Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA KELANCARAN PENGELUARAN ASI DENGAN

KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DI WILAYAH PUSKESMAS TRUCUK II


KLATEN

Idha Suparwati, Murwati, Endang Suwanti


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Abstract: The smoothness of Breastfeeding, Post Partum Blues Occurrence. The


incompleteness of breast milk (ASI) is one of the problems when the mother begins to
breastfeed her baby. If not addressed immediately will result in anxiety and anxiety
about the mother's ability to breastfeed. If this condition is left it will continue to be post
partum blues and even postpartum depression. The purpose of this study was to
determine the relationship between the smoothness of breastfeeding expenditure and
postpartum blues incidence in the Trucuk II Klaten district. This research design is
analytical descriptive research with cross sectional approach. The sample is normal
postpartum day 3-10 at Trucuk II Klaten Health Center in May 2017 as many as 48
people, by purposive sampling. Analysis of univariate and bivariate data with chi
square test correlation. Maternal breastfeeding expenditure was 93.8% in the current
category. Post partum blues events were 44.2%. Statistic test results obtained p value =
0.001. There is a relationship between the smooth expenditure of breast milk with
Postpartum Blues Occurrence in Trucuk II Klaten District Health Center.

Keywords: The smoothness of Breastfeeding, Post Partum Blues Occurrence

Abstrak : Kelancaran Pengeluaran ASI, Kejadian Post Partum Blues. Ketidaklancaran


Asi Susu Ibu (ASI) adalah salah satu masalah pada saat ibu mulai menyusui bayinya.
Jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan kekhawatiran dan kecemasan ibu
tentang kemampuan menyusui. Apabila kondisi ini dibiarkan maka akan berlanjut
menjadi post partum blues bahkan depresi postpartum. Tujuan Penelitian adalah untuk
mengetahui hubungan antara Kelancaran Pengeluaran ASI dengan Kejadian Postpartum
Blues Di Wilayah Puskesmas Trucuk II Klaten. Desain penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah ibu
nifas normal hari 3-10 di Puskesmas Trucuk II Klaten pada bulan Mei 2017 sebanyak
48 orang, secara purposive sampling. Analisa data univariat dan bivariat dengan uji
korelasi chi- square. Kelancaran pengeluaran ASI ibu nifas sebanyak 93,8% dalam
kategori lancar. Kejadian post partum blues sedang sebanyak 44,2%. Hasil uji statistic
diperoleh nilai p = 0,001. Ada hubungan antara Kelancaran Pengeluaran ASI dengan
Kejadian Postpartum Blues di Wilayah Puskesmas Trucuk II Klaten.

Kata Kunci : Kelancaran Pengeluaran ASI, Kejadian Post Partum Blues

PENDAHULUAN melahirkan, biasanya hanya muncul


Post partum blues (PPB) merupakan sementara waktu, yakni sekitar dua hari
kesedihan atau kemurungan setelah hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.

8
Idha Suparwati, Hubungan Antara Kelancaran Pengeluaran 9

Tanda dan gejalanya antara lain cemas Angka kejadian postpartum blues di
tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak Asia cukup tinggi dan bervariasi antara
sabar, tidak percaya diri, sensitif atau 26-85%. Data penelitian di berbagai
mudah tersinggung, serta merasa kurang belahan dunia secara tegas menunjukkan
menyayangi bayinya (Marmi, 2012). 2/3 atau sekitar 50-75% wanita
Penyebab terjadinya post partum mengalami post partum blues. Dan pada
blues sendiri ada beberapa faktor dan tahun 2008 ditemui hampir 70% ibu yang
biasanya tidak berdiri sendiri sehingga baru melahirkan menderita PPB.
gejala dan tanda post partum blues Sementara itu pada tahun 2009 di
sebenarnya adalah suatu mekanisme Indonesia hampir 80% ibu mengalaminya
multifaktoral seperti kesiapan melahirkan pasca bersalin dan 75% diantaranya
bayi dan menjadi ibu, faktor umur dan terjadi pada ibu primigravida (Rahmi,
paritas, pengalaman dalam proses 2013). Ibu mengalami postpartum blues
kehamilan dan persalinan, tingkat sebanyak 45 % (Setyaningsih, 2010).
pendidikan, status perkawinan, dukungan Hasil penelitian di wilayah Kabupaten
social dan status ekonomi serta perubahan Klaten menjelaskan bahwa 24 % Ibu nifas
hormonal pada masa laktasi (Mochtar, mengalami depresi postpartum sebagai
2010). akibat lanjut postpartum blues (Murwati,
Laktasi adalah keseluruhan proses 2014).
menyusui mulai dari ASI diproduksi Upaya yang dilakukan bidan dalam
sampai proses bayi menghisap dan memberi asuhan kebidanan pada masa
menelan ASI. Produksi ASI lebih nifas adalah kunjungan minimal tiga kali
ditentukan oleh kerja hormon prolaktin selama masa nifas (Kemenkes RI, 2015),
sehingga bayi perlu tetap sering menyusu sehingga diharapkan kunjungan tersebut
untuk mendapatkan kolostrum secara dapat mendeteksi dini gejala post partum
maksimal yang akan berubah menjadi ASI blues.
transisi pada hari ke-2 atau ke-3. Apabila Berdasarkan data Puskesmas Trucuk
kebutuhan ASI bayi sudah besar, tetapi II, dalam kurun waktu Januari sampai
jumlah ASI ibu masih sedikit atau tidak dengan Juli 2016 terakhir ditemukan
keluar secara maksimal maka bayi akan sebanyak 225 orang ibu nifas dengan
sering menangis karena kurangnya masalah kelancaran ASI dan ditemukan
asupan. Adapun kriteria pengeluaran ASI tanda-tanda seperti perasaan sedih, cemas,
yaitu ASI merembes karena payudara marah, khawatir sebanyak 122 ibu nifas.
penuh, ASI keluar pada waktu ditekan, Secara pasti belum ada data jumlah kasus
ASI menetes pada saat tidak menyusui postpartum blues yang dilaporkan.
atau ASI memancar keluar (Suradi, 2008). Meskipun post partum blues
Ketidaklancaran ASI ini jika tidak merupakan gangguan psikologi yang
segera ditangani akan mengakibatkan ringan namun apabila tidak tertangani
kekhawatiran dan kecemasan ibu dengan baik dapat berkembang menjadi
(Ambarwati, 2010). Kondisi inilah yang gangguan psikologi yang lebih berat.
menimbulkan ibu cemas, takut dan was- Tujuan penelitian untuk mengetahui
was tidak dapat menyusui dengan hubungan antara Kelancaran Pengeluaran
maksimal, apabila hal ini dibiarkan maka ASI dengan Kejadian Postpartum Blues
akan berlanjut menjadi post partum blues. Di Wilayah Puskesmas Trucuk II Klaten
10 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 3, No 1, Maret 2018, hlm 1-56

Tabel 1
METODE PENELITIAN Distribusi Frekuensi karakteristik
Desain penelitian ini adalah Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
deskriptif analitik dengan pendekatan Trucuk II Klaten 2017
cross sectional. Penelitian ini dilakukan No Umur F %
pada bulan Januari 2017 sampai dengan 1 < 20 tahun 2 4,2
2 20-35 tahun 42 87,5
April 2017 di Puskesmas Trucuk II
3 > 35 tahun 4 8,3
Kabupaten Klaten. Sampel adalah ibu Jumlah 48 100
nifas hari ke 3-10 di Puskesmas Trucuk II No Pendidikan F %
Klaten pada bulan Mei 2017 sebanyak 48 1 SD 4 8,3
orang dengan purposive sampling, dengan 2 SMP 14 29,2
3 SMA 28 58,3
kriteria ibu yang melahirkan normal dan
4 PT 2 4,2
tidak mempunyai riwayat gangguan jiwa Jumlah 48 100
atau penyakit kronis. Untuk mengukur No Pekerjaan F %
skor postpartum blues menggunakan 1 IRT 42 87,5
Skala Endinburgh yang sudah valid 2 Swasta 4 8,3
3 PNS 2 4,2
(Latifah,2006). Analisis univariat dengan
Jumlah 48 100
distribusi frekuensi dan bivariat No Jumlah Anak F %
menggunakan uji statistic korelasi chi- 1 1 15 31,3
square . 2 2 29 60,4
3 >2 4 8,3
Jumlah 48 100
HASIL PENELITIAN No Kelancaran F %
Hasil penelitian hubungan antara Pengeluaran
kelancaran ASI dengan kejadian 1 Tidak Lancar 3 6,3
postpartum blues secara diskriptif 2 Lancar 45 93,8
disajikan dalam table dibawah ini meliputi Jumlah 48 100
No Kejadian Post F %
karakteristik responden dan kelancaran asi
Partum Blues
serta kejadian postpartum blues. 1 Normal 27 56,3
2 Ringan 10 20,8
3 Sedang 8 16,7
4 Berat 3 6,3
Jumlah 48 100
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa umur responden sebagian
besar adalah 20-35 tahun sebanyak 42
orang (87,5%), pendidikan SMA sebanyak
28 orang (58,3%), pekerjaan ibu rumah
tangga sebanyak 42 orang (87,5%),
jumlah anak 2 atau lebih sebanyak 29
orang (60,4%). Kelancaran pengeluaran
ASI pada ibu nifas adalah lancar sebanyak
45 orang (93,8%), kejadian post partum
blues l sebanyak 21 orang (43,7%).
Idha Suparwati, Hubungan Antara Kelancaran Pengeluaran 11

Hasil analisa bivariat diperoleh kelancaran pengeluaran ASI dipengaruhi


nilai p=0,001, yang berarti ada hubungan oleh beberapa faktor antara lain makanan,
antara kelancaran pengeluaran ASI ketenangan jiwa, perawatan payudara,
dengan kejadian postpartum blues secara penggunaan alat kontrasepsi, anatomis
terperinci disajikan dalam table dibawah payudara dan pola istirahat (Saifudin,
ini. 2011).
Sebagian besar responden (93,8%)
Tabel 2 produksi ASInya lancar, kondisi ini
Hasil uji korelasi Hubungan antara sebenarnya sangat mendukung ibu mampu
Kelancaran Pengeluaran ASI dengan menyusui secara maksimal, sehingga
Kejadian Postpartum Blues Di Wilayah dapat menurunkan risiko terjadinya
Puskesmas Trucuk II Klaten postpartum blues. Namun demikian
Kelancaran Kejadian Post Partum Blues dalam penelitian ini ada sebagian
Pengeluaran Berat Sedang Ringan Normal
ASI f % f % F % F % responden yang pengeluaran ASInya
Tidak Lancar 3 100 0 0 0 0 0 0 lancar tetapi mengalami postpartum blues
Lancar 0 0 8 17,8 10 22,2 27 60
Jumlah 3 6,2 8 16,6 10 20,8 27 56,3 ringan dan sedang sebesar 40%. Kondisi
Total 2 p ini menjelaskan bahwa kejadian
f % postpartum blues, banyak faktor lain yang
3 100 48,00 0,001 mempengaruhi tetapi tidak diteliti. Hal ini
45 100
48 100 sesuai dengan penelitian sebelumnya
bahwa kejadian post partum blues juga
PEMBAHASAN dipengaruhi oleh umur ibu, pendidikan,
Penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat persalinan dan paritas (Kuniasari,
kelancaran pengeluaran ASI berhubungan 2015). Faktor predisposisi postpartum
dengan kejadian postpartum blues dengan blues, di antaranya faktor umur,
ditunjukkan nilai p=0,001. Kondisi ini demografi, paritas, fisik dan hormonal
juga didukung banyaknya responden (Bobak, 2005). Postpartum blues adalah
yang pengeluaran ASInya tidak lancar perasaan sedih yang dialami oleh ibu
seluruhnya mengalami postpartum blues setelah melahirkan, hal ini berkaitan
berat. Hasil ini sesuai dengan penelitian dengan bayinya (Herawati, 2011).
sebelumnya bahwa ada hubungan Hasil penelitian ini kemungkinan
pemberian ASI pada bayi umur <10 hari dipengaruhi berbagai keterbatasan yang
dengan gejala post partum blues (Dewi, tidak dapat dihindari, seperti bias seleksi
2012). Dalam penelitian lain dan informasi. Pengaruh bias ini dapat
menjelaskan bahwa ada hubungan Stres memperbesar atau memperkecil pengaruh
dengan Kelancaran ASI pada ibu paparan sesungguhnya. Untuk mengurangi
Menyusui di RSIA A. Yani (Amalia, bias seleksi, pemilihan sampel dilakukan
2016). Penjelasan tersebut diatas sesuai kriteria inklusi dan ekslusi yaitu ibu
mengindikasikan bahwa ASI yang tidak nifas normal yang melahirkan pada hari ke
lancar dapat menyebabkan kejadian post 3 – 10 dan tidak memiliki riwayat
partum blues maupun sebaliknya apabila gangguan jiwa baik diri maupun keluarga.
ibu nifas mengalami postpartum blues sedangkan untuk mengurangi bias
dapat menyebabkan terganggunya informasi penelitian ini menggunakan
produksi ASI. Hal ini dijelaskan bahwa kuisioner yang sudah valid dan
12 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 3, No 1, Maret 2018, hlm 1-56

menggunakan enumerator yang sudah bayi sudah besar, tetapi supply ibu masih
dilakukan persamaan persepsi sebelum sedikit sehingga bayi akan sering
penelitian dimulai. menangis karena lapar yang disebabkan
Apabila ditinjau dari hasil ASI tidak keluar (Sutanto, 2009).
gambaran karakteristik responden Ketidaklancaran ASI ini jika tidak
penelitian ini, mayoritas berumur 20 – 35 segera ditangani akan mengakibatkan
tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah kekhawatiran dan kecemasan ibu
tangga, pendidikan SMA dan jumlah (Ambarwati, 2010). Kondisi inilah yang
anak lebih dari dua maka dapat di menimbulkan ibu cemas, takut dan was-
simpulkan bahwa kondisi responden was tidak dapat menyusui dengan
hampir sama atau hampir homogen. maksimal, apabila hal ini dibiarkan maka
Sehingga diharapkan dapat mengurangi akan berlanjut menjadi post partum blues.
atau memperkecil bias penelitian ini. Kondisi ini terjadi pada periode taking
Jaminan kausalitas dalam penelitian hold yang berlangsung tiga sampai
ini berdasarkan kriteria konsistensi yang sepuluh hari pasca melahirkan. Pada fase
dikembangkan berdasarkan kajian ini, ibu merasa khawatir akan
literature baik texbook maupun penelitian ketidakmampuannya dalam merawat bayi.
sebelumnya tentang faktor – faktor yang Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
mempengaruhi postpartum blues. mudah tersinggung. Oleh karena itu ibu
Faktor penyebab terjadinya post membutuhkan dukungan dari orang
partum blues biasanya tidak berdiri terdekat. Saat ini adalah saat terbaik untuk
sendiri sehingga gejala dan tanda post ibu mendapatkan penyuluhan dalam
partum blues sebenarnya adalah suatu mengurus bayi dan dirinya. Dengan begitu
mekanisme multifaktoral seperti kesiapan ibu dapat meningkatkan kembali rasa
melahirkan bayi dan menjadi ibu, faktor percaya dirinya. Pada periode ini ibu akan
umur dan paritas, pengalaman dalam berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
proses kehamilan dan persalinan, tingkat tubuhnya. Misalnya, buang air kecil atau
pendidikan, status perkawinan, dukungan air besar, mulai belajar untuk mengubah
social dan status ekonomi serta perubahan posisi seperti duduk dan jalan, serta
hormonal pada masa laktasi (Mochtar, belajar tentang perawatan diri dan
2010). bayinya.
Laktasi adalah keseluruhan proses
menyusui mulai dai ASI diproduksi KESIMPULAN DAN SARAN
sampai proses bayi menghisap dan Kejadian post partum blues sedang
menelan ASI. Produksi ASI lebih pada ibu nifas di wilayah Puskesmas
ditentukan oleh kerja hormon prolaktin Trucuk II sebesar 40%. Ada hubungan
sehingga bayi perlu tetap sering menyusu antara Kelancaran Pengeluaran ASI
untuk mendapatkan kolostrum secara dengan Kejadian Postpartum Blues Di
maksimal. Pada saat kolostrum berubah Wilayah Puskesmas Trucuk II Klaten
menjadi ASI transisi (sekitar hari ke-2 dengan nilai p =0,001. Memberikan
atau ke-3) maka mulailah prinsip supply pendidikan kesehatan dan dukungan
and demand tersebut dan di masa-masa kepada ibu postpartum tentang tehnik dan
awal ini, terkadang antara supply dan waktu yang tepat untuk menyusui bayi
demand belum sesuai. Misalnya demand sebelum pulang kerumah.
Idha Suparwati, Hubungan Antara Kelancaran Pengeluaran 13

DAFTAR RUJUKAN Saiffudin AB, dkk/editor. (2011). Buku


Amalia (2016). Hubungan stres dengan Acuan Nasional Pelayanan
kelancaran ASI pada ibu menyusui Kesehatan Maternal dan Neonatal.
di RSIA. Yani Jurnal Ilmiah Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Kesehatan, Vol. 9, No. 1, Februari Sarwono
2016, hal 12-16 Suradi, R., 2008. Penggunaan Air Susu
Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Ibu dan Rawat Gabung, In:
Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Prawihardjo, S., Ilmu Kebidanan.
Nuha Medika Jakarta : PT Bina Pustaka, 375-380
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Sutanto, M. (2008) Bayi Sering Menangis
Maternity Nursing. In A. Apakah Ini Tandanya Asi Tidak
Dewi (2012), hubungan lama persalinan Cukup. http://aimi-asi.org/
dengan kejadian postpartum blues
di RSUD Kabupaten Pangkep.
Skripsi. Jawa Timur
Herawati. 2009. Psikologi Ibu Dan Anak
Untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika. Hal.154-155
Latifah, L., & Hartati. (2006). Efektifitas
Skala Endinburgh dan Skala Beck
dalam Mendeteksi Risiko Depresi
Postpartum di RSU Prof. DR.
Marmi, (2012). Asuhan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mochtar, R. (2010). Sinopsis Obstetri
Fisiologis, Obstetri Patologis.
Edisi 2.n Jakarta : EGC
Rahmi, Nuzulul. (2013).Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan
Kejadian Syndrom Baby Blues
pada Ibu Post Partum di
Puskesmas Suka Makmur Aceh
Besar. STIKes U’budiyah Banda
Aceh
Setyaningsih, D. 2010. Gambaran
Postpartum Blues Pada Wanita
Postpartum di Ruang Melati
RSUD Saras Husada Purworejo.
Diunduh 29 Maret 2013.
http://digilib.stikesmuhgombong.a
c.id/gdl.php?mod=browse&op=rea
d&id=jtstikesmuhgo-gdl-
dwisetyani-513

Anda mungkin juga menyukai