Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi baru lahir normal adalag bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usai kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan. Saat ini angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia adalah tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Menurut Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKB di
Indonesia 34 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2009).
Bila dirincikan 257.000 bayi meninggal dunia pertahun atau 430 bayi
meninggal per hari. Dalam milleneum Development’s goals (MDGs),
Indonesia menagerkan pada tahun 2015 AKB menjadi menurun 17 per 1000
kelahiran.
Untuk mencapai hal tersebut tentunya memerluykan berbagai upaya, salah
satunya adalah dengan melakukan Asuhan Kebidanan pada Neonatus aterm
secara Komprehensif dan sesuai. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah
perawatan bayi baru lahir normal yaitu pemantauan tanda bahaya, perawatan
tali pusat, IMD, Pencegahan Hipotermi, Pemberian Vitamin K1, Pemeriksaan
tali pusat, pencatatan dan pelaporan. Setelah dilakukan asuhan diharapkan
bahwa bayi dalam keadaan sehat dan tidak terjadi suatu komplikasi apapun.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktek Klinik Kebidanan I, Mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada Neonatus Aterm secara
Komperehensif baik pada klien dan keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada kasus BBL aterm
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subjektif dan objektif pada kasus BBL Aterm
3. Menentukan masalah potensial yang mungkin muncul
4. Menentukan kebutuhan segera
5. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan
6. Melaksanakan perencanaan yang telah dilakukan
7. Melaksanakan evaluasi mengaju pada tujuan dan kriteria hasil
1.3 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang
diteliti, metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat
digunakan instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa
atau cheklist.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-
hal yang telah di teliti.
c. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada
klien secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
untuk mendapatkan data yang objektif
d. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-
buku serta makalah
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi BBL Normal
2.1.2 Ciri-ciri BBL Normal
2.1.3 Penampilan Bayi Baru Lahir
2.1.4 Perubahan Adaptasi Fisiologi pada BBL Normal
2.1.5 Penilaian BBL Normal
2.1.6 Tahapan BBL Normal
2.1.7 Pengkajian BBL Normal
2.1.8 Penanganan BBL Normal
2.1.9 Tanda-tanda kegawatdaruratan BBL Normal
2.1.10 Perencanaan dan Penatalaksanaan
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Pada BBL Normal
2.3 BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TOERI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi BBL Normal
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin.

(Vivian Nanny Lia Dewi, 2013: 1)

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0-28 hari.

(Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010: 15)

Bayi Baru Lahir (BBL) Normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
4000 gram.

(Wahyuni, 2011:1)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan.

(Ai Yeyeh, Lia Yulianti, 2012: 2)

Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin
ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup
dengan baik.
(Marmi, 2015: 1)
Yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.
(Rukiyah, 2012 :2 )
2.1.2 Ciri-ciri BBL Normal

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu


b. Berat badan 2500-4000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h. Pernafasan kurang lebih 40-60x/menit
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yag
cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
k. Kuku agak panjang dan lemas
l. Nilai APGAR > 7
m. Gerak aktif
n. Bayi lahir langsung menangis kuat
o. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik
r. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik
s. Genetalia
Pada laki-laki kematangan ditandai deengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang
Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora
t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya meconium dalam
24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan

(Vivian Nanny Lia Dewi, 2013: 2)

2.1.3 Penampilan Pada Bayi Baru Lahir


1. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi
rangsangan terhadap reaksi terhadap reaksi terhadap rayuan,
rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau suara
mainan
2. Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan yang
simetris pada waktu bangun
3. Simetris:
a. kepala: apakah terlihat simetris
b. muka dan wajah: bayi tampak ekspresi
c. mata: perhatikan kesimetrisan antara mata kanan dan kiri,
perhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa bercak
merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu
d. mulut: penampilan simetris, tidak mencucu seperti mulut ikan
dan tidak kebiruan
e. leher, dada dan abdomen: lihat cedera akibat persalinan,
perhatikan adanya kelainan pada pernapasan
f. punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung
dengan lekukan kurang sempurna
g. kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna
kemerahan
h. kelancaran menghisap dan pencernaan: perhatikan tinja dan
kemih 24 jam pertama
(Rukiyah, 2012: 3-4)

2.1.4 Perubahan Fisiologis pada BBL


Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses
adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan
ekstrauteri. Faktor yang mempengaruhi adaptasi BBL :

1. Pengalaman Antepartum ibu dan BBL


2. Pengalaman Intrapartum ibu dan BBL
3. Kapasitas Fisiologis BBL untuk melakukan transisi ke kehidupan
ekstrauterin.

(Marmi, 2015: 11-13)


Adasptasi yang dialami oleh BBL

a. Sistem Pernapasan
Perubahan sistem ini diawali dari perkembangan orgam paru itu
sendiri yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat
menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan. Berikut
ini tabel mengenai perkembangan sistem pulmonal sesuai dengan
usia kehamilan.

Usia Kehamilan Perkembangan


24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdeferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2013: 12)

Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal


berikut :

1. Keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik


(lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula
oblongata di otak.
2. Tekanan rongga dada karena kompresi paru selama persalinan,
sehingga merangsang maseknya udara ke dalam paru, kemadian
timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem
pernapasan itu sendiri dengan sistem kardiovaskular dan susunan
saraf pusat.
3. Adanya surfaktan dan upaya respirasi dalam bernapas dapat
berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta
mengembangakan jaringan elveolus paru agar dapat berfungsi.
Surfaktan tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru
dan membantu menstabilkan dinding alveolus untuk mencegah
kolaps.
4. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
menit pertama sesudah lahir. Cara neonatus bernapas dengan
cara bernapas diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk
frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur.

(Vivian, 2011 : 13)


b. Sistem Peredaran Darah
Setelah bayi lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke
seluruh jaringan tubuh, hal ini akan menyebabkan penutupan
foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus
antara arteri paru dan aorta. Perubahan lain adalah menutupnya vena
umbilikus, duktus venoses dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat
diklem.
c. Sistem Pengaturan Tubuh
BBL belum dapat mengatur suhu tubuhnya. BBL cenderung
mengalami stres fisik akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi
suhu didalam uterus rentang minimal-maksimalnya hanya 0,6 oC
dan sangat berbeda denagn kondisi di luar uterus. 3 faktor yang
berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi :
1. Luasnya permukaan tubuh bayi
2. Pusat pengaturan suhu bayi yang belum berfunsi secara
sempurna
3. Tubuh bayi terlalu kevil untuk memproduksi dan
menyimpan panas

Pada lingkungan yang dingin pembentukan suhu tanpa


mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat yang terdapat di selurh tubuh dan mereka
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar
lemak coklat, bayi harus menggunakan glukosa untuk mendapat
energy yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
yang diproduksi ulang oleh BBL. Cadangan lemak coklat ini akan
habis dalam waktu singkat dengan adanya stres dingin. Semakin
lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat. Jika
seorang bayi kedinginan dia akan mengalami hipoglikemia,
hipoksia, asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBL. Suhu tubuh normal
pada neonatus adalah 36,5-37,5.
(Marmi,2015 : 25)

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :

a. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan


pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini
merupakan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan
atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi adalah kehilangan pans tubuh melalui kontak
langsung atara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-
benda tersebut.
c. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan
atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas.Kehilangan panas juga akan
terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan
udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas
dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).

(Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak


Kementerian Kesehatan RI, 2012: 7)

d. Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka kadar gluksoa akan
dipertahankan oleh bayi sendiri serta mengalami penurunan dalam
waktu cepat 1-2 jam. Untuk memperbaiki keadaan tersebut, maka
diberikablah ASI, penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis),
dan pembuatan glukosa dari sumber lain khusunya lemak
(glukoneogenesis). Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa
sebagai glikogen dalam hati.
e. Sistem Gastrointestinal
Proses mengisap dan menelan sebelum lahir sudah dimulai.
Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi labir.
Kemampuan menelan dan mencerna makanan masih terbatas, karena
hubungan esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
sehingga dapat menyebabkan gumoh dan kapasitas lambung hanya
sekitar 30cc.
f. Sistem Kekebalan Tubuh
Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami
proses penyesuaian dengan perlindungan oleh kulit membran
mukosa, fungsi saluran napas, pembentukan koloni mikroba oleh
kulit dan usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel
darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian
kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan
perkembangan usia.
(A.aziz Alimul Hidayat, 2011:64-65)

2.1.5 Penilaian BBL

a. Pemeriksaan fisik segera. Pada menit pertama lakukan penillaian


terhadap usaha bernafas, denyut jantung, warna kulit. Pada lima
menit kedua lakukan dengan menggunakan skala APGAR.
(Saminem, 2010: 68)
Penilaian APGAR
TANDA NILAI: 0 NILAI: 1 NILAI: 2
Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse (Denyut
Tidak ada < 100 > 100
Jantung)
Grimace (Tonus Ekstremitas
Tidak ada Gerakan aktif
Otot) sedikit fleksi
Activity Langsung
Tidak ada Sedikit gerak
(Aktivitas) menangis
Respiration Lemah/tidak Menangis
Tidak ada
(Pernapasan) teratur
Interpretasi:

1) Nilai 1-3 asfiksia berat


2) Nilai 4-6 asfiksia sedang
3) Nilai 7-10 asfiksia ringan (nornal)
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2013: 2-3)
b. Pemeriksaan lanjutan. Lakukan penilaian secara sistematis (dari
kepala sampai ujung kaki) untuk menilai adanya kelainan atau
cacat bawaan
(Saminem, 2010: 68)
Selama pemeriksaan fisik bayi baru lahir, bidan menggunakan
empat dasar pemeriksaan fisik:
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Auskultasi
4) Perkusi

2.1.6 Tahapan BBL

1. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama


kelahiran. Pad tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik
dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2. Tahap II disebut tahap transional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
3. Tahap III disebut tahap periodic, pengkajian dilakukan setelah 24
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2013: 3)

2.17 Aspek yang Dikaji Pada BBL

a. Menilai keadaan umum bayi


b. Tanda-tanda vital yang meliputi nadi, pernapasan dan suhu
c. Periksa bagian kepala bayi
d. Lakukan pemeriksaan telinga karena akan dapat memberikan
gambaran letak telinga dengan mata dan kepala serta diperiksa
adanya kelainan lainnya
e. Periksa mata akan adanya tanda-tanda infeksi
f. Periksa hidung dan mulut, langit-langit, bibir dan refleks hisap
serta rooting
g. Periksa leher bayi, perhatikan apakah ada benjolan atau
pembesaran dan pergerakannya
h. Periksa dada, perhatikan bentuk dada dan puting susu bayi
i. Periksa bahu, lengan dan tangan. Perhatikan pergerakan dan
kelengkapan jari bayi
j. Periksa bagian perut, perhatikan bagaimana bentuk perut apakah
ada penonjolan disekitar tali pusat, perdarahan tali pusat, perut
teraba lunak (pada saat bayi menangis) dan benjolan
k. Periksa alat kelamin
l. Periksa tungkai dan kaki
m. Periksa kulit
n. Lakukan penimbangan berat badan

2.1.8 Penanganan BBL

a. Perawatan Neonatal Essensial Pada Saat Lahir


1. Kewaspadaan Umum (Universal Precaution)
2. Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4
pertanyaan.
Sebelum Bayi Lahir :
a. Apakah kehamilan cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain
bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu,
segera lakukan penilaian berikut :
a. Apakah bayi meanangis atau bernapas atau tidak megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif?
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a. Ruangan bersalin yang hangat
Suhu ruangan minimal 25oC. Tutup semua pintu dan jendela
b. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera
ganati handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
c. Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu
ke kulit bayi. Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurang di dada atau diperut ibu. Luruskan dan usahakan ke
dua abhu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit
lebih rendah dari puting payudara ibu.
d. Inisiasi menyusu dini
e. Gunakan pakaiaan yang sesuai untuk mencegah kehilangan
panas.
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan
pasang topi dikepala bayi, bagian kepala bayi memiliki
permukaan yang relatif luas dan bayi akan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
f. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit
bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau
selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak
kurang dari 6 jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir
dapat menyebabkan hipotermia yang angat membahayakan
kesehatan BBL.
g. Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya
BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini
adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
h. Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus
dilingkungan dalam lingkungan yang hangat, transpoertasi
hangat. Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat
selama dalam perjalanan. Pelatihan untuk petugas kesehatan
dan konseling untuk keluarga. Meningkatkan pengetahuan
petugas kesehatan dan keluarga tentang hidup hipotermia
meliputi tanda-tanda bahaya.
4. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat
a. Klem, potong dan ikat tali pusat 2 menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat
dipotong
b. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3
cm dari dinding perut (pangkal pusat bayi). Dari titik jepitan,
tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat Dilakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak
2 cm dari tempat jepitan ke satu arah ibu.
c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut
dengan menggunakan gunting DTT atau steril
d. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatkannya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke
dalam larutan klorin 0,5%
f. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisiasi
menyusu dini
Nasihat untuk merawat tali pusat :
1.) Cuci tangan sebelum dan sessudah melakukan perawatan tali
pusat
2.) Jangan membungkus putung tali pusat atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat. Nasihatkan hal
ini juga kepada ibu dan keluarganya.
3.) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih
diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah dan
lembab.
4.) Berikan nasihat kepada ibu dan keluarga sebelum
meninggalkan bayi:
- Lipat popok
- Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai
tali pusat mengering dan terlepas sendiri
- Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air
DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama
dengan menggunakan kain bersih
- Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada
kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika
terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya
ke fasilitas kesehatan.
5. Inisiasi Menyusu Dini
6. Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum
sempurna, makan semua, bayi akan berisoko untuk mengalami
perdarahan. Untuk mencegahnya, pada semua bayi diberikan
suntikan vitamin K1 sebanyak 1 mg dosis tunggal,
intramuscular pada anterolateral paha kiri.
7. Pencegah Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan
segera setelah proses IMD dan bayi seesai menyusu, sebaiknya
1 jam setelah lahi. Pencegahan infeksi mata dianjurkan
menggunakan mata dianjurkan menggunakan salep mata
antibiotik tetrasiklin 1%.
8. Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (Hb 0) diberikan 1-2 jam
setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi
ini bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap
bayi terutama jalur penularan ibu-bayi.
9. Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera
mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan
pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi,
sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang pengenal
berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis
kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap
telapak kaki bayi pada rekam medir kelahiran.
10. Perawatan Beonatal Essensial Setelah Lahir
1. Menjaga bayi tetap hangat
2. Pemeriksaan setelah Lahir
(Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementrian Kesehatan RI, 2012: xx)

2.1.9 Tanda Kegawatdaruratan BBL

a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua


b. Kejang
c. Bergerak hanya jika dirangsang
d. Napas cepat (≥ 60 kali/menit)
e. Napas Lambat (< 30 kali/menit)
f. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
g. Merintih
h. Teraba demam (suhu aksila > 37,5 oC)
i. Terba dingin (suhu aksila < 36,5 oC)
j. Nanah yang banyak di mata
k. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
l. Diare
m. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
n. Perdarahan
(Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kementrian Kesehatan RI, 2012: 22)
2.1.10 Perencanaan dan Penatalaksanaan
Perencanaan dan penatalaksanaan asuhan pada bayi baru lahir,
meliputi :
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
2. Membebaskan jalan napas dan menggunakan sarung tangan steril
saat melakukan asuhan
3. Mempertahankan bayi tetap hangat
4. Melakukan penilaian APGAR pada menit ke 1 dan menit ke 5
5. Memberikan vit K1 per oral 1 mg/hari selama tiga hari (sesuai
dengan SOP)
6. Memberikan obat tetes mata pada satu jam pertama setelah
persalinan
7. Menunjukkan bayi kepada ibu dan anggota keluarga yang lain
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kontak dini dengan bayinya
9. Memperhatikan eliminasi urine dan mekonium dalam 24 jam
pertama, bila tidak ada lakukan tindakan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak
10. Mengupayakan agar bayi selalu mendapatkan ASI/kolostrum
bukan susu formula
11. Memantau kondisi bayi meliputi tanda-tanda vital dan masalah
kesehatan lainnya
12. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik kering tanpa
pemberian alkohol, providon iodine 10% ataupun balutan kasa.
13. Menyertakan identitas, tanggal kelahiran, jenis kelamin, semua
hasil pemeriksaan fisik ketika bayi akan dipulangkan
14. Merencanakan kunjungan ulang
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah-
langkahnya :
1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji
pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian
 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara
komperhensif untuk mengkaji pasien

Riwayat

Pemeriksaan Fisik

Pengumpulan Data

Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan Penunjang

Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk megkaji


pasien. Data dasar tersebut termasuk pemeriksaan fisik segera
(pada menit pertama melakukan penilaian terhadap usaha
bernapas, denyut jantung, dengan skala skore APGAR),
melakukan pemeriksaan lanjutan secara sistematis dari kepala
sampai ujung kaki dan memberikan identitas kepada bayi sebagai
tanda pengenal.
A. DATA SUBYEKTIF
- Identitas
Apabila bayi yang lahirdisuatu tempat bersalin
lebih dari 1 harus diberi identitas. Dengan menggunakan
alat yang kebal terhadap air. Idsentitas yang harus
diberikan adalah nama (Bayi Nyonya), tanggal lahir,
nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
- Riwayat Kehamilan
Kehamilan yang dikatakan fisioogi dan harus tetap
waspada karena kehamilan berisiko jatuh pada keadaan
yang membahayakan padaibu dan janin.
B. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan Umum Bayi
TTV:
 Frekuensi denyut jantung sekitar 120-160x/menit
 Pernafasan kurang lebih 40-60x/
 Pengukuran suhu tubuh melalui ketiak suhu
normalnya 36,5-37,5oC
2) Pemeriksaan Fisik Bayi
- Kepala
Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian saat proses kelahiran yang akan hilang
48 jam.Ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol
dapat sedikit menonjol saat bayi tersebut menangis.
Mengukur ukuran kepala untuk mengetahui ukuran
frontal oksipitalis pada kepala bayi
- Mata
Tidak ada sekret/kotoran, periksa adanya tanda
infeksi
- Telinga
Pemeriksaan telinga dilakukan untuk mendapatkan
gambaran letak telinga dengan matadan kepala dan
mengetahui kelainan yang lainnya
- Hidung
Mengetahui kelainan kongenital seperti
labiopalatoskisis
- Leher
Pemeriksa adanya benjolan atau pembesaran
- Dada
Lakukan pemeriksaan dada dengan inspeksi bentuk
dada dan puting susu bayi
- Ekstremitas
Lakukan pemeriksaan ektremitas atas dan bawah
untuk melihat kelengkapan dan gerakan.
- Abdomen
Perhatikan bentuk abdomen, penonjolan disekitar
tali pusat, perdarahan tali pusat, perut teraba lunak
dan benjolan
- Genetalia
Laki-laki : testis sudah berada pada skrotum dan
penis berlubang
Perempuan : vagina dan uretra berlubang dan
terdapat labia mayora dan minora
- Punggung dan anus
Periksa pembengkakan atau cekungan dan juga anus
- Kulit
Inspeksi adanya verniks pembengkakan dan bercak
hitam
- Antropometri :
Berat badan bayi :2500-4000 gram
Panjang badan : 48-52 cm
Lingkar dada :30-38 cm
Lingkar kepala : 33-35 cm
Lingkar lengan :11-12 cm

- Refleks
 Reflek Rooting :mencari puting susu dengan
rangsangan tartil pada pipi dan daerah mulut
sudah terbentuk dengan baik
 Reflek sucking :reflek mengisap dan menelan
sudah baik
 Reflek morro reflek :gerakan memeluk ketika
bayi dikagetkan sudah terbentuk dengan baik
 Reflek grasping : reflek untuk menggenggam
sudah bisa dilakukan bayi

 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi


data menentukan diagnosa
Pengembangan data dasar, interpretasi data, menentukan
diagnosa. Ada beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi atau
ditetapkan sebagai diagnosa, tetapi perlu dipertimbangkan untuk
pengembangan rencana pelayanan komprehensif. Masalah-
masalah berhubungan dengan pengalaman nyata yang ditetapkan
sebagai diagnosa dan sering identifikasi bidan tertuju pada
pengalaman-pengalaman tersebut misalnya

Menginterpetasikan Data

Diagnosa Masalah

Dalam lingkup praktik kebidanan

Diagnosa:
Neonatus normal lahir cukup bulan hari ke........
DS: Ibu mengatakan melahirkan bayinya ...
DO: hasil pemeriksaan yang didapatkan oleh petugas

Masalah : Mungkin bayi baru lahir dengan hipotermi. Hipotermi


sesuai dengan standar diagnosa, dan menjadi masalah yang perlu
dikaji lebih lanjut untuk menentukan rencana untuk mengatasi
hipotermi.

 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi Masalah-masalah


potensial atau diagnosa lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain.
Tahapan ini penting untuk mengantisipasi masalah, pencegahan
bila memungkinkan guna keamanan pelayanan, contoh : Apabila
ada bayi dengan hipotermi, bidan harus menganalisa
kemungkinan alasan terjadinya hipotermi seperti prematuritas,
asfiksia, suhu lingkungan yang dingin dan pengeringan yang tidak
adekuat.
Kemudian menentukan tindakan pencegahan dan persiapan
kemungkinan segera terjadinya gangguan sistem saraf pusat
seperti koma dan menurunnya refleks mata, penurunan tekanan
darah, penurunan kemampuan suplay oksigen.
Pencegahan sederhana dapat dilaksanakan dengan menjaga
jalan napas harus tetap terjaga agar ketersediaan oksigen yang
cukup, penstabilan suhu tubuh dengan selimut hangat, atau
ditempatkan pada ruangan yang hangat.
Antisipasi Masalah Potensial

Antisipasi Masalah Potensial

 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi


segera

Data Pasien Diagnosa Masalah

Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial

Tindakan Segera Tindakan konsultasi Tindakan kolaborasi

Gambaran proses manajemen berlanjut tidak hanya selama


kunjungan prenatal tetapi tetap berlangsung sampai lahir.
Pengkajian untuk mendapatkan data baru dan pemantauan
kegiatan harus tetap dilakukan. Sementara pada suatu ketika
dalam situasi emergensi yang memerlukan bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan kehidupan ibu dan bayi.
Untuk terjadinya Komplikasi yang memerlukan manajemen
konsulatasi dengan anggota tim kesehatan lain. Bidan
mengevaluasi setiap situasi untuk menetukan manajemen
pelayanan pasien yang lebih tepat/ cocok bersama dengan anggota
tim kesehatan.
 Langkah ke V (lima): Perencanaan
Rencana pelayanan komprehensif ditentukan berdasarkan
tahapan terdahulu (langkah pertama, kedua, ketiga, dan keempat)
untuk mengantisipasi masalah serta diagnosa. Selain itu perlu
untuk mendapatkan data yang belum diperoleh atau tambahan
informasi data dasar..
Rencana pelayanan harus disepakati bersama antara bidan
dan ibu sehingga pelayanan menjadi efektif sesuai harapan ibu
untyuk anaknya, untuk menentukan rencana implementasi dapat
dilakukan atau tidak semua keputusan dirumuskan dalam
mengembangkan pelayanan secara komprehensif, harus
direfleksikan kegunaannya dengan cara yang benar, rasional dan
tepat. Bila dasar tidak lengkap, atau mempengaruhi tujuan
pelayanan pada pasien sehingga tidak komplit dan tidak aman.

Rencana Asuhan

Penyuluhan Perujukan Klien Konseling

 Langkah ke VI (keenam): Implementasi


Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan.
Rencana yang telah dirumuskan mungkin semuanya dapat
dilaksanakan oleh bidan secara mandiri atau sebagian
dilaksanakan oleh ibu atau tim kesehatan lainnya. Dengan model
ini bidan berkolaborasi dengan dokter atau profesi lain untuk
manajemen asuhan pasien dengan komplikasi. Bidan harus
bertanggung jawab dalam implementasi yang efisien, hal ini akan
mengurangi waktu, biaya dan memberikan kualitas pelayanan
yang baik.

Penatalaksanaan Asuhan
Tanggung jawab Bidan
1. Oleh bidan
2. Kolaborasi dengan dokter
3. Oleh tenaga kesehatan Asuhan menjadi efisien
lain

 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi.


Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil
implementasi asuhan yang telah dilaksanakan dalam periode
untuk menilai keberhasilannya apakah benar-benar memenuhi
kebutuhan untuk dibantu.
Tujuan dari evaluasi atau penilaian adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan implementasi asuhan berdasarkan analisa.

Penatalaksanaan Asuhan
Tanggung jawab Bidan
4. Oleh bidan
5. Kolaborasi dengan dokter
6. Oleh tenaga kesehatan Asuhan menjadi efisien
lain

2.2.2 Pendokumentasia secara SOAP


Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan
SOAP terdiri dari empat langkah yaitu;
 S : Data Subjektif
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
berhubungan dengan diagnosa.
Pada bayi baru lahir informasi dapat diperoleh dari
pengamatan bidan atau petugas kesehatan. Dapat juga dilihat dari
catatan pemeriksaan sebelumnya,
 O : Data Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi
yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar
X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga
atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang
dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti
dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Contoh : hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium : bayi
baru lahir dengan nilai APGAR >7, Berat badan 3100 gram, suhu
37oC, kepala simestris, tidak ada retraksi dada dan jari-jari tangan
maupun kaki lengkap.
 A : Analisa/Assessment
Dalam SOAP notes untuk tahap assessment mencakup 3
langkah manejemen kebidanan, yaitu: interpretasi data dasar,
identifikasi diagnosa/masalah potensial, dan identifikasi dan
menetapkan kebutuhan tindakan/penanganan segera.
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data
atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian
adalah sesuatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah
sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan
menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat
diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Pada tahap ini identifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah 3 ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak
terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang
bersifat antisipasi yang rasional/logis. Mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
 P : Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari
perencanaan,tindakan dan evaluasi berdasarkan assesment.
2.2.3 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara
SOAP

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Kebidanan

7 Langkah Varney 5 Langkah


SOAP NOTES
(Competensi Bidan)
Data Data Subjektif dan Objektif
Masalah/Diagnosa
Antisipasi Masalah
Assesment/Diagnosa Assasment/Diagnosa
potensial/diagnosa
lain
Menetapkan Penatalaksanaan :
Kebutuhan segera - Konsul
untuk konsultasi, Perencanaan - Tes Diagnostik/lab
kolaborasi - Rujukan
Perencanaan - Pendidikan/konseling
Implementasi Implementasi - Follow Up
Evaluasi Evaluasi
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan 37
minggu sampai dengan usia 42 minggu, dengan beratbadan 2500-4000 gram.
Nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan. Perubahan fisiologis pada Bayi
Baru Lahir antara lain adalah perubahan pada sistem pernapasa, peredaran
darah, pengaturan suhu tubuh, metabolisme glukosa,dll. Selain itu
penanganan BBL meliputi penilaian awal, pencegahan kehilangan panas,
pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini, pencegahan
perdarahan, pencegahan infeksi mata, pemberian imunisasi, pemberian
indentitas, anamnesis dan pemeriksaan fisik.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Mahasiswa


Hendaknya mampu menetapkan pengetahuan yang diterima dibangku
kuliah dengan kasus yang ditemui dilapangan sehingga dapat memberikan
asuhan yang menyeluruh kepada klien
5.2.2 Bagi Lahan Praktek
Hendaknya lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kepada
klien agar terpenuhi pelayanan yang sesuai kebutuhan klien dan terjadi
peningkatan cakupan pelayanan.
5.2.3 Bagi Institusi
Hendaknya lebih memberikan arahan dan bimbingan pada peserta didik
dalam melaksanakan praktek di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia, 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul,2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Yeyeh, Ai, Lia Yulianti. 2012. Asuhan Neonatus,Bayi dan Balita. Jakarta: TIM

Marmi,2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta.


Jakarta: Pustaka Belajar

Wahyuni,Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.Jakarta: EGC

PPDAI,2010. Pedoman Pelayanan Medis, IDAI. Jakarta:PPDAI

Anda mungkin juga menyukai