Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Karet, 2018, 36 (1) : 101 - 108

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2018, 36 (1) : 101 - 108


Doi : https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v36i1.543

ANALISIS LOKASI INDUSTRI SERBUK KARET ALAM TERAKTIVASI


(SKAT) UNTUK ASPAL KARET

Analysis of Activated Grinded Rubber Industry (SKAT) for Rubberized Asphalt

Daniel IBRAHIM1,2,*, Amzul RIFIN1, dan Setiadi DJOHAR1


1
Program Pasca Sarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor
Jalan Padjajaran Bogor Jawa Barat
2
Kementerian Perindustrian
Jalan Gatot Subroto Kav 52-53 Jakarta 12950
*Email : daniel_ibrahim@live.com

Diterima : 29 Mei 2018 / Disetujui : 26 Juni 2018

Abstract Manajemen perusahaan harus melakukan


analisis lokasi pengembangan program ini.
To meet the needs of high-quality Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
asphalt and to increase domestic rubber mengetahui lokasi terbaik untuk pendirian
absorption, the Indonesian government began pabrik SKAT, dengan metode AHP yang
to launch a pilot project of Activated Solid menggunakan tiga kriteria, 24 sub kriteria
Ground Rubber (SKAT) for rubberized asphalt, dan empat alternatif lokasi. Berdasarkan
this is an opportunities for asphalt companies. hasil sintesis terhadap kriteria dan sub
The purpose of this research was to examine kriteria, alternatif lokasi pendirian SKAT
the best location for the establishment of secara berurutan sesuai bobot yang
SKAT factory, with AHP method using 3 dihasilkan adalah Semarang (0,382),
criteria, 24 sub criteria and 4 alternatives. The Cikampek (0,315), Palembang (0,177) dan
result based on expert choice software yang terakhir adalah Sidoarjo (0,126).
calculation was that the scores for Semarang Keunggulan utama dari lokasi ini adalah
(0.382), Cikampek (0.315), Palembang letaknya yang strategis dikarenakan
(0.177), and Sidoarjo (0.126). The main memiliki pasar yang prospektif dalam radius
advantage of Semarang was its strategic 600 Km, dengan panjang jalan nasional
location because it had a prospective market 5.611 Km dan jalan daerah sepanjang
within a radius of 600 Km. It has 5,611 Km 109.075 Km. Meskipun jarak dengan
national and 109,075 Km provinces road. sumber bahan baku karet alam tidak
Semarang had another advantages, those are sedekat apabila pabrik didirikan di
cheaper land and lower labour cost than other Palembang, serta jarak dengan sumber
cities. bahan baku Ground Tyre Rubber (GTR) tidak
sedekat apabila pabrik didirikan di Sidoarjo,
Keywords : AHP; location; rubberized asphalt; Semarang memiliki keunggulan lain yaitu
rubberized road harga lahan yang murah serta upah tenaga
kerja yang lebih murah dibandingkan
dengan kota lain.
Abstrak
Kata kunci : AHP; aspal karet; lokasi; SKAT
Untuk memenuhi kebutuhan aspal
yang berkualitas tinggi serta meningkatkan
penyerapan karet alam di dalam negeri, PENDAHULUAN
pemerintah Indonesia sebagai konsumen
utama aspal di Indonesia mulai Untuk memenuhi kebutuhan aspal
mencanangkan program pengaspalan yang yang berkualitas tinggi serta meningkatkan
menggunakan bahan dengan campuran penyerapan karet alam di dalam negeri,
karet padat atau Serbuk Karet Alam pemerintah Indonesia sebagai konsumen
Teraktivasi (SKAT) untuk aspal karet. Hal utama aspal di Indonesia mulai
tersebut merupakan peluang bagi mencanangkan program pengaspalan yang
perusahaan yang bergerak di bidang aspal.

101
Ibrahim, Rifin, dan Djohar

menggunakan bahan dengan campuran berdasarkan faktor yang berbeda adalah


karet padat atau Serbuk Karet Alam masalah keputusan multi kriteria. Kriteria,
Teraktivasi (SKAT). seperti jaringan transportasi, kedekatan
dengan pasar, sumber bahan baku,
PT. XXX merupakan salah satu ketersediaan sumberdaya manusia yang
perusahaan terbesar yang berkecimpung diperlukan, peraturan pemerintah akan
dalam industri aspal nasional. Dalam mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik yang
rangka memberikan layanan terbaik kepada akan dibangun, dimana jenis dan kriteria
konsumennya manajemen perusahaan tersebut akan berbeda-beda bergantung
selalu berupaya untuk memperbaiki pada jenis pabrik yang akan dibangun (Azizi
kualitas aspal yang diproduksinya. Selain & Ramezanzadeh, 2013). Lokasi pabrik yang
aspal biasa, PT. XXX memproduksi aspal akan dibangun oleh PT. XXX tentunya harus
modifikasi berupa aspal polimer yang mempertimbangkan berbagai hal yang dapat
memiliki kualitas tinggi. Penyediaan produk mempengaruhi kondisi perusahaan baik
aspal berkualitas tinggi menjadi sebuah pada kondisi saat ini maupun kondisi disaat
tuntutan dikarenakan volume kendaraan yang akan datang agar perusahaan dapat
yang terus meningkat setiap tahunnya. berhasil dan selalu kompetitif, sehingga
Program pemerintah dalam pengembangan dapat terhindar dari potensi kerugian atas
industri aspal karet untuk infrastruktur investasi yang telah ditanamkan serta
tentu menjadi hal yang penting bagi alokasi sumberdaya lainnya apabila mencari
perusahaan yang bergerak dalam bidang lokasi yang baru.
aspal terutama dalam pengembangan
usahanya. Untuk mengakomodasi rencana Dari sisi permintaan, penggunaan
pemerintah tersebut, manajemen aspal di dalam negeri mencapai 1,6 juta
perusahaan perlu mempersiapkan rencana ton/tahun, dengan demikian jika kadar
pengembangan produksi SKAT. karet yang digunakan adalah 5-7% maka
total pemakaian karet berpotensi mencapai
Rencana pengembangan yang akan 112.000 ton/tahun. Potensi penyerapan
dilakukan oleh manajemen perusahaan karet untuk aditif aspal sangat besar,
harus melakukan analisis yang matang mengingat panjang jalan yang telah beraspal
sehingga diperoleh hasil yang optimum dari saat ini baru mencapai 326.629 Km, masih
setiap penggunaan sumberdaya yang ada terdapat 211.2019 Km jalan yang belum
dengan memperhatikan berbagai aspek, beraspal. Selain jalan biasa, jalan tol pun
yang salah satunya adalah penentuan lokasi terus berkembang dimana pada tahun
yang paling ideal untuk produksi SKAT. 2015 baru mencapai 1000 Km akan terus
meningkat dan diperkirakan mencapai 3000
Pemilihan lokasi untuk penempatan Km pada Tahun 2025 (Tim Aspal Karet,
fasilitas akan memberikan dampak 2016; Badan Pusat Statistik [BPS], 2017).
langsung terhadap daya saing dan kinerja
perusahaan serta merupakan keputusan Pada saat ini, belum ada pabrik
yang penting secara strategis. Pilihan lokasi industri SKAT untuk aspal karet dengan
yang akurat dapat memastikan ketersediaan basis karet padat, sehingga masih sangat
produk yang memadai kapanpun dan terbuka untuk melakukan pendirian pabrik
dimanapun dibutuhkan, serta dapat tersebut di berbagai wilayah di Indonesia.
menarik pelanggan sehingga meningkatkan Industri SKAT untuk aspal karet berbasis
angka penjualan di pasar bisnis yang sangat karet padat merupakan industri baru baik di
kompetitif saat ini. Sebagai keputusan Indonesia maupun di dunia begitu pula bagi
penting, kemungkinan kesalahan pada PT. XXX selaku supplier dan produsen aspal.
periode ini dapat menyebabkan banyak Sampai dengan tahun 2017 pendekatan
kerugian seperti tingginya biaya industrialisasi pada industri SKAT masih
transportasi, kehilangan tenaga kerja dalam bentuk pilot project yang dilakukan
terampil dan keuntungan masa depan (Koc oleh pemerintah Indonesia. Tujuan dari
& Hasan, 2015). penelitian ini adalah untuk mengetahui
lokasi terbaik untuk pendirian pabrik SKAT.
Memilih tempat terbaik pendirian
sebuah pabrik dengan dua atau lebih lokasi

102
Analisis Lokasi Industri Serbuk Karet Alam Teraktivasi (SKAT) Untuk Aspal Karet

BAHAN DAN METODE yang efektif dalam pemilihan lokasi industri


furnitur di Turki, Walker (2006) menemukan
Penelitian dilakukan pada PT. XXX, bahwa tempat terbaik untuk penggergajian
Kementerian Perindustrian dan Pusat kayu berada di dekat sumber bahan
Penelitian Karet. Waktu pengambilan data bakunya atau sepanjang jalur sungai atau
dilaksanakan pada bulan September- kereta api untuk mengurangi biaya
Desember 2017, dimana penentuan variabel pengangkutan kayu bulat.
berupa kriteria, sub kriteria dan alternatif
ditentukan berdasarkan wawancara dengan Murray et al. (1999) memper-
4 orang pakar yang terdiri dari 2 orang timbangkan lokasi perusahaan pasokan
Manajer pada PT. XXX, 1 orang peneliti otomotif dan membagi beberapa faktor
Pusat Penelitian Karet dan 1 orang Pejabat menjadi tiga kategori yaitu biaya operasi,
Kementerian Perindustrian. Dalam kualitas kondisi kehidupan dan
melakukan analisis lokasi pendirian pabrik karakteristik struktur. Burdurlu dan Ejder
SKAT dilakukan melalui wawancara (2003) menyimpulkan bahwa kriteria ini,
pendahuluan guna mendapatkan informasi pada umumnya, dapat dikelompokkan
terkait lokasi potensial, kriteria maupun sub menjadi empat kelompok yaitu pemasaran,
kriteria yang berpengaruh dalam pemilihan produksi, transportasi dan wilayah.
lokasi pabrik SKAT serta untuk menyusun Sementara sub kriteria meliputi jumlah
kuisioner Analytical Hierarchy Proces (AHP). penjualan, sumber daya manusia, investasi,
tanah, infrastruktur, fasilitas dan peraturan
Braglia dan Gabbrielli (2012) perundang-undangan pemerintah.
mempelajari kriteria yang efektif dalam
pemilihan lokasi pabrik kertas di Italia, Setelah dilakukan wawancara
mereka mempertimbangkan 49 kriteria pendahuluan dan didapatkan hierarki,
dengan menggunakan teknik AHP. Begitu kemudian dilanjutkan dengan wawancara
pula Tavakkoli-Moghaddam et al. (2011) menggunakan kuisioner yang telah disusun.
menggunakan teknik AHP dalam Responden yang dipilih adalah pakar aspal
menentukan kriteria efektif pemilihan lokasi dan manajemen PT. XXX. Langkah-langkah
pabrik. yang dilakukan dalam penentuan analisis
lokasi sesuai dengan langkah-langkah pada
Yavuz (2008) mengidentifikasi metode AHP yang dikembangkan oleh Saaty
kriteria yang efektif dalam proses (1990), Tidore (2010) dan Setyawan (2017)
pengambilan keputusan untuk memilih sebagai berikut:
lokasi optimal pabrik batu alam di Turki a. Menentukan tujuan dan jenis-jenis
dengan membagi kriteria menjadi empat kriteria yang akan menjadi persyaratan
kelompok utama, yaitu faktor lingkungan, b. Melakukan wawancara pendahuluan
pemasaran, produksi dan ekonomi dan 15 kepada pakar aspal untuk menyusun
sub kriteria, sedangkan Yang et al. (2008) hierarki dari keseluruhan sudut
memilih kriteria berupa pemasaran, pandang manajerial dan kuisioner
sumberdaya manusia, peraturan penelitian. Pada hierarki yang disusun,
pemerintah dan kedekatan dengan bahan pada setiap sub kriteria dilakukan
baku, untuk mencari lokasi. kuantifikasi untuk meningkatkan
objektivitas.
Ataei (2005) menetapkan bahwa Berdasarkan wawancara pendahuluan,
faktor penting untuk pemilihan lokasi pabrik hirarki penentuan lokasi pabrik SKAT
semen aluminium sebagian besar terdiri dari dapat dilihat pada gambar 1.
transportasi, akses terhadap air, listrik, c. Membuat matriks perbandingan
bahan bakar dan lahan. Bhattacharya et al. berpasang diisi dengan bilangan yang
(2004) kriteria penelitian yang digunakan menggambarkan relatif pentingnya
antara lain biaya tanah, biaya bahan baku, suatu elemen atas elemen yang lainnya,
energi, transportasi dan biaya tenaga kerja seperti pada Tabel 1.
serta budaya kerja, dalam pemilihan lokasi Skor pengisian elemen-elemen pada
tanaman. Dalam menentukan kriteria apa matriks berpasangan seperti pada
Tabel 2.

103
Ibrahim, Rifin, dan Djohar

Jalan daerah P, 51.188 km


Jalan daerah C, 107.090 km
Jalan daerah SE, 109.075 km Palembang
Jalan daerah SI, 90.154 km
Pasar Jalan Nasional P, 4.276
Jalan Nasional C, 5.758
Jalan Nasional SE, 5.611
Jalan Nasional SI, 4.837 Cikampek

Jarak P - BB karet, 20 km
Jarak C - BB Karet, 150 km
Jarak SE -BB Karet, 550 km
Lokasi optimum Bahan Baku Jarak SI - BB Karet, 720 km
Jarak P - BB GTR, 650 km
Jarak C - BB GTR, 118 km
Jarak SE - BB GTR, 298 km
Jarak SI - BB GTR, 32 km

Harga lahan P, 2,5 juta Semarang


Harga lahan C, 2 juta
Harga lahan SE, 1,4 juta
Biaya Harga lahan SI, 3,5 juta
UMP P, 2,5 juta
UMP C, 3,2 juta Sidoarjo
Keterangan (Remaks):
P = Palembang UMP SE, 2,4 juta
C = Cikampek UMP SI, 3,6 juta
SE = Semarang
SU = Sidoarjo
Panjang Jalan (Km) = panjang jalan dalam radius ± 600 Km
Jarak (Km) = Jarak rata-rata pabrik ke sumber bahan bahan baku karet
alam dan Ground Tyre Rubber (GTR)
Harga lahan (IDR) = harga lahan di masing-masing kota

Gambar 1. Hierarki penentuan lokasi pendirian pabrik


Figure 1. Hierrarchy to determine plant location

Tabel 1. Matriks perbandingan berpasangan


Table 1. Paired comparison matrix
C A1 A2 A3 A4 … An
A1 1 a12 a13 a14 … a1n
A2 1/a12 1 A23 a24 … a2n
A3 1/a13 1/a23 1 a34 … a3n
A4 1/a14 1/a24 1/a34 1 … a4n
. . . . . … .
. . . . . … .
. . . . . … .
An 1/a1n 1/a2n 1/a3n 1/a4n … 1
Keterangan (Remaks):
C : Kriteria atau sifat yang digunakan untuk pembandingan
A1, A2, ..., An : Set elemen yang akan dibandingkan
a12, a13, …, 1 : Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ai
terhadap Aj

104
Analisis Lokasi Industri Serbuk Karet Alam Teraktivasi (SKAT) Untuk Aspal Karet

Tabel 2. Skor pengisian elemen-elemen pada matriks berpasangan


Table 2. Scores of elements in paired comparison matrix

Nilai Skor Definisi Keterangan


Score Definition Remaks
1 Sama penting Faktor yang satu dengan yang lainnya sama penting
untuk mencapai tujuan
3 Sedikit lebih penting Faktor yang satu sedikit lebih penting (agak kuat)
dibanding faktor yang lainnya
5 Lebih penting Faktor yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat
pentingnya) dibanding faktor yang lainnya
7 Sangat lebih penting Faktor yang satu sangat penting dibanding faktor yang
lainnya
9 Amat sangat lebih penting Faktor yang satu ekstrim pentingnya dibanding faktor
yang lainnya
2, 4, 6 dan 8 Kondisi diantara dua pilihan Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas j
maka j mempunyai nilai kebalikkannya dibanding dengan i

d. Pakar melakukan pengisian kuisioner HASIL DAN PEMBAHASAN


terkait hanya pada “kriteria” antara lain
aspek pasar, bahan baku dan biaya Pemahaman tentang keputusan
terkait lahan dan upah sedangkan pada penentuan lokasi mutlak diperlukan bila
“sub kriteria dan “alternatif” dilakukan akan membahas kegiatan pada ruang dan
pengurutan sesuai dengan data. Pada menganalisis bagaimana suatu wilayah
matriks perbandingan berpasangan tumbuh dan berkembang. Keputusan
dengan skor pengisian seperti pada mengenai lokasi industri oleh pengambil
Tabel 2. keputusan (Muzayanah, 2015).
e. Dalam melakukan analisis sub kriteria
yang telah dikuantifikasi, asumsi yang Pada penelitian ini, asumsi pasar
digunakan sebagai berikut : yang digunakan adalah jalan berupa jalan
- Aspek pasar : panjang jalan nasional daerah maupun jalan nasional dengan
memiliki bobot dua kali lipat lebih radius 600 Km dari lokasi rencana pendirian
besar jika dibandingkan dengan pabrik. Pembentukan hierarki penelitian
jalan daerah untuk setiap kilometer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
(panjang jalan nasional dikalikan pakar sesuai kriteria yang dipilih Yang et al
dua, sedangkan jalan daerah (2008) memilih kriteria berupa pemasaran,
dikalikan satu) sumber daya manusia, Peraturan
- Bahan baku : jarak bahan baku GTR Pemerintah dan kedekatan dengan bahan
memiliki bobot tiga kali lebih besar baku, untuk mencari lokasi. Hasil
jika dibandingkan dengan jarak pengolahan data dengan menggunakan
bahan baku karet untuk setiap jarak Software Expert Choice, lokasi terbaik untuk
satu kilometer (jarak bahan baku pendirian pabrik SKAT bagi PT. XXX
GTR dikalikan tiga, sedangkan jarak menurut pengambil keputusan ataupun
dengan bahan baku karet alam pakar dapat dilihat pada Gambar 2.
dikalikan satu)
- Biaya : biaya upah minimum Lokasi pendirian pabrik pada setiap
memiliki bobot dua kali lebih besar alternatif terletak di kawasan industri sesuai
jika dibandingkan dengan harga dengan Peraturan Pemerintah. Seperti
lahan (harga lahan dikalikan dua, pendapat Suryani (2015) bahwa hal yang
sedangkan biaya upah dikalikan sangat mempengaruhi penentuan lokasi
satu) perusahaan atau produsen dalam
f. Kuisioner terkait kriteria yang diisi oleh menghasilkan barang dalam memenuhi
pakar maupun sub kriteria yang telah kebutuhan konsumen adalah peraturan dan
disusun sesuai dengan asumsi diolah kebijakan pemerintah. Dalam penerapan
dengan menggunakan Software Expert konsep tata ruang lokasi perusahaan adalah
Choice untuk mendapatkan bobot terletak pada lokasi yang jaraknya bukan di
masing-masing atribut yang pusat pasar, tapi di wilayah yang sudah
selanjutnya dapat diurutkan ditentukan melalui konsep tata ruang
prioritasnya. wilayah yang sudah diatur sebelumnya.

105
Ibrahim, Rifin, dan Djohar

Jalan daerah P, 51.188 km


(0.100)
Jalan daerah C, 107.090 km
(0.221)
Jalan daerah SE, 109.075 km Palembang
(0.324) (0.177)
Jalan daerah SI, 90.154 km
(0.148)
Pasar Jalan Nasional P, 4.276
(0.549) (0.029)
Jalan Nasional C, 5.758
(0.069)
Jalan Nasional SE, 5.611
(0.065)
Jalan Nasional SI, 4.837 Cikampek
(0.044) (0.315)

Jarak P - BB karet, 20 km
(0.331)
Jarak C - BB Karet, 150 km
(0.171)
Jarak SE -BB Karet, 550 km
(0.071)
Lokasi pendirian pabrik SKAT Bahan Baku Jarak SI - BB Karet, 720 km
PT. XXX (0.269) (0.049)
Jarak P - BB GTR, 650 km
(0.027)
Jarak C - BB GTR, 118 km
(0.101)
Jarak SE - BB GTR, 298 km
(0.035)
Jarak SI - BB GTR, 32 km
(0.215)

Harga lahan P, 2,5 juta Semarang


(0.057) (0.382)
Harga lahan C, 2 juta
(0.079)
Harga lahan SE, 1,4 juta
(0.171)
Biaya Harga lahan SI, 3,5 juta
(0.183) (0.040)
UMP P, 2,5 juta
(0.199)
UMP C, 3,2 juta Sidoarjo
(0,109) (0.126)
UMP SE, 2,4 juta
(0.265)
UMP SI, 3,6 juta
(0.081)

Tujuan Kriteria Sub Kriteria Alternatif

Gambar 2. Hierarki dan hasil perhitungan AHP


Figure 2. Hierrarchy and result of AHP measurement

Lokasi perusahaan sebagai tempat kegiatan tertinggi jika dibandingkan dengan jarak
produksi tersebut berada di luar kota yang terhadap pabrik SKAT terhadap bahan baku
cukup jauh jaraknya. Kondisi ini dan biaya terkait harga lahan maupun upah
dimaksudkan untuk mengurangi polusi minimum. Hal ini disebabkan dalam
yang dihasilkan dalam proses produksi pengelolaan industri aspal, pasar
yang dapat berdampak pada masyarakat. merupakan hal yang sangat penting bagi
keberlangsungan industri itu sendiri. Posisi
Ditinjau dari sisi kriteria pada pabrik dari pasar yang akan disasar menjadi
hierarki, aspek pasar memiliki bobot hal yang sangat diperhitungkan, terutama

106
Analisis Lokasi Industri Serbuk Karet Alam Teraktivasi (SKAT) Untuk Aspal Karet

dari besarnya pasar yang dapat serta Semarang menempati peringkat pertama.
mobilisasi produk ke pasar tersebut. Hal ini dikarenakan upah minimum di
Sedangkan peringkat kepentingan kedua wilayah Semarang paling rendah diikuti oleh
pada kriteria ditempati oleh jarak dengan upah minimum wilayah Palembang.
bahan baku, dikarenakan hal ini akan Sedangkan di urutan ketiga adalah biaya
sangat terkait dengan biaya operasional lahan di Semarang yang merupakan harga
pengadaan bahan baku serta kebutuhan lahan terendah dari harga lahan di wilayah
stok bahan baku pada saat pabrik sudah lainnya. Dari hasil perhitungan dapat dilihat
mulai beroperasi, apabila jarak pabrik SKAT bahwa upah minimum lebih prioritas dalam
terhadap bahan baku semakin jauh maka pemilihan lokasi. Hal ini dikarenakan upah
biaya pengiriman akan semakin tinggi, yang minimum akan mempengaruhi biaya
akan meningkatkan biaya bahan baku operasional dari pabrik SKAT secara terus
SKAT, serta semakin jauhnya jarak maka menerus selama pabrik tersebut beroperasi.
pengiriman bahan baku akan lebih lama,
sehingga stok yang dibutuhkan akan lebih Hal ini sejalan dengan pendapat
banyak. Weber (1929), tingkat keuntungan suatu
industri akan sangat tergantung dari
Pada sub kriteria dengan kriteria lokasinya terutama pada biaya transportasi
pasar dengan perkiraan jangkauan pasar dan tenaga kerja yang keduanya harus
pabrik SKAT dalam radius 600 Km dari seminimum mungkin. Biaya transportasi
pabrik menunjukkan pasar berupa jalan bertambah secara proporsional dengan
daerah dari pabrik dengan lokasi Semarang jarak, dimana biaya untuk seluruh input
dengan total panjang jalan 109.075 Km untuk produksi akan bertambah besar
memiliki bobot tertinggi diikuti dengan pasar apabila jarak semakin jauh dari tempat asal
berupa jalan nasional dengan total panjang input, begitu pula output produksi yang
jalan 5.611 Km. Pasar berupa jalan daerah lebih jauh dengan pasar akan meningkatkan
tersebut merupakan prospek yang baik bagi biaya.
perusahaan dikarenakan memiliki total
jalan terpanjang dibandingkan dengan jalan Berdasarkan hasil sintesis terhadap
daerah apabila pabrik didirikan selain di kriteria dan sub kriteria, alternatif lokasi
daerah Semarang. Jalan nasional yang dari pendirian SKAT secara berurutan sesuai
pabrik di Semarang juga menjadi pasar bobot yang dihasilkan adalah Semarang
potensial, karena diperkirakan jalan (0,382), Cikampek (0,315), Palembang
nasional tersebut sebagian besar (0,177) dan yang terakhir adalah Sidoarjo
merupakan jalan dengan beban kelas berat (0,126), dengan rasio konsistensi 0,04.
yang sesuai dengan karakteristik produk
SKAT apabila diaplikasikan. Semarang terpilih sebagai lokasi
terbaik dikarenakan dianggap memiliki
Jarak antara pabrik SKAT di keunggulan dibandingkan dengan lokasi
Palembang dengan bahan baku karet lainnya, terutama dari sisi pasar yaitu jalan
memiliki bobot tertinggi pada sub kriteria nasional maupun jalan daerah, dan biaya
jarak dengan bahan baku. Hal ini berupa upah minimum serta biaya lahan
dikarenakan apabila pabrik didirikan di meskipun jarak dengan bahan baku tidak
Palembang maka akan dekat lokasinya terlalu dekat. Sedangkan Sidoarjo menjadi
dengan sumber bahan baku karet, pilihan yang paling akhir meskipun memiliki
sedangkan di posisi kedua apabila pabrik keunggulan karena lokasinya berdekatan
dirikan di Sidoarjo dimana kebutuhan GTR dengan sumber bahan baku GTR, akan
dalam SKAT lebih dari tiga kali lipat dari tetapi dari sisi biaya lahan, jarak dengan
jumlah karet alam yang dibutuhkan sumber bahan baku karet maupun upah
sehingga apabila pabrik SKAT dan bahan tenaga kerja tidak lebih baik dari Palembang
baku GTR letaknya berdekatan akan dan Cikampek.
menghemat biaya transportasi dan
mempermudah pengaturan jumlah
persediaan GTR. KESIMPULAN

Hasil perhitungan pada sub kriteria Berdasarkan hasil analisis dengan


biaya lahan serta upah minimum. Upah menggunakan metode AHP, diketahui lokasi
minimum apabila pabrik SKAT didirikan di terbaik untuk mendirikan pabrik SKAT

107
Ibrahim, Rifin, dan Djohar

adalah Semarang. Keunggulan utama dari Saaty, T.L. (1990). How to make a decision:
lokasi ini adalah letaknya yang strategis the analytic hierarchy process.
dikarenakan memiliki pasar yang prospektif European Journal of Operational
dalam radius 600 Km, dengan panjang jalan Research, 48(1), 9-26. Doi :
nasional 5.611 Km dan jalan daerah 10.1016/0377-2217(90)90057-I
sepanjang 109.075 Km. Meskipun jarak
dengan sumber bahan baku karet alam tidak Setyawan, R.E. (2017). Strategi peningkatan
sedekat apabila pabrik didirikan di daya saing industri furniture rotan
Palembang, serta jarak dengan sumber Indonesia di kawasan ASEAN dan
bahan baku GTR tidak sedekat apabila Tiongkok (Tesis), Institut Pertanian
pabrik didirikan di Sidoarjo, Semarang Bogor, Indonesia.
memiliki keunggulan lain yaitu harga lahan
serta upah tenaga kerja yang lebih murah Suryani, Y. (2015). Teori lokasi dalam
dibandingkan dengan kota lain. penentuan pembangunan lokasi pasar
tradisional (telaah studi literatur).
Prosiding Seminar Nasional Ekonomi
DAFTAR PUSTAKA Manajemen dan akuntansi (SNEMA)
(p.153-163). Padang, Indonesia:
Ataei, M. (2005). Multicriteria selection for an Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
alumina-cement plant location in East Padang.
Azerbaijan Province of Iran. The
Journal of The Southern African Tidore, A. (2011). Analisis sistem
Institute of Mining and Metallurgy, 105, pemasaran hasil produksi perikanan
507–514. tangkap: studi kasus Kecamatan
Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara
Azizi M., & Ramezanzadeh, M. (2013). (Tesis), Institut Pertanian Bogor,
Determining effective criteria for the Indonesia.
selection of MDF industry in
Mazandaran Province. Application Tim Teknis Aspal Karet. (2016). Pra studi
AHP. Forest Science and Practice, 15(3), kelayakan pembangunan industri
222-230. masterbatch dan aspal modifikasi
berbasis karet alam. Jakarta,
Braglia, M., & Gabbrielli, R. (2012). A Indonesia: Kementerian
decision support system for locational Perindustrian.
analysis in paper industry.
International Journal of Logistic Weber, A. (1909). Theory of the location of
Systems and Management, 11(1), industries. Chicago,USA: The
38–55. Doi : 10.1504/IJLSM. University of Chicago Press.
2012.044049.
Yang, C.L., Chuang, S.P., Huang, R.H., & Tai,
Koa, E., & Burhan, H.A. (2015). An C.C. (2008). Location selection based
application of analytic hierarchy on AHP/ANP Approach. Proceeding
process (AHP) in real world problem of IEEE International Conference on
store location selection. Advances in Industrial Engineering and Engineering
Management & Applied Economics, Management (p.1148–1153).
5(1), 41-50. Singapore, Singapore: IEEE
Engineering Management Society.
Murray, M.N., Dowell, P., & Mayes, D.T.
(1999). The location decision of Yavuz, M. (2008). Selection of plant location
automotive suppliers in Tennessee and in the natural stone industry using the
the Southeast. Tennessee, USA: The fuzzy multiple attribute decision
University of Tennessee. making method. The Journal of The
Southern African Institute of Mining and
Muzayanah. (2015). Terapan teori lokasi Metallurgy, 108, 641–649.
industri (contoh kasus pengembangan
kawasan industri Kragilan Kabupaten
Serang). Jurnal Geografi, 13(2), 116-
135.

108

Anda mungkin juga menyukai