8
Idha Suparwati, Hubungan Antara Kelancaran Pengeluaran 9
Tanda dan gejalanya antara lain cemas Angka kejadian postpartum blues di
tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak Asia cukup tinggi dan bervariasi antara
sabar, tidak percaya diri, sensitif atau 26-85%. Data penelitian di berbagai
mudah tersinggung, serta merasa kurang belahan dunia secara tegas menunjukkan
menyayangi bayinya (Marmi, 2012). 2/3 atau sekitar 50-75% wanita
Penyebab terjadinya post partum mengalami post partum blues. Dan pada
blues sendiri ada beberapa faktor dan tahun 2008 ditemui hampir 70% ibu yang
biasanya tidak berdiri sendiri sehingga baru melahirkan menderita PPB.
gejala dan tanda post partum blues Sementara itu pada tahun 2009 di
sebenarnya adalah suatu mekanisme Indonesia hampir 80% ibu mengalaminya
multifaktoral seperti kesiapan melahirkan pasca bersalin dan 75% diantaranya
bayi dan menjadi ibu, faktor umur dan terjadi pada ibu primigravida (Rahmi,
paritas, pengalaman dalam proses 2013). Ibu mengalami postpartum blues
kehamilan dan persalinan, tingkat sebanyak 45 % (Setyaningsih, 2010).
pendidikan, status perkawinan, dukungan Hasil penelitian di wilayah Kabupaten
social dan status ekonomi serta perubahan Klaten menjelaskan bahwa 24 % Ibu nifas
hormonal pada masa laktasi (Mochtar, mengalami depresi postpartum sebagai
2010). akibat lanjut postpartum blues (Murwati,
Laktasi adalah keseluruhan proses 2014).
menyusui mulai dari ASI diproduksi Upaya yang dilakukan bidan dalam
sampai proses bayi menghisap dan memberi asuhan kebidanan pada masa
menelan ASI. Produksi ASI lebih nifas adalah kunjungan minimal tiga kali
ditentukan oleh kerja hormon prolaktin selama masa nifas (Kemenkes RI, 2015),
sehingga bayi perlu tetap sering menyusu sehingga diharapkan kunjungan tersebut
untuk mendapatkan kolostrum secara dapat mendeteksi dini gejala post partum
maksimal yang akan berubah menjadi ASI blues.
transisi pada hari ke-2 atau ke-3. Apabila Berdasarkan data Puskesmas Trucuk
kebutuhan ASI bayi sudah besar, tetapi II, dalam kurun waktu Januari sampai
jumlah ASI ibu masih sedikit atau tidak dengan Juli 2016 terakhir ditemukan
keluar secara maksimal maka bayi akan sebanyak 225 orang ibu nifas dengan
sering menangis karena kurangnya masalah kelancaran ASI dan ditemukan
asupan. Adapun kriteria pengeluaran ASI tanda-tanda seperti perasaan sedih, cemas,
yaitu ASI merembes karena payudara marah, khawatir sebanyak 122 ibu nifas.
penuh, ASI keluar pada waktu ditekan, Secara pasti belum ada data jumlah kasus
ASI menetes pada saat tidak menyusui postpartum blues yang dilaporkan.
atau ASI memancar keluar (Suradi, 2008). Meskipun post partum blues
Ketidaklancaran ASI ini jika tidak merupakan gangguan psikologi yang
segera ditangani akan mengakibatkan ringan namun apabila tidak tertangani
kekhawatiran dan kecemasan ibu dengan baik dapat berkembang menjadi
(Ambarwati, 2010). Kondisi inilah yang gangguan psikologi yang lebih berat.
menimbulkan ibu cemas, takut dan was- Tujuan penelitian untuk mengetahui
was tidak dapat menyusui dengan hubungan antara Kelancaran Pengeluaran
maksimal, apabila hal ini dibiarkan maka ASI dengan Kejadian Postpartum Blues
akan berlanjut menjadi post partum blues. Di Wilayah Puskesmas Trucuk II Klaten
10 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 3, No 1, Maret 2018, hlm 1-56
Tabel 1
METODE PENELITIAN Distribusi Frekuensi karakteristik
Desain penelitian ini adalah Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
deskriptif analitik dengan pendekatan Trucuk II Klaten 2017
cross sectional. Penelitian ini dilakukan No Umur F %
pada bulan Januari 2017 sampai dengan 1 < 20 tahun 2 4,2
2 20-35 tahun 42 87,5
April 2017 di Puskesmas Trucuk II
3 > 35 tahun 4 8,3
Kabupaten Klaten. Sampel adalah ibu Jumlah 48 100
nifas hari ke 3-10 di Puskesmas Trucuk II No Pendidikan F %
Klaten pada bulan Mei 2017 sebanyak 48 1 SD 4 8,3
orang dengan purposive sampling, dengan 2 SMP 14 29,2
3 SMA 28 58,3
kriteria ibu yang melahirkan normal dan
4 PT 2 4,2
tidak mempunyai riwayat gangguan jiwa Jumlah 48 100
atau penyakit kronis. Untuk mengukur No Pekerjaan F %
skor postpartum blues menggunakan 1 IRT 42 87,5
Skala Endinburgh yang sudah valid 2 Swasta 4 8,3
3 PNS 2 4,2
(Latifah,2006). Analisis univariat dengan
Jumlah 48 100
distribusi frekuensi dan bivariat No Jumlah Anak F %
menggunakan uji statistic korelasi chi- 1 1 15 31,3
square . 2 2 29 60,4
3 >2 4 8,3
Jumlah 48 100
HASIL PENELITIAN No Kelancaran F %
Hasil penelitian hubungan antara Pengeluaran
kelancaran ASI dengan kejadian 1 Tidak Lancar 3 6,3
postpartum blues secara diskriptif 2 Lancar 45 93,8
disajikan dalam table dibawah ini meliputi Jumlah 48 100
No Kejadian Post F %
karakteristik responden dan kelancaran asi
Partum Blues
serta kejadian postpartum blues. 1 Normal 27 56,3
2 Ringan 10 20,8
3 Sedang 8 16,7
4 Berat 3 6,3
Jumlah 48 100
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa umur responden sebagian
besar adalah 20-35 tahun sebanyak 42
orang (87,5%), pendidikan SMA sebanyak
28 orang (58,3%), pekerjaan ibu rumah
tangga sebanyak 42 orang (87,5%),
jumlah anak 2 atau lebih sebanyak 29
orang (60,4%). Kelancaran pengeluaran
ASI pada ibu nifas adalah lancar sebanyak
45 orang (93,8%), kejadian post partum
blues l sebanyak 21 orang (43,7%).
Idha Suparwati, Hubungan Antara Kelancaran Pengeluaran 11
menggunakan enumerator yang sudah bayi sudah besar, tetapi supply ibu masih
dilakukan persamaan persepsi sebelum sedikit sehingga bayi akan sering
penelitian dimulai. menangis karena lapar yang disebabkan
Apabila ditinjau dari hasil ASI tidak keluar (Sutanto, 2009).
gambaran karakteristik responden Ketidaklancaran ASI ini jika tidak
penelitian ini, mayoritas berumur 20 – 35 segera ditangani akan mengakibatkan
tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah kekhawatiran dan kecemasan ibu
tangga, pendidikan SMA dan jumlah (Ambarwati, 2010). Kondisi inilah yang
anak lebih dari dua maka dapat di menimbulkan ibu cemas, takut dan was-
simpulkan bahwa kondisi responden was tidak dapat menyusui dengan
hampir sama atau hampir homogen. maksimal, apabila hal ini dibiarkan maka
Sehingga diharapkan dapat mengurangi akan berlanjut menjadi post partum blues.
atau memperkecil bias penelitian ini. Kondisi ini terjadi pada periode taking
Jaminan kausalitas dalam penelitian hold yang berlangsung tiga sampai
ini berdasarkan kriteria konsistensi yang sepuluh hari pasca melahirkan. Pada fase
dikembangkan berdasarkan kajian ini, ibu merasa khawatir akan
literature baik texbook maupun penelitian ketidakmampuannya dalam merawat bayi.
sebelumnya tentang faktor – faktor yang Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
mempengaruhi postpartum blues. mudah tersinggung. Oleh karena itu ibu
Faktor penyebab terjadinya post membutuhkan dukungan dari orang
partum blues biasanya tidak berdiri terdekat. Saat ini adalah saat terbaik untuk
sendiri sehingga gejala dan tanda post ibu mendapatkan penyuluhan dalam
partum blues sebenarnya adalah suatu mengurus bayi dan dirinya. Dengan begitu
mekanisme multifaktoral seperti kesiapan ibu dapat meningkatkan kembali rasa
melahirkan bayi dan menjadi ibu, faktor percaya dirinya. Pada periode ini ibu akan
umur dan paritas, pengalaman dalam berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
proses kehamilan dan persalinan, tingkat tubuhnya. Misalnya, buang air kecil atau
pendidikan, status perkawinan, dukungan air besar, mulai belajar untuk mengubah
social dan status ekonomi serta perubahan posisi seperti duduk dan jalan, serta
hormonal pada masa laktasi (Mochtar, belajar tentang perawatan diri dan
2010). bayinya.
Laktasi adalah keseluruhan proses
menyusui mulai dai ASI diproduksi KESIMPULAN DAN SARAN
sampai proses bayi menghisap dan Kejadian post partum blues sedang
menelan ASI. Produksi ASI lebih pada ibu nifas di wilayah Puskesmas
ditentukan oleh kerja hormon prolaktin Trucuk II sebesar 40%. Ada hubungan
sehingga bayi perlu tetap sering menyusu antara Kelancaran Pengeluaran ASI
untuk mendapatkan kolostrum secara dengan Kejadian Postpartum Blues Di
maksimal. Pada saat kolostrum berubah Wilayah Puskesmas Trucuk II Klaten
menjadi ASI transisi (sekitar hari ke-2 dengan nilai p =0,001. Memberikan
atau ke-3) maka mulailah prinsip supply pendidikan kesehatan dan dukungan
and demand tersebut dan di masa-masa kepada ibu postpartum tentang tehnik dan
awal ini, terkadang antara supply dan waktu yang tepat untuk menyusui bayi
demand belum sesuai. Misalnya demand sebelum pulang kerumah.
Idha Suparwati, Hubungan Antara Kelancaran Pengeluaran 13