Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SEJARAH

Naufal Dzaki
X IPA 6
23 Agustus 2019
1. Proses Perkembangan Bumi menurut Teori Geologi

Zaman prasejarah merupakan pembabakan peradaban manusia dalam


periode sejarah, yang mana pada saat itu belum dikenalnya tulisan atau bisa
juga disebut dengan zaman praaksara, sehingga kehidupan manusianya
sangatlah sederhana. Kali ini kita akan bahas pembabakan zaman prasejarah
atau praaksara berdasarkan Geologi.

Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan, berdasarkan


komposisinya, struktur, sejarah, sifat-sifatnya, dan juga proses
pembentukannya, dan orang yang memelajari dan mendalami ilmu geologi
disebut geolog. Berdasarkan geologi, zaman praaksara dibagi menjadi 4, ada
zaman tertua (Arkaekum), zaman primer atau zaman hidup tua (Paleozoikum),
zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan (Mesozoikum), serta zaman
hidup baru (Neozoikum).

a. Arkaekum

Zaman ini merupakan zaman tertua, kira-kira berlangsung selama 2.500 juta
tahun. Pada saat itu, kulit bumi masih panas lho. Alhasil, pada zaman ini belum
ada kehidupan. Lantas kapan kehidupan itu muncul?

b. Paleozoikum

Nah, di zaman ini kehidupan mulai muncul. Zaman primer atau zaman hidup
tua ini berlangsung sekitar 340 juta tahun. Pada saat itu, makhluk hidup yang
muncul seperti mikroorganisme, ikan, amfibi, reptil, dan juga binatang-binatang
lain yang tidak bertulang punggung.

c. Mesozoikum

Zaman ini bisa juga disebut zaman sekunder atau pertengahan, kira-kira
berlangsung selama 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan ini, jenis reptil
mencapai tingkat yang terbesar, sehingga pada zaman ini sering disebut juga
dengan zaman reptil. Setelah berakhirnya zaman ini, maka muncul kehidupan
yang lain, yaitu jenis burung dan binatang menyusui. Namun, tingkat
populasinya masih sangat rendah.

Sayangnya, pada zaman ini jenis-jenis reptilnya mulai mengalami kepunahan.


d. Neozoikum

Zaman ini sering disebut juga zaman hidup baru. Zaman ini dapat dibedakan
menjadi dua zaman, yaitu:

1) Tersier atau zaman ketiga

Zaman tersier berlangsung kira-kira selama 60 juta tahun. Zaman ini ditandai
dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti kera.

2) Kuartier atau zaman keempat

Zaman kuartier ditandai dengan adanya kehidupan manusia, sehingga zaman


ini menjadi zaman terpenting, kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu
zaman Pleistocen dan Holocen.

a) Zaman Pleistocen atau Dilluvium berlangsung kira-kira selama 600.000


tahun. Pada zaman ini ditandai dengan adanya manusia purba.

b) Zaman Holocen atau Alluvium berlangsung kira-kira selama 20.000 tahun


yang lalu dan terus berkembang sampai dewasa ini. Zaman ini ditandai dengan
munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti manusia
yang hidup pada zaman modern sekarang.
2. Peta Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Kalau kita menengok ke belakang untuk mencoba merunut asal mula nenek
moyang bangsa Indonesia, kita akan mendapatkan berbagai gambaran yang
cukup beragam. Sebagian besar teori tentang Kebudayaan Prasejarah
Indonesia yang datang dari Barat menjelaskan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia datang dari Asia Tenggara (Indochina/Yunnan). Diduga mereka
datang dalam dua gelombang migrasi besar yang diperkirakan terjadi sekitar
tahun 5000 SM dan tahun 2000 SM. Mereka menyeberang ke kepulauan di
Samudera India, kemudian menyebar dari Madagaskar hingga ke Filipina dan
Melanesia, yang akhirnya hidup menyatu dengan penduduk asli setempat.
Inilah yang disebut sebagai nenek moyang bangsa Indonesia.

Salah satu pendukung teori nenek moyang bangsa Indonesia di atas adalah
von Heine Geldern. Menurut beliau, nenek moyang bangsa Indonesia yang
menurunkan generasi paling banyak sekarang ini berasal dari benua Asia
(Yunnan, Cina Selatan). Pendapat Geldern didukung bukti berupa kesamaan
peninggalan benda-benda antara daerah Yunnan dan Indonesia. Benda-benda
yang sama itu, antara lain kapak lonjong dan kapak persegi. Nenek moyang
yang berasal dari Yunnan migrasi ke kepulauan Nusantara karena terdesak
oleh bangsa lain yang lebih kuat. Selain itu, mereka hidup di alam yang tidak
banyak memberikan kesejahteraan hidup. Seperti yang telah kami sebutkan
sebelumnya, nenek moyang bangsa Indonesia tersebut datang dengan dua
gelombang. Gelombang pertama disebut Melayu Tua (Proto Melayu) dan
berikutnya disebut dengan Melayu Muda (Deutero Melayu).
3. Teori Evolusi Darwin

Darwin sudah lama berpikir tentang evolusi ide; bahwa semua species
berhubungan satu sama lain dan mempunyai "common ancestor" (berasal
dari satu garis keturunan) dan melalui mutasi species baru muncul. Secara
kebetulan,ia membaca tulisal-tulisan Thomas
Malthus. Malthus berpendapat bahwa populasi manusia bertambah lebih
cepat daripada produksi makanan, sehingga menyebabkan manusia
bersaing satu sama lain untuk memperebutkan makanan dan menjadikan
perbuatan amal sia-sia. Dengan gembira Darwin menggunakan mekanisme
ini untuk menjelaskan teorinya. Ia menulis: "Manusia cenderung untuk
bertambah dalam tingkat yang lebih besar daripada caranya untuk bertahan.
Akibatnya, sesekali ia harus berjuang keras untuk bertahan, dan seleksi
alam akan memengaruhi apa yang terletak di dalam jangkauan ini." Ia
menghubungkan hal ini dengan temuan-temuannya mengenai spesies-
spesies yang terkait dengan tempat-tempat, penelitiannya tentang
pengembang-biakan binatang, dan gagasan tentang "hukum seleksi alam"
(Natural Selection). Menjelang akhir 1838 ia membandingkan ciri-ciri seleksi
para peternak dengan seleksi alam menurut teori Malthus dari varian-varian
yang terjadi "secara kebetulan" sehingga "setiap bagian dari struktur yang
baru diperoleh sepenuhnya dipraktikkan dan disempurnakan", dan
menganggap bahwa ini adalah "bagian yang paling indah dari teori saya"
tentang bagaimana spesies-spesies itu bermula.
4. Manusia Purba Indonesia

Manusia purba atau manusia prasejarah adalah manusia yang hidup pada
jutaan tahun yang lalu. Secara umum, manusia purba merupakan manusia
yang hidup sebelum tulisan ditemukan. Jenis-jenis manusia purba yang
ada di dunia juga memiliki banyak suku dan ras.
Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia diidentifikasi
berdasarkan penemuan fosil di beberapa wilayah seperti Mojokerto,
Ngandong, Solo, Pacitan dan Sangiran. Sebenarnya penemuan manusia
purba di Indonesia sudah ada lama sejak abad ke 18.
1. Meganthropus Palaeojavanicus
Jenis manusia purba ini ditemukan pada sekitar tahun 1936 di kawasan
Sangiran. Jenis manusia ini diperkirakan hidup sekitar satu hingga dua juta
tahun yang lalu. Fosil dari manusia Meganthropus ini adalah manusia yang
memiliki tubuh tinggi yang ditemukan oleh arkeolog asal Belanda, Van
Koenigswald.
Ciri-ciri dari manusia purba ini memiliki tulang pipi yang tebal, otot rahang
kuat, bentuk tubuh yang tegap, tulang kening yang menonjol, tak memiliki
dagu serta memiliki bentuk kepala dengan tonjolan di belakang yang tajam.
2. Pithecanthropus Erectus
Jenis-jenis manusia purba selanjutnya adalah Pithecanthropus Erectus
yang diperkirakan hidup di Indonesia pada satu hingga dua juta tahun yang
lalu. Fosil pertamanya ditemukan pada fosil bagian geraham di daerah
Lembah Bengawan Solo, daerah Trinil. Penemunya ialah Eugene Dubois
tahun 1890.
Pithecanthropus Erectus memiliki ciri – ciri tengkuk dan geraham (gigi)
yang kuat, tubuhnya belum tegap sempurna, hidungnya tebal, dahinya
lebih menonjol dan lebar, rata-rata tingginya 165 cm sampai 180 cm.
Memiliki otak sekitar 750 cc hingga 1350 cc.
3. Pithecanthropus Soloensis
Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Ngandong, Solo. Diberi nama
Pithecanthropus Soloensis karena ditemukan di Solo. Ciri-ciri manusia
purba ini yaitu memiliki tulang belakang menonjol, rahang bawah yang
kuat, hidungnya lebar dan tulang pipi yang kuat serta menonjol.
Pithecanthropus Soloeinsis memiliki perkiraan tinggi sekitar 165 hingga
180 cm. Ia adalah pemakan tumbuhan dan kerap juga berburu hewan
untuk dijadikan santapan. Fosilnya ditemukan sekitar tahun 1931 hingga
1933 oleh Openorth dan Van Koenigswald.
4. Pithecanthropus Mojokertensis
Tak hanya di Solo, di daerah Mojokerto juga ditemukan fosil manusia
purba. Van Koenigswald kembali menemukan fosil pada tahun 1939 di
Mojokerto, Jawa Timur. Pertama kali ia menemukan fosil manusia purba
yang diperkirakan masih berusia 6 tahun. Lalu tahun 1936, Widenreich
menemukan fosil lagi di kota yang sama.
Ciri-ciri Pithecanthropus Mojokertensis yaitu memiliki tulang tengkorak
yang tebal, tingginya sekitar 165 sampai 180 cm, tak memiliki dagu dan
memiliki badan tegap. Saat penemuan, fosil Pithecanthropus Mojokertensis
hancur saat sedang proses penggalian.
5. Homo Floresiensis
Menggunakan sebutan ‘homo’ karena pada manusia purba ini telah
memiliki kebiasaan yang hampir mirip dengan manusia modern saat ini.
Mereka telah mengerti berbagai kegiatan dan disebut juga sebagai
mahkluk ekonomi.
Homo Floresiensis ditemukan di Pulau Flores Nusa Tengara dan
diperkirakan hidup 12 ribu tahun yang lalu. Jenis manusia purba ini telah
mampu hidup berdampingan dengan jenis-jenis manusia purba lainnya.
Ciri-ciri manusia purba ini hanya memiliki tinggi badan satu meter, bentuk
dahinya sempit dan tak menonjol, tulang rahangnya menonjol, volume otak
380 cc serta tengkorak kepalanya yang kecil.
6. Homo Wajakensis
Manusia purba Homo Wajakensis hidup di zaman yang lebih modern dari
sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan penemuan peralatan yang
bersamaan dengan fosil ini. Eugene Dubois menemukan fosil Homo
Wajakensis di daerah Campur Darat Tulungagung Jawa Timur.
Ciri-cirinya ia memiliki bentuk wajah dan hidung datar dan lebar, tulang
pipinya menonjol ke samping, letak hidung dan mulut sedikit jauh, tinggi
130 sampai 210 cm dan mampu berjalan tegap.
7. Homo Soloensis
Selain Pitecanthropus (manusia kera), di Solo juga ditemukan fosil Homo
Soloensis. Dikategorikan ‘homo’ karena manusia purba ini tergolong lebih
cerdas. Weidenrich dan Koenigswald menemukannya tahun 1931. Mereka
diperkirakan hidup sekitar 300.000 sampai 900.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri manusia purba ini memiliki volume otak 1000cc hingaa 1300 cc,
tinggi badannya mencapai 130 hingga 210 cm, tubuhnya tegap dan
memiliki struktur tulang wajah yang tidak mirip dengan manusia kera.
8. Homo Sapiens
Pasti kalian sudah tak asing dengan nama manusia purba satu ini. Jenis
manusia purba ini adalah jenis manusia purba yang usianya paling muda
ditemukan dan mendekati seperti manusia modern saat ini.
Ia telah mengenal kehidupan sosial dan berpikir cerdas. Bentuknya juga
mirip dengan manusia seperti bentuk tengkuk yang sudah kecil, tulang
wajah tidak menonjol, memiliki dagu dan tulang rahang yang tidak terlalu
kuat dan volume otak antara 1000 sampai 1200 cc.

Anda mungkin juga menyukai