1. Daftar Isi...........................................................................................................1
2. BAB I PENDAHULUAN.................................................................................2
A. Latar Belakang............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................3
3. BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Pengertian perilaku hewan...........................................................................4
B. Pengertian stimulus atau rangsangan dan respon.........................................5
C. Mekanisme terjadinya tingkah laku.............................................................7
D. Teori stimulus-respon...................................................................................8
E. Pengaruh genetik dan lingkungan terhadap perilaku hewan......................10
F. Bentuk-bentuk perilaku hewan..................................................................13
4. BAB III PENUTUP........................................................................................19
A. Kesimpulan...............................................................................................19
5. Daftar Pustaka................................................................................................20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Dalam ilmu yang mempelajari perilaku, banyak peneliti menggunakan hewan
percobaan dibandingkan tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
tingkah laku yang terbentuk melalui proses belajar sepanjang masa kehidupan,
berubah berdasarkan pengalaman, non genetik dan tidak
berkaitan dengan stimulus tertentu. Tingkah laku ini terbagi menjadi tingkah laku
belajar dan reasoning yaitu kemampuan merespon situasi baru tanpa proses
belajar sebelumnya.
Menurut Alcock (1979), bila mengamati tingkah laku, maka terdapat dua
pengertian, yaitu proksimat dan ultimat. Proksimat merupakan mekanisme yang
berkaitan dengan stimulus lingkungan atau penyebab tingkah laku yang secara
langsung berasal dari dalam tubuhnya. Stimulus yang muncul dapat
mengakibatkan perubahan hormon atau neural yang menstimulasi tingkah laku,
yang berhubungan dengan produksi seperti kicauan burung dan pembuatan
sarang. Sedangkan ultimat merupakan perilaku yang berasal dari dalam hewan itu
sendiri karena faktor genetik yang terbentuk melalui gen tertentu karena hewan
harus mempertahankan hidupnya. Lebih jelas mengenai perilaku hewan ini,
dipelajari dalam cabang ilmu etologi. Etologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku hewan dalam kondisi alami.
1. Pengertian Stimulus
Untuk perubahan lingkungan menyebabkan organisme sebagai stimuli
“jamak dari stimulus”, oleh karena itu dapat dipertimbangkan bahwa setiap
perubahan dalam lingkungan akan menghasilkan stimulus jika itu bisa membuat
impuls saraf pada hewan. Namun tidak ada saraf di pohon untuk membuat impuls
saraf, namun rangsangan yang dihasilkan di dalam tanaman karena perubahan
lingkungan. Rangsangan dibuat di dalam organisme tidak selalu harus berupa
impuls saraf, tetapi perubahan fisiologis yang cukup.
Oleh karena itu, setiap perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologis pada suatu organisme ialah stimulus. Pada stimulus dapat
mengarah ke proses lain dalam suatu organisme yang dapat menjadi stimulus lain
untuk proses lain. Yang ketika intensitas cahaya matahari menjadi tinggi, pupil
mata menjadi kecil. Peningkatan intensitas cahaya matahari ialah stimulus, impuls
5
saraf dengan informasi tentang tingginya jumlah sinar matahari dibawa ke otak
dan bahwa impuls saraf menjadi stimulus bagi otak untuk memicu tindakan yang
diperlukan untuk mengontrol paparan berlebih.
Tumbuhan yang ada di tempat teduh menunjukkan gerakan fototropik
ketika ada perubahan intensitas cahaya matahari dari satu sisi ke sisi lain.
Kenaikan di bawah sinar matahari di satu sisi menyebabkan hormon untuk pindah
ke sisi lain dari batang tanaman, maka sisi yang dinaungi tumbuh cepat dengan
sel-sel lebih dari sisi lainnya dan batang tumbuh ke arah sinar matahari. Ada
sejumlah perubahan tak terbatas yang dapat menyebabkan rangsangan pada
organisme. Stimulus dapat berupa eksternal maupun internal dan mereka bisa
sebesar apapun.
2. Pengertian Respon
Reaksi hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkunganya dinyatakan
sebagai respons hewan terhadap lingkunganya. Respons hewan terhadap
lingkungan dapat berupa perubahan fisik, fisiologis dan tingkah laku. Respons
hewan terhadap kondisi dan perubahan linkungan ada yang bersifat reaktif, artinya
respons itu terbentuk dan berlaku pada saat pengaruh kondisi dan perubahan
lingkungan berlaku. Misalnya, ayam mencari tempat yang teduh ketika hujan
turun. Respons-respons seperti itu merupakan respons untuk semua anggota
spesies. Respons itu merupakan perubahan pada hewan yang bersifat reaktif
terhadap lingkunganya.
Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.
Tujuan akhir dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon hewan
terhadap lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan intensitas stimulus,
jenis spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan kisaran
toleransi terhadap lingkungannya.
Apabila kondisi lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi
adalah pertama, hewan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan
kondisi yang lebih baik. Kedua, hewan memberikan respon tertentu yang mampu
mengatasi efek negative perubahan tersebut. Ketiga, hewan itu akan mati.
6
a. Respon Dasar Hewan
Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar
yaitu respon pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan.
Mekanisme ketiga respon itu berdasarkan sistem umpan balik negatif. Agar
mekanisme itu berhasil maka respon yang dihasilkan harus sesuai besarnya, waktu
tepat dan berlangsung cukup cepat.
1) Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah
respon pengaturan (regulatori). Respon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks).
Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya. Tipe respon lain yang
bersifat reversible adalah respon penyesuaian (aklimatori), berlangsung lebih lama
dari respon regulatori karena proses yang fisiologi yang melandasinya melibatkan
perubahan struktur dan morfologi hewan. Contoh: di lingkungan bertekanan
parsial oksigen rendah, terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit,
tubuh terpapar pada kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan
pigmentasi. Respon aklimatori umum terdapat pada hewan berumur panjang, yang
menghadapi perubahan kondisi musiman. Reversibilitas respon penting sekali
karena tiap tahun kondisi khas musiman selalu berulang.
2) Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon perkembangan.
Respon berlangsung lama karena melibatkan banyak proses yang menghasilkan
perkembangan beraneka ragam macam struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen
dan tak reversible. Contoh : perubahan jumlah mata facet pada Drosophila yang
dipelihara pada suhu tinggi, atau terbentuknya keturunan cacat akibat respon
perkembangan embrio terhadap senyawa teratogenik dalam lingkungannya.
Suatu tingkah laku memiliki hubungan yang erat dengan beberapa sistem
hormon dan adanya stimulus. Selain itu dalam mekanisme tingkah laku organ
yang berfungsi menerima atau mengambil informasi yaitu organ
sensori. Berdasarkan macam rangsangan organ sensori terbagi menjadi beberapa
7
macam yaitu mekanoreseptor, kemoreseptor, termoreseptor, elektroreseptor dan
photoreseptor. Semua organ sensori ini dipengaruhi oleh adanya stimulus baik
stimulus internal maupun
stimulus eksternal (Campbell
dkk.,2000).
Berikut ini adalah
skema mekanisme stimulus
terhadap tingkah laku secara
umum (Alcock, 1979).
Dari Gambar bila
dijelaskan mekanismenya
yaitu stimulus yang datang
baik eksternal maupun internal yang disampaikan oleh sistem syaraf dan campur
tangan sistem hormon yang disampaikan keseluruhan tubuh untuk memberikan
komando melakukan suatu tingkah laku.
D. Teori Stimulus-Respon
8
b. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan
air liur.
c. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS)
setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
d. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing
mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing
akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini
bagaimana cara untuk
membentuk perilaku
anjing agar ketika bunyi
bel di berikan ia akan
merespon dengan
mengeluarkan air liur
walapun tanpa diberikan
makanan. Karena pada
awalnya anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan
kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan.
Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons
(air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses
akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui
kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh:
makanan.
2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral
dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah
stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa
makanan.
9
3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara
otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari
penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan
bunyi bel dengan makanan.
Dari Teori Ivan Petrovich Pavlov, tentang Stimulus Respons, dapat
disimpulan bahwa teori stimulus-respons adalah suatu teori dimana apabila
terdapat suatu rangsangan atau tindakan maka akan mendapatkan suatu respons,
dimana respons tersebut berupa reaksi serta suatu gerakan untuk membalasnya.
Ada anggapan bahwa perilaku disebabkan oleh pengaruh gen (nature atau
alam) atau oleh pengaruh lingkungan (nurture atau pemeliharaan). Sejauh mana
gen dan lingkungan mempengaruhi sifat fenotipik, yang meliputi sifat perilaku?
Fenotipe bergantung pada gen dan lingkungan, sifat atau ciri perilaku memiliki
komponen genetik dan lingkungan, seperti halnya semua sifat anatomis dan
fisiologis seekor hewan.
10
Pada percobaan tersebut, para
peneliti membandingkan nyanyian
percumbuan induk jantan Chrysoperla
plorabunda dan induk betina
Chrysoperla jonshoni, dengan
nyanyian keturunan hibrid (F1) yang
telah dibesarkan dalam isolasi dari
serangga sayap-pita-hijau lainnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa
keturunan hibrid (F1) menyanyikan
lagu yang panjang ‘unit berulang
standarnya’ (standar drepeating unit)
serupa dengan yang dinyanyikan oleh
induk jantan Chrysoperla plorabunda. Namun untuk ‘periode rentetan nada’
(volleyperiod) pada interval antara dua rentetan getaran lebih mirip dengan induk
betina Chrysoperla jonshoni. Oleh karena nyanyian dari keturunan hibrid tersebut
memiliki ciri-ciri dari kedua induknya, maka ini mengindikasikan bahwa
nyanyian percumbuan Chrysoperla plorabunda dan Chrysoperla jonshoni
dikontrol oleh lebih dari satu gen dan diturunkan pada keturunannya.
11
dengan lingkungannya. Perilaku dapat dimodifikasi oleh lingkungan dimana
hewan tinggal, yang mana merupakan produk interaksi antara kapasitas genetik
dan pengaruh lingkungan.
12
posisinya bukan ke sarang yang ada di dekat rujung pinus. Dari hal ini
menunjukkan bahwa tawon penggali melakukan penanda visual pada lingkungan
di sekitar sarangnya untuk melacak sarangnya.
Suatu mitos yang masih diabadikan oleh media populer adalah bahwa
perilaku disebabkan oleh pengaruh gen (nature/alam) atau oleh pengaruh
lingkungan (nuture/pemeliharaan). Pada perkembangannya, hal ini semakin
menjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang
merupakan pengaruh alami atau akibat hasil asuhan atau pemeliharaan. Lambat
laun diketahui bahwa hasil kajian diketahui terjadinya suatu perilaku disebabkan
oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi
suatu perkembangan sifat yang dimodifikasi oleh lingkungan.
Bentuk dari perilaku hewan dapat dibagi menjadi 2 yaitu perilaku hewan
yang berasal dari bawaan yangumumnya diwariskan, dan perilaku yang terajar
(terlatih).
13
b. Release berupa zat kimia, misalnya feromon (pheromone). Banyak hewan
yang berkomunikasi melalui aroma dengan mengeluarkan zat kimia berupa
feromon ini. Feromon berfungsi sebagai release pada berbagai serangga sosial
seperti semut, lebah dan rayap. Feromon ini seringkali berkaitan dengan
perilaku reproduktif, namun di samping itu juga berkaitan dengan perilaku
non reproduktif. Jadi hewan-hewan serangga mempunyai berbagai feromon
untuk setiap tingkah laku, misalnya untuk perilaku kawin, perilaku mencari
makan, perilaku adanya bahaya, dan lain-lain. Perhatikan gambar berikut yang
menunjukkan salah satu contoh release berupa feromon pada semut yang
mencari makan.
1 2
3 4
14
Ketika semut menemukan makanan, dia akan dapat mengikuti jejak
feromon sendiri kembali ke sarang. Dalam perjalanan kembali ke sarang, semut
memberitahukan kepada rekannya akan adanya makanan dengan meletakkan
feromon lebih atau menciptakan jejak dengan aroma lebih kuat. Pada gambar di
atas, semut A mencapai makanan yang pertama. Semut A ini mengikuti kembali
jejaknya sendiri untuk kembali ke sarang, sementara ketiga semut lainnya masih
terus mengembara mencari makanan. Ketika semut lain (yang belum menemukan
makanan) menemukan jejak feromon, mereka mulai mengikuti jejak. Oleh karena
jejak feromon semut A cukup kuat aromanya maka ketika mereka menemukan
jejak feromon semut A, mereka akan mengikuti jejaknya. Sehingga dengan
demikian mereka akan dapat menemukan makanan dan bergotong royong
membawa makanan tersebut ke sarangnya.
Pada perilaku bawaan ini ada beberapa bentuk perkembangan sifat yaitu
innate, instinct, dan FAP.
a. Innate
Innate merupakan perilaku atau
suatu potensi terjadinya perilaku
yang telah ada di dalam suatu
individu. Perilaku yang timbul
karena bawaan lahir berkembang
secara tetap atau pasti. Perilaku ini
tidak memerlukan adanya pengalaman atau memerlukan proses belajar, seringkali
terjadi pada saat baru lahir, dan perilaku ini bersifat genetis (diturunkan).
Contohnya seperti tampak pada gambar yang menunjukkan bahwa tukik yang
baru menetas secara alamiah mampu menuju laut tanpa adanya pemandu.
15
b. Instinct (Insting atau Naluri)
Insting adalah perilaku terhadap suatu stimulus (rangsangan) tertentu pada
suatu spesies, biarpun perilaku tersebut tidak didasari pengalaman lebih dahulu,
dan perilaku ini bersifat menurun. Hal ini dapat diuji dengan menetaskan hewan
di tempat terpencil, sehingga apapun yang dilakukan hewan-hewan tersebut
berlangsung tanpa mengikuti contoh dari hewan-hewan yang lain. Tetapi hal
tersebut tidak dapat terjadi pada hewan-hewan menyusui, karena pada hewan-
hewan menyusui selalu ada kesempatan
16
Contoh lain dari perilaku hewan yang berupa insting, yaitu pada
pembuatan sarang burung misalnya sarang burung manyar (Ploceus manyar)
seperti yang dapat dilihat pada gambar.
Meskipun burung tersebut belum pernah melihat model sarangnya, burung
manyar secara naluriah akan membuat sarang yang sama.
17
merupakan ciri ikan Stickleback berduri-tiga (Gasterosteusaculeatus) betina
(Campbell dkk., 2008:296).
2. Perilaku Terajar (Learned)
Perilaku terajar merupakan perilaku yang mana perilaku ini memerlukan
adanya memori untuk ingatan atau modifikasi dari pengalaman (Rakhmawati,
2014). Sementara menurut Dwi dan Sugiharti (2011), menyebutkan bahwa
Perilaku terajar adalah perilaku yang lebih kurang diperoleh atau dimodifikasi
secara permanen sebagai akibat pengalaman individu.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perilaku (behavior) berarti bertindak, bereaksi, atau berfungsi dalam suatu
cara tertentu sebagai respons terhadap beberapa stimulus (rangsangan).
Atau dengan kata lain, perilaku merupakan tanggapan ataupun merespon
terhadap berbagai stimulus, baik yang berasal dari lingkungan luar
maupun yang dari dalam tubuh sendiri berkaitan dengan apa yang
dilakukan makhluk hidup dan bagaimana makhluk hidup tersebut
melakukannya.
2. Stimulus ialah setiap perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologis pada suatu organisme. Sedangkan Respon adalah
reaksi hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkunganya. Respons
hewan terhadap lingkungan dapat berupa perubahan fisik, fisiologis dan
tingkah laku. Respons hewan terhadap kondisi dan perubahan linkungan
ada yang bersifat reaktif, artinya respons itu terbentuk dan berlaku pada
saat pengaruh kondisi dan perubahan lingkungan berlaku.
3. mekanisme stimulus yaitu rangsangan yang datang baik eksternal maupun
internal yang disampaikan oleh sistem syaraf dan campur tangan sistem
hormon yang disampaikan keseluruhan tubuh untuk memberikan
komando melakukan suatu tingkah laku.
4. Dari Teori Ivan Petrovich Pavlov, tentang Stimulus Respons, dapat
disimpulan bahwa teori stimulus-respons adalah suatu teori dimana
apabila terdapat suatu rangsangan atau tindakan maka akan mendapatkan
suatu respons, dimana respons tersebut berupa reaksi serta suatu gerakan
untuk membalasnya.
5. terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan
lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat
yang dimodifikasi oleh lingkungan.
19
Daftar Pustaka
Anonim. 2018. Teori Stimulus dan Respon. https://www.kompasiana.com/wiwin
ratna/552073808133117b7419f95a/teori-stimulusrespons
Anonim. 2018. Pengenalan Perilaku Hewan. https://yusufpojokkampus.
Wordpress .com/materi/perilaku-hewan/pengenalan-perilaku-hewan/
Anonim. 2018. Perbedaan Stimulasi dan Respon dalam Biologi. https://www.
gurupendidikan.co.id/perbedaan-stimulasi-dan-respon-dalam-biologi/
20