2. Organoleptik
3. pH
Mayonnaise adalah jenis bahan pangan berupa emulsi setengah padat Kadar minyak tidak boleh kurang
dari 65% berat dan membentuk emulsi yang sangat halus dalam cuka dan lemon juice. Kuning telur
sebagian besar tersusun oleh lipoprotein suatu zat pengemulsi dan stabilitator yang baik dari seluruh
telur. Lipoprotein kuning telur bersifat koloid senang air terserap diantara minyak dan air. Kuning telur
besar sekali manfaatnya dalam pembuatan mayonnaise dan salad dressing (Maxes, 1998)... Garam atau
NaCl dalam pembuatan mayonnaise sebagai pemberi rasa asin pada mayonnaise. Selain itu, garam juga
berfungsi untuk memperkuat emulsi antara minyak dan air dalam campuran mayonnaise. Penambahan
garam 0,5%-1,7% dapat meningkatkan stabilitas suatu sistem emulsi. Peningkatan viskositas dari kuning
telur dengan penambahan garam memberikan efek terhadap stabilitas sistem emulsi (Paundrianagari,
2011). Mayonnaise terdapat rasa asam yang dikarenakan oleh penambahan cuka, rasa manis yang
dihasilkan gula, asin yang terdapat pada garam, memiliki rasa sedikit pedas dan sedikit menyengat
dilidah dan langit-langit mulut akibat adanya mustard dalam mayonnaise tersebut (Bambang, 2000)
Audina. 2011. Perbandingan Mutu Mayonnaise Telur Ayam dan Mayonnaise Telur itik. Institut
Pertanian Bogor.
Maxes, P.A. 1998. Ilmu Pangan. Gramedia. Jakarta.
Paundrianagari. 2011. Peranan Lemak dalam Mayonnaise. Universitas Diponegoro. Semarang.
Riyanto, Bambang. 2000. Mempelajari Perubahan Kestabilan Asam Lemak Omega-3 dalam
Mayonnaise Sari Minyak Ikan Hasil Samping Pengalengan Lemuru Selama Penyimpanan.
Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Wenfuu. 2011. Bahan Makanan Antioksidan dan Sekuestran. Universitas Hassanudin Makassar.
Makassar.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sistem emulsi yang membentuk mayonnaise merupakan sistem heterogen yang terdiri atas dua fase
yang tidak tercampur, tetapi cairan yang satu terdispersi dengan baik dalam cairan yang lain dalam
bentuk butiran (droplet/globula) dengan diameter antara 0,01-50 µm. Fase yang berbentuk butiran
disebut fase terdispersi atau fase internal, sedangkan fase tempat cairan terdispersi disebut fase
pendispersi (Nawar, 1985). Menurut Paul dan Palmer (1972), tipe emulsi yang terbentuk dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu emulsi minyak dalam air dimana minyak menjadi fase terdispersi dan air
menjadi fase pendispersi, serta emulsi air dalam minyak dimana minyak menjadi fase pendispersi dan air
sebagai fase terdispersi.