Tegangan Sentuh
Tegangan Sentuh
TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Memenuhi persyaratan Gelar Strata Satu ( S1 )
Disusun Oleh :
AGUS INDRIA SUSANTO
NIM : 41406110026
Konsentrasi : TEKNIK TENAGA LISTRIK
Dibuat Oleh :
Nama : AGUS INDRIA SUSANTO
Nim : 41406110026
Peminatan : Teknik Tenaga Listrik
Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada 29 Agustus 2008.Tugas Akhir ini
TELAH DITERIMA DAN DISETUJUI SEBAGAI SALAH SATU
PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK
ELEKTRO
i
LEMBAR PENGESAHAN
Adalah benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan duplikasi dari karya
orang lain , kecuali yang telah disebutkan sumbernya.
Jakarta,
ii
ABSTRAK
Perlu disadari bahwa suatu instalasi listrik, bila bertegangan listrik tidak lagi
katagori domain pribadi akan tetapi juga masuk dalam domain publik. Sehingga
setiap instalasi listrik yang terpasang mengacu pada PUIL 2000, salah satunya adalah
hewan, dan harta benda dari bahaya kejut listrik. Untuk menerapkan proteksi dari
kejut listrik banyak sekali cara yang digunakan salah satunya ialah dengan
Pada saat ini instalasi listrik pada konsumen tegangan rendah sangat jarang
yang mengacu pada PUIL, khususnya dalam menerapkan proteksi terhadap kejut
listrik. Banyak instalasi listrik pada konsumen tegangan rendah yang tidak terdapat
pembumian serta banyak yang juga salah kaprah bahwa pembumian digunakan untuk
instalasi dari bahaya kejut listrik, penulis tergugah untuk melakukan pengamatan dan
pmbumian TT dan TN, serta akibat gangguan penghantar netral putus dan
Dari hasil pengamatan dan analisa didapat bahwa jika terjadi kegagalan
isolasi pada sistem TN, tegangan sentuh yang terjadi lebih kecil dibandingkan
iii
tegangan sentuh yang terjadi pada sistem TT. Untuk gangguan penghantar netral
putus memiliki pengaruh yang berbeda tergantung letak gangguan dan sistem
pembumian yang diterapkan. Dari hasil analisa didapat bahwa sistem pembumian TN
mampu memperkecil tegangan sentuh yang terjadi dan juga mampu memkompensir
gangguan penghantar nertal putus. Gangguan penghantar netral putus pada gardu
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur haruslah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas curahan
dan rahmat dan karunia – Nya yang selalu dilimpahkan kepada semua mahluk
ciptaan – Nya. Salawat serta salam tercurah Kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi
pembawa rahmat untuk alam semesta, bagi keluarga, sahabat, serta orang – orang
ditentukan oleh Universitas Mercu Buana guna memperoleh gelar Sarjana Teknik.
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
1. Bapak Ir. Budi yanto Husodo, M.sc Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
4. Kedua Orang tua serta saudara – saudara di rumah yang memberi banyak
dukungan.
5. Rekan – rekan kerja KONSUIL area DKI dan Tangerang yang banyak
v
6. Rekan – rekan Teknik Elektro PKSM Universitas Mercubuana, rekan
alumni STT – PLN jurusan D3 Elektro angkatan 2000 yang telah banyak
Akhir kata penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh
penyusunan Tugas Akhir ini, baik materi, pembahasan dan peyajian. Oleh karena itu
segala kritik dan saran untuk penyempurnaan Tugas Akhir ini akan penulis terima
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................. 3
1.3 Pembatasan Masalah ........................................... 3
1.4 Metode Penulisan ................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan .......................................... 4
vii
BAB III PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH
3.1 Umum .................................................................. 26
3.2 Tegangan ............................................................. 26
3.2.1 Tegangan Sentuh ..................................... 28
3.3 Arus Yang melalui Tubuh Manusia .................... 29
3.3.1 Arus Persepsi .......................................... 30
3.3.2 Arus Yang Mempengaruhi Otot .............. 31
3.3.3 Arus Fibrilasi ........................................... 31
3.3.4 Arus Reaksi .............................................. 32
3.4 Resistans Tubuh Manusia .................................... 33
3.5 Cara – Cara Memproteksi Dari Tegangan Sentuh 34
3.5.1 Proteksi Dari Sentuh Langsung
( Dalam Pelayanan Normal ) ................... 34
3.5.2 Cara Proteksi Dari Sentuh Langsung ...... 34
3.5.3 Proteksi Dari Sentuh tak Langsung ......... 38
3.5.4 Cara Proteksi Dari Sentuh tak Langsung . 39
3.6 Proteksi Dengan Pemutusan Suplai Otomatis ..... 41
3.6.1 Jenis Pembumian Sistem ......................... 42
3.7 Sistem Pembumian Pengaman ( TT ) .................. 45
3.7.1 Persyaratan Sistem TT ............................. 47
3.8. Sistem Pembumian Netral Pengaman ( TN ) ...... 48
3.8.1 Persyaratan Sistem TN ............................ 49
3.9 Perhitungan Resistans Penghantar, Arus Gangguan
Dan tegangan Sentuh ........................................... 50
3.9.1 Perhitungan Resistans Penghantar ........... 50
3.9.2 Perhitungan Arus Gangguan dan
Tegangan Sentuh ..................................... 51
3.10 Pengaruh Putusnya Penghantar Netral ................ 57
3.10.1 Kenaikan Tegangan Akibat Pengantar
Netral Putus ............................................. 57
viii
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TERHADAP TEGANGAN
SENTUH PADA SISTEM PEMBUMIAN TT DAN TN
4.1 Umum .................................................................. 60
4.2 Data – Data Hasil Pengukuran ............................ 60
4.3 Analisa Perhitungan Tegangan Sentuh Pada
Sistem Pembumian .............................................. 62
4.3.1 Analisa Perhitungan Resistans Penghantar 62
4.3.2 Analisa Perhitungan Tegangan Sentuh
Pada Sistem TT ........................................ 64
4.3.3 Analisa Perhitungan Tegangan Sentuh
Pada Sistem TN ....................................... 75
4.4 Analisa Perhitungan Akibat Penghantar netral
Putus Pada Sistem Tegangan Rendah ................. 77
4.4.1 Penghantar Netral Putus Pada
Instalasi Rumah ....................................... 77
4.4.2 Penghantar Netral Putus Pada
Sambungan Rumah ( APP ) ..................... 77
4.4.3 Penghantar Netral Putus Pada
Jaringan Tegangan Rendah
( Tiang Pertama dari Gardu ) ................... 79
4.4.4 Kenaikan Tegangan Akibat penghantar
Netral Putus ............................................. 80
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 4.3 Rangkaian Ekivalen Arus Gangguan yang Terjadi
Pada Konsumen E ............................................................. 66
Gambar 4.4 Rangkaian Ekivalen Arus Gangguan yang Terjadi
Pada Konsumen I ...................................................................... 69
Gambar 4.5 Rangkaian Ekivalen Arus Gangguan yang Terjadi
Pada Konsumen L .................................................................... 72
Gambar 4.6 Hubungan Penghantar Netral Putus Pada Sistem TT ............... 78
Gambar 4.7 Hubungan Penghantar Netral Putus Pada Sistem TN ............... 79
Gambar 4.8 Diagram Loop Antara Belitan Trafo Dan Konsumen
Saat Penghantar Netral Putus ................................................... 81
xii
BAB I
PENDAHULUAN
gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik maupun pada peralatan
listrik.
penerangan, proses produksi dan lain – lain yang membantu proses pekerjaan
manusia. Oleh karena itu untuk melindungi manusia dari bahaya listrik, maka
setiap pemasangan instalasi pada sistem tenaga listrik tegangan rendah dan
peralatan listrik harus mengacu pada suatu Standar Nasional yang dikenal
dengan Persyaratan Umum Instalasi Lisrik (PUIL) tahun 2000 dan SPLN.
Pada salah satu isi bab dari PUIL 2000 adalah mengatur cara
mengamankan dari bahaya kejut listrik atau bahaya tegangan sentuh. Perlu
1
Indonesia sistem pembumian yang digunakan ada dua sistem pembumian
antara lain :
yang diamankan dengan hantaran netral yang dibumikan atau dengan kata
lain fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal
elektroda bumi yang secara listrik terpisah dari eletroda bumi sistem
tenaga listrik.
2
1.2. Tujuan Penulisan.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah dapat mengetahui salah
kelebihan dan kekurangan dari dua sistem pembumian, serta faktor – faktor
yang digunakan, untuk itu perlu dibatasi ruang lingkup permasalahan yang
akan dibahas. Untuk itu penulis hanya akan membahas pengamanan dengan
Indonesia, yaitu :
3
memecahkan suatu masalah yang mungkin dihadapi dalam proses
penelitian ini. Cara yang dilakukan antara lain dengan menggunakan buku
b. Observasi Lapangan.
BAB 1 PENDAHULUAN.
penulisan.
4
BAB III PENGAMAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH.
BAB 5 PENUTUP
5
BAB II
LANDASAN TEORI.
gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik maupun pada peralatan
listrik.
antara lain :
a. Pembumian sistem.
b. Pembumian peralatan.
peralatan listrik konsumen misalnya ; lemari es, pompa air, dan lain –
lain.
tanah yang terdapat di Indonesia misalnya ; tanah rawa, tanah liat / tanah
ladang, pasir basah, kerikil basah, pasir dan kerikil kering, dan tanah berbatu,
6
dimana masing – masing jenis tanah tersebut diatas mempunyai tahanan jenis
( Ω - m ).
pembumian sebaiknya pada saat musim kemarau, karena tahanan jenis tanah
pada musim kemarau dan musim hujan berbeda, dimana pada musim hujan
peralatan listrik.
c. Untuk meredam arus pada penghantar netral yang diakibatkan beban pada
7
a. Untuk membatasi tegangan antara bagian – bagian peralatan yang tidak
dilalui arus listrik dan antara bagian ini dengan tanah sampai pada suatu
normal atau tidak normal. Untuk mencapai tujuan ini, suatu sistem
merata dalam semua bagian struktur dan peralatan, serta untuk menjaga
berada dalam potensial yang sama dan tidak berbahaya dalam setiap saat.
c. Untuk memperoleh impedansi yang kecil dari jalan balik arus hubung
saat terjadi hubung singkat ke tanah, jadi bila arus hubung singkat ke
Maka fungsi pembumian itu sendiri adalah mengalirkan arus gangguan yang
menimbulkan bahaya bagi keselamatan jiwa manusia dan juga dapat merusak
peralatan listrik. Arus listrik yang melewati tubuh manusia tidak terlalu
berbahaya tetapi yang berbahaya adalah seberapa besar dan lama arus listrik
instalasi listrik adalah dikarenakan ada kegagalan isolasi atau ada penghantar
yang terbuka yang menyentuh badan atau kerangka pada peralatan listrik
tersebut.
8
2.3. Elektrode Pembumian.
tersebut dialiri arus listrik ketanah, maka arus listrik tersebut akan menyebar
ketanah dan makin jauh dari elektrode maka makin berkurang kerapatan
berupa ; elektrode pita, elektrode batang, elektrode plat, dan jenis elektrode
lainnya.
a. Elektrode Pita.
Elektrode pita dibuat dari hantaran berbentuk pita atau batang bulat
9
lingkaran atau kombinasi dari bentuk – bentuk tersebut (lihat gambar 2.2).
b. Elektrode Batang.
Elektrode batang dibuat dari tembaga atau besi baja profil yang
10
(a). Elektrode batang tunggal. (b). Elektrode batang dalam group.
c. Elektrode Pelat.
Elektrode plat dibuat dari pelat logam berlubang atau dari kawat kasa,
11
Keterangan gambar :
l : Panjang pelat
t
b : Lebar pelat
b
t : Kedalaman pelat
digalvanis yang terbuat dari logam. Kedalaman dari jenis elektrode ini
dapat dipakai 1 buah pipa dengan panjang 6 meter (tergantung dari hasil
penampang 16 mm2 serta ujung pipa diberi mata tombak tembaga yang
12
Gambar 2.5. Elektrode pembumian dengan mempergunakan pipa
galvanis.
Bahan elektrode bumi biasanya terbuat dari tembaga atau baja yang
berhubungan baik dengan tanah sekitarnya. Batu dan kerikil yang langsung
13
resistans pembumian agar diperhatikan panjang elektrode bumi agar
tersebut tidak berkerja secara efektif pada seluruh panjangnya, maka jarak
minimum antara elektrode harus dua kali panjang efektifnya (lihat gambar
2.3).
rendah maka jarak antara pelat logam, jika dipasang paralel dianjurkan
14
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Resistans Pembumian.
harga ρ. Harga resistans jenis tanah pada daerah kedalaman yang terbatas
tidaklah sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi tahanan jenis tanah yaitu
Ialah struktur geologinya, seperti tanah liat, tanah rawa, tanah berbatu,
Resistans jenis tanah bervariasi dari 500 sampai 50000 ohm per cm3.
kadang- kadang harga ini dinyatakan dalam ohm – cm. Pernyataan ohm –
dari suatu volume tanah yang berisi 1 cm3. kesulitan yang biasa dijumpai
tertentu mungkin terdapat dua atau lebih jenis tanah dengan resistans jenis
15
tanah , harus dilakukan pengukuran langsung ditempat dengan
1 2 3 4 5 6 7
landang basah
Resistans
m)
garam pada tanah dekat elektrode pembumian yang ditanam. Cara ini
Cara lain untuk mendapatkan resistans jenis tanah yang rendah dapat
keadaan cuaca. Untuk mendapatkan resistans jenis tanah rata – rata untuk
16
c. Pengaruh Iklim.
jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang paling buruk, yaitu tanah
dari proses elektrolisa, oleh karena itu air di dalam tanah akan
pada besarnya resistans jenis tanah. Hal ini terlihat pengaruhnya pada
temperatur dibawah titik beku air (0°C), dibawah harga ini penurunan
17
Gejala diatas dapat dijelaskan sebagai berikut ; pada temperatur
dibawah titik beku air (0°C), air di dalam tanah akan membeku, molekul
– molekul air dalam tanah sulit untuk bergerak, sehingga daya hantar
listrik tanah menjadi rendah sekali. Bila temperatur tanah naik, air akan
berubah menjadi fase cair, molekul – molekul dan ion – ion bebas
bergerak sehingga daya hantar listrik tanah akan menjadi besar atau
ρt = ρ0 (1 + αt) (2.1)
dimana :
18
Ukuran minimum elektrode dapat dipilih dengan memperhatikan
korosi dan penghantarnya, bila keadaan tanah korosif atau jika digunakan
penampang dan tebalnya sekurang – kurangnya 150 % dari yang tertera pada
tabel 2.2. mengenai ukuran minimum elektrode bumi dan tabel 2.3. resistans
19
Tabel 2.3. Resistans pembumian pada resistans jenis ρ1 = 100 Ω - m.
Pelat vertical
Jenis Pipa atau penghantar Batang atau dengan
electrode pilin pipa Sisi atas ± 1 m
Dibawah
permukaan
tanah
Bahawa pada tabel 2.3 menunjukan nilai rata – rata resistans elektrode
bumi untuk ukuran minimum elektrode bumi seperti pada tabel 2.2.Untuk
resistans jenis yang lain (ρ), maka besar resistans pembumian berdasarkan
ρ ρ
— atau — (2.2)
ρ1 100
20
2.5. Pemasangan sistem Pembumian.
dibumikan.
lemari es, pompa air dan lain sebagainya, tetapi dapat juga dipasang
rendah dengan tegangan 220 / 380 Volt dipasang pada transformator sisi
pembumian kubikel 20.000 Volt, karena bila pembumian ini digabung maka
pada suatu saat terjadi kegagalan listrik di kubikel 20.000 Volt akan
21
Nilai resistans pembumian pada pembumian sistem sebaiknya ≤ 1
pembumian.
tembaga atau pipa air minum yang terbuat logam yang sudah digalvanis.
22
Elektrode ditanam dan dihubungkan ke kotak kwh meter yang
pengukuran.
mempergunakan elektrode yang terbuat dari tembaga atau pipa air minum
yang terbuat dari logam yang sudah digalvanis . elektrode ditanam dan
23
dihubungkan ke PHB yang mempergunakan penghantar jenis tembaga
sebaiknya ≤ 3 ohm.
Terminal
netral
MCB
Terminal
Kotak PHB
pembumian
Pembumian
24
c. Pemasangan Pada Peralatan Listrik.
meter atau di PHB dapat juga dipasang disetiap peralatan listrik yang
terpasang di rumah tinggal (pada BKT) misalnya pompa air, lemari es,
atau motor listrik dan lain sebagainya. Jika ditinjau dari segi ekonomis
25
BAB III
3.1. Umum.
Pengertian yang lebih mendalam mengenai langkah pengamanan
melalui badan.
tegangan atau arus listrik terhadap manusia dari yang ringan sampai yang
Ringan atau berat bahaya yang timbul, tergantung dari faktor – faktor
3.2. Tegangan.
Pada sistem kelistrikan baik pada tegangan tinggi, tegangan
manusia, dalam hal terjadi kontak langsung. Akan tetapi sebenarnya yang
26
menyebabkan bahaya tersebut adalah besarnya arus yang mengalir dalam
tanah.
a. Tegangan sentuh.
b. Tegangan langkah.
27
3.2.1.Tegangan Sentuh.
Tegangan sentuh adalah tegangan yang terdapat diantara suatu obyek
yang disentuh dan suatu titik tertentu, dengan asumsi bahwa objek yang
dibawahnya.
Rf
Es = Rk × × Ik (3.1)
2
28
Dimana :
Pada tabel 3.1. diberikan besarnya tegangan sentuh yang diijinkan serta lama
TEGANGAN SENTUH
Maksimum waktu yang diizinkan AC rms
(detik) (volt) D.C (volt)
∞ ≤ 50 ≤ 120
5 50 120
1 75 140
0,5 90 160
0,2 110 175
0,1 150 200
0,05 220 250
0,03 280 310
didalamnya. Tetapi berapa besar dan lamanya arus yang masih dapat ditahan
ditetapkan. Dalam hal ini telah banyak diselidiki oleh para ahli dengan
29
menggunakan binatang tertentu. Besarnya arus belum berbahaya terhadap
d. Arus reaksi.
3.3.1.Arus Persepsi.
Bila seseorang memegang penghantar yang diberi tegangan mulai dari
harga nol dan dinaikan sedikit demi sedikit, arus listrik yang melalui tubuh
syaraf sehingga akan terasa suatu getaran yang tidak berbahaya. Bila dengan
arus bolak – balik dan akan terasa sedikit panas pada telapak tangan.
sebagai berikut :
30
3.3.2.Arus Yang Mempengaruhi Otot.
Bila tegangan yang menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi
dinaikan lagi maka manusia akan merasakan sakit dan jika dinaikan maka
otot – otot akan kaku sehingga manusia tidak berdaya lagi untuk melepaskan
penyelidikan terhadap 134 orang laki – laki dan 28 orang perempuan dan
b. Untuk perempuan : 6 mA
3.3.3.Arus Fibrilasi.
Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar dari arus yang
31
dengan menggunakan binatang yang mempunyai badan dan jantung yang kira
– kira sama dengan manusia. Disebutkan bahwa 99,5 % dari semua orang
yang beratnya 50 kg masih dapat bertahan terhadap besar arus dan waktu
K
Ik = (3.2.)
t
dimana :
3.3.4.Arus Reaksi.
Arus reaksi adalah arus yang terkecil yang dapat mengakibatkan
fatal.
32
Tabel 3.2. Batasan – batasan arus dan pengaruhnya pada manusia.
BATAS
ARUS PENGARUH PADA TUBUH MANUSIA
0 - 0,9 mA Belum merasakan pengaruhnya
0,9 - 1,2 mA Baru mulai adanya arus listrik, tetapi tidak menimbulkan kejang
1,2 - 1,6 mA Mulai terasa seakan ada yang merayap dalam tubuh manusia
1,6 - 6 mA Tangan sampai ke siku terasa kesemutan
6 - 8 mA Tangan mulai kaku dan rasa kesemutan makin bertambah
8 - 15 mA Rasa sakit tak tertahankan, penghantar fase masih dapat dilepas
15 - 20 mA Otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar
20 - 50 mA Dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh manusia
50 - 100 mA Batas arus yang dapat menyebabkan kematian
ohm tergantung dari tegangan, keadaan kulit pada tempat yang mengadakan
hubungan (kontak) dan jalanya arus dalam tubuh. Penyelidikan dan penelitian
resistans tubuh manusia yang diperoleh beberapa ahli adalah sebagai berikut
33
Berdasarkan hasil penyelidikan oleh para ahli maka pendekatan
melindungi manusia, ternak, dan harta benda. Untuk tindakan proteksi dapat
diterapkan pada seluruh instalasi, pada sebagian instalasi atau pada suatu
perlengkapan listrik.
b. Proteksi dari sentuh tak langsung atau proteksi dalam kondisi gangguan.
langsung pada bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik. Bagian aktif
bagian dari sirkit listriknya, yang dalam keadaan pelayanan normal umumnya
34
a. Proteksi Dengan Isolasi Bagian Aktif.
bagian aktif. Bagian aktif harus seluruhnya tertutup dengan isolasi yang
kawat berisolasi.
terhadap :
35
paling rendah IP2X, sedangkan untuk permukaan bagian atas yang
36
menghindari rintangan secara sengaja. Proteksi rintangan harus dapat
mencegah :
disengaja.
untuk mencegah sentuh yang tidak sengaja dengan bagian aktif. Bagian
normal. Penggunaan gawai proteksi arus sisa, dengan arus operasi sisa
pengenal tidak lebih dari 30 mA, dikenal sebagai proteksi tambahan dari
37
kejut listrik dalam pelayanan normal, dalam hal kegagalan tindakan
bagian dari sirkit listriknya, yang dalam pelayanan normal tidak bertegangan
38
a. Perlengkapan listrik harus dirancang dan dibuat dengan baik.
yang terlalu tinggi karena kegagalan isolasi tidak dapat terjadi atau tidak
dapat bertahan. Tegangan sentuh yang terlalu tinggi adalah tegangan sentuh
yang melampaui batas rentang tegangan yaitu > 50 Va.b. efektif. (lihat Tabel
3.1).
perlengkapan yang diberi proteksi oleh gawai tesebut dari sentuh tak
waktu yang cukup lama, yang dapat menyebabkan resiko efek fisiologis
39
b. Proteksi Dengan Menggunakan Perlengkapan Kelas II.
listrik dari jenis berikut ini, yang diuji jenis dan ditandai sesuai standar
yang relevan :
total.
arus kejut melalui sentuh dengan BKT yang dapat dilistriki oleh
gangguan pada isolasi dasar listrik. Proteksi dengan separasi listrik adalah
sentuh yang terlalu tinggi pada BKT perlengkapan yang diproteksi, bila
40
Gambar 3.5. Proteksi dengan separasi listrik
masih biasa terjadi sebagai akibat kegagalan isolasi yaitu apa yang disebut
dengan sentuh tak langsung. Proteksi terhadap sentuh tak langsung dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti yang dijelaskan diatas. Dari cara
suplai otomatis.
resiko efek patofisiologi yang berbahaya dalam tubuh manusia ketika terjadi
41
3.6.1.Jenis Pembumian Sistem.
Jenis pembumian sistem yang digunakan secara umum antara lain :
a) Sistem TN-S.
42
b) Sistem TN-C-S.
c) Sistem TN-C.
43
Gambar 3.8 Sistem TN-C.
listrik terpisah dari elektroda bumi sistem tenaga listrik (lihat gambar
3.9).
44
C. Sistem IT.
dari bumi, atau satu titik di hubungkan ke bumi melalui suatu impedansi.
proteksi. Jika titik netral sistem di sumbernya tidak ada, penghantar fase dari
45
sumber dapat dibumikan. Namun hal ini tidak dianjurkan penggunaannya di
Indonesia.
diberi proteksi oleh suatu gawai proteksi yang sama, beserta penghantar
tersebut berlaku secara terpisah bagi semua BKT yang diberi proteksi oleh
46
3.7.1.Persyaratan Sistem TT.
Untuk sistem TT harus memenuhi kondisi sebagai berikut :
RE 2 × Ia ≤ 50 v (3.3)
50
RE2 ≤ (3.4)
k × In
Dimana :
Pengaman.
lebur (sekering) atau pemutus sirkit (misalnya MCB) dan Ia haruslah arus
Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS), Ia adalah arus operasi sisa pengenal I∆n.
47
3.8. Sistem Pembumian Netral Pengaman (TN).
Sistem TN dilakukan dengan cara menghubungkan semua BKT
listrik yang dibumikan (lihat gambar 3.6, 3.7, 3.8) sedemikian rupa sehingga
netral. Jika titik netral tidak ada atau tidak terjangkau, penghantar fase harus
melayani baik sebagai penghantar proteksi (PE) maupu penghantar netral (N),
disebut penghantar PEN. Sistem ini dinamakan sistem TN-C (lihat gambar
konsumen kecil yang berdekatan satu dengan lainnya dapat dianggap satu
48
3.8.1.Persyaratan Sistem TN.
Jika terjadi gangguan hubung pendek pada suatu tempat dalam intalasi
sehingga akan terjadi pemutusan suplai secara otomatis dalam waktu yang
Zs × Ia ≤ Uo (3.5)
Dimana
(ampere).
Jika arus hubung pendek tersebut di atas tidak cukup besar sehingga
gawai proteksi arus lebih (GPAL) tidak berkerja, maka dapat digunakan
49
3.9. Perhitungan Resistans Penghantar, Arus Gangguan, Dan
Tegangan Sentuh.
Perubahan nilai resistans ini disebut koefesien temperatur dari resistans diberi
1
αt 1 = + T1 (3.7)
To
50
maka dari persamaan 3.6 dan 3.7 dapat diperoleh persamaan
(To + t 2 )
Rt 1 = × Rt 2 (3.8)
(To + t1 )
dimana :
terjadi arus gangguan akibat kegagalan isolasi dari penghantar, maka arus
S
RL
T.M T
R1 IF Fuse
N
R2
51
Dari gambar diatas maka untuk mencari arus gangguan pada sistem
- Vph + ( If .R1 ) + ( If . R2 ) + ( If . RL ) = 0
Vph
If = (3.9)
R 1 + R 2 + RL
Vs = If × R 2 (3.10)
bila suatu peralatan listrik tersentuh atau terjadi kontak dengan manusia
Vs
Im = (3.11)
Rm
dimana
52
B. Arus Gangguan Dan Tegangan Sentuh Pada Sistem TN.
S
RL
T
RN
T.M N
Fuse
R1
R2
untuk mencari besarnya arus gangguan yang mengalir pada sistem TN,
RL
Vph RN
R2
R1
Bumi
53
maka rangkaian tersebut dapat disederhanakan
Rs1 = R1 + R 2 (3.12).
RN × Rs1
Rp = (3.13).
RN + Rs1
RN . (R1 + R 2 )
Rp = (3.14).
RN + R 1 + R 2
RL
Vph
RP
Bumi
Rptotal = Rp + RL (3.15).
Vph
If = (3.16).
RPtotal
54
RN
If 2 = × If (3.17).
R1 + R 2 + RN
Vs = R 2 × If 2 (3.18).
bila suatu peralatan listrik tersentuh atau terjadi kontak dengan manusia
Vs
Im = (3.19).
Rm
dimana
55
RL
I1
RN2 RN1
R1 I3 R2b I2 R2a
BUMI
untuk mencari arus gangguan dapat dicari terlebih dahulu dengan cara
E
I= (3.20).
R
I = R −1 ⋅ E (3.21).
−1
I1 A11 A12 A13 E1
I 2 = A 21 A 22 A 23 × E2
I3 A 31 A 32 A 33 E3
56
dimana :
E1 = Vph
E2 = 0
E3 = 0
memang agak jarang terjadi, tetapi jika terjadi putusnya penghantar netral
fase pada yang mempunyai beban rendah dan sebaliknya fase yang
57
R
Loop 1, i1
220V 0 ZR
SEKUNDER
BEBAN
n N
TRAFO TR
220V -120
ZT ZS
220V -240
S
T
Loop 2, i2
i1 . (ZR + ZT) + i2 . ZT = VR – V T
i1 . ZT + i2 . (ZS + ZT) = VS – V T
E
I=
R
I = R −1 ⋅ E
58
maka persamaan bentuk matrix dapat diperoleh
−1
I1 A11 A12 E1
= ×
I 2 A 21 A 22 E2
karena tegangan dan impedansi berbentuk riel dan imajiner dibuat matriks
A B −C −D
A + jB C + jD E F −G −H
= (3.22).
E + jF G + jH C D A B
G H E F
59
BAB IV
4.1. Umum.
pembumian perlu adanya data sebagai acuan. Pada proses pencarian data
R1 = 0,8 Ohm.
R – N = 220 Volt
S – N = 220 Volt
T – N = 220 Volt
60
c. Arus pada tiap jurusan.
JURUSAN R S T N
A 32 A 22 A 65 A 35 A
B 107 A 100 A 79 A 32 A
C 31 A 10 A 34 A 23 A
D 49 A 31 A 110 A 78 A
SISTEM TAHANAN
KONSUMEN DAYA TEGANGAN PEMBUMIAN PEMBUMIAN
( VA ) ( Volt) ( Ohm )
A 1300 220 TN-C-S 5
B 1300 220 TT 2
C 1300 220 TT 2,2
D 1300 220 TT 2
E 1300 220 TN-C-S 2
F 1300 220 TT 6
G 1300 220 TT 2,6
H 1300 220 TT 3
I 1300 220 TN-C-S 10
J 1300 220 TT 20
K 1300 220 TT 2,8
L 1300 220 TN-C-S 2
M 1300 220 TT 3
61
4.3. Analisa Perhitungan Tegangan Sentuh Pada Sistem
Pembumian.
Berikut ini gambar denah lokasi konsumen yang terhubung dengan jaringan
tegangan rendah.
A B E F I J L M
1 270 m 6 7 30 m 8 30 m 9 30 m 10
C D G H K
62
(To) adalah 228,1 (lihat tabel 3.5). maka untuk nilai resistans penghantar pada
(T o + t 2 )
R t 50 = × R t 20
(T o + t 1 )
(228 ,1 + 50 )
R t 50 = × 0 , 442
(228 ,1 + 20 )
278,1
Rt 50 = × 0,442
248,1
Rt 50 = 0,495 Ω / km
(T o + t 2 )
R t 50 = × R t 20
(T o + t 1 )
(228 ,1 + 50 )
R t 50 = × 0 ,688
(228 ,1 + 20 )
278,1
Rt 50 = × 0,688
248,1
Rt 50 = 0,771 Ω / km
63
4.3.2. Analisa Perhitungan Tegangan Sentuh Pada Sistem
Pembumian TN.
0,149
If
0,231
0,8 IfR2 5
konsumen A.
RN . (R 1 + R 2 )
Rp =
RN + R 1 + R 2
64
0,231 Ω ⋅ (0,8 Ω + 5 Ω ) 1,339 Ω
Rp = =
0,231 Ω + (0,8 Ω + 5 Ω ) 6,031 Ω
Rp = 0,222 Ω
pengganti adalah
RPtotal = 0,371 Ω
sesuai dengan persamaan 3.16 dan 3.17 arus gangguan yang mengalir
Vph 220 V
If = =
RPtotal 0,371 Ω
If = 592,992 A
R n1
IfR 2 = × If
R 1 + R 2 + R n1
0,231 Ω
IfR 2 = × 592,992 A = 0,038 Ω × 592,992 A
0,8 Ω + 5 Ω + 0,231 Ω
IfR 2 = 22,713 A
konsumen A
Vs = R 2 × IfR 2 = 5 Ω × 22,713 A
Vs = 113,564 V
65
B. Kegagalan isolasi pada konsumen E.
0,163
I3
0,231 0,0231
I1 I2
0,8 5 2
konsumen E.
serta 3.21.
66
Loop 1 : 0,8I1 + 0,231I1 – 0,231I3 + 5I1 – 5I2 = 0
matrik
6,031 −5 − 0,231
Matrik R = − 5 7,023 − 0,0231
− 0,231 − 0,0231 0,417
R −1 =
0,307 0,361 0,190
0,255 0,190 2,550
sesuai dengan persamaan 3.21 maka besarnya arus gangguan yang terjadi
I1 56,172
I 2 = 41,837
I3 561,013
67
untuk tegangan sentuh di konsumen E adalah
Vs = I 2 × R 2 = 41,837 A × 2 Ω
Vs = 83,674 A
Vs = 71,675 A
68
0,178
I4
I1 I2 I3
0,8 5 2 10
konsumen I.
+ 0,231 I4 – 0,231 I1 = 0
matrik
69
6,031 −5 0 − 0,231
−5 7,0231 −2 − 0,0231
Matrik R =
0 −2 12,0231 − 0,0231
− 0,231 − 0,0231 − 0,0231 0,455
sesuai dengan persamaan 3.21 maka besarnya arus gangguan yang terjadi
I1 56,349
I2 44,18
=
I3 8,339
I4 514,791
Vs = I3 × R 2 = 8,339 A × 10 Ω
Vs = 83,39 A
Vs = (I 2 − I3 ) × R 2 = (44,18 A − 8,339 A ) × 2 Ω
Vs = 71,682 A
70
untuk tegangan sentuh di konsumen A adalah
Vs = 61,05 A
71
0,193
I5
I1 I2 I3 I4
0,8 5 2 10 2
konsumen L.
72
berdasarkan persamaan loop tersebut diatas diubah menjadi persamaan
matrik
6,031 −5 0 0 − 0,231
−5 7,0231 −2 0 − 0,0231
Matrik R = 0 −2 12,0231 − 10 − 0,0231
0 0 − 10 12,0231 − 0,0231
− 0,231 − 0,0231 − 0,0231 − 0,0231 0,493
R −1 =
0,275 0,324 0,446 0,372 0,182
0,230 0,270 0,372 0,392 0,156
0,326 0,291 0,182 0,156 2,211
sesuai dengan persamaan 3.21 maka besarnya arus gangguan yang terjadi
I1 71,874
I2 64,222
I3 = 40,214
I4 34,382
I5 486,429
73
untuk tegangan sentuh di konsumen L adalah
Vs = I 4 × R 2 = 34,382 A × 2 Ω
Vs = 68,764 A
Vs = 58,32 A
Vs = (I 2 − I3 ) × R 2 = (64,222 A − 40,214 A ) × 2 Ω
Vs = 48,016 A
V s = 38,26 A
74
4.3.3. Analisa Perhitungan Tegangan Sentuh Pada Sistem
Pembumian TT.
gangguan sebesar 0,3 km, sehingga nilai resistans penghantar fasa (RL)
sesuai dengan persamaan 3.9, maka arus gangguan yang terjadi pada
Vph 220 V
If = =
R1 + R 2 + RL 0,8 Ω + 2 Ω + 0,149 Ω
If = 74,601 A
Vs = If × R 2 = 74,601 A × 2 Ω
Vs = 149,203 A
gangguan sebesar 0,3 km, sehingga nilai resistans penghantar fasa (RL)
75
sesuai dengan persamaan 3.9, maka arus gangguan yang terjadi pada
Vph 220 V
If = =
R1 + R 2 + RL 0,8 Ω + 2,2 Ω + 0,149 Ω
If = 69,863 A
Vs = If × R 2 = 69,863 A × 2,2 Ω
Vs = 153,69 A
sistem TT.
V RL R1 R2 Vs
Konsumen Tiang (Volt) (Ohm) (Ohm) (Ohm) If (A) (Volt)
B 7 220 0,149 0,8 2 74,601 149,203
C 7 220 0,149 0,8 2,2 69,863 153,69
D 7 220 0,149 0,8 2 74,601 153,69
F 8 220 0,163 0,8 6 31,595 189,573
G 8 220 0,163 0,8 2,6 61,746 160,539
H 8 220 0,163 0,8 3 55,513 166,54
J 9 220 0,178 0,8 20 10,487 209,744
K 9 220 0,178 0,8 2,8 58,232 163,049
M 10 220 0,193 0,8 3 55,096 165,28
76
4.4. Analisa Perhitungan Penghantar Netral Putus Pada Sistem
Tegangan Rendah.
tetapi jika terjadi gangguan penghantar netral putus yang sering terjadi antara
lain pada :
a. Instalasi rumah.
Penghantar netral putus yang terjadi pada instalasi rumah yaitu antara
PHB dan peralatan listrik. Akibat dari gangguan ini maka pada peralatan
listrik tidak dapat berkerja atau beroperasi disebabkan tidak ada jalan balik
tidak beroperasi.
Untuk penghantar netral putus yang terjadi pada sambungan rumah dalam
hal ini sebelum APP atau KWH – meter memiliki pengaruh yang berbeda
atau TN.
77
a. Pada sistem TT.
R
S
T
T.M N
PUTUS
R1
TT
R2
karena terdapat perbedaan tegangan antara fasa dan netral dimana fungsi
78
R
S
T
T.M N
PUTUS
R1 TN
R2
biasanya terjadi pada rak tegangan rendah yakni pada busbar netral dimana
79
4.4.4. Kenaikan Tegangan Akibat Penghantar Netral Putus.
= 229 + j 0 Volt
= 96,30 + j 46,64 A
= 90 + j 43,59 A
= 71,10 + j 34,43 A
80
ZS = 2,27 < 25,84° Ohm
R
Loop 1, i1
220V 0 ZR
SEKUNDER
BEBAN
n N
TRAFO TR
220V 120
ZT ZS
220V 240
S
T
Loop 2, i2
Gambar 4.8. diagram loop antara belitan trafo dan konsumen saat
Sesuai dengan point 3.10.1 pada bab III, maka dari gambar 4.8 diperoleh
persamaan loop :
Loop 1 : VR – VT = i1 ( ZR + ZT )
Loop 2 : VS – VT = i1 . ZT + i2 ( ZS + ZT )
81
V1 : VR – VS = ( 229 + j 0 Volt ) – ( -116 – j 200,92 Volt )
−1
( ZR + ZS) ZT V1 I1
× =
ZT ( ZS + ZT ) V2 I2
−1
4,58 + j 2,21 2,65 + j 1,28 345 + j 200,92 I1
× =
2,65 + j 1,28 4,69 + j 2,27 2,5 + j 397,51 I2
berikut :
−1
4,58 2,65 − 2,21 − 1,28 345
2,65 4,69 − 1,28 − 2,27 2,5
×
2,21 1,28 − 4,58 − 2,65 200,92
1,28 2,27 − 2,65 − 4,69 397,51
82
untuk hasil invers impedansi matrik tersebut diatas diperoleh
−1
4,58 2,65 − 2,21 − 1,28 0,42 − 0,24 − 0,20 0,12
2,65 4,69 − 1,28 − 2,27 − 0,24 0,41 0,12 − 0,20
=
2,21 1,28 − 4,58 − 2,65 0,20 − 0,12 − 0,42 0,24
1,28 2,27 − 2,65 − 4,69 0,12 0,20 0,24 − 0,41
IR = I1 = 150,32 + j 80,29 A
I S = I2 = -137,924 - j 155,86 A
IT = (I1 + I2)
= 12,4 – j 75,57 A
maka tegangan setiap beban yang tersambung di setiap fasa pada saat
- Beban fasa R ( VR ).
VR = IR x ZR
83
- Beban fasa S ( VS ).
VS = IS x ZS
- Beban fasa T ( VT ).
VT = IT x ZT
konsumen dalam hal ini kenaikan tegangan terjadi pada fasa R yaitu
84
IR
Vtn 0
SEKUNDER
TRAFO TR Zr
n BEBAN
Pembumian Zs
IT ditiang Zt
Vsn 120
Vtn 240 IS
Tanah
Gambar 4.9. Hubungan antara gardu dan beban dengan penghantar netral
dikompensir karena masih ada hubungan penghantar netral dan titik netral
tertutup).
85
BAB V
5.1. Kesimpulan.
Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan dibab IV, maka dapat
1. Jika terjadi kegagalan isolasi pada peralatan listrik, tegangan sentuh yang
terjadi pada sistem pembumian TN lebih kecil dibandingkan pada sistem TT,
ini dapat dilihat pada salah satu contoh pada konsumen A tegangan sentuh
yang terjadi sebesar 113,564 Volt dan pada konsumen B tegangan sentuh
dalam kondisi bahaya karena tegangan sentuh yang terjadi masih diatas
ini tergantung pada GPAL ( Gawai Pengaman Arus Lebih ) seperti MCB,
fuse.
86
masih dapat dioperasikan, tetapi pada sistem TT peralatan tidak dapat
dioperasikan karena tidak ada beda tegangan antara fasa dan netral akibat
5. Jika penghantar netral putus dekat gardu distribusi akibatnya tegangan pada
terlihat pada fasa R sebesar 363,8 Volt dan fasa.S sebesar 472,43 Volt.
5.2. Saran.
3. Karena proteksi dari kedua sistem pembumian ini tergantung dari GPAL,
87
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. Wahyudi Sarimun, MT, Diktat Kuliah Pengaman Peralatan Dan Manusia,
2002
88