Anda di halaman 1dari 8

Philosophy of Christian Education

January 21 th 2019

FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME

Arranged by Kelompok 2:

Monica Amelia 1612150010


Deswari Bremia 1612150027
Ligia Onyk Odetafilin 1612150029

ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2019
FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME

Rangkuman:

Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monitis. Realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme
membagi realitas menjadi dua bagian, yang subjek yang menyadari dan mengetahui disatu
pihak dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia yang dapat dijadikan sebagai
objek pengetahuan manusia.

Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller
membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu : 1) Realisme Rasional, 2) Realisme Naturalis.

1. Realisme Rasional

Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme
religius. Realisme klasik maupun realisme religius menyetujui bahwa dunia materi adalah
nyata, dan berada diluar fikiran (idea) yang mengamatinya.

a. Realisme klasik

Realisme klasik oleh Brubacher disebut humanisme rasional. Realisme klasik


berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri rasional. Dunia dikenal
melalui akal, dimulai dengan prinsip “self-evident”, dimana manusia dapat menjangkau
kebenaran umum. Self-evident merupakan hal penting dalam filsafat realisme karena
evidensi merupakan asas pembuktian tentang realitas dan kebenaran sekaligus. Self
evident merupakan suatu bukti yang ada pada diri (realitas, eksistensi) itu sendiri. Jadi,
bukti tersebut bukan pada materi atau pada realitas yang lain. Self-evident merupakan
asas untuk mengerti kebenaran dan sekaligus untuk membuktikan kebenaran. Self-evident
merupakan asas bagi pengetahuan artinya pengetahuan yang benar buktinya ada didalam
pengetahuan atau kebenaran pengetahuan itu sendiri.
Kneller mengemukakan bahwa realisme klasik bertujuan agar anak menjadi
manusia bijaksana, yaitu seorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan fisik dan sosial.

b. Realisme religious

Realisme religious dalam pandangannya tampak dualistis. Ia berpendapat bahwa


terdapat dua order yang terdiri atas “order natural” dan“order supernatural”. Kedua order
tersebut berpusat pada Tuhan.

Menurut pandangan aliran ini, struktur sosial berakar pada aristokrasi dan
demokrasi. Letak aristokrasinya adalah pada cara meletakan kekuasaan pada yang lebih
tahu dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasinya berarti bahwa setiap orang diberi
kesempatan yang luas untuk memegang setiap jabatan dalam struktur masyarakat.

Menurut realisme religius, karena keteraturan dan keharmonisan alam semesta


sebagai ciptaan Tuhan, maka manusia harus mempelajari alam sebagai ciptaan Tuhan.
Tujuan utama pendidikan mempersiapkan individu untuk dunia dan akhirat. Tujuan
pendidikan adalah mendorong siswa memiliki keseimbangan intelektual yang baik, bukan
semata-mata penyesuaian terhadap lingkungan fisik dan sosial saja.

2. Realisme Natural Ilmiah

Realisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme biologis


dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan sosial (sosial
disposition). Apa yang dinamakan berpikir merupakan fungsi yang sangat kompleks dari
organisme yang berhubungan dengan lingkungannya.

Menurut realisme natural ilmiah, filsafat mencoba meniru objektivitas sains. Karena
dunia sekitar manusia nyata, maka tugas sainslah untuk meneliti sifat-sifatnya. Teori
kebenaran yang dipergunakan oleh kaum realisme natural ilmiah adalah teori
“korespondensi” tentang kebenaran, yang menyatakan bahwa kebenaran itu adalah
persesuaian terhadap fakta dengan situasi yang nyata, kebenaran merupakan persesuaian
antara pernyataan mengenai fakta dengan faktanya sendiri, atau antara fikiran dengan realitas
situasi lingkungannya.

Jadi, menurut realisme ilmiah, pengetahuan yang shahih adalah pengetahuan yang
diperolah melalui pengalaman empiris, dengan jalan observasi, atau penginderaan. Realisme
natural mengajarkan bahwa baik dan salah adalah hasil tentang pengalaman kita tentang
alam, bukan dari prinsip-prinsip nilai agama atau dari luar alam ini.

Mengenai konsep pendidikan realism natural, Brucher (1950) mengemukakan bahwa


pendidikan berkaitan dengan dunia disini dan sekarang. Dunia bukan sesuatu yang eksternal,
tidak abadi, melainkan diatur oleh hukum alam. Jiwa (mind) merupakan produk alam dan
bersifat biologis, berkembang dengan cara menyesuaikan diri dengan alam. Pendidikan
menurut realism natural haruslah ilmiah dan yang menjadi objek penelitiannya adalah
kenyataan dalam alam.

3. Neo-Realisme dan Realisme Kritis

Selain aliran-aliran realism diatas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain, yang
termasuk realisme. Aliran tersebut disebut “Neo-Realisme” dari Frederick Breed, dan
“Realisme Kritis” dari Immanuel Kant. Menurut pandangan Breed, filsafat pendidikan
hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip pertama demokrasi adalah
hormat dan menghormati atas hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus
diartikan sebagai menerima arah tuntunan social dan individual. Istilah demokrasi harus
didefinisikan kembali sebagai pengawasan dan kesejahteraan social.

Realisme kritis didasarkan atas hasil pemikiran Immanuel Kant. Menurut Kant, semua
pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak berarti semuanya dari pengalaman. Objek
luar dikenal melalui indera, namun pikiran atau rasio, atau pengertian, mengorganisasikan
bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman tersebut. Pikiran tanpa isi adalah kosong, dan
tanggapan tanpa konsepsi adalah buta. Demikian kata Kant. “Thoughts without content are
empty, percepts without concepts are blind” (Henderson, 1959 : 218).

Selanjutnya, menurut Kant, pengalaman tidak hanya sekedar warna, suara, bau yang
diterima alat indera, melainkan hal-hal tersebut diatur dan disusun menjadi suatu bentuk yang
terorganisasi oleh pikiran kita. Pengalaman merupakan suatu interpretasi tentang benda-
benda yang kita terima melalui alat indera kita. Dan di dalam interpretasi tersebut kita
mempergunakan suatu struktur untuk mengorganisasi benda-benda. Kant mengakui, bahwa
manusia tidak hanya memiliki kemampuan alamiah, melainkan juga memiliki kemampuan
agama dan moral.

Semua aliran filsafat pendidikan menyetujui bahwa :


a. Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita yang
hebat dan kuat.
b. Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraaan umum.
c. Kita seharusnya memandang bahwa tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan
masalah-masalah pendidikan.

Power (1982) mengemukakan implikasi pendidikan realisme sebagai berikut :

1) Tujuan Pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab social.
2) Kedudukan siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam
hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan
moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
3) Peranan Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut
prestasi dari siswa.
4) Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan
pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
5) Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis.Metode Conditioning (SR) merupakan
metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
Soal & Jawaban:

1. Bagaimana dengan tujuan pendidikan dalam realisme klasik dan religious ?


 Realisme klasik, tujuan pendidikan adalah agar anak menjadi manusia
bijaksana, yaitu seorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan fisik dan sosial. Artinya anak akan menjadi mandiri karena itu
harus di buat kolaborasi antar anak agar terbiasa dengan lingkungan dan
mudah berinteraksi dengan teman lain.
 Realisme religius tujuan pendidikan adalah mendorong siswa memiliki
keseimbangan intelektual yang baik, bukan semata-mata penyesuaian terhadap
fisik dan sosial saja, namun mempersiapkan individu untuk dunia dan akhiat.
Contoh nya menaruh pendidikan agama dalam sekolah maupun kampus.
2. Mengapa harus ada realisme dan apa hubungannya dengan pendidikan ?
 Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan john
locke bahwa akal-pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabularasa, ruang
kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan.
Oleh karena itu, pendidikan dipandang dibutuhkan karena untuk membentuk
setiap individu agar mereka menjadi sesuai dengan apa yang dipandang baik.
Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap diidentikkan sebagai
sebagi upaya pelaksanaan psikologi behaviorisme ke dalam ruang pengajaran.
Murid adalah sosok yang mengalami inferiorisasi secara berlebih sebab ia
dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah
pendidikan berikan. Di sini dalam pengajaran setiap siswa akan subjek didik
tak berbeda dengan robot. Ia mesti tunduk dan takluk sepatuh-patunya untuk
diprogram dan mengerti materi-materi yang telah ditetapkan sedemikian rupa.
3. Mengapa realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monitis.
 Karena realisme berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia
fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yang
subjek yang menyadari dan mengetahui disatu pihak dan dipihak lainnya
adalah adanya realita diluar manusia yang dapat dijadikan sebagai objek
pengetahuan manusia.
4. Mengapa teori kebenaran yang dipergunakan oleh kaum realism natural ilmiah
adalah teori “korespondensi” bukan teori “koherensi”?
 Karena teori “korespondensi” tentang kebenaran, yang menyatakan bahwa
kebenaran itu adalah persesuaian terhadap fakta dengan situasi yang nyata,
kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan
faktanya sendiri, atau antara fikiran dengan realitas situasi lingkungannya.
Teori ini sebagai suatu penolakan terhadap teori koherensi, yang pada
umumnya dipergunakan oleh kaum idealis, yang mengemukakan bahwa
pengetahuan itu benar karena selaas atau bertalian dengan pengetahuannya
yang telah ada. Menurut teori korespondensi, pengetahuan baru itu dikatakan
benar apabila sesuai dengan teori atau pengetahuan terdahulu yang telah ada,
karena teori yang telah ada tersebut adalah benar, sesuai dengan fakta, sesuai
dengan situasi nyata.
5. Bagaimana pandangan Breed terhadap filsafat pendidikan?
 Menurut pandangan Breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan
prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi adalah hormat dan menghormati
atas hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan
sebagai menerima arah tuntunan social dan individual. Istilah demokrasi harus
didefinisikan kembali sebagai pengawasan dan kesejahteraan social.
6. Menurut realisme natural ilmiah, filsafat mencoba meniru objektivitas sains. Mengapa
demikian, berikan alasan anda!
 Karena dunia sekitar manusia nyata, maka tugas sainslah untuk meneliti sifat-
sifatnya. Tugas filsafa mengkordinasikan konsep-konsep dan temuan-temuan
sains yang berlainan dn berbeda-beda. Perubahan merupakan realitas yang
sesuai dengan hokum-hukum alam yang permanen, yang menyebabkan akam
semesta sebagai suatu struktur yang berlangsung terus, karena dunia bebas
dari manusia dan diatur oleh hukum alam, dan manusia memiliki sedikit
control, maka sekolah harus menyediakan subject matter yang akan
memperkenalkan anak dengan dunia sekelilingnya.
7. Johan Amos Comenius merupakan pemikir pendidikan yang dapat digolongkan pada
realisme religious. Mengapa demikian?
 Karena ia, mengemukakan bahwa semua manusia harus berusaha untuk
mencapai dua tujuan. Pertama, keselamatan dan kebahagiaan hidup yang
abadi. Kedua, keadaan dan kehidupan dunia yang sejahtera dan damai. Tujuan
pertama merupakan tujuan yang inheren dalam diri manusia, dimana
tujuannya terletak diluar hidup ini. Pada tujuan yang kedua, Comenius
tampaknya memandang kebahagiaan dan perdamaian dunia merupakan
sebahagiaan dari kebahagiaan hidup yang abadi.
8. Bagaimana tujuan utama pendidikan religious ?
 Tujuan utama pendidikan ini adalah untuk keselamatan jiwa. Anak harus
mampu belajar menjaga hati dalam dirinya dan menjauhi dosa. Tuhan akan
menawarkan keselmatan bagi makhluknya, dan makhluknya harus bisa
menentukan apakah akan menerima atau tidak tawaran tersebut. Hal ini akan
menyebabkan kebiasan dalam membuat keputusan yang benar.
9. Bagaimana menurut realisme tentang pandangan manusia ?
 Menurut realisme semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan
lingkungan hidupnya. Realisme memandang bahwa baik dan buruknya
keadaan manusia tergantung pada keturunan dan lingkungannya. Perbuatan
seseorang adalah hasil perpaduan antara pembawa-pembawa fisiologis dan
pengaruh-pengaruh lingkungannya. George Santayana memadukan pandangan
idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan menyatakan bahwa “nilai”
itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian,
dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas tertentu.
10. Bagaimana dengan kurikulum realisme ?
 Ada berbagai disiplin ilmu berdasarkan kelompok ilmu yang saling berkaitan
untuk menjelaskan realitas. Setiap ilmu merupakan sistem konsep dengan
struktur tersendiri. Struktur mengacu pada kerangka konseptual dan makna
serta generalisasinya yang menerangkan tentang kenyataan, fisikal, alamiah,
sosial, dan realitas manusia . peran sarjana dan ilmuwan penting untuk
menentukan wilayah kurikulernya. Mereka ini tahu batas keahliannya dan
bidang garapannya. Mereka terlatih dengan metode inquiry yang merupakan
cara efisien dalam penemuan berdasarkan riset ilmiah. Cara paling efisien dan
efektif untuk memahami kenyataan adalah belajar sistematis suatu disiplin
ilmu. Maka, kurikulum sebarusnya terdiri dari dua komponen dasar. Pertama,
bidang ilmu tertentu seperti sejarah, biologi, kimia, dan lain lain. Kedua ilmu
tentang kependidikan untuk membentuk kesiapan dan kedewasaan siswa.

Anda mungkin juga menyukai