Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN DAN KEBIASAAN KONSUMSI

MAKANAN DILUAR PADA ANAK DENGAN RIWAYAT DEMAM TYPHOID


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA JAWA

Damaris Manik 1, Siti Mukaromah 2, Aries Abiyoga 3


1
Mahasiswa Program Studi Kesehatan, STIKES Wiyatah Husada, Jl. Kadrie Oening No. 77,
Samarinda, Kalimantan Timur.
e-mail : damarismanik1980@gmail.com
2
Dosen, STIKES Wiyatah Husada, Jl. Kadrie Oening No. 77, Samarinda, Kalimantan Timur.
e-mail : s.mukharomah2014@gmail.com
3
Dosen, STIKES Wiyatah Husada, Jl. Kadrie Oening No. 77, Samarinda, Kalimantan Timur.
e-mail : ariesabiyoga@rocketmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Muara Jawa diketahui kejadian
demam typhoid selama 6 bulan terakhir yaitu September 2018 sampai Februari 2019 terus mengalami peningkatan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi demam typhoid diantaranya kebiasaan mencuci tangan dan kebiasaan
konsumsi makanan diluar. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran kebiasaan mencuci tangan dan kebiasaan konsumsi
makanan diluar pada anak dengan riwayat demam typhoid di wilayah kerja Puskesmas Muara Jawa. Metode :
Penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif dan pendekatan cross sectional, melibatkan sampel yaitu pasien
demam typhoid usia 12-18 tahun yang berobat pertama kali di poli umum Puskesmas Muara Jawa bulan Januari-
Maret tahun 2019 sebanyak 45 orang menggunakan teknik total sampling. Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan analisa univariat. Hasil Penelitian : Mayoritas anak riwayat demam typhoid memiliki kebiasaan
mencuci tangan kurang baik sebesar 51,1%, namun memiliki kebiasaan konsumsi makanan diluar yang cukup
sebesar 51,1%. Kesimpulan : Gambaran pada anak dengan riwayat demam typhoid memiliki kebiasaan mencuci
tangan yang kurang baik dan kebiasaan konsumsi makanan diluar. Saran : Petugas Puskesmas diharapkan memberi
penyuluhan kepada orang tua yang anaknya demam typhoid untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kata Kunci : Mencuci Tangan, Konsumsi Makanan Diluar, Demam Typhoid.

Abstract

Background: Typhoid fever or typhus abdominals is an acute inflectional disease occurring in digestive
system caused by salmonella typhi. Based on the data obtained from Puskesmas Muara Jawa, it was found that the
occurrence of typhoid fever for the last six months, from September 2018 to February 2019 was consistently
increasing. There are several factors that affect typhoid fever including hand washing habits and outside food
consumption habits. Objective: To find out the description of physical environment sanitation, hand washing habits,
and outside food consumption habits in children with typhoid fever history in the operational area of Puskesmas
Muara Jawa. Method: Quantitative research with a descriptive design and cross sectional approach, involving
samples of typhoid fever patients aged 12-18 years who first treated at the general clinic Muara Jawa Health Center
in January-March 2019 as many as 45 people used total sampling techniques. Analysis of the data in this study using
univariate analysis. Research Findings: The majority of the children with typhoid fever history 51.1% had bad hand
washing habits and 51.1% had outside food consumption habits. Conclusion: The picture in children with a history
of typhoid fever has poor hand washing habits and food consumption habits outside. Suggestion: The workers of
Puskesmas are expected to give information to parents whose children have typhoid fever about how to have cleaner
and healthier life habits.

Keywords: Physical Environment Sanitation, hand Washing, Outside food Consumption, Typhoid Fever
PENDAHULUAN penyakit terbanyak pasien rawat inap di
Menurut data World Health rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak
Organization (WHO) tahun 2010, 41.081 kasus, yang meninggal 274 orang
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus dengan case fatality rate sebesar 0,67%
demam typhoid di seluruh dunia dengan (Depkes RI, 2013). Adapun rata-rata angka
insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. kesakitan demam typhoid di Indonesia
Insidens rate demam typhoid di Asia Selatan sebesar 180-494/100.000 penduduk untuk
dan Tenggara termasuk China pada tahun anak umur 5 – 15 tahun dan 149-573/100.000
2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk penduduk untuk umur lebih dari 16 tahun,
per tahun (Edi, 2018). Penyakit menular ini yang berarti orang dewasa pun rentan
masih merupakan masalah kesehatan mengalami kasus demam typhoid (Hedimo,
masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 2013 dalam Evita, 2016). Secara umum
juta per tahun di dunia dan menyebabkan insiden demam typhoid dilaporkan 75%
216.000–600.000 kematian, studi yang didapatkan pada umur kurang dari 30 tahun.
dilakukan di daerah urban di beberapa negara Pada anak-anak biasanya diatas 1 tahun dan
Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan terbanyak di atas 5 tahun (Edi, 2018).
bahwa insidensi dengan biakan darah positif Kalimantan Timur sebagai salah satu
mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Provinsi di Indonesia memiliki kasus demam
Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar 400– typhoid cukup tinggi, dimana tahun 2016
500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara sebesar 8.317 kasus, tahun 2017 sebesar
100–200 per 100.000 penduduk, dan di Asia 7.136 kasus dan tahun 2018 sebesar 6.676
Timur Laut kurang dari 100 kasus per kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
100.000 penduduk (Ivan, 2016). Timur, 2017). Kabupaten Kutai Kartanegara
Indonesia merupakan negara terletak di Provinsi Kalimantan Timur dengan
kepulauan terletak di kawasan Asia angka kejadian demam typhoid tahun 2016
Tenggara, dengan angka penderita demam sebesar 1.247 kasus, tahun 2017 sebesar
typhoid menurut WHO mencapai 81% per 1.070 kasus dan tahun 2018 sebesar 1.001
100.000 penduduk (Depkes RI, 2013). Profil kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Kesehatan Indonesia tahun 2011, demam Kartanegara, 2018).
typhoid menempati urutan ketiga dari 10
Berdasarkan Keputusan Menteri dengan peringkat nomor 9 dari 20 penyakit
Kesehatan Republik Indonesia Nomor terbanyak berjumlah 506 orang, dengan
364/Menkes/SK/V/2006 tentang Pedoman kejadian demam typhoid selama 6 bulan
Pengendalian Demam Typhoid faktor risiko terakhir yaitu September 2018 terdapat 49
yang berhubungan dengan demam typhoid, orang, meningkat di bulan Oktober 2018
diantaranya personal hygiene dan sanitasi menjadi 56 orang, bulan November 2018
lingkungan fisik. Personal hygiene yang menurun menjadi 37 orang dan kembali
rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak meningkat bulan Desember 2018 berjumlah
terbiasa dan higiene makanan dan minuman 51 orang, bulan Januari 2019 juga mengalami
yang rendah diantaranya makanan yang peningkatan berjumlah 71 orang dan menurun
tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi di bulan Februari 2019 berjumlah 49 orang
lalat, air minum yang tidak dimasak, dan (Data Puskesmas Muara Jawa, 2019).
sebagainya. Adapun kejadian demam typhoid
Hasil penelitian yang dilakukan oleh dengan satu kali kunjungan pada bulan
Dahlan (2014) menunjukkan bahwa ada januari - Maret 2019 berjumlah 102 orang
hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan yang. Jumlah kunjungan berdasarkan
kejadian demam typhoid di wilayah kerja kelompok anak usia sekolah (12-18 tahun)
puskesmas Lambur Kabupaten Tanjung adalah 45 orang, kelompok umur > 18 tahun
Jabung Timur. Hasil penelitian yang berjumlah 43 orang. Hal ini menunjukkan
dilakukan oleh Haslinda (2016) menunjukkan bahwa kejadian demam typhoid di wilayah
bahwa terdapat hubungan yang bernakna kerja puskesmas Muara Jawa lebih banyak
antara kebiasaan konsumsi makanan diluar terjadi pada anak usia sekolah (Data
terhadap kejadian demam typhoid. Hasil Puskesmas Muara Jawa, 2019).
penelitian Awa (2019) menunjukkan bahwa Studi pendahuluan di wilayah kerja
adanya hubungan kebiasaan mencuci tangan Puskesmas Muara Jawa pada bulan Februari
menggunakan air bersih dan sabun dengan (2019) pada 10 (sepuluh) anak usia 12-18
kejadian demam thypoid pada orang dewasa tahun yang menderita demam typhoid
di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo. diketahui bahwa ada 8 (delapan) anak yang
Berdasarkan data yang diperoleh di mengatakan sering membeli jajanan dipinggir
Puskesmas Muara Jawa diketahui demam jalan yang kurang terjaga kebersihannya
typhoid pada tahun 2018 merupakan penyakit seperti makanan terkena debu karena tidak
ditutupi dan terdapat lalat yang hinggap di Jawa bulan Januari-Maret tahun 2019
makanan. Selain itu, mereka juga jarang sebanyak 45 orang menggunakan teknik total
mencuci tangan yang baik dan benar setelah sampling.
beraktivitas seperti menggunakan sabun,
terkadang mereka hanya menggunakan air HASIL
mengalir saja. Kebiasaan Mencuci Tangan
Demam typhoid akan berbahaya jika Tabel 1.
Kebiasaan Mencuci Tangan Responden di
tidak ditangani secara baik dan benar,
Poli Umum Puskesmas Muara Jawa Bulan
sehingga menyebabkan kematian. Komplikasi Januari-Maret Tahun 2019
Kebiasaan
yang disebabkan demam typhoid adalah Persentase
Mencuci Jumlah
(%)
Tangan
perdarahan dan perforasi usus. Kejadian Baik 22 48,9
demam typhoid pada anak juga dapat Kurang 23 51,1
menghambat pertumbuhan dan Jumlah 45 100
Sumber : Data Primer, 2019
perkembangan anak. Kondisi ini termasuk
Kebiasaan Konsumsi Makanan Diluar
gawat darurat medis dan dapat mengancam
Tabel 2.
nyawa. Itu sebabnya orang yang mengalami Kebiasaan Konsumsi Makanan Diluar
komplikasi tipes perlu mendapatkan Responden di Poli Umum Puskesmas Muara
Jawa Bulan Januari-Maret Tahun 2019
penanganan medis segera (Swari, 2017). Kebiasaan
Persentase
Konsumsi Jumlah
Berdasarkan fenomena diatas, maka perlu Makanan Diluar
(%)
Baik 23 51,1
dilakukan kajian lebih lanjut tentang
Kurang 22 48,9
“Gambaran Kebiasaan Mencuci Tangan dan Jumlah 45 100
Kebiasaan Konsumsi Makanan Diluar Pada Sumber : Data Primer, 2019
Anak Dengan Riwayat Demam Typhoid di Pembahasan
Wilayah Kerja Puskesmas Muara Jawa”. Kebiasaan mencuci tangan pada anak
dengan riwayat demam typhoid di wilayah
METODE kerja Puskesmas Muara Jawa.
Penelitian kuantitatif dengan rancangan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
deskriptif dan pendekatan cross sectional, kebiasaan mencuci tangan pada pasien
melibatkan sampel yaitu pasien demam demam typhoid yang berobat pertama kali di
typhoid usia 12-18 tahun yang berobat poli umum Puskesmas Muara Jawa bulan
pertama kali di poli umum Puskesmas Muara
Januari-Maret tahun 2019 paling banyak penting untuk menjaga kebersihan tangan
kurang dengan persentase 51,1%. (Evita, 2016).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Tangan yang kotor atau
penelitian Marta (2018) yang menunjukkan terkontaminasi dapat memindahkan bakteri
bajwa sebagian besar memiliki kebiasaan atau virus patogen dari tubuh, feses atau
mencuci tangan kurang baik. Hal ini sumber lain ke makanan. Oleh karenanya
dikarenakan responden mencuci tangan setiap kebersihan tangan dengan mencuci tangan
selesai beraktivitas, maupun sebelum dan perlu mendapat prioritas tinggi, walaupun hal
sesudah makan serta sesudah BAB dan BAK. tersebut sering disepelekan. Kegiatan
Secara keseluruhan persentase item mencuci tangan sangat penting untuk bayi,
pertanyaan variabel kebiasaan mencuci anak-anak, penyaji makanan di restoran, atau
tangan proporsi tertinggi setelah BAB (buang warung serta orang-orang yang merawat dan
air besar) selalu mencuci tangan dengan air mengasuh anak. Setiap tangan kontak dengan
bersih dan menggunakan sabun (88,9%). feses, urine atau dubur sesudah buang air
Sedangkan paling rendah pada sebelum dan besar (BAB) maka harus dicuci pakai sabun
sesudah menyiapkan makanan selalu perlu dan kalau dapat disikat. Pencucian dengan
mencuci tangan, sebelum dan sesudah makan sabun sebagai pembersih, penggosokkan dan
jarang mencuci tangan, selalu mencuci tangan pembilasan dengan air mengalir akan
dengan air bersih dan tidak pernah mencuci menghanyutkan partikel kotoran yang banyak
tangan dengan menggunakan sabun (2,2%). mengandung mikroorganisme (Fathonah,
Tangan adalah media utama penularan 2005 dalam Artanti, 2013).
kuman penyebab penyakit. Meningkatkan Kebersihan tangan sangatlah penting
kebersihan dari kotoran yang ditularkan bagi setiap orang. Kebiasaan mencuci tangan
melalui tangan merupakan cara yang efektif sebelum makan harus dibiasakan. Pada
untuk mengurangi penyebaran infeksi umumnya ada keengganan untuk mencuci
Salmonella dan E.coli, yang menyebabkan tangan sebelum mengerjakan sesuatu karena
penyakit ISPA, cholera, dysentrie, dirasakan memakan waktu, apalagi letaknya
paratyphus, cacingan, keracunan makanan cukup jauh. Dengan kebiasaan mencuci
dan tifoid. Penularan penyakit tifoid karena tangan, sangat membantu dalam mencegah
bakteri salmonella mudah melekat pada penularan bakteri dari tangan kepada
kondisi tangan yang kotor, oleh karena itu makanan. Budaya cuci tangan yang benar
adalah kegiatan terpenting. Setiap tangan Kebiasaan konsumsi makanan diluar pada
yang dipergunakan untuk memegang anak dengan riwayat demam typhoid di
makanan, maka tangan harus sudah bersih. wilayah kerja Puskesmas Muara Jawa.
Tangan perlu dicuci karena ribuan jasad Berdasarkan hasil penelitian diketahui
renik, baik flora normal maupun cemaran, kebiasaan konsumsi makanan diluar pada
menempel ditempat tersebut dan mudah pasien demam typhoid yang berobat pertama
sekali berpindah ke makanan yang tersentuh. kali di poli umum Puskesmas Muara Jawa
Pencucian dengan benar telah terbukti bulan Januari-Maret tahun 2019 paling
berhasil mereduksi angka kejadian banyak baik dengan persentase 51,1%.
kontaminasi dan KLB (Arisman, 2008 dalam Hasil penelitian ini sesuai dengan
Artanti, 2013). penelitian Marta (2018) sebagian besar
Penularan bakteri Salmonella typhi memiliki kebiasaan makan jajanan jarang
salah satunya melalui jari tangan atau kuku. dipinggir jalan. Hal ini dikarenakan banyak
Apabila orang tersebut kurang terdapat pedagang kaki lima maupun
memperhatikan kebersihan dirinya seperti pedagang keliling yang berjualan di sekitar
mencuci tangan sebelum makan maka kuman rumah responden yang kurang terjaga
Salmonella typhi dapat masuk ke tubuh orang kebersihannya.
sehat melalui mulut, selanjutnya orang sehat Secara keseluruhan persentase item
akan menjadi sakit (Zulkoni, 2010). pertanyaan variabel kebiasaan konsumsi
Berdasarkan penjelasan di atas makanan diluar proporsi tertinggi pada sering
diketahui bahwa sebagian besar responden membeli jajanan yang tempatnya berada
kurang baik dalam mencuci tangan dipinggir jalan (73,3%). Sedangkan paling
menyebabkan demam typhoid, dikarenakan rendah pada jajanan yang di beli tidak selalu
penularan penyakit tifoid karena bakteri dikerubungi lalat, jajanan yang dibeli tidak
salmonella mudah melekat pada kondisi sering terkena debu, jajanan yang dibeli tidak
tangan yang kotor, oleh karena itu penting pernah mengandung pemanis buatan, tidak
untuk menjaga kebersihan tangan. pernah membeli pentol disekitar sekolah dan
jarang / tidak pernah membeli jajanan yang
murah dan enak (2,2%).
Secara umum, untuk memperkecil
kemungkinan tercemar Salmonella thyphi,
maka setiap individu harus memperhatikan kesehatan karena penanganannya sering tidak
kualitas makanan dan minuman yang mereka higienis, yang memungkinkan terkontaminasi
konsumsi. Penularan tifus dapat terjadi oleh mikroba beracun maupun
dimana saja dan kapan saja, biasanya terjadi penggunaan bahan tambahan pangan (BTP).
melalui konsumsi makanan di luar rumah atau Infeksi dari makanan akan timbul apabila
di tempat-tempat umum, apabila makanan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi
atau minuman yang dikonsumsi kurang mikroorganisme pathogen yang hidup.
bersih. Dapat juga disebabkan karena Mikroorganisme tersebut akan berkembang di
makanan tersebut disajikan oleh seorang dalam tubuh, apabila jumlahnya banyak akan
penderita tifus laten (tersembunyi) yang menimbulkan gejala-gejala penyakit
kurang menjaga kebersihan saat memasak. (Zulkoni, 2010).
Seseorang dapat membawa kuman tifus Berdasarkan penjelasan di atas
dalam saluran pencernaannya tanpa sakit, ini diketahui bahwa kebiasaan konsumsi
yang disebut dengan penderita laten. makanan diluar pada pasien demam typhoid
Penderita ini dapat menularkan penyakit tifus yang berobat pertama kali di poli umum
ini ke banyak orang, apalagi jika dia bekerja Puskesmas Muara Jawa bulan Januari-Maret
dalam menyajikan makanan bagi banyak tahun 2019 yang kurang baik dikeranakan
orang seperti tukang masak di restoran sering membeli jajanan yang tempatnya
(Addin, 2009). berada dipinggir jalan, jajanan yang di beli
Makanan diluar merupakan masalah dikerubungi lalat, jajanan yang dibeli sering
yang perlu menjadi pehatian terkena debu, jajanan yang dibeli pernah
masyarakat, khususnya orang tua, penjual, mengandung pemanis buatan, pernah
karena jajanan diluar sangat beresiko membeli pentol disekitar sekolah dan
terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang membeli jajanan yang murah dan enak.
banyak mengganggu kesehatan, baik jangka PENUTUP
pendek maupun jangka panjang pada anak Simpulan
sekolah. Meskipun makanan diluar memiliki 1. Kebiasaan mencuci tangan pada pasien
keunggulan-keunggulan seperti murah, cita demam typhoid usia 12-18 tahun yang
rasanya enak, dan dapat langsung dimakan berobat pertama kali di poli umum
tanpa pengolahan lebih lanjut, ternyata Puskesmas Muara Jawa bulan Januari-
makanan jajanan masih beresiko terhadap Maret tahun 2019 paling banyak kurang
berjumlah 23 orang dengan persentase 2. Bagi Puskesmas
51,1%. Sebaiknya memberikan penyuluhan
2. Kebiasaan konsumsi makanan diluar pada kepada masyarakat mengenak jajanan
pasien demam typhoid usia 12-18 tahun makanan yang baik dan cara mencuci
yang berobat pertama kali di poli umum tangan yang baik dan benar sehingga
Puskesmas Muara Jawa bulan Januari- menurunkan kejadian penyakit demam
Maret tahun 2019 paling banyak baik typhoid.
berjumlah 23 orang dengan persentase 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan
51,1%. penelitian lebih lanjut seperti analisis
Saran dampak demam typhoid pada anak usia
1. Bagi masyarakat sekolah berdasarkan umur dan jenis
a. Memberikan pandangan kepada anak- kelamin.
anaknya tentang kebiasaan makanan DAFTAR PUSTAKA
jajanan di luar dapat mudah tertular Adam dan Y. Motarjemi. 2013. Dasar-Dasar
penyakit, karena makanan yang dijual Keamanan Makanan Untuk Petugas
Kesehatan. Buku Kedokteran EGC.
dipinggir jalan tidak terjamin Jakarta.
kebersihan dan keamanan bahan yang
Addin, A. 2009. Pencegahan dan
digunakan. Selain itu, memberikan Penanggulangan Penyakit. Bandung:
penjelasan kepada anak jajanan yang PT. Puri
Delco.
dapat dibeli dengan kondisi jauh dari
tempat sampah, tidak terdapat lalat, Alimul, Hidayat, A. Aziz. 2011. Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
tidak terkena debu dan terdapat Salemba Medika.
penutup pada makanan.
Artanti. 2013. Hubungan antara Sanitasi
b. Sebaiknya orang tua, untuk Lingkungan, Higiene Perorangan,
menghindari anak membeli jajanan di dan Karakteristik Individu dengan
Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah
pinggir jalan dengan membuatkan Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota
sendiri makanan bekal yang aman dan Semarang Tahun 2012. Skripsi
Universitas Negeri Semarang.
bergizi serta disukai anak-anak.
c. Sebaiknya mengajarkan anak cara Edi, Apriyadi. 2018. Perilaku Higiene
Perseorangan dengan Kejadian
menjaga kebersihan khususnya Demam Tifoid. Artikel Penelitian.
mencuci tangan yang baik dan benar.
Evita, Candra. 2016. Faktor-Faktor Yang Samarinda Tahun 2018. Skripsi
Berhubungan Dengan Kejadian Widya Gama Mahakam Samarinda.
Demam Typhoid Pada Pasien Rawat
Inap Di Ruang Flamboyan dan Melati Pratiwi, L.R. 2013. Hubungan Antara
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Personal Hygiene Dan Sanitasi
Samarinda. Jurnal FKM UWGM Makanan Dengan Kandungan E. Coli
Samarinda. Pada Sambal Yang Disediakan Kantin
Universitas Negeri Semarang Tahun.
Eunike, Seran. 2015. Hubungan antara Unnes Journal of Public Health.
personal higiene dengan kejadian Volume 3, No 4
demam tifoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Tumaratas Kecamatan Ramatillah, D. L., Eff, A. R., & Lukas, S.
Langowan Barat. ejournal 2015. Case Report Typhoid Fever at
Keperawatan (e-Kp) Volume 3. PGI Cikini Hospital Jakarta. Wood
Nomor 2. Industry/Drvna Industrija Vol 6 No 1.

Hadinegoro, Sri R dan Hindra Irawan S. Ramaningrum, Galuh. 2016. Faktor-faktor


2012. Demam Berdarah Dengue. yang Mempengaruhi Kejadian
Naskah Lengkap, Pelatihan bagi Demam Tifoid pada Anak di RSUD
Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Tugurejo Semarang. Jurnal Fakultas
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Kedokteran Universitas
dalam Tatalaksana Kasus DBD. Muhammadiyah Semarang.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Salis, Milla Rohma. 2016. Pengaruh
Haslinda. 2016. Hubungan Personal Hygiene Pengetahuan Higiene dan Sanitasi
dan Kebiasaan Jajan Terhadap Terhadap Penyelenggaraan Makanan
Kejadian Demam Typhoid Pada Anak. Sehat Pada KKG Guru SD
Skripsi UIN Alaudin Makassar. Kecamatan Keling Jepara. Jurnal
keluarga vol 2 no. 1.
Hidayati. 2016. Asuhan Keperawatan pada
An.R dengan Demam Typhoid di Sajida, Aqsa. 2012. Hubungan personal
Ruang Cempaka RSUD dr. R. hygiene(kebersihan kulit, kebersihan
Goeteng Taroenadibrata tangan dan kuku, kebersihan pakaian,
Purbalingga. Skripsi Universitas kebersihan handuk dan kebersihan
Muhammadiyah Puwokerto. tempat tidur dan spreidan sanitasi
lingkungan dengan keluhanpenyakit
Innesa, Carolina. 2013. Perbaikan Gambaran kulit di Kelurahan Denai Kecamaatan
Klinis Demam Terhadap Terapi Medan Denai Kota Medan Tahun
Antibiotik Pada Anak Demam Tifoid. 2012. Skripsi USU.
Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Sari, Yuli Wulan. 2013. Faktor kebiasaan
dan sanitasi lingkungan hubungannya
Martha, Wahyuningsih. 2018. Faktor Yang dengan kejadian demam thypoid di
Berhubungan Dengan Kejadian wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak
Demam Tifoid Pada Pasien Di Kabupaten Boyolali. Naskah
Puskesmas Temindung Kota
Publikasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Seran. 2015. Hubungan antara personal


higiene dengan kejadian demam tifoid
di Wilayah Kerja Puskesmas
Tumaratas Kecamatan Langowan
Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Vol 2 No. 1.

Simanjuntak, C.H. 2009. Demam Tifoid,


Epidemiologi, Dan Perkembangan
Penelitiannya. Cermin Dunia
Kedokteran. Volume 1 Nomor 83.

Widodo, D. 2015. Demam Tifoid Buku Ajar


Penyakit Dalam. Interna Publishing.
Jakarta.

Zulkoni. 2010. Parasitologi. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai