puas sebanyak 147 bahwa pilihan jawaban responden
atau sebesar (45,94%), jumlah terbanyak terletak pada jawaban
jawaban cukup puas sebanyak 113 puas sebanyak 148 atau sebesar
atau sebesar (35,31%), jumlah (46,25%) dan pilihan jawaban
jawaban sangat puas sebanyak 44 terendah terletak pada jawaban
atau sebesar (13,75%), jumlah sangat tidak puas sebanyak 1 atau
jawaban tidak puas sebanyak 15 sebesar (0,31%).
atau sebesar (4,69%) dan jumlah
jawaban sangat tidak puas sebanyak 2. Analisis Indeks Sikap
1 atau sebesar (0,31%). Dapat Analisis ini digunakan untuk
disimpulkan bahwa pilihan jawaban mengetahui sikap penilaian
responden terbanyak terletak pada individu terhadap suatu obyek atau
jawaban puas sebanyak 147 atau produk. Penilaian yang akan
sebesar (45,94%) dan pilihan dianalisis adalah sikap penilaian
jawaban terendah terletak pada pasien tentang jasa pelayanan
jawaban sangat tidak puas sebanyak kesehatan di Balai Pengobatan Pusat
1 atau sebesar (0,31%). Pelayanan Kesehatan dan
4) Lokasi Rehabilitasi (PPKR) BSMI
Prambanan Klaten yang meliputi
Tabel tersebut menunjukan
atribut pelayanan, tenaga kerja,
bahwa responden mempunyai
fasilitas dan lokasi pada penelitian
penilaian berdasarkan atribut tenaga
ini menggunakan model Fishbein.
kerja, sebagian besar menyatakan
Analisis yang terkandung dalam
puas. Hal ini dibuktikan dengan
rumus model Fishbein adalah
jumlah jawaban puas sebanyak 148
variabel keyakinan (bi) dan evaluasi
atau sebesar (46,25%), jumlah
(ei). Dengan demikian analisis
jawaban sangat puas sebanyak 112
Fishbein dapat digunakan dalam
atau sebesar (35.00%), jumlah
menganalisis keyakinan (bi) dan
jawaban cukup puas sebanyak 53
evaluasi (ei) jasa pelayanan

43
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

kesehatan dengan cara menganalisis TABEL 1.1 HASIL PERHITUNGAN


nilai antara keyakinan (bi) dengan TINGKAT KEYAKINAN PASIEN
evaluasi (ei) kemudian hasilnya TENTANG JASA PELAYANAN
dipadukan dengan skor maksimum KESEHATAN
sikap konsumen tentang skala
Alternatif Jawaban Rata-rata
pengukuran atau penilaian, di mana Atribut SY Y CY TY STY Jumlah Tertimban
5 4 3 2 1 g
skor maksimum sikap konsumen Pelayanan 14,60 36,40 12,60 0,40 0,00 257,2 4,02
Tenaga Kerja 20,80 36,00 7,00 0,20 0,00 269,4 4,21
dapat dicari dengan cara Fasilitas 9,40 30,00 22,60 2,00 0,00 238,8 3,73
Lokasi 21,00 32,80 9,20 1,00 0,00 265,8 4,15
mengalikan bobot pengukuran dan
keyakinan (ei), karena keyakinan (bi)
Rata-rata tertimbang untuk atribut-
dan evaluasi (ei) merupakan
atribut pada tingkat keyakinan pasien
variabel yang berbeda, maka harus
tentang jasa pelayanan di Balai
dicari secara terpisah.
Pengobatan Pusat Pelayanan Kesehatan
Perhitungan antara penilaian
dan Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan
keyakinan (bi) dan penilaian (ei)
Klaten diperoleh dengan cara sebagai
dalam pengukuran sikap konsumen,
berikut :
yaitu sebagai berikut :
1) Pelayanan
a. Tingkat Keyakinan Pasien
Tentang Jasa Kesehatan (bi)
Hasil perhitungan tingkat
2) Tenaga Kerja
keyakinan pasien tentang jasa
pelayanan kesehatan yang
meliputi atribut pelayanan,
3) Fasilitas
atribut tenaga kerja, atribut
fasilitas dan atribut lokasi di
Balai Pengobatan Pusat
4) Lokasi
Pelayanan Kesehatan dan
Rehabilitasi PPKR BSMI
Prambanan Klaten dapat di lihat
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat
dalam tabel 4.7 sebagai berikut :
keyakinan pasien tentang jasa pelayanan
kesehatan di Balai Pengobatan Pusat
Pelayanan Kesehatan dan Rehabilitasi
(PPKR) BSMI Prambanan Klaten di dapat
hasil bahwa atribut tenaga kerja
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

merupakan tingkat keyakinan pasien Rata-rata


rata tertimbang untuk
untu atribut-atribut
yang tertinggi dengan rata
rata-rata pada tingkat keyakinan pasien tentang
tertimbang sebesar 4,21, atribut lokasi jasa pelayanan di Balai Pengobatan Pusat
berada pada urutan kedua dengan tingkat Pelayanan Kesehatan dan Rehabilitasi
keyakinan pasien rata-rata
rata tertimbang (PPKR) BSMI Prambanan Klaten
sebesar 4,15, atribut pelayanan berada diperoleh dengan cara sebagai berikut :
pada urutan ketiga dengan tingkat 1) Pelayanan
keyakinan rata-rata
rata tertimbang sebesar
4,02 dan atribut fasilitas merupakan yang 2) Tenaga Kerja
terendah dengan rata-rata
rata tertimbang
sebesar 3,75.
b. Tingkat Penilaian Pasien Tentang Jasa
3) Fasilitas
Kesehatan (bi)
Hasil perhitungan tingkat
4) Lokasi
penilaian pasien tentang jasa
pelayanan kesehatan yang meliputi
atribut pelayanan, atribut tenaga kerja, asarkan hasil perhitungan tingkat
Berdasarkan

atribut fasilitas dan atribut lokasi di penilaian pasien tentang jasa pelayanan

Balai Pengobatan Pusat Pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan Pusat

Kesehatan dan Rehabilitasi PPKR Pelayanan Kesehatan dan Rehabilitasi

BSMI Prambanan Klaten dapat di lihat (PPKR) BSMI Prambanan Klaten di dapat

dalam tabel 4.8 sebagai berikut : hasil bahwa atribut tenaga kerja
merupakan tingkat penilaian pasien yang
yan

TABEL 1.2 HASIL PERHITUNGAN tertinggi dengan rata-rata


rata tertimbang

TINGKAT PENILAIAN PASIEN sebesar 4,16, atribut lokasi berada pada

TENTANG JASA PELAYANAN urutan kedua dengan tingkat penilaian

KESEHATAN pasien rata-rata


rata tertimbang sebesar 4,13,

Alternatif Jawaban atribut pelayanan berada pada urutan


Rata-rata
Atribut SY Y CY TY STY Jumlah ketiga dengan tingkat keyakinan rata-rata
rata
Tertimbang
5 4 3 2 1
Pelayanan 12,80 37,40 13,40 1,40 0,00 254,6 3,97 tertimbang sebesar
ar 3,97 dan atribut
Tenaga
20,20 35,80 7,40 0,60 0,00 266,3 4,16 fasilitas merupakan yang terendah
Kerja
Fasilitas 8,80 29,40 22,60 3,00 1,20 235,6 3,68 dengan rata-rata
rata tertimbang sebesar 3,68.
Lokasi 22,40 29,60 10,60 1,20 0,20 264,8 4,13
Setelah diperoleh rata-rata
rata tertimbang
dari masing-masing
masing atribut, langkah

45
Volume 12,, Nomor 1, Januari 2015

selanjutnya adalah mencari nilai sikap TABEL 1.4 SKOR MAKSIMUM UNTUK
secara keseluruhan tentang atribut SIKAP PASIEN
pelayanan, tenaga kerja, fasilitas dan
lokasi yang akan di terangkan dalam tabel Keyaki
Penilaian
Atribut nan Total
4.9 sebagai berikut : ideal
(bi)
TABEL 1.3 NILAI SIKAP PASIEN Pelayanan 5 4,02 20,10
Tenaga
TENTANG JASA PELAYANAN 4,21
Kerja 5 21,05
KESEHATAN Fasilitas 5 3,73 18,65
Lokasi 5 4,15 20,75
Jumlah 80,55
Total Ab =
Keyakinan
Atribut Evaluasi (ei)
(bi) (bi)Setelah
) x (ei) diketahui skor maksimum

Pelayanan 4,02 3,97 mengenai15,96


sikap pasien tentang jasa
Tenaga pelayanan kesehatan yang meliputi
4,21 4,16 17,51
Kerja
atribut pelayanan, tenaga kerja, fasilitas
3,73 3,68 13,72
Fasilitas
dan lokasi di Balai Pengobatan Pusat
4,15 4,13 17,14
Lokasi
Pelayanan Kesehatan dan Rehabilitasi
64,44
Jumlah
(PPKR) BSMI Prambanan Klaten, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan
Berdasarkan hasil perhitungan pada skor minimum sikap dengan car
tabel di atas tersebut, dapat diketahui kemudian untuk
bahwa dengan adanya keyakinan (bi) dan
menentukan interval kelas, skor tertinggi
penilaian (ei) konsumen tentang jasa
dikurangi skor terendah dibagi kelas
pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan
sikap
Pusat Pelayanan Kesehatan dan
Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan TABEL 1.5 INTERVAL PENILAIAN

Klaten dapat diketahui nilai sikap pasien SIKAP

sebesar 64,44.
Selanjutnya untuk mengetahui Sikap Interval

sikap konsumen bernilai 64,44 berada Sangat Positif 67,67<x<80,55

pada interval mana, maka perlu Positif 54,78<x<67,66

menghitung
ung skor maksimum untuk sikap. Cukup Positif 41,89<x<54,77

Adapun skor maksimum untuk sikap Negatif 29,00<x<41,88

dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini : Sangat Negatif 16,11 <x<28,99
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Berdasarkan interval penilaian ar hirarki efek dimana kepercayaan


sikap tersebut, maka hasil penelitian sikap dapat membentuk suatu sikap. Mengingat
pasien sebesar 64,44 masuk pada interval model ini digunakan untuk mengetahui
54,78<x<67,66 berarti sikap pasien positif sikap konsumen, model ini juga disebut
tentang jasa pelayanan kesehatan yang Model Sikap Fishbein. Caranya adalah
meliputi atribut pelayanan, tenaga kerja, dengan menghitung nilai sikap (AB)
fasilitas dan lokasi di Balai Pengobatan (Rangkuti, 2003: 69)
Pusat Pelayanan Kesehatan dan Berdasarkan hasil perhitungan
Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan tingkat keyakinan pasien tentang jasa
Klaten. pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan
Dikatakan positif karena dari Pusat Pelayanan Kesehatan dan
penelitian terhadap pasien rawat jalan Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan
tentang jasa pelayanan kesehatan yang Klaten dengan jumlah 64 pasien di dapat
meliputi atribut pelayanan, tenaga kerja, hasil bahwa atribut tenaga kerja yang
fasilitas dan lokasi dapat memberikan meliputi pernyataan dokter sangat teliti
tingkat keyakinan dan penilaian yang dan akurat dalam memeriksa dan
besar. Hasil penelitian tersebut mendiagnosa penyakit, dokter selalu
dimasukkan dalam interval penilaian menanggapi dengan sabar apa yang
sikap dimana besarnya nilai dari hasil menjadi keluhan dan masalah pasien,
penelitian ini berada pada interval dokter tidak membedakan pelayanan
54,78<x<67,66 dan interval tersebut pada pasien yang datang ke klinik,
berada pada sikap positif. kecepatan dokter dalam memberikan
pelayanan pengobatan kepada pasien di
B. PEMBAHASAN klinik dan dokter dalam memberikan
Sikap dapat diukur dengan informasi kepada pasien tentang penyakit
menggunakan attidude towar object model. maupun pengobatan penyakit tentang
Model ini digunakan untuk penyakit sangat sopan dan ramah yang
mengidentifikasi bagaimana konsumen merupakan tingkat keyakinan pasien
merangkai kepercayaan terhadap atribut yang tertinggi dengan rata-rata
suatu produk, sehingga membentuk sikap tertimbang sebesar 4,21, atribut lokasi
tentang berbagai obyek. Model ini yang meliputi pernyataan lingkungan
mempunyai asumsi bahwa konsumen lokasi klinik sangat aman dan nyaman,
menggunakan pendekatan stand lokasi klinik mudah dijangkau dan dekat
rumah saya, lokasi klinik bebas

47
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

dikunjungi oleh siapapun untuk berobat, Berdasarkan hasil perhitungan


lokasi klinik sangat strategis dan dekat tingkat penilaian pasien tentang jasa
dengan jalan raya, lokasi klinik mudah pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan
dijangkau dengan sarana transportasi Pusat Pelayanan Kesehatan dan
atau angkutan umum, berada pada urutan Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan
kedua dengan tingkat keyakinan pasien Klaten dengan jumlah 64 pasien di dapat
rata-rata tertimbang sebesar 4,15, atribut hasil bahwa atribut tenaga kerja yang
pelayanan yang meliputi pernyataan meliputi pernyataan sikap dokter sangat
lingkungan klinik sangat aman, nyaman teliti dan akurat dalam memeriksa dan
dan bersih sehingga pasien merasa sangat mendiagnosa penyakit, dokter selalu
nyaman dalam melakukan pemeriksaan, menanggapi dengan sabar apa yang
pemeriksaan dan diagnosa sangat capat menjadi keluhan dan masalah pasien,
dan tepat sesuai harapan pasien, dokter tidak membedakan pelayanan
pelayanan yang diberikan sangat cepat pada pasien yang datang ke klinik,
dalam memberikan pengobatan atau kecepatan dokter dalam memberikan
tindakan, tersedianya jenis, jumlah dan pelayanan pengobatan kepada pasien di
kualitas obat yang diterima dalam klinik dan dokter dalam memberikan
pelayanan kebutuhan dan kritik ataupun informasi kepada pasien tentang penyakit
keluhan dari pasien ditanggapai dengan maupun pengobatan penyakit tentang
baik oleh petugas, berada pada urutan penyakit sangat sopan dan ramah yang
ketiga dengan tingkat keyakinan rata-rata merupakan tingkat keyakinan pasien
tertimbang sebesar 4,02 dan atribut yang tertinggi dengan rata-rata
fasilitas yang meliputi pernyataan fasilitas tertimbang sebesar 4,16, atribut lokasi
dan peralatan medis di klinik sangat yang meliputi pernyataan lingkungan
lengkap dan memadai, ruang tunggu lokasi klinik sangat aman dan nyaman,
sangat lengkap dan memadai, klinik lokasi klinik mudah dijangkau dan dekat
menyediakan tempat informasi rumah saya, lokasi klinik bebas
pendaftaran sehingga pasien mudah dikunjungi oleh siapapun untuk berobat,
dalam mendapatkan pelayanan untuk lokasi klinik sangat strategis dan dekat
berobat dan klinik menyediakan tempat dengan jalan raya, lokasi klinik mudah
parkir yang aman dan nyaman dijangkau dengan sarana transportasi
merupakan yang terendah dengan rata- atau angkutan umum, berada pada urutan
rata tertimbang sebesar 3,73. kedua dengan tingkat keyakinan pasien
rata-rata tertimbang sebesar 4,13, atribut
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

pelayanan yang meliputi pernyataan pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan


lingkungan klinik sangat aman, nyaman Pusat Pelayanan Kesehatan dan
dan bersih sehingga pasien merasa sangat Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan
nyaman dalam melakukan pemeriksaan, Klaten bersikap positif. Menurut Heri
pemeriksaan dan diagnosa sangat capat Purwanto, kategori sikap terdiri dari :
dan tepat sesuai harapan pasien, sikap positif, yaitu kecenderungan
pelayanan yang diberikan sangat cepat tindakan untuk mendekati, menyenangi,
dalam memberikan pengobatan atau menghadapkan objek tertentu dan sikap
tindakan, tersedianya jenis, jumlah dan negatif, terdapat kecenderungan untuk
kualitas obat yang diterima dalam menjauhi, menghindari, membenci, tidak
pelayanan kebutuhan dan kritik ataupun menyukai objek tertentu. Karena sikap
keluhan dari pasien ditanggapai dengan pasien bersifat positif artinya, berarti
baik oleh petugas, berada pada urutan pasien cenderung untuk untuk
ketiga dengan tingkat keyakinan rata-rata mendekati, menyenangi, dari pelayanan
tertimbang sebesar 3,97 dan atribut jasa kesehatan yang diberikan oleh Balai
fasilitas yang meliputi pernyataan Pengobatan Pusat Pelayanan Kesehatan
fasilitas dan peralatan medis di klinik dan Rehabilitasi (PPKR) BSMI Prambanan
sangat lengkap dan memadai, ruang Klaten.
tunggu sangat lengkap dan memadai, Hal ini dapat dibuktikan setelah
klinik menyediakan tempat informasi melakukan perhitungan terhadap nilai
pendaftaran sehingga pasien mudah sikap Total Ab = (bi) ) x (ei) dengan
dalam mendapatkan pelayanan untuk atribut pelayanan sebesar 15,96, atribut
berobat dan klinik menyediakan tempat tenaga kerja dengan nilai sebesar 17,51,
parkir yang aman dan nyaman atribut fasilitas dengan nilai sebesar 13,72,
merupakan yang terendah dengan rata- atribut lokasi dengan nilai sebesar 17,14
rata tertimbang sebesar 3,68. dan dengan total keseluruhan dari atribut
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tersebut dengan nilai 64,44 yang berada
sikap pasien tentang jasa pelayanan pada interval positif yaitu 54,78<x<67,66.
kesehatan di Balai Pengobatan Pusat
Pelayanan Kesehatan dan Rehabilitasi KESIMPULAN DAN SARAN
(PPKR) BSMI Prambanan Klaten A. Kesimpulan
diketahui bersifat positif hal tersebut 1. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat
sesuai dengan hipotesis yang berbunyi keyakinan pasien tentang jasa
bahwa sikap pasien tentang jasa pelayanan kesehatan meliputi atribut

49
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

pelayanan, tenaga kerja, fasilitas dan BSMI Prambanan Klaten dapat


lokasi di Balai Pengobatan Pusat diketahui bersikap positif, dengan
Pelayanan Kesehatan dan Rehabilitasi demikian diharapkan pihak Klinik
(PPKR) BSMI Prambanan Klaten di untuk tetap meningkatkan dan
dapat hasil bahwa atribut tenaga kerja mempertahankan kualitas jasa
merupakan atribut yang mempunyai pelayanan yang sudah ada atau
tingkat keyakinan pasien yang tertinggi dengan membuat inovasi baru atau
dengan rata-rata tertimbang sebesar memberikan keunggulan-keunggulan
4,21 dan atribut fasilitas merupakan yang lebih baik dan berbeda dari jasa
atribut yang mempunyai tingkat pelayanan kesehatan lainnya,
keyakinan pasien terendah dengan sehingga pasien akan merasa puas dan
rata-rata tertimbang sebesar 3,73. sepenuhnya dapat mempercayai
2. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat terhadap kualitas jasa pelayanan
penilaian pasien jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak
kesehatan yang meliputi atribut klinik.
pelayanan, tenaga kerja, fasilitas dan 2. Untuk bersaing dengan para penyedia
lokasi di Balai Pengobatan Pusat jasa pelayanan kesehatan lainnya,
Pelayanan Kesehatan dan Rehabilitasi pihak klinik harus selalu mengikuti
(PPKR) BSMI Prambanan Klaten perkembangan teknologi ataupun
didapat hasil bahwa atribut tenaga suatu program khusus dalam
kerja merupakan tingkat penilaian meningkatkan kualitas pelayanan.
pasien merupakan atribut yang
mempunyai tingkat penilaian yang DAFTAR PUSTAKA
tertinggi dengan rata-rata tertimbang Gunawan, Agus, 2008. Analilis Sikap
sebesar 4,16 dan atribut fasilitas Penilaian Konsumen Terhadap Kualitas
merupakan atribut yang mempunyai Produk Jamu Komplit Sido Muncul di

yang tingkat penilaian terendah Toko Jamu Seduhan Duta Gedong Kuning

dengan rata-rata tertimbang sebesar Yogyakarta. Skripsi STIE IEU.

3,68. Yogyakarta.

B. Saran Indriantoro dan Supomo,2002. Metodologi

1. Sikap penilaian dan keyakinan pasien Penelitian Bisnis, Untuk Akuntansi dan

tentang jasa pelayanan kesehatan di Pemasaran edisi pertama cetakan kedua

Balai Pengobatan Pusat Pelayanan BPFE Yogyakarta.

Kesehatan dan Rehabilitasi (PPKR)


Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Kottler, Philip dan Keller, Kevin Lane, Sari W. Irine, 2010. Manajemen Pemasaran
2009. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 Edisi Usaha Kesehatan Masyarakat Cetakan
Ketigabelas.Penerbit Erlangga, Cikeas, Keempat, Nuha Medika, Yogyakarta.
Jakarta. Setiadi, Nugroho J, 2010. Prilaku Konsumen
Lupiyohadi, Rambat, 2001.Manajemen Edisi Revisi, Kencana Prenada Media
pemasaran jasa teori dan praktik, Salemba Group, Rawamangun, Jakarta.
Empat, Jakarta. Soehardi, Sigit, 2003, Pengantar Metodelogi
Luthfi, Zainul, 2011. Analisis Penilaian Penelitian Sosial, Bisnis Manajemen,
Sikap Nasabah Terhadap Pelayanan Dan Cetakan Ketiga, BPFE, Yogjakarta.
Produk di BRI Kantor Cabang Cik Dik Swasta, Basu dan Handoko, Hani,
Tiro Yogyakarta, Skripsi STIE IEU, 2012.Manajemen Pemasaran Analisa
Yogyakarta. Prilaku Konsumen, Edisi 1 Cetakan
Kelima, Liberty, Yogyakarta.

51
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

ANALISIS PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI, BIAYA PROMOSI DAN


JUMLAH PEGAWAI PEMASARAN TERHADAP HASIL PENJUALAN

Nerys Lourensius L.T


STIE IEU Yogyakarta

ABSTRACT
This study aims to determine: (1) significant relationship between the cost of
distribution, promotion and marketing headcount simultaneously against the sale at PT.
Prima Athatama Magelang. (2) significant relationship between the cost of distribution,
promotion and marketing headcount simultaneously against the sale at PT. Prima Athatama
Magelang. The research was conducted at PT. Prima Athatama Magelang. Data
collection techniques used were interviews and observation techniques. The data obtained
are qualitative and quantitative data. Peneitian objects are data on the number of
distribution costs, promotional costs, the sheer number of employees of marketing and sales
results have been achieved. In this study proposed two hypotheses: (1) Is there a significant
relationship between the cost of distribution, promotion and marketing headcount partially
against the sale at PT. Prima Athatama Magelang. (2) Is there a significant relationship
between the cost of distribution, promotion and marketing headcount simultaneously
against the sale at PT. Prima Athatama Magelang. Data analysis test of two hypotheses to be
used multiple linear regression analysis with significance level of 5%, then before the data in
the analysis test is conducted prior t test, F test, test R (determination) and classical
assumption.
The results showed that: (1) distribution costs, variable costs of promotion and
marketing of variable number of employees partially have significant influence on sales
results (Y) in PT. Prima Athatama Magelang evident because of the test results obtained by
value t count t is greater than t Tabel is 3,475> 1,672. (2) distribution costs, variable costs of
promotion and marketing of variable number of employees simultaneously have a
significant impact on sales results (Y) in PT. Prima Athatama Magelang evident because of
the test results obtained F count F count larger than F Tabel, namely 204, 811> 3,162. The
results showed jointly have a significant impact on sales results (Y) in PT. Prima Athatama
MagelangKata.
Keywords: distribution cost, promotion cost, marketing of variable number of
employees and sales result
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

PENDAHULUAN terutama untuk mempertahankan merk


Sesuai dengan prinsip ekonomi dan image produk di hati konsumennya
maka perusahaan dituntut untuk dapat dan ini perlu dilakukan selama tahap
mendayagunakan secara optimal segala kedewasaan di dalam siklus kehidupan
sumber daya yang dimiliki. Tetapi tidak barang atau jasa sebagai produksinya.
sedikit perusahaan yang sulit untuk Semua perusahaan bertujuan agar
memperbesar produksinya karena produk yang dihasilkan dapat
persaingan yang ketet. Oleh karena itu dikomsumsi secara luas oleh pasar
perusahaan harus selalu berusaha sasaran. Oleh karena itu perusahaan
mengubah cara produksi yang tradisional berusaha mendapatkan perhatian serta
dengan cara yang modernisasi yang selalu ketertarikan khalayak ramai, perusahaan
memacu produktifitas karyawan. juga berupaya mempengaruhi serta
Suatu perusahaan memproduksi membujuk calon konsumen agar mau
barang dengan kualitas yang baik, harga mengkonsumsi produk yang dihasilkan
relative murah dibandingkan pesaing dan perusahaan tersebut. Maka dari itu
secara luas tersebar ke berbagai tempat perusahaan dituntut dapat menciptakan
tetapi apabila calon pembeli tidak diberi kebijakan pemasaran yang tepat agar
tahu adanya produk tersebut, diingatkan dapat mempengaruhi konsumen dalam
atau dibujuk untuk membelinya, pemilihan produk yang akan
konsumen akan bisa membayangkan menciptakan permintaan bagi
bahwa produk tersebut tidak akan bisa perusahaan, salah satu aspek yang cukup
laku dipasaran dan segala sesuatu yang penting dalam manajemen pemasaran
telah dilakukan akan sia-sia. Perusahaan adalah saluran distribusi. Tujuan
yang baru berdiri pun harus pemasaran secara langsung atau tidak
mempromosikan produknya untuk langsung untuk memperlancar arus
memberitahukan bahwa dipasar ada perpindahan barang dari produsen ke
produk baru, tetapi juga konsumen. Begitu juga dengan promosi
untuk produsen yang produknya dimana untuk memperkenalkan dan
mulai memasuki tahap pertumbuhan menarik konsumen terhadap produk yang
dalam siklus kehidupan produknya ini dihasilkan. Untuk dapat mencapai tujuan
dapat menggunakan promosi yang perusahaan salah satu usaha yang
sifatnya membujuk. Promosi yang dilakukan adalah dengan
sifatnya mengingatkan dilakukan

53
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

mengoptimalkan saluran distribusi dan Disamping itu selain promosi dan


promosi. distribusi perusahaan juga senantiasa
Pelaksanaan fungsi saluran menggunakan alat perusahaan seperti
distribusi tersebut membutuhkan karyawan/tenaga kerja yang
pengorbanan biaya dan penggunaan berkompeten dan menguasai apa yang
biaya dalam fungsi-fungsi distribusi perusahaan inginkan. Karyawan/tenaga
tersebut diantaranya memperluas dan kerja sangat penting untuk kelancaran
mengembangkan jaringan pemasaran perusahaan dalam meningkatkan hasil
yang berupa saluran distribusi. Melalui yang maksimal, Oleh karena itu dalam
kegiatan promosi dan distribusi berusaha pemilihan karyawan /tenaga kerja harus
untuk meningkatkan hasil penjualan senantiasa mengutamakan kinerja dan
supaya perusahaan dapat meningkatkan kreatifitas dalam bekerja.
dan memaksimalkan barang yang
diproduksinya. LANDASAN TEORI
Pelaksanaan promosi dan distribusi A. Definisi Pemasaran
yang direncanakan diarahkan dan Pemasaran adalah “suatu proses
dikendalikan dengan baik akan sosial yang didalamnya individu dan
menyebabkan perusahaan dapat bertahan kelompok mendapatkan apa yang mereka
dalam persaingan yang ketat. Perusahaan butuhkan dan inginkan dengan
harus dapat memilih sarana atau bentuk menciptakan, menawarkan, dan secara
promosi yang tepat agar kegiatan promosi bebas mempertukarkan produk yang
dapat berjalan secara efektif dari segi bernilai dengan pihak lain”, (Kotler, 2002).
biaya yang dikeluarkan, waktu dan Pemasaran adalah “suatu sistem
tenaga. Dengan adanya sarana pemasaran keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha
dan distribusi yang baik akan memadahi, yang ditujukan untuk merencanakan,
diharapkan penyalur barang dari menentukan harga, mempromosikan, dan
produsen ke konsumen berjalan dengan mendistribusikan barang dan jasa yang
lancar sehingga hasil pemasaran produk dapat memuaskan kebutuhan baik
dapat ditingkatkan dan dapat diketahui kepada pembeli yang ada maupun
bahwa perusahaan bukan hanya semata- pembeli potensial” (Bashu Swastha, 2012).
mata untuk memproduksi saja akan tetapi Inti dari pemasaran adalah
juga mempertimbangkan penyalur hasil mengidentifikasi dan memenuhi
produksi ke pasar. kebutuhan manusia dan sosial. Konsep
pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

yang menyatakan bahwa pemuasan mendapatkan kebutuhan dan keinginan


kebutuhan konsumen merupakan syarat sertakepuasan.
ekonomi dan sosial bagi kelangsungan Dalam melakukan kegiatan-
hidup perusahaan. Apabila orientasi dari kegiatan pemasaran yang efisien, efektif
konsep tersebut bertolak dari produk dan bertanggung jawab serta dapat
perusahaan, dan memandangsebagai berpedoman pada salah satu filosofi
tugas perusahaan adalah penjualan dan pemasaran. Ada lima filosofi pemasaran
promosi untuk menstimulir volume yang mendasari cara organisasi
penjualan yang menguntungkan, maka melakukan kegiatan-kegiatan
konsep pemasaran mengajarkan bahwa pemasarannya (Philip Kotler, 2000), yaitu:
kegiatan pemasaran suatu 1. Konsep Berwawasan Produksi. Konsep
perusahaanharus dimulai dengan usaha berwawasan produksi berpendapat
mengenal, merumuskan keinginan dan bahwa konsumen akan memilih
kebutuhan dari konsumennya. produk yang mudah didapat dan
murah harganya.
B. Konsep Pemasaran 2. Konsep Berwawasan Produk. Konsep
Pemasaran adalah suatu proses berwawasan produk berpendapat
sosial dan manajerial dimana individu bahwa konsumen akan memilihproduk
dan kelompok mendapatkan kebutuhan yang menawarkan mutu, kinerja
dan keinginan mereka dengan terbaik, atau hal-hal inovatif lainnya.
menciptakan, menawarkan dan bertukar 3. Konsep Berwawasan Menjual. Konsep
sesuatu yang bernilai satu sama lain berwawasan menjual berpendapat
(Philip Kotler, 1995). Sedangkan menurut bahwa konsumen dibiarkan saja,
Wiliam J. Stanton (1978) pemasaran konsumen tidak akan membeli produk
adalah suatu sistem keseluruhan dari organisasi dalam jumlah cukup,
kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan artinya konsumen enggan membeli
untuk merencanakan, menentukan harga, dan harus didorong supaya membeli,
mempromosikan dan mendistribusikan serta perusahaan mempunyai banyak
barang dan jasa yang memuaskan cara promosi dan penjualan yang
kebutuhan konsumen. efektif untuk merangsang pembeli.
Dari pendapat di atas dapat 4. Konsep Berwawasan Pemasaran.
disimpulkan bahwa pemasaran sebagai Konsep berwawasan pemasaran
suatu system dari kegiatan-kegiatan yang berpendapat bahwa kunci untuk
saling berhubungan, sehingga konsumen mencapai tujuan organisasi terdiri dari

55
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

penentuan kebutuhan dan keinginan Konsep berwawasan menjual


pasar sasaran serta memberikan memandang mulai dari dalam ke luar,
kepuasan yang diinginkan secara lebih mulai dengan pabrik, memutuskan
efektif dan efisien dari pada perhatian pada produk yang ada dan
saingannya. membutuhkan penjualan serta promosi
William J. Stanton, menyatakan untuk menghasilkan penjualan yang
bahwa konsep pemasaran adalah sebuah menguntungkan.
falsafah bisnis yang menyatakan bahwa Memperhatikan definisi-definisi
pemuasan kebutuhan konsumen tersebut diatas, dapat diketahui bahwa
merupakan syarat ekonomi dan sosial adanya kesepakatan oleh para ahli
bagi kelangsungan hidup perusahaan. pemasaran yaitu : suatu kegiatan usaha
Penggunaan konsep pemasaran bagi yang diarahkan untuk memuaskan
sebuah perusahaan dapat menunjang keinginan dan kebutuhan yang berupa
berhasilnya bisnis yang dilakukan. barang ataupun jasa. Definisi pemasaran
Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran yang dianggap luas adalah: pemasaran
tersebut disusun dengan memasukkan yaitu suatu sistem keseluruhan dari
tiga elemen pokok, yaitu : kegiatan-kegiatan bisnis yang
a. Orientasi konsumen/pasar/pembeli. mempromosikan dan mendistribusikan
b. Volume penjualan yang barang dan jasa yang memuaskan
menguntungkan. kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
c. Koordinasi dan integrasi seluruhan maupun pembeli potensial (Swasta, dan
kegiatan pemasaran. Irawan, 2002: 5).
Philip Kotler (1995) mengemukakan Berdasarkan uraian pengertian
konsep berwawasan pemasaran, pemasaran diatas maka terdapat unsur-
berpendapat bahwa untuk mencapai unsur penting dalam pemasaran,
tujuan organisasi terdiri dari penentu meliputi:
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran 1. Kebutuhan dan keinginan konsumen
serta memberikan kepuasan yang 2. Adanya kebutuhan produk yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien dianggap mampu memuaskan
dari para saingannya. Konsep kebutuhan.
berwawasan pemasaran bersandar pada 3. Proses pemasaran kebutuhan dan
empat pilar utama, yaitu: pasar sasaran, keinginan dilakukan dengan cara
kebutuhan pelanggan, pemasaran yang tertentu yaitu melalui cara pertukaran.
terkoordinir serta keuntungan.
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

4. Adanya pertukaran akan dan penyediaan uang yang sesuai.


membutuhkan tempat untuk Fungsi penjulan paling luas meliputi
pertukaran yaitu pasar. kegiatan untuk mencapai pasar dan
Pemasaran mempunyai peran yang mempengaruhi permintaan.
demikian penting dalam meningkatkan 2. Fungsi penyedia fisik. Fungsi penyedia
kegunaan barang yang semula di tempat fisik meliputi pengangkutan dan
lain pada waktu tertentu tidak berguna penyimpanan. Fungsi pengangkutan
maka di suatu tempat sewaktu-waktu dan penyimpanan berkaitan dengan
akan sangat ditujukan untuk pemindahan barang-barang dari
merencanakan, menentukan harga, tempat produksi ke konsumen. Selain
diperlukan dan diinginkan guna itu fungsi tersebut berkaitan pula
memenuhi kebutuhan untuk dengan penyimpanan barang-barang
meningkatkan taraf hidup konsumen. sampai barang tersebut diperlukan
Pemenuhan kebutuhan yang semakin oleh konsumen. Fungsi pengangkutan
meningkat mendorong perusahaan untuk dapat akan menambah kegunaan
mengadakan produksi yang besar-besaran produk yang ada yaitu dilakukan
yang didukung antara lain oleh promosi dengan kereta api, truk, kapal laut, dan
dan distribusi yang efektif. pesawat udara, sedangkan fungsi
Fungsi Pemasaran penyimpanan dapat dilakukan di
Proses pemasaran perlu dilakukan bagian produksi itu sendiri sampai di
oleh setiap perusahaan, karena dengan gudang umum.
pemasaran kegunaan tempat, waktu dan 3. Fungsi Standarisasi. Fungsi
pemikiran dan kegiatan pemasaran strandarisasi barang-barang dan
(Swastha dan Sukotjo, 2002: 196). Kegiatan grading serta pengumpulan informasi
pemasaran tersebut di dalamnya pasar. Fungsi ini dapat membantu
mempunyai fungsi pemasaran, yaitu : pelaksanaan dari fungsi-fungsi lainnya.
1. Fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran Fungsi pembelian bertujuan untuk
meliputi pembelian dan penjualan. menyediakan dana, melayani
Fungsi ini berkaitan dengan penjualan kredit atau menanggung
pertukaran barang dari penjual ke kerugian perusahaan, yang semuanya
pembeli. Fungsi pembelian dilakukan merupakan kegiatan yang selalu ada di
oleh pembeli untuk memilih jenis dalam semua kegiatan bisnis.
barang yang akan dibeli, kualitas yang Standarisasi merupakan fungsi yang
diinginkan, kualitas yang memadai bertujuan menyederhanakan

57
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

keperluan-keperluan pembeli dengan Barang tahan lama


menciptakan golongan-golongan barng adalah barang-barang yang
tertentu yang berdasarkan pada secara normal dapat dipakai
kriteria-kriteria mengidentifikasikan berulang kali, jadi dapat
golongan barang tersebut ke dalam dipakai untuk jangka waktu
berbagai tingkat kualitas. yang relatif lama. Misalnnya:
4. Fungsi penunjang Fungsi penunjang pakaian, almari, mesin tulis,
yaitu pengumpulan informasi pasar, kursi, dan sebagainya.
bertujuan mengumpulkan berbagai C. Barang tidak tahan lama
macam informasi yang dapat dipakai Barang tidak tahan lama
oleh manager pemasaran untuk adalah barang-barang yang
mengambil keputusan. secara normal hanya dapat
dipakai satu kali atau bebrapa
Pengertian Marketing Mix kali saja, artinya sekali barang
Marketing mix merupakan itu dipakai akan habis, rusak,
kombinasi empat besar pembentuk inti atau tidak dapat dipakai lagi.
pemasaran sebuah perusahaan sesuai Misalnya : makanan, sabun,
dengan definisi berikut ini “Marketing bahan baku, dan sebagainya.
mix adalah kombinasi dari empat variabel D. Jasa
atau kegiatan yang merupakan inti dari Jasa adalah kegiatan,
sistem pemasaran perusahaan, yakni : manfaat, atau kepuasan yang
produk, struktur harga, kegiatan promosi, ditawarkan untuk dijual.
dan sistem distribusi (Lupiyoadi, 2001: Misalnya : jasa reparasi, jasa
61). Pengertian tersebut dapat diketahui potong rambut, jasa dokter dan
bahwa di dalam marketing mix sebagainya.
terkandung empat variabel, yaitu : 4. Penggolongan barang menurut
produk, harga, promosi, dan sistem tujuan pemakainnya oleh si
distribusi dimana keempat variabel itu pemakai, yaitu :
saling berhubungan. b. Barang konsumsi
3. Penggolongan barang menurut Barang konsumsi adalah
tingkat pemakaian dan barang-barang yang dibeli
kongkritnya barang (Swastha dan untuk dikonsumsikan.
Sukotjo: 2002, 194) yaitu : Berdasarkan kebiasaan
B. Barang tahan lama membeli dari konsumen,
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

barang konsumsi c. Saluran Distribusi


dikelompokkan menjadi tiga 1. Pengertian Saluran Distribusi
golongan yaitu : Sistem distribusi menurut
4) Barang konvenien yaitu C. Glenn Walters didefinisikan
barang yang mudah sebagai berikut, bahwa “sistem
dipakai dan membelinya distribusi adalah sekelompok
bisa disembarang tempat, pedagang agen perusahaan yang
misalnya rokok dan sabun mengkombinasikan antara
5) Barang shopping yaitu pemindahan fisik dan nama dari
barang yang harus dibeli suatu produk untuk menciptakan
dengan mencari dahulu kegunaan bagi pasar terbuka
dan di dalam tekstil, (Swastha dan Irawan, 2002: 286)”.
perabot rumah tangga, dan Lembaga-lembaga yang ikut
sebagainya bagian dalam penyaluran barang
6) Barang spesial yaitu barang adalah :
yang mempunyai ciri khas a. Produsen
dan hanya dapat dibeli di b. Perantara (pedagang dan agen)
tempat tertentu saja, c. Konsumen akhir atau pemakai
misalnya barang antik, industri
perhiasan dan sebagainya. 2. Penentuan Saluran Distribusi
c. Barang industri Penentuan saluran distribusi
Barang industri adalah harus mempertimbangkan
barang-barang yang dibeli distribusi yang sesuai dengan
untuk diproses lagi atau untuk kebijakan perusahaan, untuk itu
kepentingan dalan industri, perusahaan harus melihat saluran
baik secara langsung maupun yang sesuai dengan barang yang
tidak langsung dipakai proses sedang dijual.
produksi. Dibedakan menjadi 3 3. Fungsi saluran distribusi
: bahan baku, komponen dan Saluran distribusi untuk
barang setengah jadi, suatu barang adalah saluran yang
perlengkapan operasi, instalasi digunakan oleh produsen untuk
dan peralatan ekstra. menyalurkan barang yang
diproduksi kepada konsumen atau
pemakai industri. Adapun

59
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

lembaga-lembaga yang ikut pembeli yang ada maupun pembeli yang


mengambil bagian dalam potensial (Swastha dan Irawan, 2002 :
penyaluran barang, yaitu: 15)”.
produsen, perantara dan
konsumen akhir atau pemakai e. Pegawai/karyawan Pemasaran
industri. Beberapa alternative
Pegawai pemasaran adalah
saluran distribusi yang ada
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh
didasarkan pada jenis barang dan
suatu suatu organisasi atau instansi yang
segmentasi pasarnya
sangat penting bagi peningkatan
produktivitas atau kemajuan organisasi
d. Promosi
atau instansi dengan tujuan untuk
Usaha peningkatan penjualan
mempercepat dan memperlancar arus
perusahaan menjalankan berbagai upaya
kegiatan suatu organisasi atau instansi
seperti memperbaiki dan memperluas
sehingga besar kecilnya jumlah sumber
penyaluran produknya serta
daya manusia yang dimiliki suatu
meningkatkan pelayanan pada konsumen.
organisasi atau instansi sangat
Disamping itu perusahaan juga
berpengaruh terhadap target suatu
melakukan kegiatan promosi pemasaraan.
organisasi atau instansi.
Promosi dapat dikatakan sebagai
Tugas dan tanggung jawab pegawai
komunikasi pemasaran adalah: “Kegiatan
pemasaran :
komunikasi yang dilakukan oleh pembeli
1. Berhubungan dengan hal yang
dan penjual dan merupakan kegiatan
menyangkut semua keperluan
yang membantu dalam pengambilan
perusahaan
keputusan di bidang pemasaran serta
2. Membuat order dengan buyer
mengarahkan pertukaran agar lebih
3. Menyerahkan order pada divisi
memuaskan dengan cara menyadarkan
order untuk memesan pada
semua pihak untuk berbuat lebih baik
supplier atau supervisor untuk
(Swastha dan Irawan, 2002: 345)”.
memenuhi order buyer
Pengertian promosi adalah :“suatu sistem
4. Membuat invoice order
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis
5. Membuat packing list
yang ditunjukkan untuk merencanakan,
6. Menentukan anggaran produksi
menentukan harga, mempromosikan dan
7. Membuat kebijaksanaan
mendistribusikan barang dan jasa untuk
pemasaran produksi
memuaskan kebutuhan baik kepada
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

8. Menentukan volume penjualan. unit, ukuran mata uang, ukuran


persentase dan lain.
f. Penjualan
Menurut Basu Swastha DH (2004: D. Metode Analisis Data
403) penjualan adalah interaksi antara Analisis yang digunakan dalam
individu saling bertemu muka yang penelitian ini adalah :
ditujukan untuk menciptakan, a. Analisis Kualitatif
memperbaiki, menguasai atau Analisis kualitatif adalah
mempertahankan hubungan pertukaran suatu analisis dengan menggunakan teori-
sehingga menguntungkan bagi pihak lain. teori yang ada untuk menganalisis
Penjualan diartikan juga sebagai usaha permasalahan yang ada dalam rangka
yang dilakukan manusia untuk menemukan bentuk pemecahan masalah
menyampaikan barang bagi mereka yang tersebut. Dalam analisis kualitatif ini akan
memerlukan dengan imbalan uang diuraikan mengenai penggunaan saluran
menurut harga yang ditentukan atas distribusi, biaya promosi dan jumlah
persetujuan bersama. pegawai pemasaran terhadap hasil
METODE PENELITIAN penjualan.
A. Obyek Penelitian Di dalam analisis
Penelitian ini dilakukan di PT Prima kualitatif ini distribusi, promosi dan
Athatama Jl. Perintis Kemerdekaan No. 21 pegawai pemasaran sangat berpengaruh
Sanden Magelang Propinsi Jawa Tengah. besar terhadap hasil penjualan karena bila
salah satu tidak dapat dilaksanakan
B. Waktu Penelitian otomatis perusahaan akan mengalami
Penelitian ini dilaksanakan pada kerugian dan perusahaan tidak akan
bulan Maret sampai dengan bulan April mendapatkan hasil penjualan yang
2013. maksimal.
b. Analisis Kuantitatif
C. Definisi Operasional Analisis kuantitatif
Definisi operasional adalah suatu adalah analisis yang digunakan
definisi diberikan oleh peneliti dan berdasarkan angka-angka dan dapat
sekaligus memberikan penjelasan tentang diukur atau dihitung. Metode yang
cara mengukur masing-masing variabel dipakai untuk mengetahui pengaruh
penelitian. Misalnya dalam ukuran berat, biaya distribusi, promosi dan jumlah
ukuran waktu, ukuran kecepatan, ukuran pegawai pemasaran terhadap hasil

61
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

penjualan adalah analisis regresi linear standar devisiasi dan rata-rata kenaikan
sederhana atau regresi linear satu variable dari tahun ke tahun hasil penjualan dari
dan analisis regresi linear berganda atau tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012 sebagai
regresi linear tiga variabel. berikut :
c.Uji Regresi Tabel 1.2 Data Penjualan
Uji regresi digunakan untuk NO KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012

1 Mean 959.17 1145.67 1611.67 1840 2164.17


menguji ada tidaknya pengaruh antara
2 Median 895 1150 1600 1840 2155
satu variabel dengan variabel lainnya. 3 Modus 790 1150 1480 1760 1870

4 Std Deviation 157.507 91.341 72.467 85.174 192.281


Variabel yang dipengaruhi disebut
5 Jumlah 11510 13748 19340 22080 25970
variabel terikat atau tidak bebas Rata-rata
Kenaikan dari
(dependent) dan variabel yang 6 59.752
Tahun ke

mempengaruhi disebut variabel bebas Tahun

(independent). Disamping itu juga uji


regresi dapat digunakan untuk tujuan Dari tabel data penjualan diatas

peramalan atau prediksi dimana variabel menunjukkan hasil penjualan :

yang diprediksikan merupakan variabel a) Tahun 2008 memiliki rata-rata hasil

dependent penjualan (mean) sebesar 959,17,


median sebesar 895, modus sebesar

HASIL DAN PEMBAHASAN 790 dan standar devisiasi 157,507 dari

A. Analisis Data Kuantitatif hasil keseluruhan hasil penjualan

Data Laporan Hasil Penjualan yang dalam waktu satu tahun sebesar

diperoleh adalah sebagai berikut : 11510.

Tabel 1.1 Laporan Hasil Penjualan b) Tahun 2009 memiliki rata-rata hasil

Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 penjualan (mean) sebesar 1145,67,
Januari 850 1150 1550 1760 1950
median sebesar 1150, modus 1150 dan
Februari 820 1100 1590 1800 1870
Maret 790 1300 1480 1680 2000 standar devisiasi 91,341 dari hasil
April 880 1280 1560 1800 2110
keseluruhan hasil penjualan dalam
Mei 890 1175 1580 1830 2010
Juni 950 1170 1610 1850 2050 waktu satu tahun sebesar 13748.
Juli 870 1007 1570 1760 2200
Agustus 990 1120 1630 1880 2270
c) Tahun 2010 memiliki rata-rata hasil
September 1050 1095 1650 1910 2300 penjualan (mean) sebesar 1611,67,
Oktober 900 1001 1700 1890 2450
November 1250 1150 1680 1950 2350 median sebesar 1600, modus 1480 dan
Desember 1270 1200 1740 1970 2410
standar devisiasi 72,467 dari hasil
Sumber Data : PT. Prima Athatama

keseluruhan hasil penjualan dalam


Berdasarkan data diatas akan
waktu satu tahun sebesar 19340.
disajikan jumlah mean, modus, median,
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

d) Tahun 2011 memiliki rata-rata hasil Tabel 1.4 Data Biaya Distribusi
penjualan (mean) sebesar 1840, NO KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012

1 Mean 149.75 205.67 249.33 285.5 348.08


median sebesar 1840, modus 1760 dan
2 Median 152.5 205 250 289 355
standar devisiasi 85,174 dari hasil 3 Modus 110 190 250 240 320

4 Std Deviation 23.561 15.005 13.707 27.728 33.266


keseluruhan hasil penjualan dalam
5 Jumlah 1797 2468 2992 3438 4177
waktu satu tahun sebesar 22080. Rata-rata
6 Kenaikan dari 9.307
e) Tahun 2012 memiliki rata-rata hasil Tahun ke Tahun

penjualan (mean) sebesar 2164,17, Dari tabel biaya distribusi diatas


median sebesar 2155, modus 1870 dan menunjukkan biaya distribusi :
standar devisiasi 192,281 dari hasil a) Tahun 2008 memiliki rata-rata biaya
keseluruhan hasil penjualan dalam distribusi (mean) sebesar 149,75,
waktu satu tahun sebesar 25970 median sebesar 152,50, modus sebesar
f) Jadi kesimpulannya bahwa dari hasil 110 dan standar devisiasi 23,561 dari
penjualan tersebut memiliki rata-rata hasil keseluruhan biaya distribusi
kenaikan dari tahun ke tahun sebesar dalam waktu satu tahun sebesar 1797.
58,752 b) Tahun 2009 memiliki rata-rata biaya
Data laporan hasil biaya distribusi distribusi (mean) sebesar 205,67,
PT. Prima Athatama Magelang yang median sebesar 205,00, modus 190 dan
diperoleh adalah sebagai berikut : standar devisiasi 15,005 dari hasil
Tabel 1.3 Laporan Bulanan distribusi keseluruhan biaya distribusi dalam
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
waktu satu tahun sebesar 2468.
Januari 132 190 240 290 320
Februari 110 200 250 300 380 c) Tahun 2010 memiliki rata-rata biaya
Maret 120 199 230 290 320
April 130 180 250 310 290 distribusi (mean) sebesar 249,33,
Mei 172 210 230 320 367
Juni 155 190 250 280 350 median sebesar 250,00, modus 250 dan
Juli 140 220 240 280 370
Agustus 177 219 266 270 390 standar devisiasi 13,707 dari hasil
September 150 200 246 330 390
Oktober 160 220 250 240 360 keseluruhan biaya distribusi dalam
November 167 210 270 240 312
Desember 184 230 270 288 328 waktu satu tahun sebesar 2992.
Sumber Data : PT. Prima Athatama
d) Tahun 2011 memiliki rata-rata biaya
Berdasarkan data diatas akan
distribusi (mean) sebesar 286,50,
disajikan jumlah mean, modus, median,
median sebesar 289,00, modus 240 dan
standar devisiasi dan rata-rata kenaikan
standar devisiasi 27,728 dari hasil
biaya distribusi dari tahun 2008, 2009,
keseluruhan biaya distribusi dalam
2010, 2011, 2012 sebagai berikut :
waktu satu tahun sebesar 3438.

63
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

e) Tahun 2012 memiliki rata-rata biaya Tabel 1.6 Data biaya promosi
distribusi (mean) sebesar 348,08, NO KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012

median sebesar 355,00, modus 320 dan 1 Mean 79.17 122.08 138.33 147.5 159.58

2 Median 80 120 135 150 160


standar devisiasi 33,266 dari hasil
3 Modus 70 120 130 150 160
keseluruhan biaya distribusi dalam 4 Std Deviation 13.79 9.876 12.673 14.222 17.381

waktu satu tahun sebesar 4177. 5 Jumlah 950 1465 1660 1770 1915

Rata-rata
f) Jadi kesimpulannya bahwa dari biaya 6 Kenaikan dari 4.021

distribusi tersebut memiliki rata-rata Tahun ke Tahun

kenaikan dari tahun ke tahun sebesar


Dari tabel data biaya promosi diatas
9,307.
menunjukkan biaya promosi :
Data laporan hasil biaya promosi
a) Tahun 2008 memiliki rata-rata biaya
PT. Prima Athatama Magelang yang
promosi (mean) sebesar 79,17, median
diperoleh adalah sebagai berikut :
sebesar 80,00, modus sebesar 70 dan
standar devisiasi 13,790 dari hasil
Tabel 1.5 Laporan Biaya Promosi
keseluruhan biaya promosi dalam
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
waktu satu tahun sebesar 950.
Januari 60 120 140 150 160
Februari 70 120 120 150 130
b) Tahun 2009 memiliki rata-rata biaya
Maret 60 120 130 150 130
April 70 100 130 130 160
promosi (mean) sebesar 122,08,
Mei 80 135 130 120 165
Juni 70 120 150 130 160 median sebesar 120,00, modus 120 dan
Juli 80 130 140 150 180
Agustus 90 140 130 150 190 standar devisiasi 9,876 dari hasil
September 90 120 130 170 160
Oktober 80 120 140 160 170 keseluruhan biaya promosi dalam
November 100 120 160 160 150
Desember 100 120 160 150 160 waktu satu tahun sebesar 1465.
Sumber Data : PT. Prima Athatama
c) Tahun 2010 memiliki rata-rata biaya
promosi (mean) sebesar 138,33,
Berdasarkan data diatas akan disajikan
median sebesar 135,00, modus 130 dan
jumlah mean, modus, median, standar
standar devisiasi 12,673 dari hasil
devisiasi biaya promosi dan rata-rata
keseluruhan biaya promosi dalam
kenaikan dari tahun 2008, 2009, 2010,
waktu satu tahun sebesar 1660.
2011, 2012 sebagai berikut:
d) Tahun 2011 memiliki rata-rata biaya
promosi (mean) sebesar 147,50,
median sebesar 150, modus 150 dan
standar devisiasi 14,222 dari hasil
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

keseluruhan biaya promosi dalam Tabel 1.8 Data Jumlah Pegawai Pemasaran
waktu satu tahun sebesar 1770. NO KETERANGAN 2008 2009 2010 2011 2012

1 Mean 27.50 31.17 42.50 46.25 50


e) Tahun 2012 memiliki rata-rata biaya
2 Median 27.50 30 45 45 50
promosi (mean) sebesar 159,58, 3 Modus 25 30 45 45 50

median sebesar 160,00, modus 160 dan 4 Std Deviation 2.611 1.801 4.523 2.261 0

5 Jumlah 330 374 510 555 600


standar devisiasi 17,381 dari hasil Rata-rata
6 Kenaikan dari 1.18
keseluruhan biaya promosi dalam
Tahun ke Tahun
waktu satu tahun sebesar 1915.
f) Jadi kesimpulannya bahwa dari biaya Dari tabel data jumlah pegawai
promosi tersebut memiliki rata-rata pemasaran diatas menunjukkan jumlah
kenaikan dari tahun ke tahun sebesar pegawai pemasaran :
4,021. a) Tahun 2008 memiliki rata-rata jumlah
Data laporan jumlah pegawai pemasaran pegawai pemasaran (mean) sebesar
PT. Prima Athatama Magelang yang 27,50, median sebesar 27,50, modus
diperoleh adalah sebagai berikut : sebesar 25 dan standar devisiasi 2,611
Tabel 1.7 Laporan Jumlah Pegawai dari hasil keseluruhan jumlah pegawai
Pemasaran pemasaran dalam waktu satu tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 sebesar 330.
Januari 25 30 35 45 50
Februari 25 30 35 45 50 b) Tahun 2009 memiliki rata-rata jumlah
Maret 25 30 35 45 50
April 25 30 45 45 50
pegawai pemasaran (mean) sebesar
Mei 25 30 45 45 50
31,17, median sebesar 30,00, modus 30
Juni 25 30 45 45 50
Juli 30 30 45 45 50
dan standar devisiasi 1,801 dari hasil
Agustus 30 30 45 45 50
September 30 33 45 45 50 keseluruhan jumlah pegawai
Oktober 30 33 45 50 50
November 30 33 45 50 50 pemasaran dalam waktu satu tahun
Desember 30 35 45 50 50
Sumber Data : PT. Prima Athatama sebesar 374.
c) Tahun 2010 memiliki rata-rata jumlah
Sumber Data : PT. Prima Athatama
pegawai pemasaran (mean) sebesar
42,50, median sebesar 45,00, modus 45
Berdasarkan data diatas akan disajikan
dan standar devisiasi 4,523 dari hasil
jumlah mean, modus, median, standar
keseluruhan jumlah pegawai
devisiasi jumlah pegawai pemasaran dan
pemasaran dalam waktu satu tahun
rata-rata kenaikan dari tahun 2008, 2009,
sebesar 510.
2010, 2011, 2012 sebagai berikut :
d) Tahun 2011 memiliki rata-rata jumlah
pegawai pemasaran (mean) sebesar

65
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

46,25, median sebesar 45,00, modus 45 menunjukkan bahwa apabila biaya


dan standar devisiasi 2,261 dari hasil promosi dinaikkan Rp. 1,00 akan
keseluruhan jumlah pegawai berpengaruh terhadap hasil penjualan.
pemasaran dalam waktu satu tahun Nilai koefisien regresi tersebut lebih kecil
sebesar 555. dibandingkan dengan boaya distribusi.
e) Tahun 2012 memiliki rata-rata jumlah Oleh sebab itu maka PT. Prima Athatama
pegawai pemasaran (mean) sebesar harus meningkatkan biaya promosi
50,00, median sebesar 50,00, modus 50 supaya konsumen lebih tertarik terhadap
dan standar devisiasi 0,000 dari hasil promosi yang dipromosikan dengan
keseluruhan jumlah pegawai membuat beberapa alternative semisal
pemasaran dalam waktu satu tahun lebih memperbanyak promosi langsung
sebesar 600. ke konsumen.
f) Jadi kesimpulannya bahwa dari Jumlah pegawai pemasaran juga
jumlah pegawai pemasaran tersebut berpengaruh terhadap hasil penjualan (Y).
memiliki rata-rata kenaikan dari tahun Adapun nilai koefisien regresi variabel
ke tahun sebesar 1,180. jumlah pegawai pemasaran sebesar 28.727
hal ini menunjukkan bahwa apabila
B. Persamaan Regresi Berganda jumlah pegawai pemasaran dinaikkan 1
Berdasarkan hasil penelitian biaya satuan akan mempunyai pengaruh dari
distribusi berpengaruh terhadap hasil hasil penjualan. Nilai koefisien regresi
penjualan (Y). Adapun nilai koefisien jumlah pegawai pemasaran lebih besar
regresi variabel distribusi sebesar 2.155 dari biaya distribusi dan biaya promosi
hal ini menunjukkan bahwa apabila biaya hal ini berarti jumlah pegawai pemasaran
distribusi dinaikkan Rp. 1,00 akan mampu sudah cukup memadahi sesuai yang
mempengaruhi hasil penjualan (Y) di PT. diharapkan PT. Prima Athatama.
Prima Athatama Magelang. Agar hasil
penjualan seperti yang diharapkan yaitu C. Uji Hipotesis
terjadi kenaikan sebesar angka tersebut, Dengan menggunakan t hitung
maka PT. Prima Athatama perlu dapat diartikan bahwa biaya distribusi
meningkatkan biaya distribusi yang telah menerima Ha dan Ho ditolak berarti ada
dilakukan. pengaruh yang signifikan terhadap hasil
Biaya promosi juga berpengaruh penjualan yaitu 3.623 ≥ 1.672 t hitung
terhadap hasil penjualan (Y) dengan lebih besar dari t tabel. Biaya promosi
koefisien regresi sebesar 1.312 hal ini berpengaruh terhadap hasil penjualan dan
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

menerima Ha menerima Ha dan Ho a. Biaya distribusi -1.672 ≤ 1.175 ≤


ditolak yaitu 2.101 ≥ 1.672 t hitung lebih 1.672
besar dari t tabel dan jumlah pegawai b. Biaya promosi -1.672 ≤ -0.266 ≤ 1.672
pemasaran terhadap hasil penjualan c. Jumlah pegawai pemasaran -1.672 ≤
menerima Ho yaitu 6.271 ≥ 1.672 t hitung -0.657 ≤ 1.672
lebih besar dari t tabel. Jadi penghitungan Bahwa variabel model persamaan
menggunakan t hitung semua variabel ini tidak terkena gejala
biaya distribusi, biaya promosi dan Heteroskendastisitas. Dalam Uji
jumlah pegawai pemasaran berpengaruh Autocorrelation ini terjadi adanya gejala
terhadap hasil penjualan di PT. Prima penyakit Autocorrelation dapat
Athatama Magelang. dibuktikan dengan adanya hubungan
Dengan menggunakan F hitung antara RES_1 dengan RES_2 t hitung 4.347
dapat diartikan bahwa menerima Ha dan dan sig 0.000 dari RES_1
Ho ditolak yaitu 204.811 ≥ 3.162 F hitung Dalam Uji multikolinieritas dapat
lebih besar dari F tabel berarti variabel dibuktikan dengan nilai toleransi dan VIP
biaya distribusi, biaya promosi dan yaitu nilai toleransinya 0.323 dan VIP
jumlah pegawai pemasaran secara 4.315 dalam hal ini biaya promosi yang
bersama-sama mempunyai pengaruh lolos dari uji multikolinieritas dan biaya
yang signifikan terhadap hasil penjualan distribusi dan jumlah pegawai pemasaran
di PT. Prima Athatama Magelang. tidak lolos uji multikolinieritas karena
Dengan menggunakan koefisien nilai VIP nya lebih dari 5(lima). Tetapi
determinasi dapat diartikan 91.6% hasil dalam pengujian multikolinieritas semua
penjualan dapat diartikan bahwa variabel nilai toleransinya kurang dari 5 (lima) dan
biaya distribusi, biaya promosi dan dapat dikatakan semua telah lolos Uji
jumlah pegawai pemasaran dapat multikolinieritas. Pada tabel coefficient
menjelaskan hasil penjualan, dan jika correlations dapat dilihat matriks korelasi,
terjadi sisanya 8.6% maka variabel dari ketiga variabel independen yang
independen tidak dapat menjelaskan atau dipakai, yang korelasinya cukup besar
membuktikan tentang variabel dependen. adalah hubungan antara variabel pegawai
yang nilainya sebesar -0.594 atau sebesar
D. Uji Asumsi Klasik 5.95 %, tetapi karena korelasi masih
Dengan menggunakan uji dibawah 90 % maka bias dikatakan,
Heteroskendastisitas maka semua variabel bahwa variabel independen yang dipakai
berada di daerah penerimaan Ho yaitu :

67
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

tidak ada yang memiliki gejala signifikan terhadap hasil penjualan (Y) di
multikolinieritas. PT. Prima Athatama Magelang terbukti
karena dari hasil pengujian t hitung
E. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai t hitung lebih besar
Dari hasil pengujian untuk daripada t tabel yaitu 3.475 > 1.672,
menentukan nilai P dapat dilihat di berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka
Asymp. Sig. (2-tailed), dapat di terbukti variabel biaya distribusi ,
kreteriakan sebagai berikut : variabel biaya promosi dan variabel
a) Nilai Sig atau nilai P variabel jumlah pegawai pemasaran secara
distribusi = 0.919 > 0.05 maka data bersama-sama mempunyai pengaruh
dikatakan Normal yang signifikan terhadap hasil penjualan
b) Nilai Sig atau nilai P variabel promosi (Y) di PT. Prima Athatama Magelang
0.075 > 0.05 maka data dikatakan Hipotesis yang berbunyi variabel
Normal biaya distribusi , variabel biaya promosi
c) Nilai Sig atau nilai P variabel pegawai dan variabel jumlah pegawai pemasaran
0.127 > 0.05 maka data dikatakan secara simultan mempunyai pengaruh
Normal yang signifikan terhadap hasil penjualan
d) Nilai Sig atau nilai P variabel (Y) di PT. Prima Athatama Magelang
penjualan 0.526 > 0.05 maka data terbukti karena dari hasil pengujian F
dikatakan Normal hitung diperoleh nilai F hitung lebih besar
Berdasarkan hasil diatas maka dapat daripada F tabel yaitu 204.811 > 3.162,
disimpulkan bahwa semua variabel biaya berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka
distribusi , biaya promosi jumlah terbukti variabel biaya distribusi ,
pegawai pemasaran dan hasil penjualan variabel biaya promosi dan variabel
(Y) semuanya lebih besar dari pada 0.05 jumlah pegawai pemasaran secara
sehingga distribusi datanya adalah bersama-sama mempunyai pengaruh
Normal. yang signifikan terhadap hasil penjualan
(Y) di PT. Prima Athatama Magelang
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan B. Saran
Hipotesis yang berbunyi variabel PT. Prima Athatama Magelang
biaya distribusi , variabel biaya promosi memperhatikan citra perusahaan
dan variabel jumlah pegawai pemasaran (corporate image) dengan berusaha
secara persial mempunyai pengaruh yang menjaga hubungan yang harmonis dan
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

berkesinambungan antara PT. Prima DAFTAR PUSTAKA


Athatama Magelang dengan masyarakat Haider F. Abdul Amir. 2004. Modul
sekitar. Praktikum Statistik Deskriptif
Untuk meningkatkan hasil SPSS.Yogyakarta.
penjualan, maka sebaiknya PT. Prima Kotler, Philip. 2000. Marketing. Jakarta:
Athatama Magelang lebih meningkatkan Erlangga
biaya distribusi, biaya promosi dan Swastha dan Irawan. 2002. Manajemen
jumlah pegawai pemasaran sehingga Pemasaran Modern. Yogyakarta:
dapat dikeluarkan secara efisien sehingga Liberty
jangkauannya lebih luas. Swastha, Basu. 2004. Azas-azas
Marketing. Yogyakarta: BPFE
Swastha, Basu. 2004. Manajemen
Penjualan. Yogyakarta
Stanton, William J.2000. Manajemen
Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Lupiyoad., 2001. Marketing Mix. Jakarta:
Erlangga
Marom, Chairul . 2002. Sistem Akuntansi
Perusahaan Dagang. Jakarta:
Erlangga
Azwar, Saifuddi. 2007. Analisis Data.
Yogyakata
Gujarati, Damodar. 1997, Ekonometrika
Dasar. Jakarta : Erlangga

69
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN


RAWAT INAP DALAM MENGGUNAKAN JASA
Hardono, S.H., M.M.
Akademi Manajemen Administrasi “Dharmala”

ABSTRACT
Background: in Indonesia the hospital as one of the health care system in outline to provide
services to mesyarakat. Many factors are considered in choosing, but one way to attract customers
and win the competition is to provide quality services in accordance with customer wishes. Patients
and families will repeat visits if they feel satisfied, on the contrary will be disappointed, angry and
hurt if dissatisfied.
Methods: This study is a quantitative descriptive of a study using primary data and
secondary data. The primary data obtained through interviews, questionnaires on each ward in the
Hospital Nur Hidayah Bantul, Yogyakarta. While secondary data obtained from the data through the
document. Results: that significant value for comfort dimension (X1) is greater than the value of α
(0.05) for 0284 from the test showed that there was no influence on the decision of inpatients in using
the services of Nur Hidayah Hospital in Bantul, Yogyakarta. For information dimensions variable
(X2) obtained significance value (sig) is smaller than the value of α (0.05) of 0.038., Meaning that
there is the effect of variable dimensions of information (X2) against the decision of the patient (Y)
hospitalization in using the services of the Hospital Nur Hidayah Bantul, Yogyakarta. For variable
dimensions of human relationships (X3) values obtained significance value (sig) is smaller than the
value of α (0.05) 0.000. This means that there is influence of variable dimensions between humans
(X3) against the decision of the patient (Y) hospitalization in using the services of Nur Hidayah
Hospital in Bantul, Yogyakarta.
From the test results obtained value F kesil significantly more than the value of α (0.05)
0.000. This means that the variable dimension of comfort (X1), the dimensions of information (X2),
and the dimensions of human relationships (X3) simultaneously have significant influence on the
decision of the patient (Y). And the results of the t test can be concluded that the most dominant
variable is a variable dimension of human relationships (X3) with sig level of 0.000.
Keywords: comfort, information, human relatinship and patient's decision.

PENDAHULUAN untuk rawap inap. Banyak faktor yang


Masyarakat sekarang cukup dipertimbangkan dalam memilih, akan
selektif dalam menentukan pilihan, tetapi salah satu cara untuk menarik
termasuk dalam hal memilih rumah sakit pelanggan dan memenangkan persaingan
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

adalah dengan cara memberikan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit


pelayanan yang bermutu yang sesuai merupakan pelayanan kesehatan yang
dengan keinginan pelanggan. Kepuasan paripurna.
atau ketidakpuasan terhadap jasa Kewajiban utama rumah sakit
pelayanan yang didapatkan memberikan yaitu menerapkan fungsi-fungsi
pengaruh terhadap tingkat keputusan manajemen dalam pengelolaan rumah
kunjungan berikutnya. (Kotler, 2000: 21). sakit melalui hospital by laws agar tercipta
Pasien dan keluarga akan mengulangi “ Good Corporate Governance “ dan
kunjungan bila mereka merasa puas, menerapkan fungsi-fungsi manajemen
sebaliknya akan kecewa, marah dan sakit klinis yang baik sesuai standar pelayanan
hati apabila merasa tidak puas. Rumah medis dan standard operating procedure
sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya yang telah ditetapkan agar tercipta “ Good
pada kelengkapan fasilitas yang Corporate Governance “. Kewajiban
diunggulkan, melainkan juga sikap dan pelayanan kesehatan di rumah sakit
layanan sumber daya manusia diatur dalam rangka memberikan
merupakan elemen yang berpengaruh pelayanan sesuai dengan standar
signifikan terhadap pelayanan yang pelayanan dan standar operasional
dihasilkan dan dipersepsikan pasien. Bila prosedur rumah sakit, memberikan
elemen tersebut diabaikan maka dalam pelayanan dengan memperhatikan hak
waktu yang tidak lama, rumah sakit akan pasien, keamanan dan keselamatan pasien
kehilangan banyak pasien dan dijauhi serta melaksanakan program-program
oleh calon pasien. Pasien akan beralih ke mutu dan keselamatan pasien. Hal ini
rumah sakit lainnya yang memenuhi merupakan daya tarik bagi pasien untuk
harapan pasien, hal tersebut dikarenakan datang berobat serta mendapatkan
pasien merupakan aset yang sangat pelayanan sesuai dengan yang
berharga dalam mengembangkan industri diharapkan oleh pasien. Pelayanan pada
rumah sakit. Dengan demikian, sasaran rumah sakit juga dapat mendorong pasien
pelayanan kesehatan rumah sakit bukan untuk datang kembali dalam melakukan
hanya untuk individu pasien, tetapi juga penyembuhan pada rumah sakit tersebut.
berkembang untuk keluarga pasien dan Standar mutu pelayanan sebuah
masyarakat umum. Fokus perhatiannya rumah sakit akan selalu terkait dengan
memang pasien yang datang atau yang struktur, proses dan outcome sistem
dirawat sebagai individu dan bagian dari pelayanan rumah sakit tersebut. Standar
keluarga. Atas dasar sikap seperti itu, mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit

71
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

juga dapat dikaji dari tingkat Kebudayaan merupakan faktor


pemanfaatan sarana pelayanan oleh pembantu yang paling dasar dari
masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat keinginan dan perilaku seseorang. Bila
efisiensi rumah sakit. Model makhluk – makhluk lainnya bertindak
kepemimpinan pertisipatif akan menjadi berdasarkan naluri maka perilaku
salah satu faktor yang ikut menentukan manusia umumnya dipelajari.
mutu pelayanan rumah sakit karena 2. Sub budaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit Setiap kebudayaan terdiri dari
hampir semuanya saling terkait satu sub budaya – sub budaya yang lebih
bagian dengan bagian yang lain. Atas kecil yang memberikan identifikasi
dasar kondisi rumah sakit tersebut maka dan sosialisasi yang lebih spesifik
pelayanan di rumah sakit harus untuk para anggotanya. Sub budaya
mengembangkan sistem jaringan kerja dapat dibedakan menjadi empat jenis
(networking) yang saling menunjang agar yaitu kelompok nasionalisme,
dapat menghasilkan kualitas pelayanan di kelompok keagamaan, kelompok ras
rumah sakit yang sesuai dengan standar dan area geografis.
profesi. 3. Kelas Sosial
Kelas – kelas sosial adalah
LANDASAN TEORI kelompok yang relativ homogen dan
Perilaku Konsumen bertahan lama dalam suatu
1. Pengertian Perilaku Konsumen. masyarakat, yang tersusun secara
Perilaku konsumen merupakan hirarki dan yang keanggotaannya
interaksi dinamis antar afeksi dan mempunyai nilai, minat dan perilaku
kognisi, perilaku dan lingkungannya yang serupa.
di mana manusia melakukan kegiatan
pertukaran dalam hidup mereka c. Kualitas Pelayanan
(Nugroho, 2010: 3 ). Kualitas pelayanan adalah
2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi segala bentuk aktivitas yang dilakukan
Perilaku Konsumen oleh perusahaan guna memenuhi harapan
Menurut Nugroho ( 2010:10 ) konsumen ( Tjiptono, 2007: 82 ).
terdapat faktor–faktor yang Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai
mempengaruhi perilaku konsumen yaitu jasa atau service yang disampaikan oleh
sebagai berikut : pemilik jasa yang berupa kemudahan,
1. Kebudayaan kecepatan, hubungan, kemampuan dan
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

keramahtamahan yang ditujukan melalui dipenuhinya dimensi kompetensi


sikap dan sifat dalam memberikan teknis dapat mengakibatkan berbagai
pelayanan untuk kepuasan konsumen. hal, mulai dari penyimpangan kecil
terhadap standar layanan kesehatan,
Kualitas pelayanan ( service
sampai kepada kesalahan fatal yang
quality ) dapat diketahui dengan cara
dapat menurunkan mutu layanan
membandingkan persepsi para konsumen
kesehatan dan membahayakan jiwa
atas pelayanan yang nyata- nyata mereka
pasien.
terima atau peroleh dengan pelayanan
yang sesungguhnya mereka harapkan 2. Dimensi keterjangkauan atau
atau inginkan terhadap atribut - atribut akses terhadap layanan
pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa kesehatan
yang diterima atau dirasakan ( perceived Dimensi keterjangkauan atau akses,
service ) sesuai dengan yang diharapkan, artinya layanan kesehatan itu harus
maka kualitas pelayanan dipersepsikan dapat dicapai oleh masyarakat, tidak
baik dan memuaskan, jika jasa yang terhalang oleh keadaan geografis,
diterima melampaui harapan konsumen, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa.
maka kualitas pelayanan dipersepsikan Akses geografis diukur dengan jarak,
sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya lama perjalanan, biaya perjalanan, jenis
jika jasa yang diterima lebih rendah transportasi dan atau hambatan fisik
daripada yang diharapkan, maka kualitas lain yang dapat menghalangi seseorang
pelayanan dipersepsikan buruk. untuk mendapat layanan kesehatan.
Akses ekonomi berkaitan dengan
d. Dimensi Mutu Layanan Kesehatan
kemampuan membayar biaya layanan
1. Dimensi kompetensi teknis
kesehatan. Akses sosial atau budaya
Dimensi kompetensi teknis
berhubungan dengan dapat diterima
menyangkut ketrampilan, kemampuan
atau tidaknya layanan kesehatan itu
dan penampilan atau kinerja pemberi
secara sosial atau nilai budaya,
layanan kesehatan. Dimensi
kepercayaan dan perilaku. Akses
kompetensi teknis itu berhubungan
organisasi ialah sejauh mana layanan
dengan bagaimana pemberi layanan
kesehatan itu diatur agar memberikan
kesehatan mengikuti standar layanan
kemudahan atau kenyamanan kepada
kesehatan yang telah disepakati, yang
pasien atau konsumen. Akses bahasa,
meliputi kepatuhan, ketepatan,
artinya pasien harus dilayani dengan
kebenaran dan konsistensi. Tidak

73
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

menggunakan bahasa atau dialek yang dimana dan bagaimana layanan


dapat dipahami oleh pasien. kesehatan itu akan dan atau telah
dilaksanakan. Dimensi informasi ini
3. Dimensi Kenyamanan
sangat penting pada tingkat puskesmas
Dimensi kenyamanan tidak
dan rumah sakit.
berhubungan langsung dengan
efektivitas layanan kesehatan, tetapi 5. Dimensi Hubungan Anta
mempengaruhi kepuasan pasien Manusia
sehingga mendorong pasien untuk Hubungan antar manusia
datang berobat kembali ketempat merupakan interaksi antara pemberi
tersebut. Kenyamanan atau layanan kesehatan ( provider ) dengan
kenikmatan dapat menimbulkan pasien atau konsumen, antar sesama
kepercayaan pasien kepada organisasi pemberi layanan kesehatan, hubungan
layanan kesehatan. Jika biaya layanan antara atasan dan bawahan, dinas
kesehatan menjadi persoalan, kesehatan, rumah sakit, puskesmas,
kenikmatan akan mempengaruhi pemerintah daerah, LSM, masyarakat,
pasien untuk membayar biaya layanan dan lain – lain. Hubungan antar
kesehatan. Kenyamanan juga terkait manusia yang baik akan menimbulkan
dengan penampilan fisik layanan kepercayaan atau kredibilitas dengan
kesehatan, pemberi pelayanan, cara saling menghargai, menjaga
peralatan medis dan non medis. rahasia, saling menghormati, responsif,
Misalnya, tersedianya AC, TV, majalah, memberi perhatian, dan lain – lain.
musik, kebersihan dalam suatu ruang
6. Dimensi Efektivitas Layanan
tunggu dapat menimbulkan perasaan
Kesehatan
kenikmatan tersendiri sehingga waktu
Layanan kesehatan
tunggu tidak menjadi hal yang
haruslah efektif, artinya harus mampu
membosankan. Tersedianya gorden
mengobati atau mengurangi keluhan
penyekat dalam kamar periksa akan
yang ada, mencegah terjadinya
memberikan kenyamanan terutama
penyakit serta berkembangnya dan
kepada pasien wanita.
atau meluasnya penyakit yang ada.
4. Dimensi Informasi Efektivitas layanan kesehatan ini
Layanan kesehatan yang bermutu tergantung pada bagaimana standar
harus mampu memberikan informasi layanan kesehatan itu digunakan
yang jelas tentang apa, siapa, kapan,
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

dengan tepat, konsisten dan sesuai menggunakan peralatan dan obat yang
dengan situasi setempat. tepat, serta dengan biaya yang efisien.

7. Dimensi Efisiensi Layanan 10. Dimensi Keamanan


Kesehatan Dimensi keamanan
Sumber daya kesehatan maksudnya layanan kesehatan itu
sangat terbatas. Oleh sebab itu, dimensi harus aman, baik bagi pasien, bagi
efisiensi sangat penting dalam layanan pemberi layanan, maupun bagi
kesehatan. Layanan kesehatan yang masyarakt sekitarnya. Layanan
efisiensi dapat melayani lebih banyak kesehatan yang bermutu harus aman
pasien dan atau masyarakat. Layanan dari resiko cedera, infeksi, efek
kesehatan yang tidak memenuhi samping, atau bahaya lain yang
standar layanan kesehatan umumnya ditimbulkan oleh layanan kesehatan itu
berbiaya mahal, kurang nyaman bagi sendiri.
pasien, memerlukan waktu lama, dan
menimbulkan resiko yang lebih besar
e. Jenis Perawatan
kepada pasien. Dengan melakukan
Menurut Siregar ( 2012 : 16 )
analisis efisiensi dan efektivitas, kita
jenis-jenis perawatan terbagi :
dapat memilih intervensi yang paling
1. Perawatan penderita rawat tinggal
efisien.
Dalam perawatan penderita rawat
8. Dimensi Kesinambungan
tinggal di rumah sakit ada lima unsur
Layanan Kesehatan
tahap pelayanan, yaitu :
Dimensi kesinambungan
E. Perawatan intensif, adalah perawatan
layanan kesehatan artinya pasien harus
bagi penderita kesakitan hebat yang
dapat dilayani sesuai kebutuhannya,
memerlukan pelayanan khusus
termasuk rujukan jika diperlukan
selama waktu kritis kesakitannya atau
tanpa mengulangi prosedur diagnosis
lukanya, suatu kondisi apabila ia tidak
dan terapi yang tidak perlu.
mampu melakukan kebutuhannya
9. Dimensi Ketepatan Waktu
sendiri. Ia dirawat dalam ruangan
Agar berhasil, layanan
perawatan intensif oleh staf medik
kesehatan ini harus dilaksanakan
dan perawat khusus.
dalam waktu dan cara yang tepat, oleh
F. Perawatan intermediet, adalah
pemberi pelayanan yang tepat dan
perawatan bagi penderita setelah
kondisi kritis membaik, yang

75
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

dipindahkan dari ruang perawatan Perawatan ini diberikan kepada


intensif ke ruang perawatan biasa. penderita melalui klinik, yang
Perawatan intermediet merupakan menggunakan fasilitas rumah sakit tanpa
bagian terbesar dari jenis perawatan di terikat secara fisik di rumah sakit. Meraka
kebanyakan rumah sakit. datang ke rumah sakit untuk pengobatan
G. Perawatan swarawat, adalah atau untuk diagnosis, atau datang sebagai
perawatan yang dilakukan penderita kasus darurat.
yang dapat merawat diri sendiri, yang
datang ke rumah sakit untuk maksud
METODE PENELITIAN
diagnostik saja atau penderita yang A. Lokasi Penelitian
kesehatannya sudah cukup pulih dari Penelitian ini dilakukan di Rumah
kesakitan intensif atau intermediet, Sakit Nur Hidahaya Bantul Yogyakarta, Jl.
dapat tinggal dalam satu unit Imogiri Timur km 11,5 Blawong Trimulyo,
perawatan sendiri. Jetis, Bantul Yogyakarta.
H. Perawatan kronis, adalah perawatan
penderita dengan kesakitan atau B. Populasi Penelitian
ketidakmampuan jasmani jangka Populasi adalah wilayah
panjang. Mereka dapat tinggal dalam generalisasi yang terdiri atas obyek atau
bagian terpisah rumah sakit atau subyek yang mempunyai kaitan dan
dalam fasilitas perawatan tambahan karakteristik tertentu yang ditetapkan
atau rumah perawatan yang juga oleh peneliti untuk dipelajari dan
dapat dioperasikan oleh rumah sakit. kemudian ditarik kesimpulannya
I. Perawatan rumah, adalah perawatan (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam
penderita di rumah yang dapat penelitian ini adalah seluruh pasien rawat
menerima layanan seperti biasa inap pada Rumah Sakit Nur Hidayah
tersedia di rumah sakit, di bawah Bantul Yogyakarta yang berjumlah 488
suatu program yang disponsori oleh pasien dalam satu bulan di semua
rumah sakit. Perawatan rumah ini ruangan rawat inap.
adalah paling penting, tetapi sangat
sedikit diterapkan. Perawatan ini lebih C. Sampel Penelitian
mudah dan merupakan jenis Sampel adalah sebagian atau wakil
perawatan yang efektif secara populasi yang diteliti
psikologis. (Suharsimi Arikunto, 2010).
2. Perawatan penderita rawat jalan
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Dengan jumlah populasi sebanyak Karakteristik Responden Berdasarkan


488 dan standart eror adalah 10% maka Jenis Kelamin
sampel yang akan diambil adalah : Jenis Jumlah Persenta
Kelamin Respond se (%)
n= N
en
1 + N (e)2 Pria 30 36,1
n= 488 Wanita 53 63,9
Jumlah 83 100 %
1 + 488 (10%)2
n= 488 Berdasarkan tabel diatas dapat
5,88 diketahui bahwa responden dengan
n = 82,99
jenis kelamin pria sebanyak 30 orang
n = 83
atau 36,1 % dan sisanya responden
Jadi sampel yang akan diambil
perempuan sebanyak 53 orang atau
peneliti untuk melakukan penelitian ini
63,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa
adalah 82,99 orang atau dengan
pembulatan 83 orang. Teknik yang
mayoritas pasien rawat inap di rumah

digunakan untuk mengambil sampel sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta

yaitu Simple Rondom Sampling. Menurut berjenis kelamin wanita.


Sugiyono (2007) dikatakan simple ( Karakteristik responden
sederhana ) karena pengambilan anggota berdasarkan umur
sampel dari populasi dilakukan secara Tabel 1.2 Karakteristik
acak tanpa memperhatikan strata yang Responden Berdasarkan Usia
ada dalam populasi.
Usia Jumla Pers
h entase
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden (%)
Karakteristik Responden
≤ 20 4 4,8
a. Karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin tahun

Berdasarkan hasil penyebaran 21 – 6 7,2


kuesioner terhadap responden untuk 30 tahun
mengetahui karakteristik berdasarkan 31 – 22 26,5
jenis kelamin didapatkan data seperti 40 tahun
terlihat dalam tabel berikut :
41 – 20 24,1
Tabel 1.1
50 tahun

77
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

≥ 51 31 37,3 SLTA 11 13,


tahun 3
Jum 83 100 Diplom 4 4,8
lah % a
Dari tabel 4.2 menunjukkan Strata-1 4 4,8
bahwa responden rata-rata berusia > (S-1)
50 tahun mempunyai presentase yang Strata-2 - -
tertinggi sebanyak 31 orang atau 37,3 (S-2)
%, pasien dengan umur 31-40 Lainnya 44 53,
sebanyak 22 orang atau 26,5 %, pasien 0
dengan umur 41-50 sebanyak 20 orang Jumlah 83 10
atau 24,1 %. pasien dengan umur 21-30 0%
sebanyak 6 orang atau 7,2 % dan yang
paling sedikit adalah pasien dengan Berdasarkan tabel di atas
umur < 20 sebanyak 4 orang atau 4,8 responden sebanyak 20 orang atau
%. Sehingga data yang di atas dapat 24,1 % mempunyai pendidikan
ditarik kesimpulan bahwa sebagian terakhir SLTP, 11 orang atau 13,3 %
besar pasien rawat inap di Rumah mempunyai pendidikan tarkhir SLTA,
Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta 4 orang atau 4,8 % mempunyai
berusia > 51. pendidikan terakhir Diploma, 4 orang
Karakteristik responden atau 4,8 % mempunyai pendidikan
berdasarkan pendidikan terakhir terakhir Strata-1 (S-1) dan lainnya
sebanyak 44 orang atau 53,0 %. Dari
Tabel 1.3 Karakteristik data diatas maka ditarik kesimpulan
Responden Berdasarkan Pendidikan bahwa sebagian besar pasien rawat
Terakhir inap pada Rumah Sakit Nur Hidayah
Pendidi Jumla Pe Bantul Yogyakarta tidak mempunyai
kan Terakhir h rsentase pendidikan.
Responden (%) Karakteristik responden
SLTP 20 24, berdasarkan status perkawinan
1
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Tabel 1.4 Karakteristik (Ghozali, 2005:45). Kuesioner untuk


Responden Berdasarkan Status melakukan uji validitas dibagikan
Perkawinan kepada 30 orang pasien rawat inap
Status Jumlah Persen pada Rumah Sakit Nur Hidayah
Perkawinan Responden tase Bantul Yogyakarta secara acak. Nilai α
(%) yang digunakan adalah 0,05 atau 5%.
Menikah 74 89,2 Tabel 1.5
Belum 9 10,8 Hasil Uji Tingkat Validitas untuk
Menikah Variabel Independen dan Dependen
Jumlah 83 100 % Variabel Butir r r tabel Hasil Valid
Pernyat hitung (10%) Pengujia
aan df =25 n
Butir 1 0,632 0,323 r hitung ya
Tabel 4.4, dari responden > r tabel
Butir 2 0,558 0,323 r hitung ya
sebanyak 83 orang, 74 orang atau 89,2 > r tabel
Dimensi
Butir 3 0,741 0,323 r hitung ya
kenyama
% yang sudah menikah dan sisanya > r tabel
nan (X1)
Butir 4 0,718 0,323 r hitung ya
sebanyak 9 orang atau 10,8 % yang > r tabel
Butir 5 0,584 0,323 r hitung ya
belum menikah. Maka ditarik > r tabel
Butir 1 0,794 0,323 r hitung ya
kesimpulan bahwa sebagian besar > r tabel
Butir 2 0,760 0,323 r hitung ya
pasien rawat inap di Rumah Sakit Nur > r tabel
Dimensi
Butir 3 0,624 0,323 r hitung ya
informasi
Hidayah Bantul Yogyakarta adalah > r tabel
(X2)
Butir 4 0,508 0,323 r hitung ya
pasien yang sudah menikah. > r tabel
Butir 5 0,705 0,323 r hitung ya
Uji Instrumen Penelitian > r tabel
Butir 1 0,782 0,323 r hitung ya
Uji Validitas > r tabel
Butir 2 0,703 0,323 r hitung ya
Dimensi
Untuk mengetahui layak > r tabel
hubunga
Butir 3 0,703 0,323 r hitung ya
n
tidaknya kuesioner perlu diuji dengan > r tabel
antarman
Butir 4 0,610 0,323 r hitung ya
usia (X3)
menggunakan uji validitas. Uji > r tabel
Butir 5 0,534 0,323 r hitung Ya
validitas digunakan untuk mengukur > r tabel
Butir 1 0,637 0,360 r hitung Ya
sah atau tidaknya suatu kuesioner. > r tabel
Butir 2 0,748 0,360 r hitung Ya
Suatu kuesioner dikatakan valid jika > r tabel
Keputusa Butir 3 0,375 0,360 r hitung Ya
pertanyaan pada kuesioner mampu n Pasien > r tabel
(Y) Butir 4 0,672 0,360 r hitung Ya
untuk mengungkapkan sesuatu yang > r tabel
Butir 5 0,583 0,360 r hitung Ya
akan diukur oleh koesioner tersebut > r tabel
Butir 6 0,749 0,360 r hitung Ya

79
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

Variabel Butir r r tabel Hasil Validpenggunaan instrumen yang


Pernyat hitung (10%) Pengujia
aan df =25 n bersangkutan. Reliabilitas diukur dari
> r tabel
Butir 7 0,658 0,360 r hitung Ya koefisien korelasi, bila koefisien
> r tabel
Butir 8 0,805 0,360 r hitung Ya korelasi positif signifikan maka
> r tabel
Butir 9 0,602 0,360 r hitung Ya instrumen tersebut sudah dinyatakan
> r tabel
Butir 10 0,624 0,360 r hitung Ya reliabel atau handal.
> r tabel
Uji reabilitas dapat dilakukan
Dari hasil analisis uji validitas dengan menggunakan program SPSS
diketahui bahwa variabel dimensi versi 17.0. Untuk mengukur reliabilitas
kenyamanan (X1), dimensi informasi dengan uji statistik Cronbach Alpha (α).
(X2), dimensi hubungan antar manusia Suatu variabel dikatakan reliabel jika
(X3) dan keputusan pasien (Y) memberikan nilai Cronbach Alpha >
mempunyai r hitung lebih besar pada 0,60. (Bawono, 2006; 64).
setiap item pertanyaan dibanding
dengan r tabel. Dengan df = n-2, Tabel 1.6 Hasil Uji Cronbach Alpha
dimana n adalah jumlah sampel
Cronba Hasil
(Ghozali 2005:45). Pada penelitian ini Variabel ch
Krite
Pengujia
Keter
ria angan
Alpha n
jumblah sampel adalah 30 dan df = 30- Cronbach
Dimensi 0,827 0,60 Relia
Kenyam Alpha bel
2 =28, maka diperoleh r tabel 0,361 >0,60
anan (X1)
Dimensi 0,858 0,60 Cronbach Relia
sehingga r hitung lebijh besar dari r Alpha
Informas bel
i (X2) >0,60
tabel, maka semua pertanyaan yang
Dimensi 0,846 0,60 Cronbach Relia
Hubung Alpha bel
digunakan dalam kuesioner adalah
an >0,60
valid. Antarma
nusia
Uji Reliabilitas Instrument (X3)
Keputus 0,893 0,60 Cronbach Relia
Digunakan untuk mengetahui an Alpha bel
Pasien >0,60
konsistensi tidaknya suatu kuesioner (Y)

yang didesainnya. Untuk mengukur Dari tabel diatas dapat

konsisten, peneliti memerlukan sekali disimpulkan bahwa nilai Cronbach

pengujian dengan menggunakan Alpha >0,60, maka semua variabel

teknik tertentu terhadap skor jawaban adalah reliabel.

responden yang dihasilkan dari


Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Alat Uji Hipotesis b2 = 0.457

Uji Regresi Berganda b3 = 1.054

Analisis regresi linear ganda Berdasarkan persamaan regresi

digunakan oleh penulis, bila peneliti berganda diatas dapat diuraikan

bermaksud meramalkan bagaimana sebagai berikut :

keadaan (naik turunnya) variabel Konstanta

dependen (kriterium), bila dua atau Konstanta bernilai positif

lebih variabel independen sebagai menunjukkan bahwa variabel dimensi

faktor prediktor dimanipulasi (nilai kenyamanan, dimensi informasi, dan

variabel independennya diganti dimensi hubungan antar manusia

dengan angka). Jadi analisis regresi mempunyai pengaruh yang positif

linear ganda akan dilakukan bila sebesar 9.015 terhadap keputusan

jumlah variabel independennya pasien rawat inap dalam

minimal 2 (Sugiyono, 2007: 275). menggunakan jasa pada Rumah Sakit

Persamaan regresi untuk n prediktor Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.

adalah Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 dan Apabila variabel dimensi

hasil perhitungan regresinya adalah : kenyamanan, dimensi informasi dan


dimensi hubungan antar manusia

Tabel 1.8 Hasil Analisis Regresi tidak ada maka keputusan pasien

Linear Berganda Coefficientsa rawat inap dalam menggunakan jasa


Unstandardized Standardized pada Rumah Sakit Nur Hidayah
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig. Bantul Yogyakarta akan tetap bernilai
1 (Constant) 9.015 2.891 3.118 .003

X1 .104 .096 .086 1.078 .284


positif.
X2 .457 .217 .231 2.107 .038
Koefisien Regresi Variabel
X3 1.054 .203 .571 5.188 .000

a. Dependent Variable: Y
dimensi kenyamanan

Berdasarkan hasil pengolahan data Nilai positif menunjukkan

tabel diatas maka, diperoleh hasil sebagai indikasi bahwa variabel dimensi
berikut : kenyamanan mempunyai pengaruh
Y= 9.015+ 0,104X1+ 0,457X2+ 1.054X3 positif yang signifikan sebesar 0.104,
a = 9.015 apabila rumah sakit
b1 = 0.104 menyelenggarakan dimensi

81
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

kenyamanan (X1) maka akan terjadi Tabel 1.9 Nilai t dan Tingkat
peningkatan terhadap variabel Y Signifikansi Coefficientsa
(keputusan pasien). Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Koefisien Regresi dimensi Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 9.015 2.891 3.118 .003

informasi X1 .104 .096 .086 1.078 .284

X2 .457 .217 .231 2.107 .038


Nilai positif menunjukkan bahwa X3 1.054 .203 .571 5.188 .000

a. Dependent Variable : Y
variabel dimensi informasi
mempunyai pengaruh positif yang
Rumusan hipotesis mengenai
signifikan terhadap variabel
pengaruh dimensi kenyamanan (X1),
dependen (keputusan pasien) sebesar
terhadap keputusan pasien rawat inap
0.457.
dalam menggunakan jasa pada Rumah
Koefisien Regresi dimensi
Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.
hubungan antar manusia
Di analisa melalui output tabel di atas
Dimensi hubungan antar
sebagai berikut :
manusia (X3) mempunyai pengaruh
penentuan hipotesis :
yang positif terhadap keputusan
Ho : variabel dimensi kenyamanan
pasien rawat inap dalam
(X1), secara sendiri tidak mempunyai
menggunakan jasa pada rumah sakit
pengaruh secara signifikan terhadap
Nur Hidayah Bantul, Yogyakarta
keputusan pasien (Y) rawat inap
sebesar 1.054.
dalam menggunakan jasa pada Rumah
b. Uji Hipotesis Koefisien
Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.
Regresi
Ha : variabel dimensi kenyamanan
Pengujian uji t hitung ( Secara
(X1) secara sendiri ada pengaruh
parsial )
secara signifikan terhadap keputusan
Tujuan pengujian ini untuk
pasien (Y) rawat inap dalam
mengetahui seberapa jauh pengaruh
menggunakan jasa pada Rumah Sakit
masing - masing variabel terhadap
Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.
keputusan pasien (Sugiyono,
Kriteria : Jika nilai P signifikan ˂ nilai
2004:184).
α = Hο ditolak
Jika nilai P signifikan ˃ nilai α = Hο
diterima
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Dari variabel dimensi Kriteria : Jika nilai P signifikan ˂ nilai


kenyamanan (X1) diperoleh nilai sig α = Hο ditolak
lebih besar dari α (0,05) sebesar 0.284 Jika nilai P signifikan ˃ nilai α = Hο
Karena nilai P > nilai α maka diterima
kesimpulannya Ho diterima, dari uji Untuk variabel diminsi informasi
tersebut menunjukkan bahwa tidak (X2) diperoleh nilai P (probabilitas)
ada pengaruh terhadap keputusan atau nilai signifikansi (sig) lebih kecil
pasien rawat inap dalam dari nilai α (0,05) sebesar 0,038. Karena
menggunakan jasa pada rumah sakit nilai P < nilai α maka kesimpulannya
Nur Hidayah Bantul, Yogyakarta. Ho ditolak dan menerima Ha, artinya
Rumusan hipotesis mengenai ada pengaruh variabel deminsi
pengaruh diminsi informasi (X2), informasi (X2) terhadap keputusan
terhadap keputusan pasien (Y) rawat pasien (Y) rawat inap dalam
inap dalam menggunakan jasa pada menggunakan jasa pada Rumah Sakit
rumah sakit Nur Hidayah Bantul, Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.
Yogyakarta. Di analisa melalui output Rumusan hipotesis mengenai
tabel di atas sebagai berikut: pengaruh deminsi hubungan
Penentuan hipotesis : antarmanusia (X3), terhadap
Ho : variabel dimensi informasi (X2) keputusan pasien (Y) rawat inap
secara sendiri tidak mempunyai dalam menggunakan jasa pada Rumah
pengaruh secara signifikan terhadap Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.
keputusan pasien (Y) rawat inap Di analisa melalui output tabel di atas
dalam menggunakan jasa pada Rumah sebagai berikut :
Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta Penentuan hipotesis :
Ha : variabel dimensi informasi Ho : variabel dimensi hubungan antar
(X2), secara sendiri ada pengaruh manusia (X3) secara sendiri tidak
secara signifikan terhadap keputusan mempunyai pengaruh secara
pasien (Y) rawat inap dalam signifikan terhadap keputusan pasien
menggunakan jasa pada Rumah Sakit (Y) rawat inap dalam menggunakan
Nur Hidayah Bantul Yogyakarta. jasa pada Rumah Sakit Nur Hidayah
Bantul, Yogyakarta

83
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

Ha : variabel dimensi hubungan antar pengaruh semua variabel X secara


manusia (X3) secara sendiri ada bersama-sama dapat mempengaruhi Y
pengaruh secara signifikan terhadap (Sugiyono, 2004:190).
keputusan pasien (Y) rawat inap Tabel 1.10 tabel f Hitung
dalam menggunakan jasa pada Rumah ANOVAb
Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta Model
Sum of
Squares Df Mean Square F

Kriteria : Jika nilai P signifikan ˂ nilai 1 Regression 895.910 3 298.637 54.913

Residual 429.632 79 5.438

α = Hο ditolak Total 1325.542 82

a. Predictors : (Constant), X3, X1, X2

Jika nilai P signifikan˃ nilai α = Hο b. Dependent Variable : Y

diterima
Penentuan hipotesis :
Untuk variabel diminsi
Ho : variabel dimensi kenyamanan
hubungan antar manusia (X3)
(X1), dimensi informasi (X2), dan
diperoleh nilai P (probabilitas) atau
dimensi hubungan antar manusia (X3)
nilai signifikansi (sig) lebih kecil dari
secara bersama-sama tidak
nilai α (0,05) sebesar 0,000. Karena nilai
mempunyai pengaruh secara
P < nilai α maka kesimpulannya Ho
signifikan terhadap keputusan pasien
ditolak dan menerima Ha, artinya ada
(Y) rawat inap dalam menggunakan
pengaruh variabel diminsi antar
jasa pada rumah sakit Nur Hidayah
manusia (X3) terhadap keputusan
Bantul, Yogyakarta.
pasien (Y) rawat inap dalam
Ha : variabel dimensi kenyamanan
menggunakan jasa pada Rumah Sakit
(X1), dimensi informasi (X2), dan
Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.
dimensi hubungan antar manusia (X3)
secara bersama-sama mempunyai
Pengujian dengan F hitung (Pengujian
pengaruh secara signifikan terhadap
simultan)
terhadap keputusan pasien (Y) rawat
Menghitung koefisien
inap dalam menggunakan jasa pada
determinasi, untuk menilai besarnya
Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul
kontribusi variabel independen
Yogyakarta.
terhadap variabel dependen.
Kriteria :
Pengujian dengan F hitung tujuannya
Jika nilai P (sig) < nilai α = Ho ditolak.
untuk mengetahui seberapa jauh
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Jika nilai P (sig) > nilai α = Ho yaitu variabel dimensi hubungan


diterima. antar manusia (X3).
Hasil Uji diperoleh nilai Koefisien Determinansi (R2)
signifikansi (sig) lebih kecil dari nilai α Tabel 1.11 Nilai Koefisien
(0,05) sebesar 0,000. Karena nilai P < Determinansi (R2) Model Summary
nilai α maka kesimpulannya Ho Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate
ditolak dan menerima Ha, artinya .822a .676 .664 2.332

variabel dimensi kenyamanan (X1), a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

dimensi informasi (X2) dan dimensi Dari olah data primer yang
hubungan antar manusia (X3) secara dilakukan dengan menggunakan
bersama-sama mempunyai pengaruh program SPSS versi 17.0 diketahui
secara signifikan terhadap terhadap besarnya Adjusted R Square sebesar
keputusan pasien (Y) rawat inap 0,664. Hal ini berarti 66,4% variabel
dalam menggunakan jasa pada Rumah dependen yaitu variansi keputusan
Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta. pasien (Y) rawat inap dalam
Variabel dominan menggunakan jasa pada rumah sakit
Rumusan hipotesis variabel yang Nur Hidayah Bantul, Yogyakarta
paling dominan berpengaruh terhadap dapat dijelaskan oleh variabel dimensi
keputusan pasien (Y) rawat inap kenyamanan (X1), dimensi informasi
dalam menggunakan jasa pada Rumah (X2), dan dimensi hubungan antar
Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta. manusia (X3) . Sedangkan sisanya
Dari hasil uji nilai P (sig) lebih kecil (100% - 66,4% = 33,6%) dijelaskan
dari variabel lain sebesar 0,000 berada variansinya oleh variabel lain. Atau
pada variabel dimensi hubungan antar dengan kata lain 6645% sumbangan
manusia (X3). Sehingga dapat pengaruh variabel independen yaitu
disimpulkan bahwa variabel yang dimensi kenyamanan (X1), dimensi
paling dominan mempengaruhi informasi (X2) dan dimensi hubungan
keputusan pasien (Y) rawat inap antar manusia (X3) variabel dependen
dalam menggunakan jasa pada Rumah yaitu keputusan pasien (Y).
Sakit Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.

85
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

PEMBAHASAN variabel dimensi informasi (X2)


Dari hasil analisis data mengenai diperoleh nilai P (probabilitas) atau
pengaruh kualitas pelayanan terhadap nilai signifikansi (sig) lebih kecil dari
keputusan pasien rawat inap dalam nilai α (0,05) sebesar 0,038. Karena nilai
menggunakan jasa pada Rumah Sakit P < nilai α maka kesimpulannya Ho
Nur Hidayah Bantul Yogyakarta. Dari ditolak dan menerima Ha, artinya ada
hasil uji Sig secara parsial didapatkan pengaruh variabel dimensi informasi
hasil sig untuk variabel dimensi (X2) terhadap keputusan pasien rawat
kenyamanan (X1) diperoleh nilai sig inap dalam menggunakan jasa pada
lebih besar dari α (0,05) sebesar 0.284 Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul
karena nilai P > nilai α maka Yogyakarta. Dan untuk variabel
kesimpulannya Ho diterima, dari uji dimensi hubungan antar manusia (X3)
tersebut menunjukkan bahwa tidak diperoleh nilai P (probabilitas) atau
ada pengaruh terhadap keputusan nilai signifikansi (sig) lebih kecil dari
pasien rawat inap dalam nilai α (0,05) sebesar 0,000. Karena nilai
menggunakan jasa pada Rumah Sakit P < nilai α maka kesimpulannya Ho
Nur Hidayah Bantul Yogyakarta. Oleh ditolak dan menerima Ha, artinya ada
karena itu pihak rumah sakit harus pengaruh variabel dimensi antar
lebih meningkatkan dimensi manusia (X3) terhadap keputusan
kenyamanan (X1) agar dapat pasien rawat inap dalam
mendorong pasien untuk datang menggunakan jasa pada Rumah Sakit
berobat kembali rumah sakit tersebut. Nur Hidayah Bantul Yogyakarta.
Karena kenyamanan atau kenikmatan Sehingga pihak rumah sakit harus
dapat menimbulkan kepercayaan lebih lagi meningkatkan dimensi
pasien kepada organisasi layanan hubungan anatar manusia karena
kesehatan, misalnya tersedianya AC / dengan meningkatnya hubungan
TV / majalah / musik dalam suatu antar manusia yang baik akan
ruangan tunggu dapat menimbulkan menimbulkan kepercayaan atau
perasaan kenikmatan tersendiri kredibilitas dengan cara saling
sehingga waktu tunggu tidak menjadi menghargai, menjaga rahasia, saling
hal yang membosankan. Untuk menghormati dan responsiv.
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Hasil pengujian secara simultan ( menghargai, menjaga rahasia, saling


Uji F) dapat diketahui nilai signifikansi menghormati dan responsif .
(sig) lebih kecil dari nilai α (0,05) sebesar Dari Adjusted R Square sebesar
0,000. Karena nilai P < nilai α maka 0,664. Hal ini berarti 66,4% variabel
kesimpulannya Ho ditolak dan menerima dependen yaitu variansi keputusan pasien
Ha, artinya variabel dimensi kenyamanan (Y) rawat inap dalam menggunakan jasa
(X1), dimensi informasi (X2) dan dimensi pada Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul,
hubungan antar manusia (X3) secara Yogyakarta dapat dijelaskan oleh variabel
bersama-sama mempunyai pengaruh dimensi kenyamanan (X1), dimensi
secara signifikan terhadap terhadap informasi (X2) dan dimensi hubungan
keputusan pasien (Y) rawat inap dalam antar manusia (X3) . Sedangkan sisanya
menggunakan jasa pada Rumah Sakit Nur (100% - 66,4% = 33,6%) dijelaskan
Hidayah Bantul Yogyakarta. variansinya oleh variabel lain yang tidak
Dari hasil uji t dapat menjawab diteliti seperti harga, fasilitas, lokasi,
hipotesis yang berbunyi variabel dimensi kepercayaan dan pelayanan. Atau dengan
hubungan antar manusia (X3) yang paling kata lain 66,4% sumbangan pengaruh
dominan berpengaruh terhadap variabel independen yaitu dimensi
keputusan pasien (Y) rawat inap dalam kenyamanan (X1), dimensi informasi (X2)
menggunakan jasa pada Rumah Sakit Nur dan dimensi hubungan antar manusia
Hidayah Bantul Yogyakarta. Dari hasil uji (X3) variabel dependen yaitu keputusan
tersebut nilai P (sig) lebih kecil dari pasien (Y).
variabel lain sebesar 0,000 . Hal ini sesuai
dengan pendapat (Tjiptono, 2007) KESIMPULAN DAN SARAN
hubungan antar manusia merupakan 7) Kesimpulan
interaksi antara pemberi layanan 1. Hasil Uji secara simultan diperoleh
kesehatan ( provider ) dengan pesien atau nilai signifikasi (sig) lebih kecil dari
konsumen, antarsesama pemberi layanan nilai α (0,05) sebesar 0,000. Karena nilai
kesehatan, hubungan antara atasan dan P < nilai α maka kesimpulannya Ho
bawahan, dinas kesehatan, rumah sakit, ditolak dan menerima Ha, artinya
puskesmas, pemerintah daerah, LSM, variabel dimensi kenyamanan (X1),
masyarakat, dan lain – lain. Hubungan dimensi informasi (X2) dan dimensi
antar manusia yang baik akan hubungan antar manusia (X3) secara
menimbulkan kepercayaan atau bersama-sama terbukti mempunyai
kredibilitas dengan cara saling pengaruh secara signifikan terhadap

87
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

keputusan pasien (Y) rawat inap variansi lain yang tidak diteliti seperti
dalam menggunakan jasa pada harga, fasilitas, lokasi, kepercayaan
Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul dan pelayanan.
Yogyakarta.
2. Variabel yang paling dominan 8) Saran
berpengaruh terhadap keputusan 1. Variabel dimensi kenyamanan (X1)
pasien (Y) rawat inap dalam tidak mempunyai pengaruh terhadap
menggunakan jasa pada Rumah Sakit keputusan pasien rawat inap dalam
Nur Hidayah Bantul Yogyakarta menggunakan jasa pada Rumah Sakit
adalah variabel dimensi hubungan Nur Hidayah Bantul Yogyakarta. Oleh
antar manusia (X3) terbukti karena karena itu pihak rumah sakit harus
pada variabel dimensi hubungan antar lebih meningkatkan dimensi
manusia (X3) diperoleh nilai P (sig) kenyamanan (X1) agar dapat
lebih kecil dari variabel lain sebesar mendorong pasien untuk datang
0,000. Sehingga dapat disimpulkan berobat kembali rumah sakit tersebut.
bahwa variabel yang paling dominan Karena kenyamanan atau kenikmatan
mempengaruhi keputusan pasien (Y) dapat menimbulkan kepercayaan
rawat inap dalam menggunakan jasa pasien kepada organisasi layanan
pada Rumah Sakit Nur Hidayah kesehatan, misalnya tersedianya AC /
Bantul Yogyakarta yaitu variabel TV / majalah dalam suatu ruangan
dimensi hubungan antar manusia tunggu dapat menimbulkan
(X3). kenyamanan kepada pasien sehingga
3. Dari uji koefisien determinasi (R2) waktu tunggu tidak menjadi hal yang
diketahui besarnya Adjusted R Square membosankan dan tersedianya
sebesar 0,664. Hal ini berarti 66,4% gorden penyekat dalam kamar periksa
variabel dependen yaitu variansi akan memberikan kenyamanan
keputusan pasien (Y) rawat inap terutama kepada pasien wanita.
dalam menggunakan jasa pada rumah 2. Variabel dimensi informasi (X2)
sakit Nur Hidayah Bantul, Yogyakarta mempunyai pengaruh terhadap
dapat dijelaskan oleh variabel dimensi keputusan pasien rawat inap dalam
kenyamanan (X1), dimensi informasi menggunakan jasa pada Rumah Sakit
(X2), dan dimensi hubungan Nur Hidayah Bantul, Yogyakarta.
antarmanusia (X3) . Sedangkan sisanya Sehingga pihak rumah sakit harus
(100% - 66,4% = 33,6%) dijelaskan lebih mempertahankan atau lebih
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

meningkatkan dimensi informasi DAFTAR PUSTAKA


tentang layanan kesehatan yang Azwar Saifuddin, 2007, Metode Penelitian,
bermutu misalnya pihak rumah sakit Pustaka Pelajar Offest, Yogyakarta
mampu memberikan informasi yang Bawono, Anton, 2006, Multivariate
jelas tentang apa, siapa, kapan, Analysis dengan SPSS, STAIN Salatiga
dimana dan bagaimana layanan Press, Semarang.
kesehatan itu akan dan atau telah Charles J.P, 2012, Farmasi Rumah Sakit,
dilaksanakan. Dimensi informasi ini Buku Kedokteran EGC, Jakarta
sangat penting pada tingkat M. Fais Satrianegara, Sitti Saleha, 2009,
puskesmas dan rumah sakit, misalnya Buku Ajar Organisasi dan Manajemen
pihak rumah sakit memberikan Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan,
informasi yang menyeluruh, artinya Makasar
memberi informasi kepada pasien Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis
tentang nama penyakit, bagaimana Multivariate Dengan Program SPSS,

merawatnya di rumah dan informasi BPFE Undip, Semarang.

tanda-tanda bahaya untuk segera Imbalo S. Pohan, 2002, Jaminan Mutu

membawanya kembali berobat. Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.
Kotler, Philip, 2000, Manajemen Pemasaran,
Jilid 1, Edisi Milenium, Prenhallindo,
Jakarta.
Nugroho J. Setiadi, 2010, Perilaku
Komsumen, Bandung.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis,
Bandung.
Susanto Herlambang, Arita Murwani,
2012, Cara Mudah Memahami
Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit,
Yogyakarta.
Tjiptono, 2007. Strategi Pemasaran. Edisi
Pertama. Andi Ofset.Yogyakarta

89
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

PENGARUH KECUKUPAN MODAL (CAR), PENGELOLAAN KREDIT (NPL),


DAN LIKUIDITAS BANK (LDR) TERHADAP PROBABILITAS KEBANGKRUTAN
BANK (STUDI PADA BANK UMUM SWASTA DEVISA YANG TERCATAT DI BEI
TAHUN 2009 – 2013)

Lina Nur Hidayati, SE, MM., Email: hidayati.lina@gmail.com


Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract The purpose of this research is to provide empirical evidence about using
bank financial ratio to predict bank bankruptcy. The variables which used are seven
financial ratios, CAR (capital adequacy ratio), NPL (non performing loan), and LDR (loan to
deposit ratio). The statistic methods which is used to test on the research hypothesis is logit
regression.
The sample of this research was extracted using purposive sampling method,
comprising 7 banks taken from BEI for the period of 2009, 2010, 2011, 2012, 2013. From
sample, there are 7 banks, consist of 4 nontrouble banks and 3 trouble banks. The resulst of
this research show that CAR and NPL, have no significant effect on probability of banks’s
financial distress. LDR have significant influences on probability of banks’s financial
distress.
Keywords : Bank, Kebangkrutan, CAR, NPL, LDR

Introduction kecukupan modal (CAR) sebagai akibat


penarikan dana oleh investor luar negeri
Berawal dari adanya krisis moneter menyebabkan krisis perbankan rentan
secara global yang menghantam kawasan terjadi. Tidak adanya lagi penyaluran
asia khususnya di Indonesia, secara kredit, membuat lembaga ini kehilangan
langsung telah menghantam fungsinya sebagai perantara antara
perekonomian di seluruh kawasan kegiatan tabungan dan investasi.Bukan
tersebut. Pertengahan tahun 1997 saja bank itu sendiri yang merugi, tetapi
perbankan baik swasta maupun persero juga sangat mengganggu jalannya roda
banyak mengalami kesulitan keuangan, perekonomian.
sehingga pada 1 November 1997, 16 bank Fenomena kebangkrutan bank di
dilikuidasi, 7 bank dibekukan operasinya Indonesia terlihat sejak adanya deregulasi
pada April 1998, dan pada 13 Maret 1999 perbankan tahun 1983, dimana kompetisi
terdapat 38 bank yang dilikuidasi (Info antar bank baik bank pemerintah, swasta,
Bank no. 326, Mei 2006). Berawal dari joint venture maupun asing semakin
terjadinya likuidasi (LDR) terhadap tinggi. Bank – bank yang memiliki modal
beberapa bank membuat sektor kecil dan tidak memiliki market
perbankan banyak disorot. Apalagi mengalami kesulitan keuangan yang pada
dengan ada indikasi meningkatnya non akhirnya dilikuidasi, dibekukan, atau di
performing loan (NPL) dan penurunan take over oleh pemerintah. Dengan
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

adanya likuidasi, tingkat kepercayaan adalah: Apakah rasio kecakupan modal


masyarakat terhadap perbankan (CAR), pengelolaan kredit (NPL), dan
mengalami penurunan dan masyarakat likuiditas bank (LDR) mempunyai
lebih memilih menginvestasikan dananya pengaruh terhadap probabilitas
ke luar negeri sehingga dapat kebangkrutan bank periode 2009-2013 ?.
mengakibatkan bank mengalami Sehubungan dengan rumusan masalah
kekurangan dana. Oleh karena itu, tersebut di atas, maka tujuan pelaksanaan
diperlukan sebuah early warning system penelitian ini adalah untuk memperoleh
yang dapat memberikan informasi bukti empiris apakah rasio kecakupan
mengenai permasalahan yang terjadi pada modal (CAR), pengelolaan kredit (NPL),
industri perbankan (Suharman, dan likuiditas bank (LDR) mempunyai
2007).Dengan adanya deteksi lebih awal pengaruh terhadap probabilitas
kondisi perbankan, maka kesulitan kebangkrutan bank pada perusahaan
keuangan dapat diantisipasi sebelum perbankan yang terdaftar di BEI periode
mencapai krisis. tahun 2009 - 2013.
Hadddad, et all (2004) menyatakan Selain itu, penelitian ini diharapkan
faktor modal dan risiko keuangan dapat memberi manfaat bagi kalangan
ditengarai mempunyai peran penting akademik maupun perusahaan perbankan
dalam menjelaskan fenomena dalam rangka memprediksi kemungkinan
kebangkrutan bank. Beberapa rasio kebangkrutan perbankan dengan
keuangan perlu dianalisis, dan dalam menggunakan rasio kecakupan modal
penelitian ini, peneliti lebih menfokuskan (CAR), pengelolaan kredit (NPL), dan
pada analisis rasio kecukupan modal likuiditas bank (LDR)
(Capital Adequacy Ratio / CAR),
manajemen pengelolaan kredit Landasan teori dan hipotesis
bermasalah (Non Performing Loan/
NPL), dan likuiditas bank (Loan to Kebangkrutan Bank
depocite Ratio / LDR) agar dapat Undang-Undang Republik Indonesia
memprediksi kemungkinan terjadinya No. 10 Tahun 1998 tentang ”Perbankan”
potensi kondisi tidak sehat terhadap menyebutkan bank adalah badan usaha
perbankan yang akan menuju ke tahap yang menghimpun dana dari masyarakat
kebangkrutan. Dari uraian di atas maka dalam bentuk simpanan dan
penulis tertarik untuk melakukan menyalurkannya kepada masyarakat
penelitian pada perusahan perbankan dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-
yang go publik di Indonesia dengan bentuk lainnya dalam rangka
mengambil judul ”Pengaruh Kecukupan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Modal (CAR), Pengelolaan Kredit (NPL), Bank umum adalah bank yang
dan Likuiditas Bank (LDR) Terhadap melaksanakan kegiatan usaha secara
Probabilitas Kebangkrutan Bank (Studi konvensional dan atau berdasarkan
pada Bank Umum Swasta Devisa yang Prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tercatat di BEI tahun 2009 – 2013)”. memberikan jasa dalam lalu lintas
Berdasarkan latar belakang masalah pembayaran.
yang telah dijelaskan, maka yang menjadi Bank yang gagal usaha memiliki satu
identifikasi masalah dalam penelitian ini atau keduanya dari dua kriteria berikut,

91
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

pertama, bank tersebut membutuhkan analisis empiris yang komprehensif


dukungan keuangan dan atau mengenai kegagalan bank pada kasus
management support dari pemerintah Bank di Amerika Serikat. Ada empat
dalam menjalankan operasionalnya. faktor yang menyebabkan kegagalan
Kedua, berdasarkan tingkat kesehatannya bank, antara lain:
bank tersebut termasuk ke dalam bank 1. Ekspansi kredit bank yang
yang kurang sehat dan tidak sehat berlebihan.
(Santoso dalam Suharman ,2007). 2. Informasi asimetri mengakibatkan
Foster (1986) menggunakan istilah pada ketidakmampuan deposan
financial distressuntuk menunjukkan untuk menilai aktiva bank secara
masalah likuiditas yang berat yang tidak akurat, khususnya ketika kondisi
dapat dipecahkan tanpa sebuah ekonomi bank memburuk.
penskalaan kembali yang besar dari 3. Gonjangan dimulai dari luar sistem
operasi atau struktur perusahaan. perbankan, lepas dari kondisi
Financial distress merupakan pandangan keuangan bank, yang menyebabkan
terbaik sebagai suatu penabung mengubah preferensi
ide/gagasan/pikiran ekonomi untuk likuiditasnya atau menyebabkan
beberapa point pada sebuah rangkaian pengurangan pada cadangan bank.
kesatuan.Riset empirik pada area ini 4. Pembatasan institusional dan
mempunyai kriteria objektif untuk hukum yang memperlemah bank
mengkategorisasikan perusahaan. dan menyebabkan kebangkrutan.
Kegagalan bank yang sering disebut Menurut Farid H dan Siswanto S (1998)
dengan kebangkrutan bank terdiri dari dalam Januarti (2002), dalam menentukan
dua konsep yang berbeda seperti yang model kebangkrutan melalui analisis
didefinisikan oleh Hermsillo (1996) dalam keuangan kemungkinan kesalahan
Mongid (2000): klasifikasi model (classification error) bisa
1. Economic failure atau insolvency pasar dikelompokkan menjadi dua, Error tipe I
– sebuah situasi dimana kekayaan terjadi apabila timbul misclasification
bersih bank menjadi negative, atau jika yang disebabkan oleh adanya prediksi
bank tidak dapat melanjutkan bahwa perusahaan tidak bangkrut, tetapi
operasinya tanpa mendatangkan ternyata mengalami kebangkrutan. Error
kerugian yang akan berakibat dengan tipe II terjadi apabila timbul
segera pada kekayaan bersih negatif. misclasification prediksi yang disebabkan
2. Official failure – tipe kegagalan yang oleh adanya prediksi bahwa perusahaan
dapat diamati karena sebuah an official bangkrut, tetapi kenyataannya tidak
agency mengumumkan kegagalan bangkrut.
kepada publik. Official failure terjadi Sedangkan Bank bermasalah
ketika regulator bank bahwa istitusi berdasarkan kamus Bank Indonesia
tidak akan lama berjalan Ada dua adalah Bank yang mempunyai rasio atau
pilihan yang tersedia, menutup bank nisbah kredit tak lancar yang tinggi
atau membantunya untuk tetap apabila dibandingkan dengan modalnya
beroperasi. dan bank yang dari hasil pemeriksaan
Benston and Kaufman (1995) dalam nilai CAMEL-nya berada pada posisi
Mongid (2000) memberikan sebuah empat (kurang sehat) atau lima (tidak
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

sehat) pada daftar urutan kondisi bank. mengindikasikan semakin baik tingkat
penilaian tersebut tidak disebarluaskan ke kesehatan bank.
masyarakat. Bank bermasalah akan lebih Nanang Agus Tri Wahyudi dan sutapa
sering diperiksa daripada bank yang (2010) dalam penelitiannya berjudul
berkondisi sehat. "Model Prediksi Tingkat Kesehatan Bank
Melalui Rasio CAMELS" melakukan uji
Aspek Permodalan / Capital Adequacy hipotesis menggunakan model regresi
Ratio(CAR) logistik yang fit dengan menggunakan uji
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah secara parsial. Pengujian kemaknaan
rasio kecukupan modal yang berfungsi prediktor secara parsial dilakukan dengan
menampung risiko kerugian yang menggunakan uji Wald dan dengan
kemungkinan dihadapi oleh bank. pendekatan chi square terhadap Bank di
Semakin tinggi CAR maka semakin baik Indonesia Tahun 2004-2008. Berdasarkan
kemampuan bank tersebut untuk hasil pengolahan data dan analisis kondisi
menanggung risiko dari setiap empiris dapat diperoleh kesimpulan
kredit/aktiva produktif yang berisiko.Jika bahwa rasio Capital Adequacy Ratio
nilai CAR tinggi maka bank tersebut (CAR) tidak berpengaruh terhadap
mampu membiayai kegiatan operasional kesehatan bank. Hal ini disebabkan
dan memberikan kontribusi yang cukup karena adanya penambahan modal dari
besar bagi profitabilitas. pemilik yang berupa fresh money untuk
Menurut Tarmizi Ahmad & Wilyanto mengantisipasi skala usaha yang berupa
Kartiko Kusuno (2003:62) menerangkan expansi kredit atau pinjaman yang
Capital Adequacy Ratio (CAR) diberikan. Namun pada kenyataannya
merupakan rasio permodalan yang sampai saat ini bank belum dapat
menunjukan kemampuan bank dalam melempar pinjaman sesuai dengan yang
menyediakan dana untuk keperluan diharapkan atau masih belum optimal,
pengembangan usaha dan menampung dimana dana pihak ketiga yang berupa
kemungkinan resiko kerugian yang simpanan dana masyarakat oleh bank
diakibatkan dalam opersional bank. Rasio dibelikan Sertifikat Bank Indonesia
ini memperlihatkan seberapa besar dimana Aktiva Tertimbang Menurut
jumlah aktiva yang mengandung risiko Resiko (ATMR) SBI oleh bank adalah 0,
(kredit, penyertaan, surat berharga, dengan demikian Aktiva Tertimbang
tagihan pada bank lain) yang dibiayai dari Menurut Resiko (ATMR) bank relatif kecil
modal sendiri dan dana dari sumber- sehingga Capital Adequacy Ratio (CAR)
sumber diluar bank. Semakin tinggi nilai tetap besar.
rasio CAR maka semakin baik Menurut Studi Luciana dan Winny
kemampuan permodalan suatu (2005) dengan sampel penelitian yang
bank.Peraturan Bank Indonesia Nomor terdiri atas 16 bank sehat, 2 bank yang
10/15/PBI/2008.nilai CAR minimal mengalami kebangkrutan dan 6 bank
adalah 8%. Bank yang dianggap sehat yang mengalami kondisi kesulitan
adalah bank yang memiliki Capital keuangan. Metode statistik yang
Adequacy Ratio (CAR) di atas 8%, digunakan untuk menguji hipotesis
sehingga semakin tinggi CAR penelitian adalah regresi logistik.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rasio

93
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

keuangan CAMEL memiliki daya kelebihan dana dengan pihak yang


klasifikasi atau daya prediksi untuk membutuhkan dana.
kondisi bank yang mengalami kesulitan Kondisi bermasalah juga mengacu
keuangan dan bank yang mengalami pada beberapa faktor yang dihadapi oleh
kebangkrutan. Penelitian ini juga beberapa sektor perbankan adalah
membuktikan bahwa rasio CAR, APB, membengkaknya jumlah kredit yang
NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO bermasalah dan kredit macet.Semakin
secara statistik berbeda untuk kondisi banyaknya kredit bermasalah dan kredit
bank bangkrut dan mengalami kesulitan macet akhir-akhir ini dapat memperkeruh
keuangan dengan bank yang tidak suasana bahkan menjadi dampak
bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan pada perbankan.
kesulitan keuangan. Penelitian ini juga (Zaki dan Bah, 2011)
memberikan bukti empiris bahwa hanya NPL (Non Performing Loan)
rasio keuangan CAR dan BOPO yang merupakan kemampuan manajemen bank
secara statistik signifikan memprediksi dalam mengelola kredit bermasalah yang
kondisi kebangkrutan dan kesulitan diberikan oleh bank (SE Bank Indonesia
keuangan pada sektor perbankan. No.3/30/DPNP).Rasio NPL menunjukan
Sedangkan Lestari (2009) melakukan tingginya angka kredit macet pada bank,
penelitian dengan judul “Analisis Tingkat seemakin besar NPL menunjukan
Kesehatan Bank-bank Pemerintah dengan semakin tinggi risiko kredit yang harus
Menggunakan Metode Camels dan dihadapi bank, sehingga semakin besar
Analisis Diskriminan periode 2006-2008”. bank menghadap kondisi bermasalah.
Penelitian ini menggunakan variable NPL berpengaruh positif, karena apabila
CAR, KAP, ROA, BOPO, dan LDR. Hasil kondisi NPL suatu bank tinggi maka akan
yang diperoleh menyatakan bahwa KAP, memperbesar biaya pencadangan aktiva
ROA, dan BOPO berpengaruh signifikan produktif maupun biaya lainnya sehingga
dalam membedakan kelompok tingkat berpotensi terhadap kerugian bank.
kesehatan perbankan. Sedangkan CAR Menurut Latifa Martharini (2012)
dan LDR berpengaruh tidak signifikan dalam penelitian yang berjudul “ Analisis
dalam membedakan kelompok tingkat Pengaruh Rasio CAMEL dan Size
kesehatan perbankan. TerhadapPrediksi Kondisi Bermasalah
pada Perbankan (Study pada Bank Umum
Hipotesis 1: CAR berpengaruh negatif yangTerdaftar Dalam Direktori Perbankan
terhadap prediksi kondisi kebangrutan tahun 2006-2010) Hasil penelitian
bank di Indonesia menunjukkan bahwa NPL berpengaruh
positif signifikan dengan signifikansi
Manajemen Pengelolaan Kredit 0.012 yang berarti bahwa semakin tinggi
Bermasalah / Non Performing Loan(NPL) rasio NPL akan semakin tinggi
Non Performing Loan (NPL) atau kemungkinan bank mengalami kondisi
kredit bermasalah merupakan salah satu bermasalah.
indikator kunci untuk menilai kinerja Sedangkan menurut Adhistya Rizky
fungsi bank. Salah satu fungsi bank dan Abdul Rohman (2013) dalam
adalah sebagai lembaga intermediary atau penelitiannya terhadap peusahaan
penghubung antara pihak yang memiliki perbankan yang terdaftar di BEI tahun
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

2007-2011, Hasil penelitian menunjukan Keuangan Terhadap Kebangkrutan Bank


bahwa NPL berpengaruh tidak signifikan di Indonesia", LDR berpengaruh
terhadap prediksi kondisi bermasalah signifikan terhadap probabilitas
bank yang terdaftar di BEI. NPL kebangkrutan bank di Indonesia dengan
mencerminkan risiko kredit, semakin kecil nilai signifikansi sebesar 0,049. Nilai rata-
NPL maka semakin kecil pula risiko yang rata NPL keseluruhan bank sebesar 4,25%
ditanggung oleh pihak bank, namun mengindikasikan bahwa rata-rata kredit
apabila kondisi NPL suatu bank tinggi yang diberikan tidak bermasalah dalam
maka akan memperbesar biaya pengembaliannya sehingga probabilitas
pencadangan aktiva produktifnya yang bank mengalami kebangkrutan menjadi
dapat menyebabkan bank berpotensi rendah.
bangkrut. Rata – rata NPL dari tahun 2007 Sedangkan menurut Adhistya Rizky
sampai dengan 2011 sebesar 4,74 , hal ini dan Abdul Rohman (2013) dalam
mengindikasikan bank telah memenuhi penelitiannya berjudul “Pengaruh Rasio
batas maksimal NPL yaitu 5% sesuai Camel Dan Ukuran Bank Terhadap
dengan kriteria nilai NPL yang Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Sektor
diperbolehkan oleh Bank Indonesia. Perbankan (Studi Pada Perusahaan
Hipotesis 2: NPL berpengaruh positif Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek
terhadap prediksi kondisi kebangrutan Indonesia Tahun 2007 – 2011)”
bank di Indonesia menunjukan bahwa LDR berpengaruh
tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi
Likuiditas Bank / Loan to depocite Ratio karena besarnya rasio LDR akan
(LDR) mempengaruhi tingkat profitabilitas bank
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah dalam kesempatan mendapatkan bunga
rasio antara besarnya seluruh volume dari kredit yang diberikan, sehingga
kredit yang disalurkan oleh bank dan semakin besar kredit yang disalurkan
jumlah penerimaan dana dari berbagai akan meningkatkan pendapatan bank,
sumber.LDR digunakan untuk menilai namun nilai LDR yang terlalu tinggi akan
likuiditas suatu bank yang dengan cara mengganggu likuiditas bank. Rata – rata
membagi jumlah kredit yang diberikan rasio LDR dari tahun 2007 sampai dengan
oleh bank terhadap dana pihak ketiga 2011 sebesar 76,34 %, hal ini menunjukan
(Wicaksana, 2011). bahwa LDR masih dalam kondisi sehat.
LDR menunjukan seberapa jauh Bank Indonesia mensyaratkan rasio LDR
kemampuan bank dalam membayar sebesar 75% sampai dengan 85% sebagai
kembali penarikan dana yang dilakukan acuan kondisi bank yang sehat (SE BI No.
deposan dengan mengandalkan kredit 7/10/DPNP 31 Maret 2005).
yang diberikan sebagai sumber likuiditas
(Dendawijaya,2005). Semakin besar rasio Hipotesis 3: LDR berpengaruh positif
LDR maka probabilitas bank mengalami terhadap prediksi kondisi kebangrutan
kondisi bermasalah akan semakin besar bank di Indonesia
pula karena bank tidak mampu
mengenalikan kredit yang diberikan.
Penni Mulyaningrum (2008) dalam
tesisnya yang berjudul "Pengaruh Rasio

95
Volume 12,, Nomor 1, Januari 2015

perbankan yang terdaftar di BEI pada


periode 2009 sampai 2013.
2. Emiten mempublikasikan dan
memiliki laporan keuangan yang lengkap
selama periode 2009 sampai 2013, baik
dalam Indonesian Capital Market
Directory maupun publikasi laporan
keuangan melalui internet.
Fig 1. Model penelitian 3. Emiten memiliki total assets rata-
rata
rata 20.000.000 (million
llion Rp) selama
Metodologi penelttian periode 2009 sampai 2013.
Dalam penelitian ini yang menjadi Ada 27 bank umum yang memenuhi
objek penelitian adalah laporan keuangan kriteria diatas.Namun karena
industri perbankan yang go public di keterbatasan waktu penelitian, peneliti
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode hanya mengambil sebanyak 12 bank
2009 sampai dengan 2013. untuk dijadikan sample penelitian. Bank-
Bank
Populasi penelitian ini adalah bank
bank- bank tersebut yaitu Bank Danamom, Bank
bank umum swasta devisa nasional yang Central
entral Asia (BCA), Bank Niaga, Bank
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Negara Indonesia 46 (BNI), Bank Rakyat
(BEI) pada tahun 2009 hingga tahun 2013 Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara
yaitu sebanyak 31 perusahaan. Dari (BTN), Bank Muamalat, Bank Mandiri,
populasi yang ada akan diambil sejumlah Bank Bukopin, Bank Mutiara, Bank Mega,
tertentu sebagai anggota sampelnya Bank Permata, dan Bank Bumu Arta.
dengan
gan metode pengambilan sampel Jenis data yang digunakan dalam
menggimakan non probability random penelitian
nelitian ini adalah data kuantitatif,
sampling, dimana elemen
elemen-elemen yaitu data yang diukur dalam suatu skala
populasi tidak mempunyai kesempatan numeric (angka), berupa data sekunder
yang sama imtuk terpilih menjadi sampel, yang berbentuk time series.Sumber data
kemudian dilanjutkan dengan metode berasal dari :
penelitian sampel bertujuan {purposive a. Laporan Keuangan Tahunan Bank
sampling) yang didasarkan pada b. Situs web : www.idx.co.id,
pemilihan sampel menurut pertimbangan www.uk.finance.yahoo.com
www.uk.finance.yahoo.c , situs web
{Judgement sampling) yaitu pemilihan bank terkait
sampel secara tidak acak yang Teknik Analisa Data
informasinya diperoleh dengan Teknik analisa yang akan dipakai
menggunakan pertimbangan tertentu atau dalam penelitian ini adalah dengan
disesuaikan dengan tujuan atau masalah memakai teknik analisa regresi linier
penelitian (Indriantoro,
ro, 1999:130). berganda untuk memperoleh gambaran
Kriteria yang digunakan dalam yang menyeluruh mengenai hubungan
penentuan sampel dalam penelitian ini antara variabel satu dengan variabel
varia yang
dengan menggunakan syarat sebagai lain. Dalam hal ini untuk variabel
berikut: dependennya adalah Probabilitas
1. Emiten yang menjadi sampel Kebangkrutan bank.Variabel
termasuk kedalam kelompok industry independennya adalah Capital Adequacy
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Rasio Predikat


dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Untuk CAR ≥ 12% Sangat sehat
mengetahui apakah ada pengaruh yang 9% ≤ CAR < 12% Sehat
signifikan dari variabel independen 8% ≤ CAR < 9% Cukup sehat
terhadap variabel dependen maka 6% < CAR < 8% Kurang sehat
digunakan model regresi linier berganda
CAR ≤ 6% Tidak sehat
(multiple linier regression method).
Instrumen (Alat Ukur) Variabel CAR Sumber : Bank Indonesia 2004

CAR adalah rasio yang Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat


memperlihatkan seberapa jauh seluruh bahwa bank dapat dikatakan sehat
aktiva bank yang g mengandung resiko apabila memiliki nilai CAR minimal
min 8%,
(kredit, penyertaan, surat berharga, sedangkan untuk bank yang dikatakan
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari tidak sehat apabila CAR bank tersebut
dana modal sendiri bank di samping kurang dari 8%.
memperoleh dana dari sumber
sumber-sumber di
luar bank, seperti dana masyarakat, Instrumen (Alat Ukur) Variabel NPL
pinjaman (utang), dan lain lain-lain. CAR Rasio ini menunjukkan bahwa
merupakan indikator terhadap kemampuan manajemen bank dalam
kemampuan bank untuk menutupi mengelola kredit bermasalah yang
penurunan aktivanya sebagai akibat dari diberikan oleh bank. Kredit dalam
d hal ini
kerugian-kerugian
kerugian bank yang disebabkan adalah kredit yang diberikan kepada
oleh aktiva yang berisiko (Dendawijaya, pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada
2005). Dengan penetapan CAR pada bank lain. Kredit bermasalah adalah
tingkat tertentu dimaksudkan agar bank kredit dengan kualitas kurang lancar,
memiliki kemampuan an modal yang cukup diragukan dan macet (Almilia dan
untuk meredam kemungkinan timbulnya Herdiningtyas, 2005). Semakin tinggi
resiko sebagai akibat berkembang atau NPL, maka akan semakin
semaki buruk kualitas
meningkatnya ekspansi aset terutama kredit bank. Hal tersebut menyebabkan
aktiva yang dikategorikan dapat jumlah kredit bermasalah bank semakin
memberikan hasil dan sekaligus meningkat sehingga kemungkinan bank
mengandung resiko (Werdaningtyas, mengalami kebangkrutan semakin besar.
2002). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
Rasio ini dapat dirumuskanskan sebagai (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
berikut (Surat Edaran Bank Indonesia 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001) :
Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001) :

Kriteria penilaian tingkat kesehatan


Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL (Non Performing Loan) dapat
rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 2 Kriteria Penilaian NPL
Tabel. 1 Kriteria Penilaian CAR

97
Volume 12,, Nomor 1, Januari 2015

Rasio Predikat
NPL ≤ 2% Sangat sehat
2% < NPL ≤ 3% Sehat
3% < NPL ≤ 6% Cukup sehat
6% < NPL ≤ 9% Kurang sehat Kriteria penilaian tingkat kesehatan
rasio LDR (Loan to deposit ratio )dapat
NPL > 9% Tidak sehat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Sumber : Bank Indonesia 2004
Tabel. 3 Kriteria Penilaian LDR
Berdasarkan tabel di atas, dapat Rasio Predikat
diketahui bahwa suatu bank dikatakan LDR ≤ 75% Sangat sehat
sehat apabila memiliki nilai NPL se
sebesar
75% < LDR ≤ 85% Sehat
kurang dari 6% dan apabila NPL bank
85% < LDR ≤ 100% Cukup sehat
memiliki NPL melebihi 6% maka bank
100% < LDR ≤ Kurang sehat
tersebut dikategorikan sebagai bank tidak
120%
sehat.
LDR > 120% Tidak sehat

Instrumen (Alat Ukur) Variabel LDR Sumber : Bank Indonesia 2004


LDR adalah rasio antara seluruh
jumlah kredit yang diberikan bank Tabel diatas memperlihatkan bahwa
dengan dana yang diterima ol oleh bank. bank dianggap sehat apabila LDRnya
Loan to deposit ratio menyatakan kurang dari 85%. Apabila melebihi 85%,
seberapa jauh kemampuan bank dalam maka bank tersebut termasuk bank tidak
membayar kembali penarikan dana yang sehat.
dilakukan deposan dengan Hasil
mengandalkan kredit yang diberikan Data CAR, NPL, dan LDR tahun 2009-2009
sebagai sumber likuiditasnya. Dengan 2013dapat diperoleh melalui laporan
kata lain, seberapa jauh pemberian kredit keuangan bank di BEI. Sedangkan dalam
kepada
ada nasabah kredit dapat menentukan kondisi kebangkrutan suatu
mengimbangi kewajiban bank untuk bank digunakan skala pengukuran dari 1
segera memenuhi permintaan deposan sampai 5. Skala penilaiannya sebagai
yang ingin menarik kembali uangnya berikut :
yang telah digunakan oleh bank untuk Skala 1: Tidak Sehat
memberikan kredit. Semakin tinggi rasio Skala 2: Kurang Sehat
ehat
tersebut memberikan indikasi semakin Skala 3: Cukup Sehat
rendahnya kemampuan
mpuan likuiditas bank Skala 4: Sehat
yang bersangkutan. Hal ini disebabkan Skala 5: Sangat Sehat
karena jumlah dana yang diperlukan Untuk mengetahui hubungan-
hubungan
untuk membiayai kredit menjadi semakin hubungan antara variable maka
besar (Dendawijaya, 2005). diperlukan uji korelasi , hasil pengolahan
LDR dapat dirumuskan sebagai data dapat dilihat dalam table korelasi,
berikut(Surat Edaran Bank Indonesia rata-rata,
rata, dan standat deviasi dibawah ini
Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Des Desember :
2001). Table 4. Mean, Standard deviation, and
correlation matrix
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Variabel Mean SD 1 2 3 4 Pembahasan


1. Control Variabel 2011.0 1.435 Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
2. CAR 14.691 2.80310 .102 dilakukan dengan uji regresi logistik,
3. NPL 3.6143 5.78650 -.270
.270 .397* menunjukkan tidak ditemukannya
4. LDR 77.349 14.39964 .222 .147 .060 pengaruh yang signifikan ketiga varibel
5. KB 4.0000 .64169 .671** .000 -.253 .121 terhadap kebangkrutan bank. Hanya saja
*. Correlation is significant at the 0.05 level terdapat dua variable yang tandanya
(2-tailed). sesuai dengan prediksi yaitu rasio
**. Correlation is significant at the 0.01 kecukupan modal dan rasio likuiditas,
level (2-tailed). sedangkan pada rasio pengelolaan kredit
bermasalah/NPL berlawanan dengan
Selain korelasi, uji regresi juga yang diprediksikan. Dengan demikian
dilakukan untuk dipakai sebagai alat penelitian ini tidak menerima keseluruhan
statistik untuk
ntuk menentukan pengaruh Ha.
sebuahvariabel bebas (independen)
terhadap variabel terikat (dependen). Hipotesis 1 CAR berpengaruh negative
Berikut table hasil uji regresi : terhadap probabilitas kebangkrutan bank
Dari
ari pengujian terhadap variable CAR
Table 5. Regresi tidak ditemukan bukti adanya pengaruh
variabel step 1 step 2 step 3 step 4 step 5
CAR terhadap probabilitas kebangkrutan
control 1 (thn) 0.671** 0.678** 0.65 0.677 0.649
CAR -0.069 -0.116 bank di Indonesia karena angka
NPL -0.078
0.078 0.125 signifikansi sebesar 0.439. Meskipun CAR
LDR -0.029 -0.001* tidak berpengaruh secara signifikan
R² 0.45** 0.421 0.456 0.451 0.467 terhadap probabilitas kebangkrutan bank
AR² 0.005 0.006 0.001 0.017
di Indonesia namun tanda dari
Tabel.6. Hasil koefisiensinnya telah sesuai dengan
keterangan Hipotesis prediksi ß Sig hipotesis yang diajukan (negatif).
CAR H1 negatif -0.116
0.116 0.439 terbukti Hasil penelitian ini konsisten dengan
NPL H2 Positif 0.125 0.421 terbukti penelitian Latifa Martharini yang
LDR H3 positif -0.001
0.001* 0.049 Tidak menunjukkan bahwa CAR berpengaruh
negative signifikan terhadap prediksi
kondisii bermasalah suatu bank. Tidak
ditemukannya pengaruh yang signifikan
antara CAR terhadap probabilitas
kebangkrutan bank disebabkan karena
keseluruhan bank telah memenuhi batas
minimal CAR sebesar 8%.
Dari table regresi selain beta dan sig, juga
Fig. 2 struktur pengaruh CAR, NPL, dan dapat diperoleh
roleh nilai R square yang
LDR terhadap KB menunjukkan seberapa bagus model
regresi yang dibentuk oleh interaksi
variabel bebas dan variabel terikat. Nilai R
Square yang diperoleh antara variable
CAR dengan kebangkrutan bank adalah

99
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

0.421 yang dapat ditafsirkan bahwa Nilai koefisien yang negatif tidak sesuai
variabel CAR memiliki pengaruh dengan hipotesis yang diajukan. Hal ini
kontribusi sebesar 42,1% terhadap disebabkan karena jumlah kredit yang
variabel kebangkrutan bank dan 57,9% diberikan bank relatif rendah sedangkan
lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor dana yang dihimpun bank tinggi yang
lain diluar variable CAR. menyebabkan biaya bunga yang
Hipotesis 2 NPL berpengaruh positif ditanggung relatif lebih tinggi dari
terhadap probabilitas kebangkrutan bank pendapatan bunga sehingga probabilitas
NPL tidak berpengaruh secara signifikan bank mengalami kebangkrutan menjadi
terhadap probabilitas kebangkrutan bank tinggi. Seharusnya dalam menghimpun
di Indonesia, hal ini ditunjukkan nilai dana dari nasabah, bank juga
signifikansi sebesar 0.421. NPL tidak memperhatikan kredit yang disalurkan
berpengaruh secara signifikan terhadap kepada masyarakat, karna penyaluran
probabilitas kebangkrutan bank di kredit merupakan penghasil aset yang
Indonesia mengindikasikan bahwa rata- besar bagi bank.
rata kesuluruhan bank telah memenuhi Pada variable LDR, nilai R square adalah
batas maksimal NPL sebesar 5%. Hasil ini 0.451 yang berarti variabel NPL memiliki
sesuai dengan prediksi bahwa NPL pengaruh kontribusi sebesar 45,1%
berpengaruh positif terhadap terhadap variabel kebangkrutan bank dan
kebangkrutan bank. Sesuai teori awal 54,9% lainnya dipengaruhi oleh faktor-
yang menyatakan bahwa Semakin tinggi faktor lain diluar variable NPL.
rasio ini maka akan semakin buruk
kualitas kredit bank yang menyebabkan Kesimpulan
jumlah kredit bermasalah semakin besar Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
karena tingkat kesehatannya menurun. dan menganalisis pengaruh yang
Maka kemungkinan suatu bank dalam signifikan rasio keuangan CAR, LDR,
kondisi bermasalah semakin besar NPL, dengan kebangkrutan bank. Data
(Almilia dan Herdiningtyas, 2005). yang digunakan pada penelitian ini
Pada variable NPL, nilai R square adalah adalah data bank pada Direktori
0.456 yang berarti variabel NPL memiliki Perbankan di Indonesia tahun 2009-2013.
pengaruh kontribusi sebesar 45,6% Uji hipotesis menggunakan uji correlate
terhadap variabel kebangkrutan bank dan dan dengan regresi logit. Hasil penelitian
54,4% lainnya dipengaruhi oleh faktor- tidak menerima keseluruhan Ha.
faktor lain diluar variable NPL. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat
Hipotesis 3 LDR berpengaruh positif ditarik beberapa kesimpulan sebagai
terhadap probabilitas kebangkrutan bank berikut:
LDR berpengaruh signifikan terhadap 1. Rasio kecukupan modal
probabilitas kebangkrutan bank di berpengaruh negatif dan tidak signifikan
Indonesia dengan nilai signifikansi terhadap kondisi kebangkrutan bank.
sebesar 0.049. Hasil penelitian ini sejalan Jadi, semakin rendah rasio ini, maka
dengan hasil penelitian Suharman (2007) semakin tinggi kemungkinan bank berada
bahwa LDR berpengaruh signifikan pada kondisi tidak sehat atau mendekati
terhadap probabilitas kebangkrutan bank. kebangkrutan.
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

2. Rasio NPL berpengaruh positif logit tahun 2006 dengan hasil hanya
dan tidak signifikan terhadap kondisi variable LDR lah yang signifikan terhadap
kebangkrutan bank. Jadi, semakin tinggi kondisi bank bermasalah.
rasio NPL, maka semakin tinggi pula
kemungkinan bank mengalami kondisi Implikasi Manajerial
bermasalah. Hasin penelitian ini memperlihatkan
3. LDR berpengaruh negative dan bukti empiris manfaat rasio keuangan
signifikan terhadap kondisi kebangkrutan yang merupakan proksi dari alat analisis
bank. CAMEL dalam memprediksi kondisi bank
Dari ketiga rasio, ternyata hanya rasio bermasalah. Pengelolaan kecukupan
LDR lah yang mempunyai hubungan modal (CAR) pada bank-bank di
yang signifikan dengan prediksi Indonesia telah memenuhi batas minimal
kebangkrutan suatu bank. Variabel ini CAR yaitu 8%. Tetapi terdapat bank yang
berpengaruh dalam menjelaskan bangkrut akibat tidak adanya cadangan
kebangkrutan bank. Sesuai dengan hasil kas sehingga rasio ini turun di bawah 8%.
uji logit dapat disimpulkan bahwa Hal ini harus dihindari dengan tetap
kebangkrutan bank disebabkan karena menjaga pergerakan kecukupan tetap
kemampuan memasarkan dana belum berada diatas 8%.
maksimal sehingga bank Dalam pengelolaan NPL, rata-rata bank
menginvestasikan dana yang dihimpun sudah memenuhi ketentuan umum dari
dalam bentuk aktiva produktif lain yang BI, tetapi bank perlu menerapkan prinsip
tidak beresiko. kehati-hatian dalam menyalurkan kredit.
Agar dapat meminimalkan kredit-kredit
Implikasi Teoritis yang bermasalah dan menekan rasio NPL.
Secara umum, hasil penelitian ini Rata-rata bank telah memenuhi ketentuan
menunjukkan konsistensi dengan hasil- batas maksimal NPL sebesar 5%.
hasil penelitian sebelumnya, dimana LDR dalam penelitian ini berpengaruh
model yang dibangun berdasarkan negatif, hal ini disebabkan terlampau
indikator-indikator keuangan dalam banyak dana yang dihimpun namun
bentuk rasio keuangan CAMEL dapat kredit yang diberikan oleh bank semakin
digunakan untuk memprediksi kondisi sedikit karena tingkat bunga kredit yang
bermasalah. Temuan penelitian ini tinggi sehingga bank menginvestasikan
menunjukkan bahwa: dana yang dihimpun dalam bentuk aktiva
Rasio likuiditas (LDR) merupakan satu- produktif lain yang tidak beresiko. Dari
satunya variable yang signifikan investasi tersebut bank memperoleh
berpengaruh terhadap kebangkrutan pendapatan bunga yang banyak. Manajer
suatu bank. Sedangkan rasio NPL dan seharusnya mampu mengelola aset
CAR menunjukkan tidak ada signifikansi dengan mengolahnya ke dalam
hubungan dengan kebangkrutan bank, pemberian kredit bagi nasabahnya, karena
walaupun tetap berkontribusi dalam kredit merupakan penyalur dana bank
memberikan pengaruh yang positif dan yang menghasilkan keuntungan bank
negative terhadap KB. Hasil ini sesuai terbesar.
dengan hasil penelitian peny
mulyaningrum (2008) yang melakukan uji

101
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

Keterbatasan dan arah penelitian masa Bank Indonesia, SE no. 30/11/KEP/DIR


depan tanggal 30 april 1997, "tentang
Keterbatasan yang terdapat dalam penilaian tingkat kesehatan bank".
penelitian ini, antara lain adalah penlitian Dendawijaya,Lukman. 2005. Manajemen
hanya meneliti sebagian kecil Perbankan. Edisi kedua. Jakarta:Ghalia
populasi/sampel sehingga kurang bisa Foster, George. 1986. Financial Statement
mewakili keseluruhan bank-bank di Analysis. Prentice Hall, Englewood
Indonesia maupun di luar Indonesia. Cliffs, New Jersey.
Penelitian ini juga hanya menyertakan 3 Indira Januarti (2002), Variabel Proksi
rasio keuangan yakni rasio CAR, NPL, CAMEL dan Karakteristik Bank
dan LDR. Factor-faktor dalam rassio Lainnya untuk Memprediksi Kondisi
keuangan serta diluar rasio keuangan bermasalah Bank di Indonesia, Jurnal
sebaiknya juga diikutnkan sebagai Bisnis Strategi Vol. 10/Desember/ Th.
pertimbangan penelitian yang valid dan VII/ 2002.
dapat mewakili populasi. Martharini, Lutfia. 2012.”Analisis
Penelitian selanjutnya dapat Pengaruh Rasio Camel dan size
memperpanjang periode pengamatan Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah
sehingga jumlah sampel penelitian juga pada Perbankan 2006-2010” .
lebih banyak sehingga dapat Universitas Diponegoro
meningkatkan Mongid, Abdul.2000. ”Accounting Data
distribusi data yang lebih baik. Pemilihan and Bank Future Failure: A Model For
sampel sebaiknya tidak hanya terbatas Indonesia.Simposium Nasional
pada perusahaan perbankan yang Akuntansi
terdaftar di BEI saja, melainkan dapat Muljono, T. P. 1999. Aplikasi Akuntansi
menggunakan seluruh perusahaan Manajemen dalam Praktik Perbankan.
perbankan di Indonesia. Memperpanjang Ed. 3. BPFE Yogyakarta
periode penelitian dan Mulyaningrum, Penny. 2008. “Analisis
mempertimbangkan faktor selain rasio Rasio Keuangan Sebagai Indikator
keuangan, misalnya size, aspek kepatuhan Prediksi Kebangkrutan Bank di
misalnya presentase pelanggaran BMPK, Indonesia” dalam Thesis S2 Magister
presentase pelampauan BMPK, GWM dan Manajemen Universitas Diponegoro.
PDN. Selain itu keterkaitan antar variable Nanang Agus.2010.”Model Prediksi
juga perlu diujikan kembali Tingkat Kesehatan Bank Melalui Rasio
Camels”. Universitas Islam Sultan
Referensi Agung. Semarang
Riyadi, S. 2006. Banking Assets and
Almilia, Luciana spica, Winny Liability Management. Ed. 3. Lembaga
Herdiningtyas. 2005, “Analisis Rasio Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Camel Terhadap Prediksi Indonesia
Kondisibermasalah Suharman, H. 2007. “Analisis Risiko
padaLembagaPerbankan Periode 2000- Keuangan untuk Memprediksi Tingkat
2002”, Jurnal Kuntansi & Keuangan Kegagalan Usaha Bank.”Jurnal Imiah
Vol. 7 No. 2, Nopember 2005 ASET, Vol. 9, No. 1 Februari
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Tarmizi Achmad & Willyanto Kartiko Wilopo, 2000, "Prediksi Kebangkrutan


Kusuno. 2003. “Analisis Rasio-Rasio Bank", SNA III - IAI,45-59
Keuangan sebagaio Indikator dalam Zaki, Ehab dan Bah,
Memprediksi Potensi Kebangkrutan Rahim.2011.“Assessing probabilities
Perbankan di Indonesia”. Media financial distress of bank
Ekonomi & Bisnis. Vo.XV. No.1. Juni inUAE”.Jurnal Financial Accounting
2003. Vol.7 No. 3, page 304-320
Wicaksana, Ludy. 2011. “Analisis Rasio
Camel Terhadap Kondisi Bermasalah
pada sector Perbankan di Indonesia
2004-2007”. Skripsi S1 Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro

103
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG HIV, EFEKTIFITAS


KONDOM DAN KEMUDAHAN MEMPEROLEH KONDOM TERHADAP
PENGGUNAAN KONDOM DALAM PENCEGAHAN HIV

Nerys Lourensius L. T
STIE IEU Yogyakarta

Abstract
The phenomenon of HIV (Human Immunodeficiensi Virus) and AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) has become a global issue. Various efforts have been and are
being made to suppress the spread of HIV. HIV / AIDS has become a very serious epidemic
threatening the health of the world community, through the United Nations decided to
establish a separate body to deal with an epidemic of this one, namely UNAIDS. Meanwhile,
since 1990, the World Population Agency (UNFPA), which had already been established also
play an active role to combat the spread of HIV / AIDS, by running a comprehensive
program in the field of reproductive health. The program is done either through the
provision of information and education to the public and advocacy to mobilize political
commitment and facilitate policies that support reproductive health.
This study is a qualitative research using primary and secondary data. The primary
data obtained through interviews, questionnaires by respondent Laki laki Seks Laki laki
(LSL) that accessing condoms in NGOs VestaYogyakarta, while the secondary data obtained
from the document. The survey results revealed that knowledge about HIV variables (X1)
does not have a partial effect on the use of condoms in HIV prevention (Y) in LSL in NGO
Vesta. Variable knowledge of the effectiveness of condoms have a partial effect on the use of
condoms in HIV prevention (Y) in LSL in NGO Vesta. Variable ease of obtaining condoms
(X3), does not have a partial effect on the use of condoms in HIV prevention (Y) in MSM in
NGO Vesta.
Variable knowledge of HIV (X1), knowledge of the effectiveness of condoms (X2)
and the ease of obtaining condoms (X3) jointly influence simultaneously against the use of
condoms in HIV prevention (Y) on Vesta NGO LSL in Yogyakarta. From the results of
Adjusted R Square (because four variables) obtained yield was 0.392. In other words, 39.3%
contribution variables influence of knowledge about HIV (X1), knowledge of the
effectiveness of condoms (X2) and the ease of obtaining condoms (X3) on the dependent
variable, namely the use of condoms in HIV prevention (Y).
Keywords: Knowledge About HIV, Condom Effectiveness Knowledge, Ease of Getting
Condoms and Condom Use In HIV Prevention In The Male Sex Men (MSM)/ Laki laki seks
laki laki (LSL)
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

PENDAHULUAN tersebut seringkali dianggap rendah dan


Latar Belakang Masalah disishkan dari masyarakat. Perilaku
Human Immunodeficiensi Virus (HIV) & marginalisasi tersebut mengakibatkan
Acquired Immunodeficiency Sindrom (AIDS) komunitas waria dan homo seksual
telah menjadi epidemi yang sangat serius seringkali bersifat sangat tertutup,
mengancam kesehatan masyarakat dunia. sehingga sangat sulit untuk mengadakan
Untuk mengatasi maslah tersebut komunikasi untuk mensosialisasikan
Perserikatan Bangsa Bangsa mendirikan informasi dan program-program
badan tersendiri untuk mengurusi menyangkut HIV & AIDS. Hal ini
epidemi yang satu ini, yaitu UNAIDS. berimbas pada rendahnya tingkat
Sementara itu, sejak tahun 1990, Badan pengetahuan terhadap penyakit ini.
Kependudukan Dunia (UNFPA) yang Perilaku marginalisasi yang diderita oleh
sudah lebih dulu berdiri juga berperan kaum waria dan homoseksual ini
aktif untuk melawan penyebaran memaksa mereka untuk berlaku
HIV/AIDS, dengan cara menjalankan heteroseksual di permukaan, untuk
program yang komprehensif di bidang melepaskan diri dari status marginal atau
kesehatan reproduksi. Program ini tersisih. Keadaan ini berdampak buruk
dilakukan baik melalui pemberian pada laju penyebaran HIV & AIDS
informasi dan pendidikan kepada dimasyarakat. Mereka akan melakukan
masyarakat maupun advokasi untuk hubungan seks dengan laki-laki dan juga
memobilisasi komitmen politis dan dengan istri sah mereka, atau dengan
memfasilitasi kebijakan yang mendukung pasangan lawan jenis untuk menutupi
kesehatan reproduksi. AIDS dikenal keadaan mereka yang sebenarnya.
pertama kali sebagi sindrom baru ditahun Banyak cara untuk mengurangi resiko
1981, dan karena kasus-kasus pertama penularan HIV salah satunya dengan
dibatasi pada populasi homoseksual saja, menggunakan pelindung saat
maka penyakit ini melulu dikaitkan secara berhubungan seks atau manggunakan
spesifik pada kelompok ini.(Albery dan kondom. Kondom yang kualitasnya
Munafo,2011) terjamin adalah satu-satunya produk yang
Homoseksual, laki-laki yang melakukan saat ini tersedia untuk melindungi
hubungan seks dengan sesama laki-laki pemakai dari infeksi seksual karena HIV
dan waria atau transgender. Merupakan dan infeksi menular seksual (IMS)
salah satu golongan yang berisiko tinggi lainnya. Ketika digunakan secara tepat,
dalam penyebaran HIV/AIDS. Golongan kondom dapat mencegah infeksi HIV

105
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

dikalangan perempuan dan laki-laki, menggunakan kondom adalah salah satu


karena lubang pori-pori pada kondom cara yang dapat dilakukan selalain
lateks terlalu kecil untuk dapat dilalui tentunya member pemahan dari segala
oleh virus ini. aspek.
Kebanyakan orang memberikan reaksi Rumusan Masalah
emosional atau salah persepsi. Ketidak- Berdasarkan latar belakang masalah yang
percayaan terhadap kondom lebih banyak telah diuraikan peneliti memrumuskan
kurangnya pengetahuan terhadap masalah:
kondom, kondom kemungkinan rusak 1) Apakah pengaruh pengetahuan
pada saat digunakan, kekurangan sensasi tentang HIV terhadap penggunaan
seksual, merasa tidak nyaman membeli kondom dalam pencegahan HIV
kondom, merasa tidak nyaman 2) Apakah pengaruh pengetahuan
menggunakan kondom. Salah persepsi efektivitas kondom terhadap penggunaan
yang seringkali muncul adalah bahwa kondom dalam pencegahan HIV
kondom lateks memiliki pori-pori yang 3) Apakah pengaruh kemudahan
dapat dilalui oleh virus HIV. Peneliitian memperoleh kondom terhadap
laboratorium membuktikan bahwa pori- penggunaan kondom dalam pencegahan
pori pada kondom lateks tidak dapat HIV
dilalui oleh mikroorganisma termasuk 4) Bagaimana pengaruh pengetahuan
virus HIV dan sperma. tentang kondom, pengetahuan efektifitas
Melihat fenomena di atas HIV & AIDS kondom dan kemudahan meperoleh
akan menimbulkan banyak perubahan kondom terhadap penggunaan kondom
bagi penderita yang mengalaminya dan dalam pencegahan HIV
juga orang dekat yang mendampingi
penderita HIV & AIDS. Tidak hanya LANDASAN TEORI
menimbulkan perubahan fisik saja tetapi HIV & AIDS adalah dua istilah yang

dapat menimbulkan perubahan- berbeda tetapi saling berhubungan.HIV

perubahan dari segi lainnya seperti adalah virus yang menyebabkan

psikologinya, sosial, ekonomi dan terjadinya AIDS. HIV (Human

spiritual. Dampak yang ditimbulkan Immunodeficiensi Virus) adalah virus

dapat menurunkan kualitas hidup yang menyerang sel darah putih dalam

penderitanya dan yang mempunyai tubuh (Limfosit) yang mengakibatkan

pasangan penderita HIV & AIDS. turunya kekebalan tubuh manusia. HIV

Pencegahan HIV & AIDS dengan termasuk golongan retrovirus yang


Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

terutama yang ditemukan didalam cairan


tubuh, seperti darah, cairan mani, cairan Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik, atau
vagina, dan ASI. AIDS (Acquired sirkuksisi dengan alat yang tidak
Immunodeficiency Sindrom) adalah disterilisasi.
sekumpulan gejala penyakit yang timbul Faktor-faktor risiko penularan
karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS HIV & AIDS sangat banyak, tetapi yang
disebabkan oleh virus HIV. akibat paling utama adalah faktor perilaku
turunnya kekebalan tubuh maka individu seksual. Faktor lain adalah penularan
sangat mudah terkena penyakit seperti, secara parenteral dan riwayat penyakit
TBC, kandidiasis, radang pada kulit, infeksi menular seksual yang pernah
saluran pencernaan, otak, paru, dan diderita sebelumnya. Perilaku seksual
kangker atau disebut dengan infeksi yang berisiko merupakan faktor utama
oportunistik/IO. (KPAN, 2010) yang berkaitan dengan penularan HIV &
AIDS . Partner seks yang banyak dan
Faktor resiko terinfeksi HIV tidak memakai kondom dalam
Menurur (Nasroudin, 2006) ada melakukan aktivitas seksual yang
beberapa faktor resiko efidemiologis berisiko merupakan faktor risiko utama
infeksi HIV adalah sebagai berikut: penularan HIV & AIDS. Padahal,
Perilaku beresiko tinggi pemakaian kondom merupakan cara
1. Hubungan seksual dengan pencegahan penularan HIV & AIDS yang
pasangan berisiko tinggi tanpa efektif. Seks anal juga merupakan faktor
menggunakan kondom perilaku seksual yang memudahkan
2. Penggunaan narkoba intravena, penularan HIV & AIDS (Laksana, 2010) .
terutama bila pemakaian jarum secara
bersama tampa sterilisasi yang Diagnosis HIV & AIDS
memadai. Infeksi HIV dapat diperiksa dengan suatu
3. Hubungan seksual tidak aman tes darah yang di sebut ELISA, singkatan
multipartner, pasangan seks individu dari enzyme lingket immunosorbent assay.
yang diketahui terinfeksi HIV, kontak ELISA menditeksi adanya antibodi
seks peranal terhadap HIV didalam alirann darah.
4. Mempunyai riwayat infeksi Seseorang mulai membentuk antibodi
menular seksual terhadap infeksi HIV lama sebelum
5. Riwayat menerima transfusi darah menunjukkan gejala-gejala bertahun-
berulang tanpa tes penapisan tahun sebelum sampai pada tahap AIDS.

107
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

Sekalipun tes antibodi tidak secara 2. Melalui darah. Melalui tranfusi


langsung menujukkan terdapatnya virus, darah/produk darah yang sudah
hasil tes yang positif (seropositif) dimana tercemarr HIV. lewat pemakaian alat
tubuh telah menghasilkan antibidi suntik yang sudah tercemar HIV, yang
terhadapinfeksi HIV. Tes darah yang lebih dipakai bergantian tampa diseterilkan,
canggih adalah Tes Western Blot ini dapat terutama terjadi pada pemakaian alat
dilakukan pada orang yang seropositif suntik dikalangan pengguna
untuk menjamin bahwa hasil semulaitu napza/narkoba suntik (penasun).
benar. Tes Western Blot menguji adanya 3. Melalui Air Susu Ibu (ASI). Penularan
pola khusus pada rantai protein yang ini bisa terjadi dari ibu yang HIV
khas bagi virus tersebut. Adanya antibodi positif yaitu selama kehamilan,
tidak berarti bahwa seseorang tertular waktuu persalinan dan/atau waktu
HIV akan memperoleh AIDS. Diagnosis menyusui. Kemungkinan penularan
AIDS menuntut adanya indikator dari ibu ke bayi ini berkisar hingga
penyakit-penyakit tertentu.cara lain 30% artinya dari setiap 10
adalah dengan melihat bahwa pada orang kehamilanibu HIV positif maka
terinfeksi HIV kadar Sel CD4-nya berada kemungkinan ada 3 (tiga) bayi yang
dibawah 200 per cc darah. (Hutapea, 2011) lahir dari ibu HIV positif. Penularan
dari ibu hamil yang HIV positif ini
Penularan Penyakit HIV/AIDS bisa dicegah, dengan mengikuti
Menurut Komisi Penanggulangan program pencegahan penularan dari
AIDS Nasional (KPAN, 2010) HIV & AIDS ibu ke bayi (PMTCT).
dapat ditularkan dengan melalui cara
sebagi berikut: Pencegahan Penyakit HIV & AIDS
1. Melalui cairan mani atau cairan Bentuk pencegegahan penyakit
vagina. Melalui hubungan seks HIV & AIDS tidak berupa pemberian
penetratif (alat kelamin peria masuk kekebalan aktif (penambahan vaksin)
kedalam alat kelamin wanita baik melainkan dengan cara menghindari
secara oral, maupun anal seks) tampa faktor-faktor resiko, seperti berbagi
menggunakan kondom sehingga jarumsuntik atau menggunakan
memungkinkan cairan mani atau pengaman saat melakukan kontak
vagian yang mengandung virus HIV seksual. Menurut Zulkoni ,2010 ada
masuk kedalamtubuh pasangannya. beberapa strategi pencegahan dan
mengurangi resiko terifeksi HIV yaitu:
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

1. Abstain dari seks. Hal ini jelas seksual ini yang dimaksud adalah
memiliki keterbatasan, tetapi benar- orientasi seksual, yaitu kecenderungan
benar melindungi terhadap penularan seseorang untuk melakukan perilaku
HIV. seksual dengan laki-laki atau perempuan
2. Berperilaku monogami atau setia (Nietzel dkk.,1998, hal.489).
terhadap pasangan Homoseksualitas bukan hanya kontak
3. Menggunakan pengaman ketika seksual antara seseorang dengan orang
melakukan kontak seksual seperti lain dari jenis kelamin yang sama tetapi
penggunaan kondom. Penggunaan juga menyangkut individu yang memiliki
kondom tidsk 100% efektif mencegah kecenderungan psikologis, emosional, dan
tranmisi infeksi virus seksual, sosial terhadap seseorang dengan jenis
termasuk HIV.kondom menawarkan kelamin yang sama (Kendall dan
beberap penawaranjika digunakan Hammer, 1998, hal.375).
dengan benar dan konsisten. Penyebab homoseksual ada beberapa hal
4. Menghindari penggunaan jarum (Feldmen, 1990, hal. 360). Beberapa
secara bersama-sama misalnya pada pendekatan biologi menyatakan bahwa
saat pembuatan tatto,body piercing dan faktor genetik atau hormone
penggunaan jarum suntik untuk mempengaruhi perkembangan
injeksi obat. homoseksualitas. Psikoanalis lain
5. Menghindari penggunaan alkohol dan menyatakan bahwa kondisi atau
drug (dalam hal ini narkoba) pengaruh ibu yang dominan dan terlalu
6. Menghindari tranfusi darah jika tidak melindungi sedangkan ayah cenderung
benar-benar dibutuhkan pasif (Breber dalam Feldmen, 1990,
7. Resiko penularan HIV dari wanita hal.360). Penyebab lain dari
hamil kepada janin/bayi berkurang homoseksualitas seseorang yaitu karena
secara signifikan apabila ibu faktor belajar (Master dan Johnston dalam
mengkonsumsi obat selama kehamilan Feldmen, 1990, hal.360). Orientasi seksual
seseorang dipelajari sebagai akibat adanya
Homoseksual reward dan punishment yang diterima.
Gay merupakan kata ganti untuk Beberapa peneliti yakin bahwa
menyebut perilaku homoseksual. homoseksualitas adalah akibat dari
Homoseksual adalah ketertarikan seksual pengalaman masa kanak-kanak,
terhadap jenis kelamin yang sama khususnya interaksi antara anak dan
(Feldmen, 1990, hal.359). Ketertarikan orangtua. Fakta yang ditemukan

109
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

menunjukkan bahwa homoseksual 3. Seseorang selalu mencari kepuasan


diakibatkan oleh pengaruh ibu yang relasi homoseks, karena ia pernah
dominan dan ayah yang pasif (Carlson, menghayati pengalaman homoseksual
1994, hal.312) yang menggairahkan pada masa
Homoseksual pada laki-laki bisa remaja.
berlangsung dengan memanipulasi alat 4. Atau seorang anak laki-laki pernah
kelamin patnernya dengan memasukkan mengalami pengalman traumatis
penis kedalam mulut, dang menggunakan dengan ibunya dan semua wanita.
bibir, lidah dan mulut untuk menggelitik. Lalu muncul dorongan homoseks
Cara lain adalah dengan memasukkan yang jadi menetap.
senggama melalui dubur (anal
erotisem).Anal erotisem disebut pula Kondom
sebagai analismeseks atau sodomi. Jumlah Kondom merupakan selubung lateks tipis
pria homoseksual itu diperkirakan 3-4 kali yang pas menutupi penis yang sedang
lebih banyak dari wanita homoseksual ereksi dan mencegah semen masuk ke
(Karton, 1989). vagina. Kondom terbuat dari karet sintetis
Ekspresi homoseksual ada tiga yaitu yang tipis, berbentuk silinder, dengan
1. Aktif ; bertindak sebagai laki-laki yang muaranya berpinggir tebal, yang bila
aktif digulung berbentuk rata (Buku Panduan
2. Pasif ; bertingkah laku dan berperan Praktis Pelayanan Kontrasepsi; 2010).
pasif-feminim seperti waria Kondom merupakan salah satu alat
3. Bergantian peran ; kadang-kadang kontrasepsi pria yang paling mudah
memerankan fungsi wanita kadang- dipakai dan diperoleh baik di apotik
kadang jadi laki-laki maupun di toko-toko obat dengan
berbagai merek dagang.
Menurut Kartono, banyak teori yang 1. Fungsi Kondom. Kondom mempunyai
menyebabkan homoseksual antara lain tiga fungsi yaitu sebagai alat KB,
ialah : mencegah penularan PMS termasuk
1. Faktor heriditer berupa ketidak HIV/AIDS, dan membantu pria atau
ombangan hormon-hormon seksual suami yang mengalami ejakulasi dini.
2. Pengaruh lingkungan yang tidak 2. Kelebihan Kondom. Efektif sebagai
baik/tidak menguntungkan bagi alat kotrasepsi bila dipakai dengan
perkembangan kematangan seksual baik dan benar
yang normal.
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

3. Murah dan mudah didapat tanpa sini ada tiga sumber daya konsumen,
resep dokter yaitu sumber daya ekonomi, sumber
4. Praktis dan dapat dipakai sendiri daya temporal, dan sumber daya
5. Tidak ada efek hormonal kognitif. Sumber daya ekonomi seperti
6. Dapat menncegah kemungkinan pendapatan atau kekayaan, adalah
penularan penyakit menular seksual variabel pertama yang harus dianalisis
(PMS) termasuk HIV/AIDS antara di dalam studi perilaku konsumen,
suami-isteri. dengan studi yang diruntut kembali
7. Mudah dibawa hingga tahun 1672. Studi pertama
dengan basis statistik yang layak ,
Faktor-faktor yang mempengaruhi diterbitkan oleh Emest Engel pada
perilaku konsumen tahun 1857. Hubungan antara
1. Pengaruh lingkungan. Perilaku pendapatan dan pengeluaran menjadi
konsumen untuk melakukan populer sebagai Engels Laws of
pembelian dipengaruhi oleh Consumption (hukum Engel
lingkungan meliputi faktor budaya, mengenai konsumsi). Hukum atau
faktor kelas sosial, fektor pengaruh kaidah tersebut mengandung empat
pribadi, faktor keluarga dan faktor proporsi yang dibelanjakan untuk
situasi. kategori seperti makanan, minuman,
2. Perbedaan dan pengaruh individual. pondikan, pendidikan, kesehatan,
Individu berbeda dalam cara-cara rekreasi, dan sebagainya (Engel,
fundamental lain yang memengaruhi Blakcwell & Miniard, 1995).
perilaku konsumen. Diukur menurut Sedangkan pada sumber daya
efek pada perilaku konsumen, temporal, waktu menjadi variabel yang
barangkali perbedaan yang peling semakin penting dalam memahami
penting di antara individu adalah perilaku konsumen karena kemiskinan
perbedaan dalam sumberdaya. waktu yang semakin banyak dipahami
Misalnya dalam pemasaran politik, oleh kebanyakan orang. Salah satu dari
konsumen menukar suara mereka variabel paling individual dari perilaku
untuk pemilihan calon, sedangkan di manusia berhubungan dengan begaimana
dalam organisasi, konsumen orang menggunakan anggaran waktu
kemungkinan akan menukar waktu mereka. Kebanyakan dihabiskan untuk
mereka sebagai sukarelawan atau bekerja, tidur, dan kegiatan wajib lain.
sumbangan uang dengan prestasi. Di Namun dibagian lain, dihabiskan untuk

111
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

kegiatan yang sangat pribadi yang disebut sebaliknya, mengacu pada jumlah
waktu senggang yang mencerminkan baik kapasitas yang difokuskan pada arahan
kepribadian meupun preferensi gaya tertentu. Konsumen akan sering
hidup. Dalam hal ini dapat dikatakan ada mengalokasikan hanya kapasitas yang
dua kendala anggaran yaitu kendala diperlukan untuk mengidentifikasi
anggaran uang dan kendala anggaran stimulus, misal iklan mobil, sebelum
waktu. mengarahkan kembali perhatian mereka
Untuk sumber daya kognitif ke tempat lain. Pada kesempatan lain,
menggambarkan kepasitas mental yang konsumen meungkin menaruh perhatian
tersedia untuk menjalankan pelbagai mereka ketempat lain. Pada kesempatan
kegiatan pengolahan informasi. Kapasitas lain, konsumen mungkin menaruh cukup
merupakan sumber daya yang terbatas. perhatian untuk mengerti ini dasar dari
Kita haya dapat mebgolah sejumlah iklan bersangkutan. Konsumen kadang
tertentu informasi pada satu waktu. mungkin memberi konsentrasi penuh
Ukuran kapasitas seringkali digambarkan kepada iklan tersebut dan menyelidiki
dalam istilah keratan (chunk) yang secara cermat pesannya, separti
mewakili suatu pengelompokkan atau konsumen di dalam pasar untuk mobil
kombinasi informasi yang dapat diolah baru yang membaca iklan mobil.
sebagai satu unit. Bergantung pada Kenyataan bahwa kapasitas merupakan
sumbermana yang dipilih, kapasitas sumber daya yang terbatas membawa
bervariasi dari empat sampai tujuh sejumlah implikasi penting sehubungan
keratan. Alokasi kapasitas kognitif dengan begaimana konsumen mengolah
dikenal sebagai perhatian (attention). informasi dan membuat pilihan produk
Perhatian terdiri dari dua dimensi yaitu (Engel, Blakcwell & Miniard, 1995).
arahan (direction) dan intensitas, arahan
menggambarkan fokus perhatian, karena
konsumen tidak dapat mengolah semua
stimulan internal dan eksternal yang
tersedia pada saat tertentu, mereka harus
selektif dalam cara mereka
mengalokasikan sumber daya yang
terbatas ini. Beberapa stimulus akan
mendapat perhatian, yang lain akan
diabaikan. Sedangkan intensitas,
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

Pengambilan Keputusan Konsumen behwa suatu kebutuhan yang muncul,


Langkah-langkah proses pengambilan memerlukan pemuasan dalam bentuk
keputusan oleh konsumen (Winardi, 1991) tertentu. Seseorang pembeli yang
sebagai berikut: memerlukan waktu tertentu dan
pertimbangan tertentu dalam hal
Diketahui adanya sebuah
problem tertentu pengambilan keputusan, lebih banyak
Mencari pecahan-pecahan memberikan peluang kepada pera
alternatif dan informasi

pemasar efektif, untuk melaksanakan


Pengevaluasian alternatif

tindakan meyakinkan pembeli tersebut


Keputusan pembelian

dan menawarkan suatu produk


Jangan membeli Masalah masih tetap
Beli
dihadapi, kembali lagi
ke langkah pertama atau
kepadanya yang dapat memuaskan
hentikan
Konsumen setelah selesai
dilaksanakan pembelian dan
kebutuhan pembeli tersebut.
pengevaluasian
Langkah ke-2: Mencari pemecahan-
Kepuasan Ketidakpuasan (frustasi)
(proses selesai) kemungkinankembali ke langkah
pertama
pemecahan alternatif dan informasi. Para
Sumber: Winardi, 1991
konsumen menghadapi resiko dalam arti
bahwa setiap tindakan seseorang
Keterangan: konsumen, akan menyebabkan timbulnya
Langkah ke-1: diketahui adanya dampak tertentu, yang tidak dapat
problem tertentu. Secara diantisipasi dengan kepastian penuh dan
alternatif diketahui adanya suatu problem beberapa di antara dampak yang muncil
dapat merupakan sebuah proses yang kiranya tidak akan menyenangkan.
kompleks dan yang memerlukan waktu Jumlah uang yang akan dibelanjakan, atau
yang cukup lama. Seseorang yang resiko sosial mungkin besar, sehingga hal
memiliki sebuah kendaraan (mobil) yang tersebut menyebabkan bahwa resiko yang
ada pada saat-saat tertentu “mogok” dan diketahui itu mungkin meningkat. Para
yang catnya sudah pudar dan tidak pembeli berupaya untuk mengurangi
menarik lagi, dan teman-temannya perasaan ketidakpastian tersebut. Mereka
seringkali meyatakan keheranan mereka mungkin akan membaca iklan-iklan.
mengapa ia masih tetap mengendarai Pencarian informasi dapat bersifat
mobil tua itu, kiranya akan merasakan internal meupun eksternal. Pencarian
adanya sesuatu problem yang mulai internal merupakan aktivutas kognitif
muncul. Individu yang bersangkutan yang berkaitan dengan upaya
mulai menyadari bahwa sebuah motif mengeluarkan informasi yang tersimpan
tidak dipenuhi secara sempurna, dan di dalam ingatan. Sedangka pencarian

113
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

eksternal yaitu pengumpulan informasi itu kembali atau ia terpaksa hidup dengan
dari sumber-sumber di luar ingatan problem tersebut.
meungkin memerlukan waktu, upaya dan Langkah ke-5: Konsumsi pascapembelian
uang. Sementara itu para pemasar dan evaluasi. Dengan asumsi bahwa
menyediakan aneka macam sumber pengambilan keputusan juga sekaligus
informasi guna memenuhi kebutuhan merupakan pemakai maka persoalan
konsumen intuk mengurangi resiko. kepuasan dari pembelian atau
Langkah ke-3: Evaluasi alternatif- ketidakpuasan dari pembelian tetap akan
alternatif. Evaluasi ini dimulai sewaktu ada. Sikap puas atau tidak puas hanya
pencarian informasi telah menjelaskan terjadi setelah produk yang dibeli
atau mengidentifikasi sejumlah dikonsumsi. Perasaan tidak pasti tentang
pemecahan-pemecahan potensial bagi konsumsi pasca pembelian dapat di
problem konsumen yang bersangkutan. analisis engan bantuan teori tentang
Sebuah alternatif untuk berlibur ke luar disonasi kognitif (GF.L.Festinger, 1957,
negeri mungkin berupa sebuah mobil bus dikutip Winardi, 1991). Disonasi kognitif
mini baru. Tetapi dalam kebanyakan adalah merupakan sebuah persaaan pasca
keputusan, alternatif-alternatif yang ada, pembelian yang timbul dalam diri
berupa produk-produk yang bersifat seorang pembeli setelah keputusan
kompetitif secara langsung. pembelian dibuat olehnya. Tindakan
Langkah ke-4: Keputusan-keputusan evaluasi pasca pembelian tentang
pembelian. Seorang calon pembeli harus alternatif-alternatif yang ada, guna
mengambil keputusan pembelian. mendukung pilihan kita, merupakan
Keputusan tersebut mengkin dapat sebuah proses psikologikal, guna
berupa tidak memilih salah satu alternatif ,engurangi perasaan disonasi.
yang tersedia. Tetapi dalam kebanyakan
kasus, problem yang merangsang orang Hipotesis
bersangkutan untuk memulai proses Hipotesis yang dibuat oleh penulis yaitu
pengambilan keputusan tersebut. Kecuali sebagai berikut :
apabila problem tersebut telah 1. Diduga ada pengaruh secara parsial
menghilang. Hal mana dapat saja terjadi yang signifikan antara pengetahuan
pada setiap tahapan proses yang ada, tentang HIV terhadap penggunaan
maka orang yang mengambil keputusan kondom dalam pencegahan HIV.
tidak membeli atau harus melalui proses 2. Diduga ada pengaruh secara parsial
yang signifikan antara pengetahuan
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

efektifitas kondom dalam pencegahan besar dari jumlah variabel dalam


HIV terhadap penggunaan kondom penelitian
3. Diduga ada pengaruh secara parsial 4. Untuk penelitian eksperimental
signifikan antara kemudahan sederhana dengan kontrol eskperimen
memperoleh kondom terhadap yang ketat, penelitian yang sukses
penggunaan kondom dalam adalah mungkin dengan ukuran
pencegahan HIV. sampel kecil antara 10 sampai dengan
4. Diduga ada pengaruh secara simultan 20
antara pengetahuan tentang HIV,
efektifitas kondom dan kemudahan Dalam penelitian ini populasi tidak
memperoleh kondom terhadap ditentukan secara jelas maka diambil
penggunaan kondom dalam sampel berdasarkan penelitian
pencegahan HIV pada LSL. mutivariate (termasuk analisis regresi
berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x
METODE PENELITIAN lebih besar dari jumlah variabel dalam
Penentuan jumlah sampel sangat penelitian dimana dalam penelitian ini
tergantung dari karakteristik dan jumlah terdapat empat variabel jadi jumlah
populasi. Apabila jumlah populasi sampel yang ditentukan sebanyak 4 x 10 =
diketahui secara jelas jumlahnya maka 40 sampel. Penelitian ini dilakukan di
dapat digunakan beberapa rumus atau LSM Vesta. Yang menjadi obyek
tabel. Roscoe (1975) yang dikutip Uma penelitian ini adalah Laki-laki yang
Sekaran (2006) memberikan acuan umum berhubungan seks dengan Laki-laki (LSL)
untuk menentukan ukuran sampel :
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan Definisi Konsep dan Operasional
kurang dari 500 adalah tepat untuk Variabel Penelitian
kebanyakan penelitian Defenisi Konsep Variabel Penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam 1) Pengetahuan terhadap HIV.
subsampel (pria/wanita, Pengetahuan adalah hasil
junior/senior, dan sebagainya), penginderaan manusia, atau hasil tahu
ukuran sampel minimum 30 untuk seseorang terhadap objek melalui
tiap kategori adalah tepat indera yang dimilikinya (mata,
3. Dalam penelitian mutivariate hidung, telinga, dan sebagainya).
(termasuk analisis regresi berganda), Dengan sendirinya, pada waktu
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih penginderaan sampai menghasilkan

115
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

pengetahuan tersebut sangat kekebalan tubuh manusia. HIV


dipengaruhi intensitas perhatian dan termasuk golongan retrovirus yang
persepsi terhadap objek. Sebagian terutama yang ditemukan didalam
besar pengetahuan seseorang cairan tubuh, seperti darah, cairan
diperoleh melalui indera pendengaran mani, cairan vagina, dan ASI. AIDS
(telinga), dan indera penglihatan (Acquired Immunodeficiency
(mata) (Notoatmodjo, 2005). Sindrom) adalah sekumpulan gejala
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi penyakit yang timbul karena turunnya
oleh faktor pendidikan formal. kekebalan tubuh. AIDS disebabkan
Pengetahuan sangat erat oleh virus HIV. akibat turunnya
hubungannya dengan pendidikan, kekebalan tubuh maka individu
dimana diharapkan bahwa dengan sangat mudah terkena penyakit
pendidikan yang tinggi maka orang seperti, TBC, kandidiasis, radang pada
tersebut akan semakin luas pula kulit, saluran pencernaan, otak, paru,
pengetahuannya. Akan tetapi perlu dan kangker atau disebut dengan
ditekankan, bukan berarti seseorang infeksi oportunistik/IO. (KPAN, 2010)
yang berpendidikan rendah mutlak 2) Efektifitas penggunaan kondom
berpengetahuan rendah pula. dalam pencegahan HIV. Pengertian
Pengetahuan seseorang tentang suatu efektifitas secara umum menunjukan
objek mengandung dua aspek, yaitu sampai seberapa jauh tercapainya
aspek positif dan negatif. Kedua aspek suatu tujuan yang terlebih dahulu
ini yang akan menentukan sikap ditentukan. Hal tersebut sesuai
seseorang semakin banyak aspek dengan pengertian efektifitas menurut
positif dan objek yang diketahui, Hidayat (1986) yang menjelaskan
maka akan menimbulkan sikap makin bahwa : Efektifitas adalah suatu
positif terhadap objek tertentu (Dewi ukuran yang menyatakan seberapa
& Wawan, 2010). HIV & AIDS jauh target (kuantitas,kualitas dan
adalah dua istilah yang berbeda tetapi waktu) telah tercapai. Dimana makin
saling berhubungan. HIV adalah virus besar presentase target yang dicapai,
yang menyebabkan terjadinya AIDS. makin tinggi efektifitasnya.
HIV (Human Immunodeficiensi Virus) Bebarapa alat yang semula
adalah virus yang menyerang sel direkayasa untuk mencegah
darah putih dalam tubuh (Limfosit) kehamilan juga dapat memberi
yang mengakibatkan turunya perlindungan terhadap penularan
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

HIV lewat hubungan seks. Hal ini a. Tahap Masukan (Input),


meliputi kondom bagi pria dan wanita Mempengaruhi pengenalan
hingga batas tertentu, diafragma yang konsumen terhadap kebutuhan
dibubuhi spermisida. Kondom pria atas produk dan terdiri dari
yang sering disebut karet KB dapat dua sumber informasi utama :
mencegah penyebaran dan penyakit Usaha pemasaran perusahaan
menular lainnya yang berfungsi (produk itu sendiri, harganya,
sebagai perisai terhadap jasad renik promosinya dan dimana ia
patogen termasuk HIV. Sekalipun dijual) dan pengaruh sosiologis
kondom lateks dapat disebut cukup eksternal atas konsumen
baik dalam melindungi diri terhadap (keluarga, teman-teman,
penularan HIV dan kuman lainnya, tetangga sumber informal dan
masih belum dapat dikatakan 100 % non-komersial lain, kelas sosial
efektif dalam mencegah penularan serta keanggotaan budaya dan
HIV. subbudaya). Dampak
3) Kemudahan memperoleh kondom. kumulatif dari setiap usaha
Tempat meliputi kegiatan yang pemasaran perusahaan,
mbuat produk tersedia bagi pelanggan pengaruh keluarga, temen-
sasaran. Kondom mempunyai banyak teman, tetangga dan tata
manfaat. Pertama-tama kondom perilaku masyarakat yang ada,
tersedia bila dibutuhkan dan dapat semuanya merupakan
dibeli tanpa resep. Tak memerlukan masukan yang mungkin
pengukuran yang khusus dan dapat mempengaruhi apa yang dibeli
disimpan dalam kemasannya hingga konsumen dan bagaimana
saatnya diperlukan. penggunaan mereka menggunakan apa
kondom adalah keputusan seseorang yang mereka beli.
dalam menggunakan kondom. b. Tahap Proses, Memfokuskan
4) Dimana Proses pengambilan pada cara konsumen
keputusan dapat dipandang sebagai mengambil keputusan.
tiga tahap yang berbeda namun Berbagai faktor psikologis
berhubungan satu sama lain, yaitu : yang melekat pada setiap
Tahap Masukan (Input), Tahap Proses individu (motivasi, persepsi,
dan Tahap Keluaran (Output). pengetahuan, kepribadian dan
sikap) mempengaruhi cara

117
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

masukan dari luar pada tahap benar membeli. Pengambilan


masukan mempengaruhi keputusan merupakan suatu
pengenalan konsumen kegiatan individu yang secara
terhadap kebutuhan, pencarian langsung terlibat dalam
informasi sebelum pembelin mendapatkan dan
dan evaluasi terhadap barbagai mempergunakan barang yang
alternative, pada gilirannya ditawarkan.
akan mempengaruhi sifat
psikologis konsumen yang Definisi Operasional Variabel Penelitian
ada. 1) Pengetahuan tentang HIV yaitu
c. Tahap Keluaran (Output), pengetahuan seseorang tentang HIV
Dalam model pengambilan dimana mengandung dua aspek, yaitu
keputusan konsumen terdiri aspek positif dan negatif. Kedua aspek
dari dua macam kegiatan ini yang akan menentukan sikap
setelah pengambilan seseorang semakin banyak aspek
keputusan yang berhubungan positif dan objek yang diketahui,
erat: Perilaku membeli dan maka akan menimbulkan sikap makin
evaluasi setelah membeli. positif. Variabel pengetahuan
Keputusan seorang pembeli juga terhadap HIV ini diukur dengan
dipengaruhi oleh ciri-ciri menggunakan skala interval dan alat
kepribadiannya, termasuk usia, yang digunakan adalah kuesioner
pekerjaan, keadaan ekonomi. dengan skala likert. Variabel diukur
Perilaku konsumen akan menggunakan indikator-indikator
menentukan proses pengambilan sebagai berikut :
keputusan dalam melakukan a. Pengertian HIV (Human
pembelian. Menurut Kotler (1997) Imunodeficiencsi Virus) adalah
ada beberapa tahap dalam virus yang menyerang sel
mengambil suatu keputusan untuk darah putih dalam tubuh
melakukan pembelian (limfosit) yang mengakibatkan
Pengertian keputusan pembelian, turunnya kekebalan tubuh.
menurut Kotler & Armstrong b. Pengetahuan tentang inveksi
(2001: 226) adalah tahap dalam HIV tidak dapat dihilangkan
proses pengambilan keputusan didalam tubuh
pembeli di mana konsumen benar-
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

c. Penularan virus HIV dan 4) Keputusan penggunaan kondom


pengobatannya dalam pencegahan HIV ini Dimana
2) Pengetahuan efektifitas kondom Proses pengambilan keputusan dapat
dalam pencegahan virus HIV yaitu dipandang sebagai tiga tahap yang
menunjukan sampai seberapa jauh berbeda namun berhubungan satu
tercapainya suatu tujuan yang terlebih sama lain, yaitu : Tahap Masukan
dahulu ditentukan yang dimaksud (Input), Tahap Proses dan Tahap
dimana pengetahuan penggunaan Keluaran (Output). dipengaruhi oleh
kondom dapat efektif dalam beberapa faktor yaitu pengetahuan
pencegahan virus HIV ini diukur tentang HIV, efektifitas kondom dan
menggunakan beberapa indikator- kemudahan memperoleh kondom.
indikator yaitu :
a. Pengetahuan penggunaan Alat Uji Instrumen Penelitian
secara benar bahwa kondom b. Uji Validitas

dapat mengurangi resiko Untuk mengetahui

tertularnya virus HIV layak tidaknya kuesioner perlu diuji

b. Pengetahuan kelebihan- dengan menggunakan uji validitas. Valid

kelebihan kondom dalam berarti instrumen tersebut dapat

pencegahan virus HIV seperti: digunakan untuk mengukur apa yang

kondom tidak berpori, seharusnya diukur (Sugiyono, 2012). Pada

kemudahan dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan

penggunaan dan kemudahan adalah rumus korelasi product moment dari

penympanan person (Sugiyono, 2005).

3) Kemudahan memperoleh kondom c. Uji Reliabilitas

yaitu kondom dapat diperoleh dengan Digunakan untuk

tanpa resep dan dapat dibeli di mengetahui konsistensi tidaknya suatu

Apotek maupun toko obat dan dapat kuesioner yang didesainnya. Untuk

diperoleh dari petugas lapangan mengukur konsistensi, peneliti

penanggulangan HIV. Dalam variabel memerlukan pengujian dengan

ini dapat diukur menggunakan menggunakan teknik tertentu terhadap

indikator-indikator seperti skor jawaban responden yang dihasilkan

bangaimana kemudahan akses dari penggunaan instrumen yang

mendapatkan kondom dan cara bersangkutan. Reliabilitas diukur dari

pembelian. koefisien korelasi, bila koefesien korelasi

119
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

positif dan signifikan maka instrumen TABEL 1 HASIL ANALISIS REGRESI


tersebut sudah dinyatakan reliabel atau LINEAR BERGANDA
handal (Ghozali,2011).
Di dalam penelitian ini, pengukuran Standa
reliabilitas dilakukan dengan rdized
menggunakan metode one shot. Unstandardize Coeffi
Reliabilitas hasil ukur dapat dilakukan d Coefficients cients
dengan melihat nilai Cronbach Alpha .
Std.
koefesien alpha bisa diukur dengan
Model B Error Beta T Sig.
menggunakan uji statistik Cronbach
1 C 5.112 3.967 1.289 .206
Alpha. Suatu kostruk dikatakan reliable
X1 .185 .135 .182 1.371 .179
jika memberikan nilai Cronbach Alpha >
0,60. Dengan rumus (Sugiyono, 2005). X2 .550 .140 .564 3.939 .000

X3 .073 .185 .059 .396 .694


HASIL DAN PEMBAHASAN a.Dependent
Metode analisis yang digunakan adalah Variable: Y
analisis regresi berganda. Analisis data Sumber: Diolah
dibantu dengan program SPSS.

Berdasarkan hasil analisis, maka


Uji Regresi Linear Berganda persamaan regresi linear berganda
didapat sebagai berikut:
Analisis ini digunakan sebagai alat ukur Y = 5,112 + 0,185X1 + 0,550X2 + 0,073X3
untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Uji Hipotesis Koefisien Regresi
Dalam penelitian ini variabel penggunaan Pengujian dengan uji t hitung (pengujian
kondom dalam pencegahan HIV pada secara individu)
LSL dipengeruhi oleh pengetahuan Variabel pengetahuan tentang HIV (X1), t
tentang HIV (X1), pengetahuan efektifitas hitung < t tabel 2,028 maka kesimpulan
kondom (X2) dan kemudahan Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga
memperoleh kondom (X3). dari uji tersebut menunjukan bahwa
variabel pengetahuan tentang HIV (X1)
tidak mempunyai pengaruh secara parsial
terhadap penggunaan kondom dalam
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

pencegahan HIV (Y) pada LSL di LSM Sumber: Diolah


Vesta .
Variabel pengetahuan efektifitas kondom Dari hasil pengujian diperoleh nilai F
(X2), diperoleh nilai t hitung 3,939 > dari t hitung > F tabel (2;36;0,05) yaitu 9,381 > 2,866,
tabel 2,028 maka kesimpulan Ho ditolak berarti Ho ditolak dan Ha diterima,
dan Ha diterima. Sehingga dari uji berarti variabel pengetahuan tentang HIV
tersebut menunjukan bahwa variabel (X1), pengetahuan efektifitas kondom (X2)
pengetahuan efektifitas kondom (X2) dan kemudahan memperoleh kondom
mempunyai pengaruh secara parsial (X3) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap penggunaan kondom dalam secara simultan terhadap penggunaan
pencegahan HIV (Y) pada LSL di LSM kondom dalam pencegahan HIV pada
Vesta . LSL di LSM Vesta Yogyakarta.
Variabel kemudahan memperoleh
kondom (X3), t hitung 0,396 < t tabel 2,028 Koefisiensi determinasi (R2)
maka kesimpulan Ho diterima dan Ha TABEL 3 NILAI KOEFISIENSI
ditolak. Sehingga dari uji tersebut DETERMINASI (R2)
menunjukan bahwa variabel kemudahan Model Summary

memperoleh kondom (X3) tidak Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
mempunyai pengaruh secara parsial
1 .662a .439 .392 2.454
terhadap penggunaan kondom dalam
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
pencegahan HIV (Y) pada LSL di LSM
Vesta . Sumber: Diolah

Pengujian dengan F hitung (pengujian Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa

simultan) Adjusted R Square karena terdapat tiga


variabel bebas (Bawono, 2006) sebesar
0,392. Hal ini berarti 39,3% variabel

TABEL 2 NILAI F DAN TINGKAT dependen yaitu variansi penggunaan

SIGNIFIKANSI kondom dalam pencegahan HIV (Y) pada


ANOVAb
LSL di LSM Vesta dapat dijelaskan oleh
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig. variabel pengetahuan tentang HIV (X1),
1 Regression 169.524 3 56.508 9.381 .000a

Residual 216.851 36 6.024 pengetahuan efektifitas kondom (X2) dan


Total 386.375 39

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2


kemudahan memperoleh kondom (X3).
b. Dependent Variable: Y
Sedangkan sisanya (100% - 39,2% = 60,8%)

121
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

dijelaskan variansinya oleh variabel lain. kemudahan memperoleh kondom


Dengan kata lain 39,3% sumbangan terhadap penggunaan kondom dalam
pengaruh variabel pengetahuan tentang pencegahan HIV pada LSL terbukti.
HIV (X1), pengetahuan efektifitas kondom
(X2) dan kemudahan memperoleh Berdasarkan perhitungan koefisien
kondom (X3) terhadap variabel dependen determinasi (R2) didapatkan nilai tingkat
yaitu penggunaan kondom dalam pengaruh antara variabel dependen
pencegahan HIV (Y). penggunaan kondom dalam pencegahan
HIV (Y) dengan pengetahuan tentang HIV
Pembahasan (X1), pengerahuan efektifitas kondom (X2)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan kemudahan memperoleh kondom
sejauh mana pengaruh pengetahuan yaitu sebesar 0,392. Hal ini berarti 39,3%
tentang HIV (X1), pengetahuan efektifitas variabel dependen yaitu variansi
kondom (X2) dan kemudahan meproleh penggunaan kondom dalam pencegahan
kondom (X3) terhadap penggunaan HIV (Y) pada LSL di LSM Vesta dapat
kondom dalam pencegahan HIV (Y) pada dijelaskan oleh variabel pengetahuan
LSL di LSM vesta. Hipotesis yang tentang HIV (X1), pengetahuan efektifitas
menyatakan Diduga ada pengaruh secara kondom (X2) dan kemudahan
parsial pengetahuan tentang HIV memperoleh kondom (X3). Sedangkan
terhadap penggunaan kondom dalam sisanya (100% - 39,2% = 60,8%) dijelaskan
pencegahan HIV tidak terbukti. Hipotesisi variansinya oleh variabel lain.
yang menyatakana Diduga ada pengaruh
secara parsial antara pengetahuan SIMPULAN DAN SARAN
efektifitas kondom dalam pencegahan Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui
HIV terhadap penggunaan kondom bahwa variabel pengetahuan tentang HIV
terbukti terbukti. (X1) tidak mempunyai pengaruh secara
Hipotesis yang menyatakan Diduga ada parsial terhadap penggunaan kondom
pengaruh secara parsial antara dalam pencegahan HIV (Y) pada LSL di
kemudahan memperoleh kondom LSM Vesta. Variabel pengetahuan
terhadap penggunaan kondom dalam efektifitas kondom mempunyai pengaruh
pencegahan HIV tidak terbukti. Hipotesis secara parsial terhadap penggunaan
yang menyatakan Diduga ada pengaruh kondom dalam pencegahan HIV (Y) pada
secara simultan antara pengetahuan LSL di LSM Vesta. Variabel kemudahan
tentang HIV, efektifitas kondom dan memperoleh kondom (X3), tidak
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

mempunyai pengaruh secara parsial untuk disarankan agar LSM Vesta


terhadap penggunaan kondom dalam terus menerus melakukan kampanye
pencegahan HIV (Y) pada LSL di LSM tentang kondom dan penggunaan
Vesta. serta efektifitas kondom dalam
Variabel pengetahuan tentang HIV (X1), pencegahan HIV karena agar LSL
pengetahuan efektifitas kondom (X2) dan yang melakukan seksual aktif tetap
kemudahan memperoleh kondom (X3) konsisten menggunakan kondom
secara bersama-sama berpengaruh secara untuk keamanan malakukan seksual.
simultan terhadap penggunaan kondom 3. Variabel kemudahan memperoleh
dalam pencegahan HIV (Y) pada LSL di kondom tidak terbukti secara parsial
LSM Vesta Yogyakarta. Dari hasil terhadap penggunaan kondom dalam
Adjusted R Square (karena empat pencegahan HIV untuk itu disarankan
variabel) diperoleh hasil sebesar 0,392. agar LSM Vesta tetap menyediakan
Dengan kata lain 39,3% sumbangan kondom dan mempermudah
pengaruh variabel pengetahuan tentang pemberian/pengambilan sehingga
HIV (X1), pengetahuan efektifitas kondom LSL lebih mudah memperoleh
(X2) dan kemudahan memperoleh kondom dan dapat menggunakan
kondom (X3) terhadap variabel dependen secara konsisten.
yaitu penggunaan kondom dalam 4. Sebaiknya untuk penelitian yang akan
pencegahan HIV (Y). datang perlu dimasukan variabel lain
Saran yang belum diteliti sebelumnya
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dengan menggali kejadian dilapangan
dapat dikemukakan beberapa saran yaitu: secara nyata.
1. Pengetahuan tentang HIV tidak
terbukti berpengaruh secara parsial DAFTAR PUSTAKA
untuk itu peneliti menyarankan agar Amirudin, Ridwan. (2012). Kebijakan Dan
LSM Vesta tetap melakukan Respons Epidemik Penyakit Menular.
penyuluhan dan sosialisasi tentang Bogor: PT Penerbit IPB Press
HIV supaya LSL lain semakin Sunyoto, Danang. (2013). Perilaku
mengetahui tentang HIV itu sendiri. Konsumen (panduan riset sederhana
2. Variabel pengetahuan efektifitas untuk mengenali konsumen.
kondom terbukti secara parsial Yogyakarta: CAPS(Center of
berpengaruh terhadap panggunaan Academic Publishing Service)
kondom dalam pencegahan HIV

123
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Frourth Edition, New York : John Wiley &
NASIONAL). (2010). Panduan Ringkas Sons Inc.
Warga Dalam Penanggulangan AIDS. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kementian Koordinator Bidang Manajemen. Bandung: Alfabeta
Kesehatan Rakyat RI Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis.
Nasronudin. (2006). HIV & AIDS Bandung: Alfabeta.
Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
dan Sosial. Surabaya :Airlangga Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
University Press. Bandung: Alfabeta.
Noviana, Nana. (2013). Catatan Kuliah Wijaya, Tony. (2013). Metodologi Penelitian
Kesehatan Reproduksi & HIV-AIDS. Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta:
Jakarta: Tans Info Media Graha Ilmu.
S. Uyanto, Stanislaus. (2009). Pedoman
Analisis Data dengan SPSS.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sekaran, Uma. (2003). Research Methodd
For Business : Skill-Building
Approach,
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL

Berikut ini adalah pedoman penulisan artikel JURNAL ILMU MANAJEMEN yang
diharapkan jadi pertimbangan bagi penulis:

1. Artikel diketik sepanjang maksimal 6.000 kata atau antara 15-16 halaman (huruf
Century Gothic 10) pada halaman kertas A4.
2. Marjin halaman atas, bawah, kanan, dan kiri 1" dan jarak 1,5 spasi.
3. Sistematika pembahasan dalam artikel setidaknya terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut:

Berikut ini adalah pedoman penulisan artikel JURNAL ILMU MANAJEMEN yang
diharapkan jadi pertimbangan bagi penulis:
1. Artikel diketik sepanjang maksimal 6.000 kata atau antara 15-20 halaman
(huruf Century Gothic 10) pada halaman kertas A4.
2. Marjin halaman atas, bawah, kanan, dan kiri 1" dan jarak 1,5 spasi.
3. Sistematika pembahasan dalam artikel setidaknya terdiri dari bagian-bagian
sebagai berikut:
• Judul
• Nama Penulis
• Jabatan dan Alamat Korespondensi Penulis
• Abstrak disajikan di awal teks dan maksimal 200-300 kata dalam Bahasa
Inggris. Abstrak diikuti dengan sedikitnya empat kata kunci (keywords).
• Pendahuluan menguraikan latar belakang (motivasi) penelitian, rumusan
masalah penelitian, pernyataan tujuan, dan (jika dipandang perlu)
organisasi penulisan artikel.
• Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis (jika ada) memaparkan
kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasan logis
untuk mengembangkan hipotesis atau proposisi penelitian dan model
penelitian (jika dipandang perlu).
• Metode Penelitian memuat metode seleksi dan pengumpulan data,
pengukuran dan definisi operasional variabel, dan metode analisis data.
• Hasil dan Pembahasan memuat hasil analisis penelitian dan pembahasan
hasil penelitian.
• Simpulan berisi pembahasan mengenai temuan dan simpulan penelitian.
• Daftar Referensi memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan
artikel. Hanya sumber yang diacu yang dimuat di daftar referensi ini.
 Kutipan langsung yang panjang (lebih dari 3,5 baris) diketik dengan
jarak baris satu dengan indented style (bentuk berinden).
 Semua halaman termasuk lampiran dan referensi harus diberi nomor
urut halaman.
 Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut, judul, dan sumber (bila
relevan). Judul tabel ditulis di atas tabel sedangkan judul gambar
ditulis di bawah gambar. Sumber gambar/tabel ditulis di bawah
gambar/tabel.
 Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan
kurung tutup yang menyebutkan nama akhir penulis, tahun tanpa
koma, dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh:
 Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Miller 1977). Jika
disertai nomor halaman: (Miller 1977: 245)

125
Volume 12, Nomor 1, Januari 2015

 Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jensen dan Meckling


1976)
 Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Laporta dkk.
2000 atau Laporta et al. 2000)
 Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Sharpe 1963;
Litner 1964)
 Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Miller 2003, 2008).
Jika tahun publikasi sama (Jensen 1986a, 1986b)
 Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
akronim institusi yang bersangkutan, misalnya (UNY 2008)
 Setiap artikel harus memuat daftar referensi (hanya yang menjadi
sumber kutipan) dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
 Daftar referensi disusun sesuai alfabet nama penulis atau nama institusi.
 Susunan setiap referensi: nama penulis, tahun publikasi, judul jurnal atau
buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman. Contoh:
 Chen, C. H. V., & Indartono, S. (2011). Study of commitment
antecedents: The dynamic point of view. Journal of business ethics,
103(4), 529-541.
 Faraz, N. J. (2002). Developing Traditional Herbal Medicine Business
in the Framework of Optimizing Women’s Empowerment R. Lifelong
Learning, 161.
 Utama, A. (2003). Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Pelanggan Rumah Sakit Umum Cakra Husada
Klaten.
 Alteza, M. (2013). Determinan True Discount dan Market Reactions
Penawaran Saham. JURNAL ECONOMIA, 9(1), 27-37.
 Setiap penyerahan artikel harus melampirkan uraian singkat bibliografi
penulis dan anggota tim penulis (jika ada).

Artikel diserahkan dalam bentuk soft copy melalui e-mail atau berbentuk CD kepada:
Redaksi

JURNAL ILMU MANAJEMEN


arum_d@yahoo.com, setyabudi_indartono@uny.ac.id
Alamat Redaksi
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
Karangmalang Yogyakarta
Vol. 11, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Manajemen

127

Anda mungkin juga menyukai