BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Spesies : Nigella sativa L.
Deskripsi tanaman jintan hitam menurut Hutapea (1994) adalah sebagai
berikut :
Batang : Warna batang hijau kemerahan, tegak, lunak, beralur, berusuk dan
berbulu kasar, rapat atau jarang dan disertai dengan adanya bulu-bulu yang
berkelenjar.
Daun : Bentuk daun lanset garis (lonjong), panjang 1,5 sampai 2 cm.
Merupakan daun tunggal yang ujung dan pangkalnya runcing, tepi berigi dan
berwarna hijau. Pertulangan menyirip dengan tiga tulang daun yang berbulu
seperti pada Gambar 1.
4
Biji jintan hitam kerap digunakan sebagai salah satu bahan bumbu dapur
berbau khas. Biasanya, masakan-masakan daerah seperti dari Jawa dan Sumatera
sering menambahkan bahan ini ke dalam masakannya. Jenis jintan, terbagi dalam
dua rupa, yaitu jintan putih dan jintan hitam. Jintan putih lebih sering digunakan
sebagai bumbu masak dibanding jintan hitam. Khusus jintan hitam ternyata
banyak mengandung khasiat untuk mengatasi berbagai penyakit. Di beberapa
daerah, biji yang juga disebut jintan hitam pahit di Malaysia ini juga digunakan
sebagai peluruh keringat, peluruh kentut, obat perangsang, peluruh haid, serta
memperlancar air susu ibu (Anonim 2009).
Jintan hitam meningkatkan rasio antara sel-T helper dengan sel-T penekan
(supressor) sebesar 55-72%, yang mengindikasikan peningkatan aktivitas
fungsional sel pembunuh alami dan efek jintan hitam sebagai imunomodulator
(El-Kadi et al. 1989; Haq et al. 1999). Kandungan timokuinon pada jintan hitam
menstimulasi sumsum tulang dan sel imun, produksi interferon, melindungi
kerusakan sel oleh infeksi virus, menghancurkan sel tumor dan meningkatkan
jumlah antibodi yang diproduksi sel-B (Gali-Muhtasib et al. 2007).
Histamin adalah zat yang diproduksi oleh jaringan tubuh yang dapat
menyebabkan reaksi alergi dan berhubungan dengan suatu kondisi seperti asma
bronchial. Salah satu zat aktif yang diisolasi dari minyak atsiri jintan hitam adalah
nigellone (bentuk dimer dari ditimokuinon) yang memiliki aktivitas anti-histamin,
sehingga dapat digunakan untuk terapi asma bronkhial dan penyakit alergi
lainnya; mekanisme kerja nigellone sebagai anti-histamin adalah dengan
menghambat aktivitas protein kinase C dan menurunkan pengambilan kalsium
dari sel yang berguna menghambat aktivitas fungsional enzim fosfolipase A2 pada
metabolisme prostaglandin (Chakhravarthy 1993).
7
c. Aktivitas anti-tumor
d. Anti Mikrobial
Ekstrak air jintan hitam memiliki aktivitas anti jamur pada pengujian in
vivo (Khan et al. 2003). Selain itu, zat aktif pada minyak atsiri jintan hitam efektif
melawan bakteri seperti Staphylococcus aureus (Hannan et al. 2008).
e. Anti peradangan
f. Meningkatkan laktasi
Jintan hitam juga baik dikonsumsi oleh orang yang sehat karena jintan
hitam mengikat radikal bebas dan menghilangkannya. Selain itu, jintan hitam
mengandung beta karoten yang dikenal dapat menghancurkan sel karsinogenik.
Biji jintan hitam kaya akan sterol khususnya beta sterol yang dikenal mempunyai
aktivitas antikarsinogenik.
Biji dan daun jintan hitam mengandung saponin dan polifenol (Hutapea,
1994). Kandungan kimia jintan hitam adalah minyak atsiri, minyak lemak,
melantin (saponin), nigelin (zat pahit), zat samak, nigelon, timokuinon (Hargono
2009, diacu dalam Astawan). Sedangkan menurut Al-Jabre et al. (2003),
kandungan biji jintan hitam antara lain: timokuin, timohidrokuinon, ditimokuinon,
thymol, carvacrol, nigellicine, nigellidine, nigellimine-N-oxide dan alpha-hedrin.
Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam jintan hitam merupakan senyawa
yang berperan sebagai antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas.
Komposisi biji jintan hitam disajikan pada Tabel 1.
9
Biji jintan hitam mengandung asam lemak tak jenuh dalam jumlah yang
cukup berarti. Secara lengkap komposisi asam lemak dan sterol yang terkandung
pada biji jintan hitam tersaji pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 5 Kandungan tokoferol dan polifenol dari minyak biji jintan hitam
A
Vitamin (µg per 100 gr) RDA(%)
Selain menerangkan jumlah vitamin yang terkandung dalam 100 gram biji
jintan hitam, tabel di atas juga menerangkan tentang Recommended Daily
Allowance (RDA) yaitu asupan vitamin yang disarankan setiap harinya.
Jintan hitam juga mengandung 8 jenis dari 10 asam amino essensial dan 7
jenis dari 10 asam amino non-essensial. Komposisi asam amino biji jintan hitam
tersaji pada tabel 7.
2.2 Madu
Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh
manusia sebelum mengenal gula karena dapat langsung dikonsumsi tanpa diolah
(Suranto 2004). Madu merupakan zat kental manis yang dihasilkan oleh lebah
madu dari persediaan tanaman yang berbeda (Pohl dan Sergiel 2009). Madu
12
umumnya dikonsumsi dalam keadaan mentah, seperti kristal cair yang digunakan
sebagai obat, dimakan sebagai makanan atau dimasukkan sebagai bahan dalam
resep berbagai makanan. Madu juga dianggap sebagai indikator pencemaran
lingkungan (Bagci et al. 2007).
Fruktosa, glukosa, dan sukrosa adalah komponen utama madu, selain zat-
zat gula lainnya dalam konsentrasi yang lebih sedikit. Terdapat juga zat lain dalam
jumlah sedikit yaitu asam amino, resin, protein, garam, dan mineral dan juga asam
organik, lakton, asam amino, mineral, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6,
vitamin C, vitamin K, niasin, asam pantotenat, asam folat, dan pigmen. Madu
mengandung banyak mineral seperti kalsium, besi, seng, kalium, fosfor,
magnesium, selenium, kromium dan mangan, natrium, kalium, dan alumunium
(Suranto 2004; Mohammed dan Babiker 2009). Kandungan mineral magnesium
dalam madu ternyata sama dengan kandungan magnesium yang ada dalam serum
darah manusia. Selain itu, kandungan mineral besi dalam madu dapat
meningkatkan kadar haemoglobin, sedangkan enzim yang penting dalam madu
13
adalah enzim diastase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. (Suranto 2004).
Madu biasanya juga dikonsumsi dengan cara dicampur dengan ekstrak jintan
hitam dan minyak zaitun. Dalam sediaan komersial juga banyak dijumpai
campuran madu dan jinten hitam atau madu, jintan hitam, dan minyak zaitun.
Menurut Hafez (2000), mencit merupakan salah satu hewan pengerat yang
biasanya digunakan sebagai hewan laboratorium. Hewan laboratorium ini sering
digunakan untuk penelitian dasar pada obat, toksikologi, medikasi, kultur jaringan
dan organ, mikologi, uji sensitifitas kulit, immunologi, opthalmologi, onkologi,
dan biologi reproduksi pada makhluk hidup.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Theria
Ordo : Rodensia
Subordo : Sciurognathi
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
Manusia telah mengembangkan mencit selama 4000 tahun di Mesir,
Yunani, dan China. Mencit laboratorium mempunyai berat badan kira-kira sama
dengan mencit liar yang banyak ditemukan di dalam gedung dan rumah yang
dihuni oleh manusia, dengan berat badan bervariasi 18 sampai 20 gram pada umur
empat minggu. Mencit merupakan hewan poliestrus dengan siklus estrusnya 4
sampai 5 hari dan lama estrusnya 12 sampai 14 jam. Lama kebuntingan mencit
adalah 19-21 hari dengan jumlah anak rata-rata enam ekor (Smith dan
Mangkoewidjojo 1988).
dan mengendalikan rabies karena setiap galur mencit putih dianggap sesuai untuk
inokulasi virus rabies.
Fungsi reproduksi betina dapat dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu
tahap persiapan tubuh betina untuk menerima konsepsi dan kehamilan, serta masa
kehamilan itu sendiri. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ova di dalam
ovarium (Guyton dan Hall 2008). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang
ovarium dan sepasang tuba uterina (oviduktus) yang merupakan saluran
penghubung ovarium ke uterus. Di dekat uterus dan dipisahkan oleh serviks,
terdapat vagina (Eroschenko dan Victor 2003).
2.4.1 Ovarium
Folikel primordial terdiri dari sel telur kecil yang belum matang dan
dilapisi oleh sel folikular berbentuk pipih selapis. Folikel ini juga biasa
disebut folikel ovaria unilaminar.
Folikel primer merupakan perkembangan dari folikel primordial yang
terdiri dari sebuah sel telur dan dilapisi dengan sel folikular berbentuk
kubus sebaris. Folikel ini juga dikelilingi selapis stroma dan sel-sel teka.
Folikel sekunder adalah folikel yang tumbuh dari folikel primer dan
dikelilingi sel folikular berbentuk kubus berlapis serta pada folikel ini
mulai terjadi perkembangan sel-sel teka.
Folikel tersier (de Graaf) merupakan folikel yang luas, memiliki sel telur
berukuran penuh dengan sebuah rongga pada daerah pusat yang disebut
antrum serta berisi cairan folikular, epitel folikular, sel teka yang sangat
berkembang, dan dilapisi oleh zona pelusida.
Berbagai bentuk folikel ovarium disajikan pada gambar 5.
Oosit primer
a. b. c.
d. e.
Antrum
cumulus oophorus
Menurut Guyton dan Hall (2008) luteinizing hormone (LH) dalam jumlah
yang besar diperlukan untuk pertumbuhan akhir folikel dan permulaan ovulasi.
Tanpa hormon ini, follicle stimulating hormone (FSH) yang tersedia dalam jumlah
besar pun tidak akan membuat folikel berkembang ke tahap ovulasi. Sekitar dua
hari sebelum ovulasi, laju kecepatan sekresi LH oleh kelenjar hipofise anterior
meningkat dengan pesat, menjadi 6 sampai 10 kali lipat. FSH juga meningkat
kira-kira 2 sampai 3 kali lipat pada saat bersamaan. FSH dan LH akan bekerja
secara sinergik untuk mengakibatkan pembengkakan folikel yang berlangsung
cepat selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga mempunyai efek khusus
terhadap sel granulosa dan sel teka, yang mengubah kedua jenis sel tersebut
menjadi sel yang menyekresikan progesteron. Oleh karena itu, kecepatan sekresi
estrogen mulai menurun kira-kira satu hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah
peningkatan progesteron mulai disekresikan.
19
Gambar 7 Gambaran histologis ovarium mamalia (Sumber: Eroschenko dan Victor 2003).
2.4.2 Uterus
Uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada kebanyakan
mamalia dan termasuk dalam salah satu organ reproduksi sekunder pada betina
(Toelihere 1981). Secara anatomi makroskopis, uterus terdiri dari tanduk (cornua),
badan (corpus), dan serviks uterus. Uterus memiliki fungsi untuk menerima
spermatozoa, mengantarkan spermatozoa ke oviduk, dan menciptakan lingkungan
optimal untuk implantasi (Ownby 2002). Selain itu, uterus berfungsi sebagai
tempat tertanamnya ovum yang telah dibuahi secara normal serta tempat
pemeliharaan embrio dan fetus yang sedang tumbuh (Hafez 2000). Uterus mencit
termasuk ke dalam tipe duplex, dimana terdapat dua tanduk uterus dengan satu
21
Menurut Dellmann dan Brown (1992) secara histologis, uterus terdiri dari
endometrium (tunika mukosa), miometrium (tunika muskularis), dan perimetrium
(tunika serosa). Endometrium tersusun atas mukosa berupa epitel silindris sebaris
dengan lamina propia, submukosa, dan kelenjar uterus. Menurut Rosenfeld dan
Schatten (2007) estrogen menstimulasi perkembangan kelenjar uterus, sedangkan
progesteron memberikan perintah untuk mengeluarkan sekresi kelenjar uterus.
Miometrium terdiri dari otot polos yang tersusun pada lapis sirkuler dalam dan
longitudinal luar. Selama kebuntingan sel-sel otot ini dapat meningkat jumlahnya.
Sedangkan menurut Dellmann dan Brown (1992) perimetrium tersusun atas lapis
serosa. Gambaran histologis uterus beserta lapisan-lapisan penyusunnya tersaji
pada gambar 8.
Menurut Hafez (2000) kelenjar uterus memiliki tiga macam tipe : (1) tipe
lurus; (2) tipe bercabang; dan (3) tipe menggulung atau berbelit khusus di dekat
alveoli. Banyak variasi bentuk kelenjar uterus antara spesies, jenis (breed),
keseimbangan hormonal, dan fase-fase dari siklus estrus. Mencit merupakan salah
satu hewan yang memiliki kelenjar uterus yang berbentuk lurus. Kelenjar uterus
menghasilkan beberapa produk diantaranya mukus, lipid, glikogen, dan protein.
Produk sekresi dari kelenjar uterus dan plasma darah merupakan campuran cairan
yang mengisi lumen uterus.
22
Gambar 8 Gambaran histologis uterus mamalia (Sumber: Eroschenko dan Victor 2003).