Anda di halaman 1dari 15

DANA PENSIUN SYARIAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah LKS Non Bank


Dosen Pengampu : Indah Piliyanti, S.Ag., M.Si.

Disusun Oleh :
Jihan Arlene N. A (185231198)
Fitri Susanti (185231199)
Nila Septiyani (185231200)
Aisyah (185231206)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Semakin berkembangnya Dana pensiun di zaman sekarang ini, Dana pensiun


banyak dibutuhkan oleh lembaga keuangan untuk program pensiun. Dana
pensiun adalah suatu badan hukum yang mengendalikan dan menjalankan
manfaat pensiun. Dana yang dikumpulkan oleh dana pensiun merupakan
kontribusi dari karyawan atau pemberi kerja. Untuk membiayai masa pensiun ini
maka program dana pensiun yang ada akan menyisihkan dana selama masa kerja
seorang karyawan sebagai pengganti upah yang diperoleh.1 Beberapa lembaga
pemerintah atau swasta di Indonesia melakukan program dana pensiun syariah.
Dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan oleh
suatu lembaga keuangan berdasarkan prinsip syariah. 2

Makalah ini tersusun dari beberapa rumusan masalah yaitu:

A. Pengertian Dana Pensiun Syariah


B. Konsep Dana Pensiun Syariah
C. Dasar Hukum Dana Pensiun Syariah
D. Jenis dan Akad Dana Pensiun Syariah
E. Perbedaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dan Dana Pensiun
Pemberi Kerja (DPPK)
F. Penghitungan Dana Pensiun Syariah
G. Perkembangan Dana Pensiun Syariah di Indonesia
H. Hasil Observasi Dana Pensiun Syariah

1
Syarif Arbi, Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank, (Jakarta: Djambatan, 2003), hlm.
182.
2
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Depok: PT Kharisma Putra Utama,
2017), hlm. 293.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dana Pensiun Syariah


Dana pensiun menurut UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Berdasarkan definisi diatas, dana pensiun
merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun
yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu
perusahaan terutama yang telah pensiun.3
Manfaat pensiun yaitu memberikan motivasi kerja untuk lebih giat dan
meningkatkan kesejahteraan para peserta program dana pensiun setelah
menjadi pensiunan. Pedoman tata kelola dana pensiun disusun dengan pada
kaidah yang meliputi keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian
(independency), serta kesetaraan dan kewajaran (fairness). Adapun dana
pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan
berdasarkan prinsip syariah. Pada tahun 2013, DSN MUI menerbitkan fatwa
Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah, dan Fatwa DSN MUI Nomor
99/DSN-MUI/XII/2015 tentang Annuitas Syariah untuk Program Dana
Pensiun.4
Jadi, dana pensiun merupakan badan hukum yang mengelola hak
seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sesuai masa
kerjanya dan telah memasuki usia pensiun atau memiliki sebab – sebab lain

3
Syarif Arbi, Ibid., hlm. 15.
4
Andri Soemitra, Ibid., 292

2
sesuai perjanjian yang telah ditetapkan. Sedangkan dana pensiun syariah
adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
B. Konsep Dana Pensiun Syariah
Dana pensiun syariah menurut ketetapan Otoritas Jasa Keuangan
adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan mengenai dana pensiun yang diselenggarakan sesuai
dengan prinsip syariah. Sedangkan lembaga pensiun syariah yang berkembang
pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah (DPLK Syariah) diantaranya
adalah Bank Muamalat, Manulife (Principal Indonesia), Allianz, BNI, dan PT
Asuransi Takaful Keluarga. Investasi hanya boleh dilakukan pada instrumen
yang dibenarkan menurut DSN-MUI. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah
(DPLK Syariah) memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah hanya dapat menyelenggarakan
Program Pensiun Iuran Pasti Syariah.
2. Bank syariah dan perusahaan ta’min jiwa syariah dapat bertindak
sebagai pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.
3. Untuk dapat mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan, bank atau
perusahaan ta’min jiwa, wajib mengajukan permohonan pengesahan
kepada pejabat yang berwenang, dengan melampirkan peraturan Dana
Pensiun.

Setiap perubahan atas peraturan Dana Pensiun Syariah wajib


mendapatkan pengesahan dari pejabat yang berwenang Kepesertaan dalam
Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah terbuka bagi perorangan baik
karyawan maupun pekerja mandiri. Peserta berhak atas iurannya, termasuk di
dalamnya iuran pemberi kerja atas nama peserta, apabila ada, ditambah

3
dengan hasil pengembangannya, terhitung sejak tanggal kepesertaannya yang
dibukukan atas nama peserta pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah.

Dalam hal peserta meninggal dunia, maka hak peserta menjadi hak ahli
warisnya. Pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah bertindak
sebagai pengurus dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah dan
bertanggung jawab atas pengelolaan investasi syariah dari Dana Pensiun
Lembaga Keuangan Syariah dengan memenuhi ketentuan tentang investasi
syariah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.5

C. Dasar Hukum Dana Pensiun Syariah


Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN
MUI) Nomor 99 Tahun 2015 tentang anuitas syariah melengkapi aspek
kesyariahan program dana pensiun syariah. Dewan Syariah Nasional dalam
menetapkan fatwa tentang anuitas syariah untuk program pensiun
mempertimbangkan tentang Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Hasyr [59]: 18
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan.
Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka
hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-Undang ini
berdasarkan pada prinsip “kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban
untuk menempatinya” yaitu, walaupun pembentukan program pensiun
bersifat sukarela, hak penerima manfaat harus di jamin.

Tujuan utama diajukan Undang-Undang Pensiun adala untuk menetapkan


hak peserta, menyediakan standar peraturan, yang dapat menjamin
diterimanya manfaat-manfaat pensiun pada waktunya, untuk memastikan
bahwa manfaat pensiun digunakan sebagai sumber penghasilann yang
berkesinambungan bagi para pensiunan, untuk memberikan peraturan yang
tepat untuk dana pensiun, untuk mendorong mobilisasi tabungan dalam

5
Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat,2006), hlm.
267.

4
bentuk dana pensiun jangka panjang dan untuk memastikan bahwa dana
tersebut tidak ditahan dan digunakan oleh pengusaha untuk investasi-
investasi yang mungkin berisiko dan tidak sehat, tetapi akan mengalir ke
pasar-pasar keuangan dan tunduk pada persyaratan tentang penanggulan
risiko.6

D. Jenis dan Akad Dana Pensiun Syariah


1. Jenis Dana Pensiun Syariah
Dana pensiun menurut UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang dana
pensiun dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu Dana Pensiun Pemberi
Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
DPPK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang
mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan
program pensiun manfaat pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh
karyawannya sebagai peserta dan yang menimbulkan kewajiban
terhadap pemberi kerja. Dengan demikian dana pensiun jenis ini
disediakan langsung oleh pemberi kerja. Pendirian DPPK ini harus
mendapatkan pengesahan dari menteri keuangan.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
DPLK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan
asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi
perseorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah
dari DPPK bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan. Bagi masyarakat pekerja mandiri seperti dokter, petani,
nelayan dan lain sebagainya dimungkinkan untuk manfaatkan DPLK.
Tidak menutup kemungkinan pula bagi para karyawan di suatu
perusahaan untuk dapat memanfaatkan DPLK sesuai dengan

6
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 87.

5
kemampuannya. Pendirian DPLK oleh bank atau perusahaan asuransi
jiwa harus mendapatkan pengesahan dari menteri keuangan.7

2. Akad Dana Pensiun Syariah

Akad adalah ikatan/hubungan hukum antara pernyataan melakukan


ikatan (ijab) dan pernyataan menerima ikatan (qabul) yang dibuat di antara
dua pihak atau lebih, sesuai Prinsip Syariah.
a. Akad Hibah adalah Akad yang berupa pemberian dana (mauhub bih) dari
pemberi kerja (wahib) kepada pekerja (mauhub lah) dalam
penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah.
b. Akad Hibah bi Syarth adalah Akad Hibah yang baru terjadi (efektif)
apabila syarat-syarat tertentu telah dipenuhi.
c. Akad Hibah Muqayyadah adalah Akad Hibah di mana pemberi kerja
(wahib) menentukan orang-orang atau pihak-pihak yang berhak
menerima manfaat pensiun termasuk ketidakbolehan mengambil
manfaat pensiun sebelum waktunya (locking in).
d. Akad Wakalah adalah Akad berupa pelimpahan kuasa oleh pemberi
kuasa kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
e. Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Wakalah dengan imbalan upah
(ujrah).
f. Akad Mudharabah adalah Akad kerja sama usaha antara Dana Pensiun
yang menyelenggarakan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah
sebagai pemilik dana (shahibul Mal) dengan pihak lain sebagai pengelola
(mudharib) dengan keuntungan yang dibagi sesuai nisbah yang
disepakati, sedangkan kerugian dibebankan kepada Dana Pensiun.
g. Akad Ijarah adalah Akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna
(manfaat) atas barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah), antara Dana Pensiun yang menyelenggarakan

7
Totok Budisantoso, Ibid., hlm.272

6
Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah sebagai penyewa
(musta’jir) dengan pemberi sewa (mu’ajir) tanpa diikuti pengalihan
kepemilikan atas barang atau jasa itu sendiri.8

E. Perbedaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dan Dana Pensiun


Pemberi Kerja (DPPK)
Tabel. 1 Perbedaan DPLK dan DPPK

No. Aspek DPPK DPLK


Orang atau badan yang Bank Umum atau
1. Pendiri mempekerjakan Perusahaan Asuransi
karyawan
Terbatas Karyawan Perorangan
2. Peserta Pemberi Kerja (Karyawan maupun
pekerja mandiri)
Ditunjuk atau Pendiri menjadi
3. Pengurus diberhentikan oleh Pengurus
Pendiri
Ditunjuk atau Dewan Komisaris
4. Dewan Pengawas diberhentikan oleh menjadi Dewan
Pendiri Pengawas
Ada dua pilihan, yaitu Hanya dapat
Program Pensiun menyelenggarakan
5. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) Program Iuran Pasti
dan Program Pensiun (PPIP)
Iuran Pasti (PPIP)
Usia pensiun Peserta dapat
ditetapkan dalam memilih usia pensiun
6. Usia Pensiun Peraturan Dana yang diatur dalam
Pensiun (PDP) Peraturan Dana
Pensiun (PDP)
Peserta tidak dapat Peserta dimungkinkan
7. Penarikan Iuran Peserta
menarik iuran menarik iurannya

8
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/regulasi/peraturan-ojk-terkait-syariah/Pages/POJK-
tentang-Penyelenggaraan-Program-Pensiun-Berdasarkan-Prinsip-Syariah.aspx

7
kepesertaan sendiri
Kebijakan investasi ada Peserta dapat
pada Pendiri (untuk memilih investasi atau
PPMP) atau pada paket investasi yang
8. Investasi Pendiri dan Dewan disediakan oleh DPLK
Pengawas (untuk PPIP).
Peserta tidak dapat
memilih investasi
DPPK dengan PPMP
dapat memilih
pembayaran manfaat
pensiun bulanan
dibayarkan sendiri oleh
DPPK atau dialihkan ke
Perusahaan Asuransi
Jiwa (yang dipilih
Pembayaran Manfaat peserta) dengan
9.
Pensiun dibelikan anuitas.
DPPK dengan PPIP
pembayaran manfaat
pension bulanan harus
dialihkan ke
Perusahaan Asuransi
Jiwa (yang dipilih
peserta) dengan
dibelikan anuitas.

Perbedaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dan Dana Pensiun


Pemberi Kerja (DPPK) berdasarkan aspek pendiri, peserta, pengurus, dewan
pengawas, program pensiun, usia pensiun, penarikan iuran peserta, investasi,
dan pembayaraan manfaat pensiun.9

F. Penghitungan Dana Pensiun Syariah

Pada tahun 2013 jumlah kekayaan Dana Pensiun Universitas


Muhammadiyah Surakarta adalah Rp. 73.100.688.240,00. Kekayaan tersebut
terbagi atas dana di deposito berjangka sejumlah Rp. 71.015.000.000,00 serta
Kas & Bank sejumlah Rp. 2.085.688.240,00. Kekayaan Dana Pensiun

9
Andri Soemitra, ibid., hlm.167.

8
Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2014 mengalami kenaikan
17,05% atau naik sebesar Rp. 12.460.532.633,15 bila dibandingkan dengan
tahun 2013. Kekayaan bersih di tahun 2014 sebesar Rp. 85.561.220.873,15
yang terdiri dari dana di deposito berjangka Rp. 81.227.899.020,00 serta Kas
& Bank sebesar Rp. 4.333.321.853,15.
Kekayaan Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah Surakarta pada
tahun 2015 sebesar Rp. 98.590.778.684,51. Kekayaan tersebut meningkat
sebesar Rp. 13.029.557.811,36 atau sebsar 15% dibandingkan dengan
kekayaan di tahun 2014. Kekayaan tahun 2015 terdiri dari deposito berjangka
Rp. 93.111.373.966,00 serta Kas & Bank senilai Rp. 5.479.404.718,51.
Perhitungan kekayaan untuk pendanaan Dana Pensiun diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 510/KMK.06/2002 serta peraturan
perubahannya yakni Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2005
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.010/2012. Adapun
kekayaan untuk pendanaan Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah
Surakarta selama tahun 2013, 2014, dan 2015 adalah sebagai berikut10,
Gambar. 1 Kekayaan Untuk Pendanaan Tahun 2013, 2014, dan 2015

10
Hary Yudanto, Skripsi: “Pendanaan Dana Pensiun Program Pensiun Manfaat Pasti” (Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016), hlm. 6.

9
G. Perkembangan Dana Pensiun Syariah di Indonesia
Pertumbuhan lembaga keuangan syariah di Indonesia mendorong
perkembangan pada dana pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip
syariah. Sampai saat ini dana pensiun syariah berkembang pada Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan
asuransi syariah. Kondisi ini memang menunjukkan lambannya pertumbuhan
dana pensiun syariah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
keterbatasan regulasi, instrumen, investasi, belum jelasnya model tata kelola
dana pensiun syariah, serta kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang
pentingnya dana pensiun syariah.
Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di
Indonesia karena masih sedikit proporsi masyarakat yang mau mengikuti
program dana pensiun dan pasar tertentu yang jelas bagi dana pensiun
syariah. Terdapat tiga jenis program dana pensiun yang berkembang di
Indonesia, yaitu:
1. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) / Defined Benefit.
Pada PPMP, besar manfaat pensiun ditentukan berdasarkan rumus
tertentu yang telah ditetapkan di awal. Rumus tersebut biasanya dikaitkan
dengan masa kerja dan besar penghasilan, sudah ditetapkan dalam
Peraturan Dana Pensiun.
2. Program Pensiun Iuaran Pasti (PPIP) / Defined Contribution.
Pada PPIP, besar manfaat pensiun sangat tergantung pada besar
iuran yang di setor dan hasil pengembangan dana. Jadi, sifatnya mirip
tabungan.
3. Program Pensiun Berdasarkan Keuntungan (PPBK)
Dana pensiun pemberi kerja yang menyelenggarakan Program
Pensiun Iuran Pasti, dengan iuran hanya dari pemberi kerja yang

10
berdasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi
kerja.11

H. Hasil Observasi Dana Pensiun Syariah


Hasil observasi yang kami lakukan di Lembaga Keuangan Syariah Non
Bank, yaitu Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah Surakarta yang
beralamatkan di Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Surakarta (Gedung Siti Walidah).
Observasi ini menggunakan metode wawancara, dengan narasumber
Bapak Fahri Maulana. Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah memiliki
3 konsep yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja Manfaat Pasti, Dana Pensiun
Lembaga Keuangan dan Dana Pensiun Pemberi Kerja Iuran Pasti. Untuk
konsep yang digunakan Dana Pensiun UMS yaitu Dana Pensiun Pemberi
Kerja (DPPK) Manfaat Pasti. Dana Pensiun UMS ini dibawah pengawasan
OJK.12
Akad yang digunakan oleh DAPEN UMS adalah mudharabah. Dana
Pensiun UMS untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan keuangan serta
Investasi diperlukan jasa perbankan, dan salah satu produk perbankan
dibidang penghimpunan dana adalah deposit, yaitu simpanan berjangka
yang penarikannya hanya bisa dilakukan pada saat tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah dengan bank.
Selain deposito mudharabah, Dana Pensiun dengan Investee
bekerjasama menggunakan produk perbankan syariah lainnya, yaitu
obligasi syariah (sukuk) mudharabah. Teknis obligasi Mudharabah adalah
surat berharga yang dikeluarkan Emiten (Mudharib) yakni Lembaga
Keuangan Syariah kepada investor (pemegang obligasi/shohibul mal)

11
Syair Arbi, Ibid.,hlm. 183.
12
Wawancara dengan Bapak Fahri Maulana tanggal 24 September 2019 di Gedung Siti Walidah
Universitas Muhammadiyah Surakarta

11
yaitu Dana Pensiun UMS dengan tujuan untuk pendanaan proyek tertentu
yang dijalankan oleh perusahaan (Emiten).
Dana Pensiun juga menginvestasikan kekayaan dengan sukuk Ijarah.
Lembaga-lembaga yang bekerjasama dengan menggunakan sukuk ijarah
adalah Angkasa Pura, PT Timah, Bank Nagari dan PLN. Setiap lembaga itu
memiliki perhitungan dana pensiun yang berbeda, sesuai dengan gaji
pokok dan batasan karyawan/ dosen.13

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa Dana
pensiun syariah ialah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan
manfaat pensiun sesuai dengan prinsip syariah. Dana pensiun syariah merupakan
lembaga keuangan swasta. Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992
merupakan kerangka hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia.
Sedangkan lembaga pensiun syariah yang berkembang pada Dana Pensiun
Lembaga Keuangan Syariah (DPLK Syariah) diantaranya adalah Bank Muamalat,
Manulife (Principal Indonesia), Allianz, BNI, dan PT Asuransi Takaful Keluarga.
Dan adad yang digunakan dalam Dana Pensiun Syariah ialah seperti; Akad Hibah,
Akad Hibah bi Syarth, Akad Hibah Muqayyadah, Akad Wakalah, Akad Wakalah
bil Ujrah, Akad Mudharabah dan Akad Ijarah.

Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di


Indonesia karena pertama, masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau
mengikuti program dana pensiun, kedua, pasar tertentu yang jelas bagi dana

13
M. Ikhwanul Huda, Skripsi: “Konsep Pengelolaan Dana Pensiun Dalam Tinjauan Hukum
Islam”(Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018), hlm. 6

12
pensiun syariah, dan ketiga, rasa percaya, rasa memiliki dan kesadaran
masyarakat terus membaik. Pada tahun 2013, DSN MUI menerbitkan fatwa
Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah, dan Fatwa DSN MUI Nomor
99/DSN-MUI/XII/2015 tentang Annuitas Syariah untuk Program Dana Pensiun.
Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah Surakarta menggunakan konsep Dana
Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Mnafaat Pasti yang diawasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Dan akad yang digunakan oleh DAPEN UMS adalah
mudharabah yang terdiri dari produk deposit mudharabah dan obligasi syariah
(sukuk) mudharabah.

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Syair. 2003. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank. Jakarta:
Djambatan
Budisantoso, Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba
Empat
Hasil wawancara dengan Bapak Fahri Maulana
Huda, M. Ikhwanul. 2018. Skripsi: Konsep Pengelolaan Dana Pensiun Dalam
Tinjauan Hukum Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Huda, Nurul. 2010. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta: Kencana
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/regulasi/peraturan-ojk-terkait-
syariah/Pages/POJK-tentang-Penyelenggaraan-Program-Pensiun-
Berdasarkan-Prinsip-Syariah.aspx
Soemitra, Andri. 2009. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Yudanto, Harry. 2016. Skripsi: Pendanaan Dana Pensiun Program Pensiun
Manfaat Pasti, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai