PEMBAHASAN
2. Pupuk Kompos
Kompos adalah hasil proses pelapukan bahan-bahan organik. Akibat adanya
interaksi antara mikroorganisme pengurai yang bekerja didalamnya. Dengan kata
lain, kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik karena berasal dari bahan
organik yang melapuk. Selain dapat dibuat dalam bentuk padat, kompos juga
dapat dibuat dalam bentuk cair. Kelebihan dari kompos cair adalah dapat
memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya
juga dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Aplikasi penggunaan kompos cair cukup dilakukan dengan
disemprotkan ke daun atau disiram ke tanah padat, sedangkan kompos padat
diaplikasikan dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah.
Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah
karbon dan nitrogen ( C/N rasio ). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun
kompos belum terurai sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan
terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan ber-C/N rendah.
Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.
Kandungan unsur hara kompos, sebagai berikut :
Nitrogen 0,1 – 0,6%
Fosfor 0,1 – 0,4%
Kalium 0,8 – 1,5%
Kalsium 0,8 – 1,5%
Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab,
gembur, dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi.
Dewasa ini teknologi pengomposan sudah berkembang pesat. Berbagai varian
dekomposer beserta metode pembuatannya banyak ditemukan. Sehingga pupuk
kompos yang dihasilkan banyak ragamnya. Kompos memiliki banyak manfaat
bagi tanaman, antara lain :
Meningkatkan kesuburan tanah
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
Meningkatkan kapasitas serap air tanah
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
Meningkatkan kualitas hasil panen ( rasa, nilai gizi, dan jumlah panen )
3. Pupuk Hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman. Pupuk
hijau adalah bagian dari tanaman yang masih hidup dan diberikan pada tanaman.
Baik tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil
hijauannya. Tanaman yang biasa ditanam untuk pupuk hijau, diantaranya dari
jenis leguminosa ( kacang-kacangan ), dan tanaman air ( azola ). Jenis tanaman
ini dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen yang tinggi serta
cepat terurai dalam tanah.
Pupuk hijau dibuat dari tanaman atau bagian tanaman yang masih muda,
terutama dari famili leguminosa, yang dibenamkan ke dalam tanah dengan
maksud agar dapat meningkatkan ketersediaan bahan organik dan unsur hara bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman jenis yang lain juga bias
digunakan sebagai pupuk hijau., tetapi hanya sedikit menambah ketersediaan
bahan-bahan organik dan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, sehingga lebih berperan untuk meningkatkan kadar bunga tanah.
Beberapa jenis tanaman yang dapat yang digunakan untuk pupuk hijau
diantaranya:
1. Pohon Pelindung
2. Tanaman Perdu
3. Tanaman yang berbentuk semak dan berbatang lunak
Tujuan pemupukan hijau antara lain :
Mempertinggi kandungan bahan organik dalam tanah, sebagai pengganti
yang telah habis diserap oleh tanaman, selama periode pengolahan tanah.
Mengurang leaching selama periode kosong antara dua objek agronomi
yang dikelola,
Menambah nitrogen apabila yang dijadikan pupuk hijau.
Mengurangi erosi vertical
Mengurangi penyakit akar pada kapas terhadap phymatotrichum.
Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain :
A. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air.
B. Mencegah adanya erosi.
C. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari
tanah dan gulma jika ditanam pada waktu tanah bero.
D. Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai
pupuk anorganik.
Namun pupuk hijau juga mempunyai kekurangan yaitu, tanaman hijau dapat
sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air pada pola tanam yang
menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama ataupun
penyakit dan menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok dalam hal tempat,
air, dan hara pada pola pertanaman tumpang sari.
4. Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman
yang sudah tidak terpakai. Misalnya, jerami kering, bonggol jeramis, rumput
tebasan, tongkol jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk
penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan
pada permukaan tanah disekitar tanaman ( mulsa ). Cara penggunaan pupuk
seresah pun cukup praktis, hanya dengan menjadi penutup permukaan tanah
disekitar tanaman dengan berfungsi sebagai penjaga kelembapan tanah,
penghemat air, pencegah erosi, dan penjaga tekstur tanah agar tetap subur dan
gembur.
Peranan pupuk ini diantaranya :
1. Dapat menjaga kelembapan tanah, mengurangi penguapan, penghematan
perairan.
2. Mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut
dan terbawa air.
3. Menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan.
4. Menjaga terkstur tanah tetap remah.
5. Menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan.
6. Memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu
menyuburkan tanah dan sumber humus.
5. Pupuk Cair
Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dan berbentuk cair, seperti pupuk
anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena
unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu
banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat
berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu
dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai
pupuk cair.
Pupuk organik cair bias juga dikatakan PPC (Pupuk Pelengkap Cair) biasanya
dilakukan sebagai pupuk pelengkap dengan cara menyemprotkan pupuk cair
kedaun atau disiram pada permukaan tanah dekat tanaman. Pupuk ini bisa terbuat
dari air kencing ternak atau dari permentasi bahan-bahan organik seperti buah-
buahan busuk dan bahan pupuk organik lainnya.
Pada proses pembuatan puuk organik cair terdapat dua teknik yang bisa
diterapkan, pertama lewat fermentasi bahan-bahan organik dalam kondisi anaerob
(tanpa udara). Tentu saja teknik ini membutuhkan organisme hidup sehingga
larutan pupuk organik cair tersebut sama sekali tidak tampak butiran-butiran
(padatan terdispersi) sehingga hasilnya akan lebih stabil tanpa endapan material.
Berbeda pula dengan teknik kedua, yaitu dengan melarutkan pupuk menjadi
setengah cair. Sebagai contoh, kamu dapat menggunakan bahan baku pupuk hijau,
pupuk kandang atau pupuk kompos yang kemudian dicampur menjadi satu. Tetapi
teknik kedua ini dinilai kurang stabil dan mudah sekali mengendap. Oleh
karenanya tidak bias disimpan terlalu lama dan harus segera digunakan dengan
cara menyiram ke area permukaan tanah.
6. Pupuk Hayati
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok
fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam
tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pupuk hayati merupakan pupuk
yang terdiri dari organisme hidup yang memiliki kemampuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan nutrisi penting bagi tanaman.
Dalam peraturan menteri pertanian, pupuk hayati tidak digolongkan sebagai
pupuk organik melainkan sebagai pembenah tanah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 2 tahun 2006, menggolongkan
pupuk hayati kedalam pembenah tanah, bukan pupuk organik. Pembenah tanah
itu sendir, bisa organik maupun anorganik. Pupuk hayati termasuk dalam
pembenah tanah organik. Dalam peraturan tersebut pupuk organik didefiniskan
sebagai sekumpulan material organik yang terdiri dari zat hara (nutrisi) bagi
tanaman, di dalamnya bisa mengandung organisme hidup ataupun tidak.
Sedangkan pupuk hayati merupakan sekumpulan organisme hidup yang
aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan tanah.
Di pasaran, biasanya pupuk hayati dijual lebih tinggi dari pupuk organik
biasanya. Bahkan jenis pupuk yang berupa biang atau disebut juga agen hayati
dijual dengan harga yang sangat mahal. Karena pupuk tersebut diperuntukkan
sebagai biang, sehingga petani bisa memperbanyak sendiri. Pupuk hayati bisa
diaplikasikan pada tanah, daun, akar, batang, bunga, atau benih. Pupuk ini
biasanya efektif diaplikasikan pada tanah yang memiliki kandungan organik
tinggi. Mikroorganisme yang terdapat didalamnya membutuhkan kondisi yang
baik untuk tumbuh dan berkembang.
9. Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk
(mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga
tanah), kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari daun
ataupun ranting pohin yang berjatuhan, limbah pertanian dan perternakan, industri
makanan, agroindustri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu,
endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan.
Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi
pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam
pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat
meningkatkan kapasitas kandungan air tanah., membantu dalam menahan pupuk
anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikkan aerasi tanah, dan
menaikkan fotokimia dekomposisi peptisida atau senyawa-senyawa organik
toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu
akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan
penggunaan kompos.