Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara kesinambungan


bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah
satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya melalui penanggulangan
terhadap masalah kesehataan ibu pada masa kehamilan, persalinan dan nifas.
Dengan mengurangi masalah kesehatan ibu, baik dalam kehamilan, persalinan dan
nifas diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu yang sampai saat ini
masih cukup tinggi.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebanyak 228 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan target Millennium Development Goal’s (MDG’s) tahun 2015
yaitu menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 (Kementrian Kesehatan RI,
2011:35). Adapun di Jawa Barat pada tahun 2009 angka kematian ibu mencapai
97,87 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu di Jawa
Barat masih karena pendarahan, eklampsi dan infeksi dari partus lama (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2009:6).
Sementara di Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 terdapat jumlah
kematian maternal sebanyak 43 kejadian. Adapun menurut waktu kematiannya
terjadi pada saat kehamilan sebanyak 13 kejadian (30,23%), saat melahirkan
sebanyak (9,30%) dan saa nifas sebanyak 26 kejadian (60,46%).
Proses kehamilan dan persalinan pada dasarnya merupakan suatu hal yang
fisiologis yang akan dialami oleh setiap wanita, tetapi kadang-kadang kehamilan
dan persalinan tersebut disertai dengan komplikasi, salah satunya adalah kejadian
ketuban pecah dini (KPD).
Ketuban pecah dini merupakan salah satu komplikasi yang termasuk dalam
kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola ketuban pecah dini akan
membawa akibat meningkatnya angka mortalitas ibu. Penatalaksanaan ketuban
pecah dini masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama masih
beberapa masalah yang masih belum terjawab. Kasus ketuban pecah dini yang
cukup bulan kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah
sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi
chorioamnionitis (Sujiyatini, 2009:79).
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan
preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah
dini pada preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam
satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi
pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal
disebabkan oleh prematuritas (Sualman, 2009:89).
Berdasarkan RSUD Majalengka pada tahun 2011 jumlah persalinan
sebanyak 635 persalinan terdapat kejadian partus lama sebanyak 45 kejadian
(7,08%), ketuban pecah dini sebanyak 207 kejadian (32,5%), letak sungsang
sebanyak 91 kejadian (14,3%) dan inersio uteri sebanyak 32 kejadian (5,0%).
Sementara RSUD Majalengka tahun 2011 dari 633 persalinan kejadian ketuban
pecah dini sebanyak 108 (17,06%) kasus dan letak sungsang 72 kejadian (11,3%).
Berdasarkan data tersebut maka kejadian ketuban pecah dini di RSUD
Majalengka masih tinggi.
Salah satu penyebab kejadian ketuban pecah dini adalah pengetahuan ibu
hamil tentang ketuban pecah dini yang kurang. Setiap ibu hamil perlu mengetahui
kejadian ketuban pecah dini, karena dengan mengetahui dan mengenal kejadian
ketuban pecah dini dengan baik, maka diharapkan ibu hamil dapat melakukan
tindakan pencegahan kejadian ketuban pecah dini.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal
30 Juli 2012 di RSUD Majalengka terhadap 15 ibu hamil mengenai ketuban pecah
dini meliputi pengertian dan dampak dari ketuban pecah dini didapatkan sebanyak
5 ibu hamil (33,33%) yang mengetahui pengertian dan akibat dari ketuban pecah
dini, sementara 10 ibu hamil (66,67%) yang tidak mengetahui pengertian dan
akibat dari ketuban pecah dini. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu
hamil yang belum mengetahui tentang ketuban pecah dini dengan baik.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Ketuban Pecah Dini (KPD) di
RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012”.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Ketuban di RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka tahun 2012

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang


Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka tahun 2012

Pengetahuan Ibu Hamil


No tentang KPD f %
1. Kurang 11 36,7
2. Cukup 7 23,3
3. Baik 12 40,0
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa ibu hamil yang


berpengetahuan kurang tentang KPD sebanyak 11 orang (36,1%), ibu hamil
yang berpengetahuan cukup tentang KPD sebanyak 7 orang (23,3%) dan ibu
hamil yang berpengetahuan baik tentang KPD sebanyak 12 orang (40,0%).
Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya (36,1%) ibu hamil di
RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012 berpengetahuan
kurang tentang KPD.
2. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pengertian Ketuban Pecah Dini
(KPD) di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012

Pengetahuan Ibu Hamil tentang


No Pengertian KPD f %
1. Kurang 7 23,3
2. Cukup 12 40,0
3. Baik 11 36,7
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ibu hamil yang


berpengetahuan kurang tentang pengertian KPD sebanyak 7 orang (23,3%),
ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang pengetian KPD sebanyak 12
orang (40,0%) dan ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang KPD
sebanyak 11 orang (36,7%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil
(23,3%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
berpengetahuan kurang tentang pengertian KPD.
3. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Penyebab Ketuban Pecah Dini
(KPD) di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Penyebab Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
Pengetahuan Ibu Hamil
No tentang Penyebab KPD f %
1. Kurang 8 26,7
2. Cukup 8 26,7
3. Baik 14 46,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ibu hamil yang
berpengetahuan kurang tentang penyebab KPD sebanyak 78 orang (26,7%),
ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang penyebab KPD sebanyak 8
orang (26,7%) dan ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang KPD
sebanyak 14 orang (46,7%). Hal ini menunjukkan bahwa kurang dari
setengahnya (26,7%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten
Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang penyebab KPD.
4. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda dan Gejala Ketuban Pecah
Dini (KPD) di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang


Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
Pengetahuan Ibu Hamil
No tentang Tanda dan Gejala f %
KPD
1. Kurang 14 46,7
2. Cukup 8 26,7
3. Baik 8 26,7
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa ibu hamil yang


berpengtahuan kurang tentang tanda dan gejala KPD sebanyak 14 orang
(46,7%), ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang tanda dan gejala
KPD sebanyak 8 orang (26,7%) dan ibu hamil yang baik tentang tanda dan
gejala KPD sebanyak 8 orang (26,7%). Hal ini menunjukkan bahwa kurang
dari setengahnya (46,7%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten
Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang tanda dan gejala
KPD.
5. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tetang Akibat Ketuban Pecah Dini
(KPD) di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Akibat Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka tahun 2012
Pengetahuan Ibu Hamil
No tentang Akibat KPD f %
1. Kurang 19 63,3
2. Cukup 4 13,3
3. Baik 7 23,3
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa ibu hamil yang


berpengetahuan kurang tentang akibat KPD sebanyak 19 orang (63,3%), ibu
hamil yang berpengetahuan cukup tentang akibat KPD sebanyak 4 orang
(13,3%) dan ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang akibat KPD
sebanyak 7 orang (23,3%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari
setengahnya (63,3%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten
Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang akibat KPD.
6. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Penatalaksanaan Ketuban Pecah
Dini (KPD) di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
Pengetahuan Ibu Hamil
No tentang Penatalaksanaan KPD f %
1. Kurang 9 30,0
2. Cukup 10 33,3
3. Baik 11 26,7
Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa ibu hamil yang


berpengetahuan kurang tentang penatalaksanaan KPD sebanyak 9 orang
(30,0%), ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang penatalaksanaan
KPD sebanyak 10 orang (33,3%) dan ibu hamil yang berpengetahuan baik
tentang penatalaksanaan KPD sebanyak 11 orang (36,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya (30,0%) ibu hamil di RSUD
Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang
tentang penatalaksanaan KPD.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari
setengahnya (36,1%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka
tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang KPD. Ibu hamil yang kurang
mengetahui dengan baik tentang KPD dapat menyebabkan ibu kurang peduli
terhadap masalah kesehatan serta melakukan pemeriksaan kehamilan dengan
teratur semasa kehamilannya agar terhindar dari kejadian KPD. Ibu hamil yang
mengetahui dengan baik tentang KPD maka ibu hamil tersebut akan selalu
waspada terhadap kondisi kesehatannya semasa kehamilan agar ibu tidak
mengalami KPD.
Menurut Notoatmodjo (2003:127) pengetahuan adalah hasil dari tahu,
dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pnginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior).
Hasil penelitian ini lebih rendah dibanding dengan hasil penelitian yang
dilakukan Lubis (2008:9) mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang
Ketuban Pecah Dini di Kelurahan Bandar Sono Lingkungan I,II,III di
Kecamatan Padang Hulu menyatakan bahwa dari 30 responden ibu hamil 8
orang (26,6%) responden yang berpengetahuan baik, responden
berpengetahuan cukup 10 orang (33,3%) dan responden berpengetahuan
kurang 12 orang (40%). Namun berbeda dengan hasil penelitian Sarmilah
(2009:1) menyatakan bahwa dari 28 responden tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang ketuban pecah dini di BPS Siti Alfirdaus Tuban dapat digambarkan
sebagian besar berpengetahuan cukup (50%) 14 responden dan sebagian kecil
berpengetahuan baik (17,85%) 5 responden.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk meningkatkan pengetahuan ibu
hamil tentang KPD maka pettugas kesehatan perlu melakukan penyuluhan dan
pemberian informasi tentang KPD kepada ibu hamil dan bagi ibu hamil
perlunya aktif mencari informasi tentang KPD dari berbagai media baik cetak
maupun elektronik.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil (23,3%)
ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
berpengetahuan kurang tentang pengertian KPD. Ibu hamil yang masih kurang
mengetahui tentang pengertian KPD dengan baik dapat dikarenakan ibu hamil
kurang mndapatkan informasi baik dari media maupun dari petugas kesehatan
tentang pengertian KPD. Pengertahuan ibu hamil mengenai pengertian KPD
merupakan segala sesuatu yang ibu hamil ketahui tentang KPD dari segi
pengertiannya. Menurut Prawirohardjo (2008:121) menyatakan bahwa
pengertian ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Sedangkan
menurut Yulaiklah (2009:61) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari
setengahnya (26,7%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka
tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang penyebab KPD. Ibu hamil perlu
mengetahui dengan baik tentang penyebab KPD karena dengan mengetahui
secara baik maka ibu hamil akan berusaha melakukan upaya pencegahannya
yaitu dengan pemeriksaan kehamilan secara teratur untuk mengontrol dan
mengetahui perkembangan kondisi kehamilannya.
Menurut Manuaba (2010:81) bahwa penyebab KPD diantaranya adalah
serviks inkompten, ketegangan rahim berlebihan, kelainan letak janin dan
rahim, kemungkinan kesenpitan panggul, infeksi yang menyebabkan terjadinya
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sel sehingga
memudahkan ketuban pecah (amnionitis/ korioamonionitis), faktor keturunan
(ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik), riwayat persalinan
prematur dan masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
disebut fase laten.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari
setengahnya (46,7%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka
tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang tanda dan gejala KPD. Masih
terdapat ibu hamil yang berpengetahuan kurang tentang tanda dan gejala KPD
dapat dikarenakan ibu hamil kurang mendapatkan informasi tentang tanda dan
gejala KPD baik dari petugas kesehatan maupun dari media.
Menurut Saifuddin (2006:78) menyatakan bahwa tanda dan gejala yang
selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembess atau menetes, disertai
dengan demam atau menggigil, juga nyeri pada perut, keadaan seperti ini
dicurigai mengalami amnionitis.
Saifuddin (2006:82) menambahkan bahwa ada juga tandan dan gejala
yang tidak selalu ada (kadang-kadang) timbul pada ketuban pecah dini seperti
ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan tampak diintroitus dan tidak
adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri uterus, denyut jantung
janin yang semakin cepat serta pendarahan pervagina sedikit tidak selalu
dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus tetap diwaspadai
untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya
(63,3%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka tahun 2012
berpengetahuan kurang tentang akibat KPD. Ibu hamil yang berpengetahuan
kurang tentang akibat KPD dapat menyebabkan ibu kurang peduli dengan
masalah kesehatan ibu dan ibu tidak berupaya melakukan pemeriksaan dengan
teratur untuk menjaga kesehatan ibu semasa kehamilannya dan juga utuk
mencegah ibu mengalami KPD. Menurut Saifuddin (2006:83) bahwa
komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatya
insiden seksio sesar, atau gagalnya persalinan normal.
Perlunya ibu mengetahui dengan baik akibat dari KPD karena dengan
mengetahui hal tersebut maka ibu akan selalu khawatir yaitu dengan
penyuluhan dan pemberian informasi dari petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari
setengahnya (30,0%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka
tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang penatalaksanaan KPD.
Pengetahuan ibu hamil tentang penatalaksanaan KPD merupakan segala
sesuatu yang ibu ketahui mengenai penatalaksanaan yang dilakukan petugas
kesehatan pada ibu yang mengalami KPD. Penatalaksanaan ketuban pecah dini
memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu
dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Menurut Saifuddin (2006:102)
bahwa penatalaksanaan ketuban pecah dini diantaranya berupa penanganan
konservatif, antara lain perawatan di Rumah Sakit dengan ditidurkan dalam
posisi trendelenberg, memberikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metrinidazol 2 x 500 mg selama
hari dan jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kurang dari setengahnya (36,1%) ibu hamil di RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang KPD.
2. Sebagian kecil (23,3%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten
Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang pengertian KPD.
3. Kurang dari setengahnya (26,7%) ibu hamil di RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang
penyebab KPD.
4. Kurang dari setengahnya (46,7%) ibu hamil di RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang tanda
dan gejala KPD.
5. Lebih dari setengahnya (63,3%) ibu hamil di RSUD Majalengka Kabupaten
Majalengka tahun 2012 berpengtahuan kurang tentang akibat KPD.
6. Kurang dari setengahnya (30,0%) ibu hamil di RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka tahun 2012 berpengetahuan kurang tentang
penatalaksanaan KPD.

B. Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang KPD maka petugas
kesehatan perlu melakukan penyuluhan dan pemberian informasi tentang KPD
kepada ibu hamil terutama akibat KPD dan bagi ibu hamil agar aktif mencari
informasi tentang KPD dari berbagai media baik cetak maupun elektronik serta
melakukan konsultasi kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi
yang benar tentang KPD.
RIVIEW JURNAL
KEPERAWATAN MATERNITAS
JURNAL PENELITIAN YANG TERKAIT KEPERAWATAN
(PERSALINAN)

Judul Gambaran Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Ketuban


Pecah Dini (KPD) di RSUD Majalengka Kabupaten
Majalengka Tahun 2012
Jurnal Jurnal Kampus STIKes YPIB Majalengka
Volume & Halaman Vol. II. Hal 1-8
Tahun 2012
Penulis Nofi Nur Susanti & Hera Hijriani, S.Kep.,Ners
Reviewer Annisa Nur Syifaa (16142011002)
Tanggal 6 Oktober 2014

Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk


mengetahui gambaran pengetahuan ibu bersalin tentang
ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka Tahun 2012.
Subjek Penelitian
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
dengan desain tipikel sederhana
Definisi Ketuban Ketuban Pecah Dini (KPD) yang merupakan
Pecah Dini (KPD) pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pada primi bila
pembukaan kurang dari 3 cm dan pada multipara bila
pembukaan kurang dari 5cm. (Mochtar, 2012)
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. (Fadlun dkk, 2011)
Hasil Penelitian Secara keseluruhan,
Kekuatan Penelitian
Kelemahan
Penelitian

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN

A. Kala I
1. Pengkajian
Anamnesa :
a. Nama, umur, dan alamat
b. Gravida dan para
c. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
d. Riwayat alergi obat
e. Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan
bayi masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan
warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya? Apakah keluar
darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan
dan minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
f. Riwayat kehamilan sebelumnya
g. Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
h. Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium)
i. Pemeriksaan fisik
1) Tunjukkan sikap ramah
2) Minta mengosongkan kandung kemih
3) Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
4) Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk
akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
5) Pemeriksaan abdomen
a) Menentukan tinggi fundus
b) Kontraksi uterus

Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi :

(1) Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)


(2) Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
(3) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
(4) Pemeriksaan dalam :
(a) Nilai pembukaan dan penipisan serviks
(b) Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
(c) Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan
suplai 02 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
b. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
c. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
d. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya informasi yang dimiliki ibu
e. Cemas berhubungan dengan krisis situasional akibat proses persalinan
3. Intervensi
a. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan
suplai 02 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …
diharapkan tidak terjadi fetal distress dengan KE : DJJ 120-
160x/menit
Intervensi :
1) Kaji DJJ tiap 30 menit
Rasional : Untuk mengetahui DJJ sehingga dapat dilakukan tindakan
dengan segera apabila terjadi peningkatan atau perlambatan.

2) Sarankan ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit


Rasional : Jika terlentang maka berat janin, uterus, air ketuban akan
menekan vena cava inferior, hal ini dapat mengakibatkan
turunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta
3) Catat kemajuan persalinan
Rasional : Persalinan lama/disfungsional dengan perpanjangan fase laten
dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stres berat,
infeksi dan hemoragi karena atonia/ruptur uterus
4) Catat DJJ bila ketuban pecah, periksa lagi 5 menit kemudian dan
observasi perineum terhadap prolaps tali pusat
Rasional : Perubahan pada tekanan cairan amniotik dengan ruptur dan
prolaps tali pusat dapat menurunkan transfer oksigen ke janin
5) Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional : Meningkatkan oksigen ibu yang tersedia untuk ambilan fetal
b. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan
ibu mampu mengendalikan nyerinya dengan kriteria evaluasi
ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses
fisiologis persalinan
Intervensi :
1) Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi,
intensitas, dan gambaran ketidaknyamanan)
Rasional : untuk mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan
yang dirasakan ibu
2) Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui dan dialami
Rasional : Nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda – beda tiap
individu. Respon terhadap nyeri sangat tergantung budaya,
pengalaman terdahulu dan serta dukungan emosional
termasuk orang yang diinginkan (Henderson, 2006)

3) Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri


Rasional : Mengidentifikasi jalan keluar yang harus dilakukan
4) Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
Rasional : Tidak menambah nyeri klien
5) Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage,
pola pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan
Rasional : Memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki oleh
ibu, oleh karena dukungan kepada ibu untuk mengendalikan
rasa nyerinya (Rajan dalam Henderson, 2006)
6) Dorong ibu untuk mencoba beberapa metode
Rasional : Dengan beberapa metode diharapkan ibu dapat
mengendalikan rasa nyerinya
7) Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di
tempat tidur anjurkan untuk miring ke kiri
Rasional : Nyeri persalinan bersifat sangat individual sehingga posisi
nyaman tiap individu akan berbeda, miring kiri dianjurkan
karena memaksimalkan curah jantung ibu.
Beberapa teknik pengendalian nyeri :
a) Relaksasi
Bertujuan untuk meminimalkan aktivitas simpatis pada
system otonom sehingga ibu dapat memecah siklus
ketegangan-ansietas-nyeri. Tindakan dapat dilakukan
dengan menghitung terbalik, bernyanyi, bercerita,
sentuhan terapeutik, akupresur, hipnoterapi, imajinasi
terbimbing, dan terapi music.
b) Massage
Massage yang lebih mudah diingat dan menarik perhatian
adalah yang dilakukan orang lain. Tindakan massage
diduga untuk menutup “gerbang” guna mencegah
diterimanya stimulus nyeri, sentuhan terapeutik akan
meningkatkan pengendalian nyeri (Glick, 1993).
Dianjurkan massage selama persalinan bersifat terus
menerus.
c. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan
ibu tidak mengalami keletihan dengan kriteria evaluasi:
nadi:60-80x/menit(saat tidak ada his), ibu menyatakan masih
memiliki cukup tenaga
Intervensi:
1) Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah
Rasional : Nadi dan tekanan darah dapat menjadi indicator
terhadap status hidrasi dan energy ibu.
2) Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat di antara kontraksi
Rasional : Mengurangi bertambahnya keletihan dan menghemat energy
yang dibutuhkan untuk persalinan
3) Sarankan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu
Rasional : Dukungan emosional khususnya dari orang – orang yang
berarti bagi ibu dapat memberikan kekuatan dan motivasi
bagi ibu
4) Sarankan keluarga untuk menawarkan dan memberikan minuman atau
makanan kepada ibu
Rasional : Makanan dan asupan cairan yang cukup akan memberi lebih
banyak energy dan mencegah dehidrasi yang memperlambat
kontraksi atau kontraksi tidak teratur.
d. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya informasi yang dimiliki ibu
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …
diharapakan ibu dapat memahami proses persalinan dengan
kriteria evaluasi : ibu menyatakan dapat menerima
penjelasan perawat, ibu kooperatif
Intervensi:
1) Kaji pengetahuan yang telah dimiliki ibu serta kesiapan ibu menerima
informasi
Rasional : Untuk mengefektifkan penjelasan yang akan diberikan
2) Menjelaskan tentang proses persalinan serta apa yang mesti dilakukan
oleh ibu
Rasional : Untuk memberikan informasi kepada ibu dengan harapan
terjadi perubahan tingkat pengetahuan dan psikomotor dari
ibu sehingga ibu kooperatif
3) Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang
terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan
Rasional : Memberikan gambaran pada ibu tentang persalinan
yang sedang dijalani, mengurangi cemas dengan harapan
keadaan psikologis ibu tenang yang dapat mempengaruhi
intensitas his
4) Memberi pujian atas sikap kooperatif ibu
Rasional : Pujian dapat meningkatkan harga diri serta dapat menjadi
motivasi untuk melakukannya lagi

e. Cemas berhubungan dengan krisis situasional akibat proses persalinan


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan
kecemasan berkurang dengan kriteria evaluasi : tampak
rileks, ibu kooperatif dalam teknik relaksasi dan napas dalam,
ibu melaporkan cemas berkurang, TD stabil.
Intervensi:
1) Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada
persalinan sesuai kebutuhan
Rasional : Pendidikan dapat menurunkan stres dan ansietas dan
meningkatkan kemajuan persalinan
2) Kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak,
latar belakang budaya dan peran orang terdekat

Rasional : Memberikan informasi dasar, ansietas memperberat persepsi


nyeri, mempengaruhi penggunaan teknik koping dan
menstimulasi pelepasan aldosteron yang dapat meningkatkan
resospsi natrium dan air

3) Pantau TTV sesuai indikasi


Rasional : Stress mengaktifkan sistem adrenokortikal hipofisis-
hipotalamik, yang meningkatkan retensi dan resorpsi natrium
dan air dan meningkatkan eksresi kalium. Resorpsi natrium
dan air dapat memperberat perkembangan toksemia
intapartal/hipertensi, kehilangan kalium dapat memperberat
penurunan aktivitas miometrik.
4) Pantau pola kontraksi uterus, laporkan disfungsi persalinan
Rasional : Pola kontraksi hipertonik atau hipotonik dapat terjadi bila
stress menetap dan memperpanjang pelepasan katekolamin
5) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa
takut
Rasional : Stress, rasa takut dan ansietas mempunyai efek yang dalam
pada proses persalinan, sering memperlama fase
pertama karena penggunaan cadangan glukosa ;
menyebabkan kelebihan epinefrin yang dilepaskan dari
stimulasi adrenal, yang menghambat aktivitas miometrial ;
dan meningkatkan kadar norepinefrin yang cendrung
meningkatkan aktivitas uterus.
6) Demonstrasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan tindakan
kenyamanan
Rasional : Menurunkan stresor yang dapat memperberat ansietas;
memberikan strategi koping
4. Implementasi
Sesuai dengan rencana intervensi

5. Evaluasi
Sesuai dengan respon masing-masing klien terhadap intervensi keperawatan
yang diberikan dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteria evaluasi.
B. Kala II

C. Kala III
D. Kala IV

Anda mungkin juga menyukai