TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN SANITASI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
MEMUTUSKAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya mewujudkan rumah sakit yang sehat, bersih dan
nyaman, maka pelayanan Sanitasi Rumah Sakit perlu ditingkatkan dan
dioptimalisasikan.
Pelayanan Sanitasi Rumah Sakit adalah meliputi : pengawasan
berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologis di Rumah Sakit yang
menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada
kesehatan jasmani, rohani maupun sosial bagi pasien, petugas / karyawan,
pengunjung maupun masyarakat sekitar Rumah Sakit.
Pentingnya upaya pelayanan sanitasi Rumah Sakit dilakukan karena
keadaan rumah sakit yang hakekatnya; terdapat bangunan, terdapat
peralatan bahan, perlengkapan untuk pelayanan, terdapat pasien
pengunjung petugas, terjadi interaksi timbal balik yang langsung atau tidak
langsung antara sarana, alat, manusia dan kegiatannya. Keterkaitan aspek
– aspek tersebut secara dinamis dapat menimbulkan dampak positif dan
atau dampak negative yang antara lain :
a. Mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan penderita.
b. Menghambat proses penyembuhan dan pemulihan penderita.
c. Menyebarkan pengaruh buruk pada petugas (cross infection,
kecelakaan kerja).
d. Menjadi sumber penularan penyakit bagi masyarakat.
e. Mencemari lingkungan (air, udara, tanah).
Untuk mencapai tujuan rumah sakit yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal, bermutu dan mencegah terjadinya
infeksi nosokomial, maka perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan
pelayanan sanitasi rumah sakit.
B. Tujuan Pedoman
Adapun tujuan dari Pedoman Pelayanan Sanitasi Lingkungan di
Rumah Sakit Ibu dan Anak adalah :
1. Tujuan Umum
Terciptanya kondisi lingkungan Rumah Sakit yang memenuhi
persyaratan sanitasi/kesehatan lingkungan untuk pengendalian
infeksi nosokomial dan membantu proses perawatan, penyembuhan,
pemulihan pasien dan menciptakan kondisi lingkungan yang bersih,
sehat, nyaman bagi pasien, pengunjung, karyawan dan masyarakat
sekitar Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus.
a. Terciptanya kondisi ruang–bangunan yang sehat dan memenuhi
standar sanitasi.
b. Tersedianya dan terawasinya air bersih yang sehat, aman dan
cukup.
c. Terlaksananya pengelolaan limbah cair yang lancar, sehat dan
hasil pengolahan limbah cair memenuhi Baku Mutu agar
mencegah pencemaran lingkungan sekitar Rumah Sakit.
d. Pengendalian seranggga dan binatang pengganggu di lingkungan
Rumah Sakit.
e. Terwujudnya pengelolaan sampah (limbah padat) yang sesuai
persyaratan agar mencegah kontaminasi, penyakit, kecelakaan
kerja dan pencemaran lingkungan.
f. Terlaksananya penyehatan makanan, minuman bagi pasien dan
karyawan.
g. Terlaksananya penyehatan linen/cucian dan terwujudnya
lingkungan kerja yang sehat, aman, bebas kontaminasi.
h. Terwujudnya standarisasi pelayanan sanitasi dalam tindakan
teknisi operasional dan administrasi.
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan lingkungn Hidup.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Tahun 2004
8. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2002 tentang
Pengelolaan Linen
9. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tahun 2011 di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
10. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan tahun 2010
B. Distribusi Ketenagaan
1. Kepala IPLRS : 1 Orang
2. Pelaksana limbah cair : 1 Orang
3. Pelaksana limbah padat : 1 Orang
C. Pengaturan Jaga
d. Pengolahan Makanan
Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
1) Tempat Pengolahan Makanan
a) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur)
sesuai dengan persyaratan konstruksi, bangunan dan
ruangan dapur
b) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan
selalu dibersihkan dengan antiseptik.
c) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan
sungkup asap.
d) Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200
lux.
2) Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan
dalam proses pengolahan makanan
a) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun
kepada makanan
b) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.
c) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau
garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan.
d) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan,
selanjutnya didesinfeksi dan dikeringkan.
e) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam
keadaan kering.
f) Disimpan pada rak terlindung dari vektor.
3) Penjamah Makanan
a) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
b) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa
kesehatannya oleh dokter yang berwenang.
c) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan
pelindung pengolahan makanan dapur.
d) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar
dari kamar kecil.
4) Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam
cara pengangkutannya, yaitu :
a) Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong
yang tertutup dan bersih.
b) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih
tersedia udara untuk ruang gerak.
c) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur
untuk mengangkut bahan/barang kotor.
5) Penyajian Makanan
a). Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran
dan peralatan yang dipakai harus bersih
b). Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan
tertutup.
c). Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat
ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan dengan
suhu mnimal 60° C dan 4° C untuk makanan dingin.
d) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat
dan berpakaian bersih.
e) Makanan jadi harus segera disajikan.
f). Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan
kepada pasien.
C. PENYEHATAN AIR
1. Pengertian
a. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
b. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit
berasal dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan
melalui tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat
kualitas air minum.
2. Persyaratan
a. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
b. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
1) Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yg menggunakan air yang sudah diolah
seperti dari PDAM, sumur bor, dan sumber lain untuk
keperluan operasi dapat melakukan pengolahan tambahan
dengan catridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi
menggunakan ultra violet (UV)
2) Ruang Farmasi
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang
dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi.
3. Tata Laksana
a. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans
kualitas air antara lain meliputi :
1) Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih;
2) Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air;
3) Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan
laboratorium; dan
4) Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.
b. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih
rumah sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk
teknis inspeksi sanitasi sarana penyediaan air sesuai dengan
petunjuk yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM dan PL,
Departemen Kesehatan.
c. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum
dan/atau air bersih rumah sakit tercantum dalam Tabel
Jumlah Minimum Sampel Air Perbulan
Jumlah Tempat untuk
Tidur
AirPemeriksaan
Minum Mikrobiologik
Air Bersih
25 – 100 4 4
101 – 400 6 6
401 – 1000 8 8
> 1000 10 10
D. PENGELOLAAN LIMBAH
1. Pengertian
a. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
b. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit
yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis padat dan non-medis.
c. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah kimiawi, limbah radioaktif.
d. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari
dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
e. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
f. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti
insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan
pembuatan obat sitotoksik.
2. Persyaratan
a. Limbah Medis Padat
1) Minimalisi Limbah
a) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah
dimulai dari sumber.
b) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
c) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok
bahan kimia dan farmasi.
d) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan
limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.
2) Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
a) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber
yang menghasilkan limbah
b) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus
dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
c) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu
wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau
tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan
tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
d) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
e) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali
harus melalui proses sterilisasi sesuai Tabel Untuk
menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes
Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia
harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
V. LOGISTIK
Permintaan Barang (Stock) ke Logistik
Logistik merupakan segala sesuatu baik sarana, prasarana dan semua
barang yang diperlukan untuk Sanitasi dalam rangka pelaksanaan
pelayanan di rumah sakit.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient
Safety) :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
C. Keselamatan Umum
1. Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah
penyebaran infeksi, langkah–langkahnya sebagai berikut :
a. Tuangkan cairan antiseptik/sabun ke telapak tangan secukupnya.
b. Gosokkan kedua telapak tangan.
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
b. Jari–jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
c. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
d. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya.
e. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
f. Keringkan kedua tangan dengan tissue.
Definisi Indikator
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang
yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat performance atau
kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang
sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai
atau mutu.