Anda di halaman 1dari 13

1.

MAKNA DAN HIKMAH SHALAT


Shalat secara bahasa bermakna doa, sedangkan secara istilah bermakna, “ibadah
yang berisikan rangkaian gerak dan doa, diawali dengan takbir, dan diakhiri
dengan salam”.

Ada banyak hikmah dalam shalat, di antaranya:

Pertama, dalam shalat, ada sujud; sebuah posisi dimana kita merendahkan diri
hingga mencium tanah. Ini merupakan pengingat bagi kita akan kerendahan kita
di hadapan Allah Sang Pencipta, karena sesungguhnya di hadapan Allah, kita
hanyalah hamba yang mutlak sepenuhnya milik Allah.

Kedua, menyadarkan kita bahwa pada hakikatnya tiada yang mampu memberikan
pertolongan pada kita selain Allah.

Ketiga, Shalat dilakukan sehari semalam sebanyak 5 kali. Ini berarti ada 5 kali
dalam sehari semalam kita bisa bertaubat, kembali kepada Allah, karena memang
pada dasarnya dalam sehari semalam, tidaklah mungkin kita terluput dari dosa,
baik disengaja ataupun tidak.

Keempat, Memperkuat akidah dan keimanan kita.

Dalam sejarahnya, shalat merupakan ibadah terdahulu, yang juga dilakukan oleh
Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad, namun, di masa Nabi Muhammad lah
semuanya gerak dan doa dalam shalat terkumpulkan, mulai dari berdiri, ruku’,
hingga sujud dan duduk. Sebelum turunnya perintah wajib shalat lima waktu,
Nabi Muhammad sudah melakukan shalat di pagi dan sore hari:

‫َار‬ ِّ ْ ‫سبِّحْ بِّ َح ْم ِّد َربِّكَ بِّ ْالعَشِّي ِّ َو‬


ِّ ‫اْل ْبك‬ َ ‫َو‬

“Dan sucikanlah (salatlah) dengan memuji Tuhanmu, di waktu sore dan pagi
hari”.

Perintah shalat lima waktu sendiri diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
dalam peristiwa isra mi’raj, sekitar 18 bulan sebelum hijrah.

Hikmah Shalat

1. Sholat merupakan rukun Islam yang kedua dan merupakan rukun Islam
yang terpenting setelah dua kalimat syahadat
2. Sholat merupakan media penghubung antara seorang hamba dengan
Tuhannya
3. Sholat adalah penolong dalam segala urusan penting. sebagaimana firman
Allah ta’ala:
4. Sholat adalah pencegah dari perbuatan maksiat dan kemungkaran,
Sebagaimana firman Allah ta’ala:
5. Sholat adalah cahaya bagi orang-orang yang beriman yang memancar dari
dalam hatinya dan menyinari ketika di padang Mahsyar pada hari kiamat,
6. Sholat adalah kebahagiaan jiwa orang-orang yang beriman serta penyejuk
hatinya
7. Sholat adalah penghapus dosa-dosa dan pelebur segala kesalahan,
sebagaimana
8. Sholat merupakan tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya maka ia
telah menegakkan agama,
9. Sholat merupakan pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang
kafir dan musyrik,
10. Sholat adalah perkara pertama yang akan dihisab (diperhitungkan) pada
setiap hamba,

1. MAKNA DAN HIKMAH SHAUM


Puasa atau yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah shaum merupakan

salah satu ibadah yang dijalankan umat Islam di seluruh dunia. Ibadah yang
dilakukan dengan menahan diri dari makan dan minum mulai terbit fajar

sampai terbenam matahari ini tidak hanya dilakukan di bulan Ramadan. Selain
puasa Ramadan, ada beragam jenis puasa sunnah yang juga utama untuk
dilakukan dalam Islam.

Jenis-jenis shaum
Saum wajib

Saum yang hukumnya wajib adalah saum yang harus dikerjakan dan akan
mendapatkan pahala, kemudian jika tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa.
Saum-saum wajib adalah sebagai berikut:

 Saum Ramadan;
 Saum (karena) nazar;
 Saum kifarat atau denda.

Saum sunnah

Saum yang hukumnya sunnah adalah saum yang jika dikerjakan mendapatkan
pahala dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Saum-saum sunnah
adalah sebagai berikut:

 Saum 6 hari di bulan Syawal selain hari raya Idul Fitri,


 Saum Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah bagi orang-orang yang tidak
menunaikan ibadah haji,
 Saum Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijah bagi orang-orang yang tidak
menunaikan ibadah haji,
 Saum Senin dan Kamis,
 Saum Daud (sehari puasa, sehari tidak), bertujuan untuk meneladani
puasanya Nabi Daud,
 Saum Tasu'a (pada bulan Muharram) dilakukan pada tanngal 9, sebelum
Saum 'Asyura
 Saum 'Asyura (pada bulan Muharram) dilakukan pada tanggal 10,
 Saum 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam)(Yaumul
Bidh), tanggal 13, 14, dan 15,
 Saum Sya'ban (Nisfu Sya'ban) pada awal pertengahan bulan Sya'ban,
 Saum bulan Haram (Asyhurul Hurum) yaitu bulan Dzulkaidah,
Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

Syarat dan rukun shaum


Dalam menjalankan saum ini ada beberapa syarat wajib dan syarat syah yang
harus diperhatikan menurut syariat Islam.

Syarat wajib saum

1. Beragama Islam,
2. Berakal sehat,
3. Baligh (sudah cukup umur),
4. Mampu melaksanakannya.

Syarat sah saum

1. Islam (tidak murtad),


2. Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk),
3. Suci dari haid dan nifas (khusus bagi wanita),
4. Mengetahui waktu diterimanya puasa.

Rukun saum

1. Islam,
2. Niat,
3. Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga
terbenam matahari.

Waktu haram dan makruh bershaum


Artikel utama: Waktu haram puasa

Umat Islam diharamkan bersaum pada waktu-waktu berikut ini:[1][2]


 Hari raya Idul Fitri, yaitu pada (1 Syawal),
 Hari raya Idul Adha, yaitu pada (10 Dzulhijjah),
 Hari-hari tasyrik, yaitu pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah,
 Hari syak, yaitu pada 30 Syaban,
 Saum selamanya,
 Wanita saat sedang haid atau nifas,
 Saum sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya.

Kemudian waktu makruh untuk bersaum adalah ketika saum dikhususkan pada
hari Jumat,[3][4] tanpa diselingi saum sebelumnya atau sesudahnya.

Hal-hal yang membatalkan shaum


Saum akan batal jika;

1. Masuknya benda (seperti nasi, air, asap rokok dan sebagainya) ke dalam
rongga badan dengan disengaja,
2. Bersetubuh,[5]
3. Muntah dengan disengaja,
4. Keluar mani (istimna' ) dengan disengaja,
5. Haid (datang bulan) dan Nifas (melahirkan anak),[6]
6. Hilang akal (gila atau pingsan),
7. Murtad (keluar dari agama Islam).

Dari kesemua pembatal saum ada pengecualiannya, yaitu makan, minum dan
bersetubuhnya orang yang sedang bersaum tidak akan batal ketika seseorang itu
lupa bahwa ia sedang bersaum.[7]

Orang yang boleh membatalkan saum


Berikut ini adalah orang yang boleh membatalkan saum wajib (saum Ramadhan):

 Wajib mengqadha

Orang-orang yang tersebut di bawah ini, boleh tidak bersaum, tetapi wajib
mengganti saumnya pada hari lain (qada), sebanyak hari yang
ditinggalkan.

1. Orang yang sakit, yang ada harapan untuk sembuh,


2. Orang yang bepergian jauh (musafir) sedikitnya 89 km dari tempat
tinggalnya,
3. Orang yang hamil, yang khawatir akan keadaannya atau bayi yang
dikandungnya,
4. Orang yang sedang menyusui anak, yang khawatir akan keadaannya atau
anaknya,
5. Orang yang sedang haid (datang bulan), melahirkan anak dan nifas,
6. Orang yang batal saumnya dengan suatu hal yang membatalkannya selain
bersetubuh,

 Wajib mengqadha dan wajib fidyah

Orang-orang di bawah ini tidak wajib qada (menggantikan saum pada hari
lain), tetapi wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin
setiap hari yang ia tidak bersaum, berupa bahan makanan pokok sebanyak
1 mud (576 gram),

1. Orang yang sakit yang tidak ada harapan akan sembuhnya,


2. Orang tua yang sangat lemah dan tidak kuat lagi bersaum.

 Wajib mengqadha dan kifarat

Orang yang membatalkan saum wajibnya dengan bersetubuh, wajib


melakukan kifarat dan qadha. Kifarat ialah memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin. Jika tidak ada hamba sahaya yang mukmin maka wajib
bersaum dua bulan berturut-turut (selain qadha' menggantikan hari yang
ditinggalkan), jika tidak bisa, wajib memberi makan 60 orang miskin,
masing-masing sebanyak 1 mud (576 gram) berupa bahan makanan pokok.

Keutamaan dan hikmah shaum


Keutamaan

Ibadah saum Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah
ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam
sebuah surah dalam al-Qur'an, yang berbunyi:


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu bersaum
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa, (Al-Baqarah 2:183) ”
Keutamaan saum menurut syariat Islam adalah, orang-orang yg bersaum akan
melewati sebuah pintu surga yang bernama Rayyan,[8] dan keutamaan lainnya
adalah Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka, sejauh 70 tahun
perjalanan.[9]

Hikmah

Hikmah dari ibadah saum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam
menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah gigih dan
ulet seperti yang dimaksud dalam Ali ‘Imran/3: 146. Di antara hikmah dan faedah
saum selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai berikut:

 Pendidikan/latihan rohani,
o Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri,
o Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti,
o Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-
baiknya,
o Mendidik kesabaran dan ketabahan.
 Perbaikan pergaulan

Orang yang bersaum akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak
menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka
menolong kepada orang-orang yang menderita.

 Kesehatan

Ibadah saum Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan rohani dan jasmani
jika pelaksanaannya sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka
hasilnya tidaklah seberapa, malah mungkin ibadah saum kita sia-sia saja.

3. MAKNA DAN HIKMAH ZAKAT


Zakat dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang
yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya
(fakir miskin dan sebagainya). Zakat dari segi bahasa berarti 'bersih', 'suci', 'subur',
'berkat' dan 'berkembang'. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat
Islam. Zakat merupakan rukun keempat dari rukun Islam.

Hadits

Ada beberapa hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari tentang zakat ini.
Contohnya:


Dari Ibnu Umar RA berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
bersabda, "Pokok-pokok iman ada 5 perkara: yakni persaksian bahwa
tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,
menunaikan ibadah haji, dan puasa bulan Ramadhan." ”
[10]

“ ”
Dari Abu Ayyub RA, bahwa seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah, dan berkata: "Beritahukan kepadaku suatu amal yang bisa
memasukkanku ke dalam Surga!" Orang ada yg berkata padanya:
"Ada apa dengannya, ada apa dengannya?" Nabi Shallallahu 'alaihi
wa Sallam menjawab: "Ia punya kepentingan (berupa perkara yang
sangat besar, yaitu) engkau menyembah Allah dan tidak
menyekutukanNya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan
mempererat tali kekerabatan."

Hukum zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar,
bahwa Rasulullah menyebutkan bahwa "Islam dibangun di atas 5 tiang pokok,
yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramaduan, dan naik
haji bagi yang mampu."[16] Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib fardhu atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Abdullah bin Mas'ud
RA menyebutkan: "Anda sekalian diperintahkan menegakkan shalat dan
membayar zakat. Siapa yang tidak mengeluarkan zakat, maka shalatnya tidak
diterima.'[17] Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji, dan puasa
yang telah diatur secara rinci berdasarkan Alquran dan Sunah. Zakat juga
merupakan sebuah kegiatan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia di mana pun.

Jenis zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:

 Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan suci
Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan
pokok yang ada di daerah bersangkutan.
 Zakat maal (harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan
perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

Hak zakat
Penerima

Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah
ayat 60 yakni:

 Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata fakir
berasal dari makna "membungkuk tulang punggung", satu sebutan buat
orang yang telah bungkuk memikul beban berat kehidupan.[18]
 Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.[19] Secara kebahasaan, orang miskin berasal
dari kata ‫س ُك ْون‬
ُ (sukūn), artinya tidak ada perubahan pada hidupnya, tetap
saja begitu, menahan penderitaan hidup.[18]
 Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.[20] Tentu saja
dalam memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka
juga berhak terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan,
bahwa jika si pengurus atau pegawai mengambil sebagian hartanya yang
telah dipungut untuk dirinya sendiri, ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl
(‫غلُ ْول‬
ُ ). Karenanya menurut beliau, boleh saja mengadakan kepanitiaan
dalam rangka pemungutan zakat.[21]
 Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.
 Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya
 Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak
sanggup untuk memenuhinya.[22]
 Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah misal: dakwah, perang
dan sebagainya.
 Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

Haram menerima

 Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.[23]


 Hamba sahaya yang masih mendapat nafkah atau tanggungan dari
tuannya.
 Keturunan Nabi Muhammad (ahlul bait).[24]
 Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat, misalnya anak
dan istri.

Hikmah zakat
Hikmah dari zakat antara lain:

1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka


yang miskin.
2. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i
yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah.
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan
6. Untuk pengembangan potensi ummat
7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
ummat.
4. Makna dan hikmah haji dan qurban

 Makna dan hikmah haji


Menurut Wahbah Zuhaeli dalam bukunya, Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, haji
berarti mengunjungi Kakbah untuk melaksanakan beberapa perbuatan tertentu, di
tempat-tempat tertentu, dan dalam waktu tertentu pula. Kegiatan ibadah itu
dengan sendirinya mengandung makna ritualitas yang sangat tinggi baik dari segi
simbol, sejarah, maupun sosiologi.

Syari'ati, salah seorang pemikir kontemporer Islam, dalam bukunya Hajj, telah
mengulas secara detail makna ritualitas haji. Tulisan berikut ini ingin
mengemukakan percikan pemikirannya mengenai makna ritualitas haji dari aspek
ibadah: ihram, tawaf, sai, dan wukuf. Ihram adalah tahap mulai niat mengerjakan
haji dengan mengenakan dua helai pakaian.

Menurut Ali Syari'ati, pakaian adalah lambang status yang dapat memicu
sikap diskriminasi, keakuan, dan egois. Pakaian telah memecah belah anak-anak
Adam. Oleh karena itu, kata Ali Syari'ati, pakaian model ibadah ihram bukanlah
penghinaan, tetapi justru penggambaran kualitas manusia di hadapan Tuhan.

Pakaian ihram, lanjutnya, telah menuntun manusia untuk mengubur


pandangan yang mengukur keunggulan karena kelas, kedudukan, dan ras.

Adapun tawaf merupakan kegiatan ibadah mengelilingi Kakbah. Di hadapan


Kakbah yang berbentuk kubus ini, kata Ali Syari'ati, para pelaku tawaf akan
merenungkan keunikan Kakbah yang menghadap ke segala arah, yang
melambangkan universalitas dan kemutlakan Tuhan; suatu sifat Tuhan yang tidak
berpihak tetapi merahmati seluruh alam (Q. S. 106: 21).

Dengan tawaf, umat manusia dididik aktif bergaul menjaring komunikasi


dengan Tuhan dan antarmanusia (Q. S. 112: 2). Sementara tentang sai, Ali
Syari'ati melambangkan ibadah ini dengan kegigihan dan keperkasaan manusia
dalam menempuh perjuangan hidup. Sai yang merupakan rekonstruksi peristiwa
Siti Hajar mencari air Zamzam dari Bukit Shafa menuju Marwa, merupakan
lambang figur manusia yang berjuang dari niat yang tulus (shafa), tanpa patah
semangat mencapai tujuan (marwa).

Selanjutnya, setiap calon haji harus wukuf di Arafah. Arafah merupakan


sebuah padang yang luas. Di tempat ini manusia singgah sebentar (wukuf). Lalu
bermalam (mabit) di Muzdalifah dan tinggal di Mina. Arafah berarti pengetahuan
dan Mina artinya cinta.

Setelah wukuf di Arafah, para jamaah menuju ke Muzdalifah untuk mabit.


Wukuf dilakukan pada siang hari, sementara mabit pada malam hari. Siang,
demikian Syari'ati, melambangkan sebuah hubungan objektif ide-ide dengan fakta
yang ada, sedangkan malam melambangkan tahap kesadaran diri dengan lebih
banyak melakukan konsentrasi di keheningan malam.

Kemudian di Mina, jamaah melempar Jumrah. Ini merupakan lambang


perlawanan manusia melawan penindasan dan kebiadaban. Demikianlah makna
ritualitas haji yang penuh dengan simbol kejuangan hidup manusia. Semoga para
jamaah haji dapat menangkap makna simbol-simbol itu dan merealisasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.

 Makna dan hikmah qurban


PENGERTIAN QURBAN – Ibadah qurban adalah meneyembelih hewan
ternak pada hari Raya Idul Adha dan hari-hari Tasyirq tanggal 11,12,13
Dzulhijjah) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hukum melaksanakan qurban menurut Imam Syafi’i dan Imam Maliki adalah
sunnah muakkadah (sunnah yang mendekati wajib, sangat dianjurkan) setiap
tahunnya bagi muslim yang mampu.

Bahkan menurut madzhab Hanafi, hukum menyembelih hewan qurban adalah


wajib dan dilaksanakan setiap tahun bagi orang Islam yang mampu dan tidak
sedang bepergian, karena berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, ibnu Majah, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan lain-lain, yang sanadnya
bersumber dari Tsaubah, disebutkan bahwa Rasulullah SAW setiap tahun selalu
menyembelih hewan qurban dan tidak pernah meninggalkannya.

Hukum Qurban atau Perintah Berqurban dalam


Al Quran dan Sunnah
Perintah untuk berqurban dinyatakan secara eksplisit dalam Al Quran dan
As Sunnah Allah SWT telah berfirman dalam Al Quran,

‫ص ِّل ِّل َربِّكَ َوا ْن َح ْر‬


َ َ‫ف‬

“Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah” (QS. Al-Kautsar:2)

Sementara perintah untuk berqurban dalam As-Sunnah di antaranya disebutkan


dalam hadis-hadis Nabi SAW, sebagai berikut :

Tidak berbentuk suatu ibadah yang dilakukan manusia pada hari qurban yang
lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada menyembelih hewan qurban.
Sesungguhnya hewan qurban yang telah dipotong kelak pada hari kiamat akan
datang lengkap dengan tanduk, kuku, dan rambutnya. Dan sesungguhnya darah
hewan qurban telah diterima oleh Allah SWT sebelum mengalir ke tanah.” (HR.
Ibnu Majah)
“Barang siapa memiliki kemampuan (kelapangan rezeki), tetapi ia tidak mau
berqurban maka jangalah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami.” (HR.
Ibnu Majah)

Keutamaan dan Hikmah Qurban


Berqurban memiliki banyak pahala di sisi Allah SWT. Berikut ayat-ayat yang
menerangkan tentang keutamaan berqurban bagi umat muslim :

 Mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana firman Allah.


“Maka dirikahlah sholat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” (QS.
AlKautsar:2;“Katakanlah:”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi
Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan akau adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (Qs. Al-
An’am:162:163)
 Menghidupkan sunnah Nabi Ibraim, sang khailullah, yang Allah telah
mewahyukan kepadanya agar menyembelihanaknya Ismail, dan kemudian
Allah menggantinya dengan seekor domba yang besar.“Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (QS, Ash-Shaffat:107
 Memberikan kekuasan kepada keluarga di hari Raya dan menebarkan
kasih sayang di antara fakir miskin.
 Mensyukuri nikmat Allah yang telah menundukkan hewan ternak bagi
kita. Allah SWT berfirman,”Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-
unta itu sebagian dari syi’at Allah, kamu memperoleh kebaikan yang
banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu
menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian
apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebaagiannya dan beri
makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak
meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah
menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu
bersyukur. (QS. Al-Hajj:36)
 Syarat-syarat Hewan yang Boleh Dijadikan
Qurban
 1. Sudah cukup umur
 Untuk kambing, sudah berumur 1 tahun dan masuk tahun kedua. Untuk
sapi, sudah berumur 2 tahun dan masuk tahun ketiga.
 Untuk unta, sudah berumur 4 tahun dan masuk tahun kelima.
 2. Selamat (bebas) dari cacat
 Sehingga hewan yang cacat metanya, pincang, yang terpotong tanduk atau
telinganya, hewan yang sakit, dan hewan yang kurus, maka hewan-hewan
tersebut tidak boleh dijadikan sebagai hewan kurban
 3. Hewan tersebut adalah hewan yang paling baik
 Karena Allah adalah maha Thayyib (Baik, Suci), maka Allah tidak
menerima kecuali yang baik-baik saja.
 Dan hewan yang paling baik untuk dijadikan kurban 9termasuk juga
aqiqah) adalah domba gibas yang bertanduk, jantan, dan berwarna putih
dengan daerah di sekitar kedua matanya berwarna hitam dan keempat
kakinya berwarna hitam.
 Karena kambing dengan ciri-ciri semacam inilah yang dipilih oleh
rasulullah SAW untuk berkurban, berdasarkan pada haris riwayat Aisyah,

 Waktu Pelaksanaan Qurban


 era-m.us | pengertian qurban
 Hewan qurban sebaiknya (lebih utama) disembelih pada tanggal 10
Dzulhijjah sesudah shalat Idul Adha dan sebelum tergelincir matahari
(sebelum Zhulhur).
 Namun menyembelih setelah waktu Zhuhur dan pada hari-hari Tasyriq
(11,12, dan 13 Dzulhijjah) juga tidak mengapa, karena hewan qurban juga
bisa disembelih pada hari-hari itu.
 Jika hewan qurban disembelih sebelum shalat Idul Adha, maka ia tidak
disebut sebagai qurban, tetapi sedekah biasa.

 Keutamaan Meneyembelih Sendiri Hewan


Qurban
 Orang yang berqurban disunnahkan untuk menyembelih sendiri hewan
qurbannya. Akan tetapi jika tidak mampu atau tidak terbiasa, maka ia
dapat meminta bantuan atau mewakilkan kepada orang lain yang beragama
Islam dan mampu melaksanakan penyembelihan hewan qurban.
 Jika penyembelihan dilakukan dengan mewakilkan atau meminta bantuan
orang lain, maka orang yang berqurban disunnahkan untk menghadiri dan
menyaksikan penyembelihannya, sekurang-kurangnya papda waktu
tetesan darah pertama mengalir untuk menghayati jiwa dan semangat
pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim atas hewan kibasnya yang
dianugerahkan oleh Allah SWT sebagai pengganti putranya, Nabi Ismail.
 Hukum Memakan Daging Qurban bagi Orang
yang Berqurban
 Orang yang berqurban dibolehkan untuk memakan daging qurbannya
secara wajar. Bahkan, disunnahkan baginya untuk mencicipi daging
qurbannya, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan
didasarkan pada firman Allah SWT :

fa kulụ min-hā wa aṭ'imul-bā`isal-faqīr

Para ulama berbeda pendapat tentang batas maksimal daging yang boleh
diambil oleh orang yang berqurban.
 Sebagian ulama berpendapat setengah, sedang sebagian yang lain
berpendapat sepertiga.
 Namun yang lebih utama adalah mengambil sekadarnya saja, karena
sesungguhnya orang yang berqurban itu telah menyerahkan hewan
qurbannya untuk Allah SWT dan kaum fakir miskin.

Anda mungkin juga menyukai