Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI ILMU POLITIK

OLEH:
TABITA LOREANSA HURA 190902024
MONICA MUTIARA 190902026
ELDA FEBRIANA 190902028
SHIFA BILBI 190902030
FATHIYYAH NURUL IZZAH 190902032
MAYSARAH 190902034
ARUM SEPTYANINGRUM 190902036
MUHAMMAD FADHLAN AMRI 190902038
VELLIN SYAHYA JINGGA 190902040
EGIDIA PUTRI 190902042
HERI KESUMA 190902044

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini dengan Judul : “TEORI ILMU
POLITIK”.

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Medan, 19 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………i
Daftar isi…………………………………………………………………………………….ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………………………….1
B. Permasalahan …………………………………………………………………..1
C. Tujuan ………………………………………………………………………….1
D. Manfaat…………………………………………………………………………2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Teori…………………………………………………………….….2
B. Fungsi Teori……………………………………………………………………3
C. Bentuk atau macam-macam teori………………………………………………4
D. Teori Ilmu Politik………………………………………………………………4
1. Teori Perubahan Kontinuitas………………………………………………5
2. Teori Empiris Versus Teori Normatif……………………………………..6
3. Teori Elite Politik………………………………………………………….8
4. Teori Kekuasaan…………………………………………………………..11
5. Teori Komunikasi…………………………………………………………12
6. Teori Permainan…………………………………………………………..13
BAB III Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………………15
B. Saran…………………………………………………………………………..15
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………..16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori politik memiliki dua makna: makna pertama menunjuk teori sebagai pemikiran
spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang ideal, makna kedua
menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk hidup
dalam kebersamaan. Contoh teori politik yang merupakan pemikiran spekulatif adalah
teori politik Marxis-Leninis atau komunisme, contoh lain adalah teori politik yang
berdasar pada pemikiran Adam Smith kapitalisme. Pemikiran Tan Malaka dalam
tulisannya Madilog , merupakan contoh teori politik Indonesia. Nasakom yang diajukan
Soekarno merupakan contoh lain.
Semua phenomena politik ditafsirkan dalam rangka tujuan dan pedoman dan patokan
ini. Teori-teori semacam ini mencoba mengatur hubungan-hubungan antara anggota
masyarakat sedemikian rupa sehingga di satu pihak memberi kepuasan perorangan, dan di
pihak lain dapat membimbingnya menuju ke suatu struktur masyarakat politik yang stabil
dan dinamis. Untuk keperluan itu teori-teori politik semacam ini memperjuangkan suatu
kode etik atau tata cara yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan politik. Fungsi
utama dari teori-teori politik ini ialah mendidik warga masyarakat mengenai norma-
norma dan nilai-nilai itu.

B. Permasalahan
1. Apa pengertian teori?
2. Apa fungsi teori?
3. Bagaimana bentuk atau macam-macam teori?
4. Apa saja teori ilmu politik?

C. Tujuan
1. Membahas tentang teori.
2. Membahas fungsi teori
3. Membahas bentuk atau macam-macam teori?
4. Membahas teori-teori ilmu politik

1
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian teori.
2. Mengetahui fungsi teori
3. Mengetahui bentuk atau macam-macam teori.
4. Mengetahui teori-teori Ilmu Politik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori
Teori berasal dari bahasa latin yaitu “Theoria” yang merupakan kata benda yang
secara harfiah mempunyai arti perenungan, spekuilasi atau visi.
Miriam Budiarjo dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik
menuliskan, teori adalah generalisasi abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam hal ini
beliau mengungkapkan bahwa generalisasi adalah proses melalui mana suatu observasi
mengenai satu fenomena tertentu menjadi suatu observasi mengenai lebih dari satu
fenomena. Dimana generalisasi melihat hubungan-hubungan sebab akibat (kausal) antara
beberapa fenomena atau pada cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan.
Jonathan H. Turner merumuskan teori sebagai “a process of developing ideas that
can allow the scientists to explain why event should acccur” (Sebuah proses
pengembangan ide yang dapat memungkinkan para ilmuwan untuk menjelaskan mengapa
acara harus terjadi).
Komblum merumuskan teori sebagai “a set of interrelated concepts that seeks to
explain the causes of an observable phenomenon” (Seperangkat konsep yang saling
terkait yang berupaya menjelaskan penyebab fenomena yang dapat diamati).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Teori adalah pendapat yang didasarkan
pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi.
Dari keempat definisi diatas, terdapat beberapa kata kunci yang dapat kita ambil,
yaitu: “Penelitian” dan “fenomena”. Sehingga dapat disimpulkan teori adalah sebuah
konsep yang menjelaskan bagaimana terjadinya fenomena melalui suatu usaha penelitian.

B. Fungsi Teori
Stephen Little John dalambuku Theories On Human Communication (1995)
menguraikan fungsi teori.
1. Teori mengorganisir/meringkaskan pengetahuan, sehingga kita tidak perlu
memulai semua dari awal, kita bisa memulai penyelidikan dari pengetahuan-
pengetahuan yang terlah teroganisir dari generalisasi para ilmuan sebelum kita.

3
2. Teori memusatkan perhatian kita pada variable-variabel dan hubungan-hubungan
dan bukannya yang lain. Ia seperti peta yang menunjukkan kitawilayah atau
bidang observasi.
3. Teori mengklarifikasi apa yang diobservasi. Klarifikasi itu tidak saja membantu
pengamat memahami hubungan-hubungan tetapi juga memaknai peristiwa-
peristiwa spesifik. Teorikomunikasi, sejatinya, menyediakan panduan untuk
memaknai, menjelaskan, dan memahami kerumitan hubungan manusiawi.
4. Teori menawarkan bantuan observasi. Ini masih ada hubungan dengan fungsi
focus, tetapi bukan hanya menekankan apa yang diselidiki tetapi juga bagaimana
cara menyelidiki. Ini terutama pada teori-teori yang menyediakan defenisi
operasional, dengan mana ahli teori memberikan kemungkinan indikator-indikator
dari konsep-konsep spesifik. Dengan demikian, dengan mengikuti petunjuk itu,
kita dipimpin menyelidiki rincian-rincian yang telah dielaborasi oleh teori.
5. Teori berfungsi memprediksi. Fungsi prediksi inilah yang menurut Little John dan
banyak lainnya, sebagai fungsi yang paling banyak dipedebatkan sebagai tema
tujuan penyelidikan ilmiah. Banyak teori memberi jalan bagi para teoritisi
membuat pridiksi hasil dan efekdalam data. Kemampuan prediksi teori ini, sangat
penting pada wilayah-wilayah aplikasi serperti persuasi, psikoterapi, komunikasi
organisasi, periklanan, public relation, komunikasipemasaran, dan media massa.
Ada beragam teorikomunikasi yang menyediakan kita alat bantu untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuan di bidang komunikasi.
6. Teori berfungsi Heuristik. Ada aksioma umum bahwa teori yang baik
menghasilkan penyelidikan-penyelidikan lanjutan. Spekulasi-spekulasi yang
diajukan kepada teori komunikasi sering kali menyediakan panduan arah mana
riset dilakukan, dan karenanya menjadi alat bantu penyelidikan. Fungsi heuristic
alat bantu penyelidikan sangatlah vital bagi pengembangan ilmu dan dalam arti
tertentu merupakan akibat dari berkembangnya fungsi-fungsi teori lainnya. Fungsi
ini masih terus diperdebatkan juga. Intinya kritik bahwa fungsi ini seringkali
justru dia baikan, dan justru berfokus pada fungsi justifikasi atau pengujian
hypothesis.
7. Teori berfungsi komunikatif. Setiap peneliti dan toritisi ingin dan membutuhkan
publikasi hasil-hasil observasi dan spekulasi mereka untuk pihak-pihak yang
berminat. Teori menyediakan kerangka kerja untuk proses komunikasi ini dengan
menyediakan forum terbuka untuk perdebatan, diskusi dan kritisi. Melalui

4
komunikasi beragam penjelasan-penjelasan mengenai topik studi kita,
perbandingandan pengembangan-pengembangan dimungkinkan.
8. Teoriberfungsi Kontrol. Fungsi ini terkait dengan pertanyaan-pertanyaan
mengenai penilaian efektifitas, dan kelayakan suatu sikap tertentu. Teori demikian
sering dihubungkan dengan teori normative, yang mencari ferforma norma-norma
yang mapan. Tentu saja banyak teori, yang tidak berupaya memenuhi fungsi ini,
tetapi banyak teoritisi yakin bahwa semua teori pada dasarnya berorientasi nilai
dan kontrol, bahkan ketika teoritisinya tidakbermaksud demikain.
9. Teori berfungsi generative. Fungsi ini sangat relevan dengan tradisi interpretative
dan kritis, serta paradigma alternative dalam ilmu social. Singkatnya, berarti
menggunakan teori untuk menantang cara hidup yang sudah ada, dan untuk
memunculkan cara hidup.

C. Bentuk atau Macam-macam Teori


1. Teori ilmiah adalah suatu himpunan pengertian (construct atau concept) yang saling
berkaitan, batasan, serta proposisi yang menyajikan pandangan sistematis tentang
gejala-gejala dengan jalan menetapkan hubungan yang ada di antara variable-variabel,
dan dengan tujuan untuk menjelaskan serta meramalkan gejala-gejala tersebut (Ary, et
al, 2000: 36).
2. Teori pembelajaran adalah teori yang menawarkan bantuan eksplisit bagaimana
membantu orang belajar dan berkembang lebih baik.jenis belajar dan pengembangan
mencakup aspek kognitif, emosional,sosial,fisikal dan spiritual(reigeluhth,1999).
3. JJH Bruggink :” Teori hukum adalah seluruh pernyataan yang saling berkaitan
berkenan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan
hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan “(HR Otje
Salman et.al.”Teori Hukum”, 2002,h.60). Teori ilmu hukum juga bertujuan untuk
menjelaskan kejadian-kejadian dalam bidang hukum dan mencoba untuk memberikan
penilaian.

D. Teori Ilmu Politik


1. Teori Perubahan Kontinuitas
Pengertian perubahan dalam KBBI yaitu berubah, peralihan,pertukaran.
Sedangkan kontinuitas adalah kesinambungan, kelanjutan, kelangsungan,atau
kedaan kontiniu.

5
John plamenatz menunjukan bahwa kedua aktifitas tersebut berbeda dari
waktu kewaktu,dari orang keorang, dan dari Negara ke Negara ,karena sifatnya yang
spekulatif ,karena teori teori spekulatif ini juga memengaruhi tindakan,maka perlu
dipelajari secaras pekulatif ini juga memengaruhi tindakan,maka perlu dipelajari
secara historic waktu dan keadaan pada saat munculnya teori tersebut. Dengan
demikian Durkheim tidak salah ketika mengatakan bahwa filsuf politik sering
berusaha membentuk kembali sejrah dengan caranya sendiri dan memaksakan nilai
nilai pribadi atau kelompok dalam usahanya tersebut.
Teori semacam itu hanya berfungsi untuk membenarkan apa yang diinginkan
oleh filsuf yang bersangkutan ,meskipun kita tak dapat mengatakannya sebagai
halnya atau sekedar selera semata. Selama keingintahuan yang rasional ada keinginan
atau pembenaran dan penjelasan dalam arti motif dan alasan alasan dan bukan hanya
dalam pengertian sebab atau korelasi fungsional atau kemungkinan kemungkinan
statistik’ tulis berlin “ maka teori politik tak akan hilang dari muka bumi, meskipun
banyak saingannya.

2. Teori Empiris versus Teori Normatif

Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari kata empeiria,
artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang
dimaksud ialah pengalaman indrawi. Manusia tahu es dingin karena ia menyentuhnya,
gula manis karena ia mencicipinya.
Seorang empirisis biasanya berpendapat bahwa kita dapat memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman. Sifat yang menonjol dari jawaban ini dapat dilihat
bila kita memperhatikan pertanyaan seperti, “Bagaimana orang mengetahui es
membeku?”, jawaban kita tentu berbunyi, “karena saya melihatnya demikian”, atau
“karena seorang ilmuan melihatnya demikian”. Dengan begitu, dapat dibedakan dua
macam unsur:pertama, unsur yang mengetahui dan kedua, unsur yang diketahui.
Orang yang mengetahui merupakan subyek yang memperoleh pengetahuan dan
dikenal dengan perkataan yang menunjukkan seseorang atau suatu kemampuan.
Unsur ketiga yang dapat kita bedakan dalam jawaban terhadap pertanyaan
“Bagaimana orang mengetahui kalau es itu membeku?” ialah keadaan kita

6
bersangkutan dengan melihat atau mendengar atau suatu pengalaman inderawi yang
lain. “Bagaimana kita mengetahui api itu panas?”, dengan menyentuh barang sesuatu
atau memperoleh pengalaman yang kita sebut panas. “Bagaimana kita mengetahui
apakah panas itu?”, jawabannya: kita mengetahuinya dengan alat-alat inderawi
peraba.
Selanjutnya, pertanyaan: “Bagaimanakah anda mengetahui atau memperoleh
pengetahuan?” dijawab dengan menunjukkan pengalaman-pengalaman inderawi yang
sesuai. “Pengetahuan diperoleh dengan perantaraan indera”, kata penganut
empirisme.
John Locke (1632-1704), bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan
teori tabula rasa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa
manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengetahuannya mengisi
jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera
yang masuk itu sederhana, lama kelamaan ruwet, lalu tersusunlah pengetahuan berarti.
Berarti, bagaimana pun kompleks (ruwet)-nya pengetahuan manusia, ia selalu dapat
dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan
indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber
pengetahuan yang benar. Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan
aliran ini adalah metode eksperimen.
Ada dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teori
tentang pengetahuan.
Teori makna pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang
asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep. Pada abad pertengahan teori ini
diringkas dalam rumus Nihil est in intellectu quod non prius fuerit in sensu (tidak ada
sesuatu di dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman). Sebenarnya
pernyataan ini merupakan tesis Locke yang terdapat dalam bukunya, An Essay
Concerning Human Understanding, yang dikeluarkannya tatkala ia menentang ajaran
idea bawaan (innate idea) pada orang-orang rasionalis. Jiwa (mind) itu, tatkala orang
dilahirkan, keadaannya kosong, laksana kertas putih atau tabula rasa, yang belum ada
tulisan di atasnya, dan setiap idea yang diperolehnya mestilah datang melalui
pengalaman; yang dimaksud dengan pengalaman di sini ialah pengalaman inderawi.
Atau pengetahuan itu datang dari observasi yang kita lakukan terhadap jiwa (mind)
kita sendiri dengan alat yang oleh Locke disebut inner sense (pengindera dalam).

7
Pada abad ke-20 kaum empiris cenderung menggunakan teori makna mereka
pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak, bukan pada
asal-usul pengetahuan. Salah satu contoh penggunaan empirisme secara pragmatis ini
ialah pada Charles Sanders Peirce dalam kalimat “Tentukanlah apa pengaruh konsep
itu pada praktek yang dapat dipahami kemudian konsep tentang pengaruh itu, itulah
konsep tentang objek tersebut”.
Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran
positivisme logis (logical positivism) dan filsafat Ludwig Wittgenstein. Akan tetapi,
teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh
karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman
kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindera, dan hubungan
kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
Teori kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat diringkaskan sebagai berikut:
Menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum, seperti “setiap kejadian
tentu mempunyai sebab”, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika,
dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah
kebenarana priori yang diperoleh lewat intuisi rasional. Empirisme menolak pendapat
itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional itu. Semua kebenaran yang disebut tadi
adalah kebenaran yang diperoleh lewat observasi jadi ia kebenaran a posteriori.

Teori normatif adalah suatu gagasanhak dan tanggung jawab mengenai


bagaimana idealnya suatu pers atau media.Media dalam masyarakat bebas,sebagian
besar memiliki kewajiban untuk membawa tujuan yang bernilai positif yang di
tetapkan dan menerimanya begitu saja.Media di beri kebebasan untuk menentukan
peran masing masing di ruang publik tetapi media tidak boleh melakukan pemberitaan
mengenai hal yang dapat memicu konflik,karena segala sesuatu yang dilakukan harus
berdasrkan pada norma dan aturan yang berlaku.Sumber kewajiban normatif ini yang
paling mendasar adalah berasal dari kontrks sejarah yang membentuk peranan
lembaga media.

3. Teori Elite Politik


Mulanya “teori elit politik”, lahir dari diskusi seru para ilmuwan social
Amerika tahun 1950-an, antara Schumpeter (ekonom), Lasswell (ilmuwan politik)
dan soiolog C. Wright Mills, yang melacak tulisan-tulisan dari para pemikir Eropa

8
masa munculnya Fasisme, khususnya Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca (Italia),
Roberto Michels (seorang Jerman keturunan Jerman) dan Jose Ortega Y. Gasset
(Spanyol). Pareto (1848-1923) percaya bahwa setiap masyarakat diperintah oleh
sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan bagi
kehadiran mereka pada kekuasaan social dan politik yang penuh. Mereka yang bisa
menjangkau pusat kekuasaan adalah selalu merupakan yang terbaik. Merekalah yang
dikenal sebagai elit. Elit merupakan orang orang yang berhasil, yang mampu
menduduki jabatan tinggi dan dalam lapisan masyarakat. Pareto juga percaya bahwa
elit yang ada pada pekerjaan dan lapisan masyarakat yang berbeda itu umumnya
datang dari kelas yang sama; yaitu orang-orang yang kaya dan juga pandai. Pareto
lebih lanjut membagi masyarakat dalam dua kelas, yaitu pertama elit yang
memerintah (governing elite) dan elite yang tidak memerintah (non governign elite).
Maka secara umum didapatkan bahwa elit menunjuk pada sekelompok orang-
orang dalam masyarakat dan menempati kedudukan tinggi. Dalam pengertian khusus
dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang terkemuka di bidang-bidang tertentu
dan khususnya golongan minoritas yang mempunyai kekuasaan. Dalam pengertian
sosiologis dan politis, elite adalah the ruling class, suatu golongan yang memegang
kekuasaan baik secara formal maupun informal dalam suatu strata sosial. Dengan
kedudukannya itu, mereka dapat memengaruhi perekmbangan masyarakat dalam
hubungan yang sifatnya timbale balik.
Elite politik sendiri dibagi menjadi dua bagian diantaranya elite politik lokal
dan elite non politik non lokal, elite politik lokal adalah merupakan seseorang yang
menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih
melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat
lokal. Mereka menduduki jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan
menjalankan kebijakan politik. Elite politiknya seperti: Gubenur,Bupati, Walikota,
Ketua DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik. Sedangkan Elite Non Politik
Lokal adalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan mempunyai
pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elite non politik
ini seperti: elite keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan
lain sebagainya.
Dalam sirkulasi elite, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri
maupun antarkelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elite
menurut Pareto terjadi dalam dua kategori yaitu: Pertama, pergantian terjadi antara

9
kelompok-kelompok yang memerintah sendiri, dan Kedua, pergantian terjadi di
antara elite dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa berupa
pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu: (a). Individu-individu dari lapisan yang
berbeda kedalam kelompok elite yang sudah ada, dan atau (b). Individu-individu dari
lapisan bawah yang membentuk kelompok elite baru dan masuk ke dalam kancah
perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.
Menurut Karl Marx, elite politik terdapat tiga macam, diamana elite dapat
berubah dengan melalui revolusi. Diantaranya: pertama, Metode Posisi, elite politik
adalah mereka yang menduduki posisi atau jabatan strategis dalam system politik.
Jabatan strategis yaitu dapat membuat keputusan dan kebijakan dan dinyatakan atas
nama Negara. Elite ini jumlahnya ratusan mencakup para pemegang jabatan tinggi
dalam pemerintahan, perpol, kelompok kepentingan. Para elite politik ini setiap hari
membuat keputusan penting untuk melayani berjuta-juta rakyat. Kedua, Metode
Reputasi, elite politik ditentukan bedasarkan reputasi dan kemampuan dalam
memproses berbagai permasalahan dan kemudian dirumuskan menjadi keputusan
politik yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Ketiga, Metode Pengaruh, elite
politik adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh pada berbagai tingkatan
kekuasaan. Orang ini memiliki kemampuan dalam mengendalikan masyarakat sesuai
kemampuan pengaruh yang dimiliki, sehingga masyarakat secara spontan mentaati
para elite politik. Oleh karena itu orang yang berpengaruh dalam masyarakat dapat
dikategorikan sebagai elite politik.
Menurut Aristoteles, elite adalah sejumlah kecil individu yang memikul semua
atau hampir semua tanggung jawab kemasyarakatan. Definisi elit yang dikemukakan
oleh Aristoteles merupakan penegasan lebih lanjut dari pernyataan Plato tentang dalil
inti teori demokrasi elitis klasik bahwa di setiap masyarakat, suatu minoritas membuat
keputusan-keputusan besar. Konsep teoritis yang dikemukakan oleh Plato dan
Aristoteles kemudian diperluas kajiannya oleh dua sosiolog politik Italias, yakni
Vilpredo Pareto dan Gaetano Mosca.
Pandangan ilmuwan sosial di atas menunjukkan bahwa elite memiliki
pengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Pengaruh yang memiliki atau
bersumber dari penghargaan masyarakat terhadap kelebihan elit yang dikatakan
sebagai sumber kekuasaan. Menurut Miriam Budiardjo, sumber-sumber kekuasaan itu
bisa berupa keududukan, status kekayaan, kepercayaan, agama, kekerabatan,
kepandaian dan keterampilan. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Charles F.

10
Andrain yang menyebutnya sebagai sumber daya kekuasaan, yakni : sumber daya
fisik, ekonomi, normatif, personal dan keahlian.

4. Teori Kekuasaan Negara


Kekuasaan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari proses
pembuatan keputusan (decision making process,-red) yang melipatkan hubungan
antar individu dan kelompok kepentingan dengan Negara
Teori kekuasaan yang pertama adalah teori kekuasaan satu dimensi yang
dikemukakan oleh Robert Dahl. Persepektif ini disebut sebagai pendekatan pluralis
dan meningkatkan kepada peningkatan kekuasaan melalui proses pembuatan
kebijakan dan perilaku yang bisa diamati. Persepektif satu dimensi ini menjelaskan
sebuah kondisidimana salah satu kelompok didominasi oleh kelompok yang lain,
sehingga kelompok yang didominasi tidak bisa melakukan apapun tanp aada
‟perintah‟ darikelompok yang mendominasi.
Menurut Michel Foucault, kekuasaan itu terlaksana bukan pertama-tama
melalui kekerasan atau dari hasil persetujuan, melainkan sebagai seluruh struktur
tindakan yang menekan dan mendorong tindakan-tindakan lain melalui rangsangan,
persuasi, atau bisa juga melalui paksaan(coercive power) dan larangan. Hal ini
menjadikan kekuasaan terkait langsung dengan control exercise bagaimana
kekuasaan itu dijalankan dalam praktiknya sehari-hari.
Teori tentang kekuasaan Negara sudah menjadi salah satu issue penting
semenjak jaman Yunani Kuno, dimana dua pemikir besar dimasa itu, Plato dan
Aristotles berpendapat bahwa Negara memerlukankekuasaan yang mutlak. Hal
tersebut dikarenakan kekuasaan yang besarpada Negara sudah merupakan hal yang
sewajarnya demi mendidik warga negaranya dengan nilai-nilai moral yang rasional.
Kekuasaan yang besar diberikan kepada Negara dengan tujuan kepentingan
rakyatnya. Yang kemudian menjadi masalah adalah bila ternyata dalam praktiknya
kekuasaan tersebut tidak dipergunakan untuk tujuan awalnya (untuk kepentingan
rakyat)melainkanhanya demi kepentingan-kepentingan kelompok tertentu dengan
menggunakan topeng Negara. Teori kekuasaan Negara dengan penekanan utamnya
pada pengembangan kekuatan militer yang efektifoleh Negara, pertama kali
didengukan di Jerman pada abad ke-19 oleh para sejarawan seperti Heinrich Von
Treitschke dan para filosof seperti Friedrich Nietzsche dan juga didukung oleh
beberapa penulis disana pada abad ke-20.

11
Teori Kekuasaan Negara Erich Kauffmann
 Esensi negara adalah Machtentfaltung (pengembangan, peningkatan
dan penyebaran kekuasaan), bersama-sama dengan kemauan untuk menjaga dan
mempertahankan diri dengan sukses.
 Upaya utama Negara adalah penanamankekuatan yang tertinggi
 Ide sosial nyata dari Negara adalah „kejayaan dalam perang; dalam perperangan,
 Negara menunjukkan sendiri kebenaran esensinya; perang merupakan penampilan
Negara yang tertinggi, dimana sifat istimewanya mencapai perkembangan
maksimal.

5. Teori Komunikasi
Komunikasi adalah pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan,
pengoordinasikan makna antara seseorang dan khalayak, saling berbagi informasi
gagasan atau sikap, saling berbagi unsur-unsur perilaku atau modus kehidupan
melalui perangkat-perangkat atura, Penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat simbol
bersama didalam pikiran para peserta.
Teori komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai
politik dari pemerintah kepada masyarakat dan masyarakat kepada pemerintah.
Menurut Nimmo komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang
dipertemukan komunikasi politik yang ditentukan oleh konsekuensinya (aktual
maupun potensial) yang dilakukan oleh manusia dalam kondis-kondisi konflik.
Teori komunikasi memandang tugas pemerintah dan politik dalam artian suatu
proses pengendalian dan pengkoordinasian usaha-usaha manusia demi tercapainya
serangkain tujuan.
Teori komunikasi pada dasarnya tidak terlepas dari adanya peranan media
massa.hakikat strategi dalam komunikasi politik adalah keseluruhan keputusan
kondisional pada saat ini tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan
politik pada massa depan. Strategi komunikasi politik yang digunakan adalah
keberadaan pemimpin politik, ketokohan dan kelembagaan, menciptakan
kebersamaan,serta membangun konsensus berdasarkan visi misi dan program politik
yang jelas.
Tujuan teori komunikasi politik:
 Membangun citra politik.

12
 Membetuk dan membina pendapat umum.
 Mendorong partisipasi politik.

6. Teori Permainan
Game Theory atau dalam Bahasa Indonesia yaitu teori permainan, sudah sejak
lama dikenal dalam disiplin ilmumatematika. Perintisgame theoryadalah Emil Borel,
yang kemudian dikembangkan oleh John von Neumann dan Oskar Morgentstern.
Menurut Neumann dan Morgenstern, permainan terdiri atas sekumpulan peraturan
yang membangun situasi bersaing dari dua sampai beberapa orang atau kelompok
dengan memilih strategi yang dibangun untuk memaksimalkan kemenangan sendiri
atau pun untuk meminimalkan kemenangan lawan.
Dalam ilmu politik, teori permainan dapat diartikan sebagai pengambilan
keputusan dengan strategi untuk memenuhi kekuasaan. Dengan didefinisikan sebagai
sekumpulan pemikiran yang menguraikan strategi keputusan yang rasional dalam
situasi konflik dan kompetisi, ketika masing-masing peserta atau pemain saling
berusaha memperbesar keuntungan dan memperkecil kerugian.
Game Theory adalah analisis rasional dari situasi konflik dan kerjasama. Ada
4 elemen dasar dari sebuah permainan, yang biasa disebut Rules of The Games yaitu:
 Pemain
 Tindakan
 Hasil (payoff)
 Informasi
Hal ini dimaksudkan bahwa di dalam teori permainan, para pemain berusaha
memaksimalkan hasil mereka, dengan cara memilih strategi yang tepat berdasarkan
informasi yang mereka miliki.
Dalam suatu keadaan, ada waktunya dimana para pemain menjalin
“kerjasama” di dalam sebuah permainan dan itu disebut dengan koalisi dan koalisi
tersebut dapat dikatakan sebagai permainan dalam pemainan.
William H. Riker menggunakan tiga prinsip pokok yang dikembangkannya
dari model teori permainan tersebut pada data empiris.Prinsip pokok tersebut adalah:
 Prinsip Ukuran
Pemahamannya akan prinsip ukuran mendorongnya menarik
kesimpulan bahwa usaha-usaha untuk membentuk suatu koalisi tidak hanya

13
bertujuan memperbesar koalisi itu sendiri tetapi bagaimana koalisi tersebut
dipertahankan hanya sebesar seperti para pembuat keputusannya yakin akan
meraih kemenangan. Hal ini juga tergantung pada informasi yang diperoleh
mengenai berbagai prinsip mengenai koalisi.

 PrinsipStrategi
Strategi dibutuhkan dalam rangka memperbesar kemungkinan meraih
keberhasilan. Pemain akan merancang suatu strategi yang mencakup semua
kebetulan yang mungkin terjadi, yang bergerak sedekat mungkin kearah hasil
yang dituju.

 Prinsip Disequilibrium
Riker menjelaskan bahwa sangatlah keliru kalau beranggapan bahwa
karena politik tersebut rasional, harus stabil. Dalam pembentukan koalisi,
unsur instabilitas (ketidakstabilan) dan disequilibrium (ketidakseimbangan)
selaluada. Faktor yang mengadakannya ketidak seimbangan adalah pemimpin
itu sendiri yang berlebihan dalam penggunaan keputusan.
Dalam konsep teori permainan sendiri, strategi adalah inti dari teori ini.
Ralph M. Goldman mengatakan, strategi merupakan “suatu keseluruhan
rencana bertindak yang dipakai seorang pemain dalam rangka mencapai suatu
hasil atau serangkaian hasil yang diinginkan dalam keadaan yang merugikan
atau konflik”, dan terdiri dari “semua kesatuan rencana yang berbeda yang
dimiliki pemain tersebut untuk menentukan tentang bagaimanakah cara untuk
bertindak selanjutnya.”
Kegunaan Konsep Teori Permainan:
a. Mengembangkan suatu kerangka untuk analisis pengambilan
keputusan dalam situasi-situasi persaingan atau kerjasama.
b. Menguraikan suatu metode kuantitatif yang sistematis yang
memungkinkan parapemain yang terlibat dalam suatu persaingan
untuk memilih strategi-strategi yang rasional dalam pencapaian tujuan
mereka.
c. Memberikan gambaran dan penjelasan fenomena situasi-situasi
persaingan atau konflik

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasar nya setiap pandangan parah ahli politik mengenai teori politik pada
perkembangan era moderen tentunya pandangan nya pasti berbeda beda masing –
masing memiliki pemikiran tersendiri akan teori politik tetapi intinya bahwa
pandangan mereka tidak akan jauh berbeda karena konsep teori politik ruang
lingkupnya tidak jauh dari kekuasan,keputusan, kebijakan,, masyarakat, kelas sosial,
kedaulatan, hak dan kewajiban, kemerdekaan , mordenisasi, perubahan social,
pembangunan politik, negara dan lainya. Tinggal bagaiman mana kita memahami
teori tersebut. Dan pada dasarnya sama bahwa politik itu intinya untuk memperbaiki
atau menggapai kehidupan manusia kearah yang lebih baik.

B. SARAN

Dalam pembelajaran diatas mungkin masih banyak kekurangan, baik di segi


penulisan ataupun dari penyusunan kalimat atau aspek lainnya. Oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang positif untuk menyempurnakan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rosiana eka putri ,komunikasi politik,universitas Muhammadiyah Surakarta ,2017


Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Putaka Utama
Miriam Budiardjo,AnekaKuasadanWibawa. 1982.
Haryatmoko.EtikaPolitikdan Kekuasaan.PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta.2014
SP. Varma..Teori Politik Modern; TeoriKekuasaan Negara. PT.RajaGrafindoPersada.
Jakarta, 2010.
Arnold Brecht, Political Theory, The Foundation of Twentieth Century PoliticalThought, The
Times of India Press, Bombay 1970.
S.P. Varma, TeoriPolitik Modern, RajawaliPers, Jakarta, 2010.
James R. Situmorang, PenggunaanGame TheorydalamIlmuSosial,
UniversitasKatolikParahyangan, 2015.
https://www.statistikian.com/2012/10/teori-ilmiah.html
https://www.slideshare.net/mobile/MoeztaqiemRestu/teori-pembelajaran-67815529
https://krisnaptik.com/polri-4/teori/teori-hukum-dan-pengertian/teoripembelajaran

16

Anda mungkin juga menyukai