Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

PROSES PEMBUATAN BESI DAN PADUANNYA

ARJUN SAPRIANDI
J1B118042

DOSEN PENGAMPU
NUR HASNAH AR,S.TP.,M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang diberikan, sehingga makalah pengetahuan bahan teknik ini bisa
terselesaikan dengan baik. Adapun makalah ini kami susun sebagai bagian dari tugas
mata kuliah Pengetahuan Bahan Teknik. Dalam penyusunan makalah ini, kami
mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah dikatakan


sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari
pembaca sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Jambi, 13 November 2019

Arjun Sapriandi

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai macam bahan teknik telah ditemukan sampai saat ini, bahan-bahan
teknik ini diklasifikasikan berdasarkan bahanlogam dan non logam, bahan logam
terdiri dari bahan besi dan bahan non besi, dari pembagian tersebut kemudian juga
dibagi menjadi beberapa jenis. Besi cor, stainless steel, dan baja paduan merupakan
contoh dari bahan logam bagian besi, meskipun ketiganya berasal dari bahan dasar yang
sama, namun ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Karakteristik ini dapat terjadi sesuai dengan bahan campuran yang digunakan pada
saat pembuatan bahan, selain itu perbandingan kandungan juga mempengaruhi terjadinya
perbedaan tersebut. Variasi karakteristik ini sangat membantu manusia untuk menciptakan
alat maupun bangunan, karena banyakya opsi pemilihan bahan yang sesuai dengan kebutuhan
dari alat ataupun bangunan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Memahami apa itu besi cor, stainless steel, dan baja paduan
2. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam besi cor, stainless steel, dan baja paduan
3. Mengetahui klasifikasi dari besi cor, stainless steel, dan baja paduan
1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuata makalah ini adalah :

1. Mampu merencanakan pemilihan bahan sebelum membuat suatu alat atau bangunan
pertanian

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Besi Tuang atau Besi Cor

Besi cor merupakan paduan antara unsur besi yang mengandung carbon (c),
silicon(s), mangan (Mg), phosphor(p) dan sulfur (s), pada besi cor karbon
biasanyaantara 2% sampai 6,67% sedang pada baja kandungan karbon hanya
mencapai 2%, semakin tinggi kadar karbon yang ada pada besi cor akan
mengakibatkan besi cor rapuh getas. Selain dari karbon besi cor juga mengandung
silicon (Si) (1-3%), mangan (0,25-15%), dan phosphor (p) (0,05,15%), selain itu juga
terdapat unsur-unsur lain yang ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.

2.1.1 Macam-macam besi tuang

Besi tuang/cor dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1. Besi tuang kelabu


Bahan untuk membuat besi tuang kelabu adalah besi kasar kelabu. Besi kasar
kelabu mempunyai kandungan silisium yang tinggi antara 1,5 – 5,5 % dan kadar
mangan yang rendah. Dengan kandungan silisium yang tinggi akan meningkatkan
terbentuknya zat arang bebas, sehingga setelah pendingin, besi tuang kelabu
mengandung grafit. Grafit muncul dalam besi sebagai pelat-pelat tipis yang disebut
lamel grafit. Bentuk dan banyaknya lamel grafit tergantung dari campuran kimiawi
dan kecepatan pendinginannya. Silikon (Silisium) dan pendinginan yang lambat akan
menaikkan pembentukan grafit. Sedangkan mangan dengan pendinginan yang cepat
akan mengurangi pembentukan grafit. Lamel grafit mempunyai sifat lunak, kekuatan
tarik rendah, regangan kecil, dapat menerima gaya tekan yang besar, meredam suara
dan getaran. Besi tuang kelabu terdiri atas perlit dan grafit. Perlit (pearlit) terdiri
atas ferrit dan cementit.

2. Besi Tuang Putih


Besi tuang putih mempunyai bidang patahan berwarna putih, yang disebabkan
oleh sementit yang putih. Bahan baku untuk pembuatan besi tuang putih adalah besi
kasar putih. Besi kasar putih memiliki kandungan silisium yang rendah kurang dari

5
0,5 % dan kadar mangan yang rendah. Karena kadar silisium yang rendah
menyebabkan hanya terbentuk sementit dan pearlit. Dengan demikian besi tuang
putih setelah didinginkan hanya terdiri atas pearlit dan sementit.
Termasuk didalam kelompok besi tuang putih adalah sebagai berikut :
a. Besi tuang tempa black heart
dibuat dari besi tuang putih dengan kandungan silisium yang rendah,
dipanaskan hingga temperatur + 9000 C, dalam dapur yang selalu bebas dari oksigen
di sekitarnya. Besi tuang putih tersebut dimasukkan perlahan-lahan kedalam daerah
pemanasan menggunakan rangka bakar yang bergerak. Waktu pemanasan selama +
48 jam. Pemanasan yang diperpanjang ini menyebabkan sementit hancur menjadi
lapisan grafit yang kasar, karbon akan mengumpul seperti bunga mawar pada temper
karbon. Permukaan pecahan tampak gelap karena kandungan karbon, sebab itulah
besi tuang ini disebut black heart. Oleh karena strukturnya terdiri atas temper karbon
dan ferrite, maka menjadi lunak dan ulet (ductile). Besi tuang tempa black
heart sering digunakan dalam industri mobil karena campuran antara sifat tuangan
tahan getaran dan dapat dikerjakan dengan mesin.
b. Besi tuang tempa white heart
dibuat dari besi tuang putih yang berkadar silisium rendah. Dalam proses
pembuatannya besi tuang putih ini dipanaskan hingga temperatur + 1000 C selama
100 jam dan dihubungkan pada bahan oksidasi, seperti misalnya bijih besi merah atau
hemetit (Fe2O3). Selama proses pemanasan, karbon pada permukaan tuangan
dioksidasikan oleh bijih hematite dan akan hilang sebagai gas karbon dioksi (CO2).
Sesudah prose ini selesai pada bagian yang tipis hanya akan mengandung ferrit dan
pada bagian pecahan akan memberikan warna besi putih yang disebut white heart.
Proses pembuatan besi tuang tempa white heart ini cocok untuk mengerjakan bagian-
bagian tipis yang dikehendaki keuletan tinggi.

2.1.2 Sifat Besi Tuang/Cor


Beberapa sifat atau karakteristik dari besi tuang adalah :
1. Keras dan mudah melebur/mencair
2. Getas, sehingga tidak dapat menahan benturan

6
3. Temperatur leleh 1250 derajat .
4. Tidak berkarat
5. Tidak dapat diberi muatan magnit
6. Dapat dikeraskan dgn cara dipanasi kemudian didinginkan secara mendadak
7. Menyusut waktu pendinginan/waktu dituang
8. Kuat dalam menahan gaya tekan, lemah dalam menahan tarik kuat tekan
sekitar 600Mpa, kuat tarik 50 Mpa
9. Tidak dapat disambung dengan las dan paku keling, disambung dengan baut
dan sekrup.

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Besi Tuang/Cor


1. Kelebihan Besi Tuang
a. Dibandingkan dengan baja tuang, ada beberapa keunggulan besi tuang
ini, misalnya:
b. Hasilnya akan lebih murah dibandingkan dengan baja tuang
c. Temperatur peleburan lebih rendah, oleh karena itu “Dapur
Kupola” dapat dipakai.
d. Besi tuang cair akan lebih baik mengalirnya, sehingga dapat mengisi
rongga-rongga cetakan (mould) dengan lebih sempurna.
e. Hasilnya siap untuk dikerjakan lebih lanjut.
f. Menghasilkan kombinasi kekuatan tarik dan tekan yang baik
g. Tahan terhadap keausan, gerusan, dll.
h. Tidak berkarat.
Besi cor mempunyai keuntungan yaitu mampu tuang (castability) yang baik,
kemudahan proses produksi dan rendahnya proses temperatur kamar. Akan tetapi besi
cor mempunyai titik lebur yang relatif rendah yakni 1150ºC - 1300ºC dan dapat
dituang kedalam bentuk-bentuk yang sulit.Hal ini merupakan keuntungan dari besi
cor karena mendapatkan bentuk benda yang diinginkan hanya diperlukan proses
pemanasan dan juga besi cormempunyai kekerasan, ketahanan aus, dan ketahanan
terhadap korosi yang cukup baik.Salah satu logam yang banyak digunakan oleh
manusia untuk keperluan industri dan rekayasa adalah besi cor (Surdia & Saito,
1984).
2. Kekurangan Besi Tuang
a. Tidak dapat di tempa.
b. Tidak dapat disambung dengan paku keling atau dilas, dua buah besi
tuang hanya dapat disambung dengan baut dan sekrup.
c. Tidak dapat diberi muatan magnet
d. Getas sehingga tidak dapat menahan lenturan
2.2 Baja Paduan

7
2.2.1 Kandungan Unsur Kimia
Unsur paduan ditambahkan untuk mencapai sifat tertentu dalam materi.
Sebagai pedoman, unsur paduan ditambahkan dalam persentase lebih rendah (kurang
dari 5%) untuk meningkatkan kekuatan atau kekerasan, atau dalam persentase yang
lebih besar (lebih dari 5%) untuk mencapai sifat-sifat khusus, seperti ketahanan
korosi atau suhu ekstrim stabilitas.
Mangan(Mg), silicon(Si), atau aluminium(Al) ditambahkan selama pembuatan
baja proses untuk menghilangkan oksigen terlarut dari lelehan. Mangan, silikon,
nikel, dan tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dengan membentuk
larutan padat di ferit. Kromium, vanadium, molibdenum, dan tungsten meningkatkan
kekuatan dengan membentuk fase kedua-karbida. Nikel dan tembaga meningkatkan
ketahanan korosi dalam jumlah kecil. Molibdenum membantu untuk melawan
embrittlement. Zirconium, cerium, dan kalsium meningkatkan ketangguhan dengan
mengendalikan bentuk inklusi. Mangan sulfida, timbal, bismut, selenium, dan
telurium-mesin meningkat.
Elemen paduan cenderung yang baik untuk membentuk senyawa atau karbida.
Nikel sangat larut dalam ferit, sehingga membentuk senyawa, biasanya Ni 3 Al.
Aluminium larut dalam ferit dan membentuk senyawa Al 2 O 3 dan AlN. Silikon juga
sangat larut dan biasanya membentuk senyawa SiO 2 • M x O y. Mangan kebanyakan
larut dalam membentuk senyawa ferit Mns, MnO • SiO 2, tetapi juga akan membentuk
karbida dalam bentuk (Fe, Mn) 3 C. Bentuk kromium partisi antara fasa ferit dan
karbida di baja, membentuk (Fe, Cr 3) C, Cr 7 C 3, dan Cr 23 C 6. Jenis bentuk
kromium karbida yang tergantung pada jumlah karbon dan jenis-jenis elemen paduan
hadir. Tungsten dan molibdenum membentuk karbida jika ada karbon yang cukup
dan tidak adanya unsur-unsur pembentuk karbida kuat (yaitu titanium & niobium),
mereka membentuk karbida Mo 2 C dan W 2 C, masing-masing. Vanadium, titanium,
dan niobium karbida unsur-unsur kuat yang membentuk karbida V 3 C 3, TiC, dan
NIC satu demi satu.
Unsur paduan juga memiliki mempengaruhi pada suhu eutektoid baja.
Mangan dan nikel eutektoid menurunkan suhu dan dikenal sebagai unsur

8
menstabilkan austenit. Cukup dengan elemen-elemen ini pada struktur austenitik
dapat diperoleh pada suhu kamar. Elemen pembentukan karbida eutektoid
menaikkan suhu; elemen ini dikenal sebagai unsur menstabilkan ferit.
2.2.2 Klasifikasi Baja Paduan
1. Berdasarkan persentase paduannya
a. Baja paduan rendah
Bila jumlah unsur tambahan selain karbon lebih kecil dari 8% (menurut
Degarmo. Sumber lain, misalnya Smith dan Hashemi menyebutkan 4%),
misalnya : suatu baja terdiri atas 1,35%C; 0,35%Si; 0,5%Mn; 0,03%P; 0,03%S;
0,75%Cr; 4,5%W [Dalam hal ini 6,06%<8%]>
b. Baja paduan tinggi
Bila jumlah unsur tambahan selain karban lebih dari atau sama dengan 8% (atau
4% menurut Smith dan Hashemi), misalnya : baja HSS (High Speed Steel) atau
komponennya SKH 53 (JIS) atau M3-1 (AISI) mempunyai kandungan unsur :
1,25%C; 4,5%Cr; 6,2%Mo; 6,7%W; 3,3%V.
Sumber lain menyebutkan:
a. Low alloy steel (baja paduan rendah), jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
b. Medium alloy steel (baja paduan sedang), jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
c. High alloy steel (baja paduan tinggi), jika elemen paduannya > 10 %
2. Berdasarkan jumlah:
a. Baja tiga komponen
Terdiri satu unsur pemadu dalam penambahan Fe dan C.
b. Baja empat komponen atau lebih
Terdiri dua unsur atau lebih pemadu dalam penambahan Fe dan C. Sebagai
contoh baja paduan yang terdiri: 0,35% C, 1% Cr,3% Ni dan 1% Mo.

3. Berdasarkan strukturnya:
a. Baja pearlit (sorbit dan troostit)
Unsur-unsur paduan relatif kecil maximum 5% Baja ini mampu dimesin, sifat
mekaniknya meningkat oleh heat treatment (hardening &tempering)

9
b. Baja martensit
Unsur pemadunya lebih dari 5 %, sangat keras dan sukar dimesin
c. Baja austenit
Terdiri dari 10 – 30% unsur pemadu tertentu (Ni, Mn atau CO) Misalnya : Baja
tahan karat (Stainless steel), nonmagnetic dan baja tahan panas (heat resistant
steel).
d. Baja ferrit
Terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si) tetapi karbonnya
rendah. Tidak dapat dikeraskan.
e. Karbid atau ledeburit
Terdiri sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbid (Cr, W, Mn, Ti, Zr).

4. Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya


a. Baja konstruksi (structural steel)
Dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung persentase unsur pemadunya,
yaitu baja paduan rendah (maksimum 2 %), baja paduan menengah (2- 5 %), baja
paduan tinggi (lebih dari 5 %). Sesudah di-heat treatment baja jenis ini sifat-sifat
mekaniknya lebih baik dari pada baja karbon biasa.
b. Baja perkakas (tool steel)
Dipakai untuk alat-alat potong, komposisinya tergantung bahan dan tebal benda
yang dipotong/disayat,kecepatan potong, suhu kerja. Baja paduan jenis ini
dibedakan lagi menjadi dua golongan, yaitu baja perkakas paduan rendah
(kekerasannya tak berubah hingga pada suhu 250 °C) dan baja perkakas paduan
tinggi (kekerasannya tak berubah hingga pada suhu 600°C). Biasanya terdiri dari
0,8% C, 18% W, 4% Cr, dan 1% V, atau terdiri dari 0,9% C, 9 W, 4% Cr dan 2-
2,5% V.
c. Baja dengan sifat fisik khusus
Dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu baja tahan karat (mengandung 0,1-
0,45% C dan 12-14% Cr), baja tahan panas (yang mengandung 12-14% Cr tahan

10
hingga suhu 750-800oC, sementara yang mengandung 15-17% Cr tahan hingga
suhu 850-1000oC), dan baja tahan pakai pada suhu tinggi (ada yang terdiri dari
23-27% Cr, 18-21% Ni, 2-3% Si, ada yang terdiri dari 13-15% Cr, 13-15% Ni,
yang lainnya terdiri dari 2-2,7% W, 0,25-0,4% Mo, 0,4-0,5% C).
d. Baja paduan istimewa
Baja paduan istimewa lainnya terdiri 35-44% Ni dan 0,35% C,memiliki koefisien
muai yang rendah yaitu :
 Invar : memiliki koefisien muai sama dengan nol pada suhu 0 – 100 °C,
digunakan untuk alat ukur presisi.
 Platinite : memiliki koefisien muai seperti glass, sebagai pengganti platina.
 Elinvar : memiliki modulus elastisitet tak berubah pada suhu 50°C sampai
100°C. Digunakan untuk pegas arloji dan berbagai alat ukur fisika.

e. Baja Paduan dengan Sifat Khusus


 Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Sifatnya antara lain:
– Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan
goresan/gesekan
– Tahan temperature rendah maupun tinggi
– Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
– Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
– Tahan terhadap oksidasi
– Kuat dan dapat ditempa
– Mudah dibersihkan
– Mengkilat dan tampak menarik
 High Strength Low Alloy Steel (HSLA)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan
terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin
yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-
sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur

11
seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium
(Va) dan Columbium.
 Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau
mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet. Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur
paduan dan proses pengerjaan panas yang diberikan antara lain:
– Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh
AISI), Shock resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan
terhadap beban kejut dan repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu
dan pisau.
– Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan
pendinginan yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan
pada minyak sedangkan tipe A dan D didinginkan di udara.
– Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC
dan didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung
tungsten dan molybdenum sehingga sifatnya keras.
– High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan
tungsten dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak
mudah tumpul dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut.
– Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak
tahan aus dan tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada
temperatur tinggi.
2.2.3 SIFAT-SIFAT TEKNIS BAHAN
a) Sifat Mekanis Baja Paduan
Baja paduan merupakan campuran dari baja dan beberapa jenis logam lainnya
dengan tujuan untuk memperbaiki sifat baja karon yang relatif mudah berkarat dan getas
bila kadar karbonnya tinggi. Selain itu, penambahan unsur paduan juga bertujuan untuk
memperbaiki sifat mekanik diantaranya:
 Kekuatan

12
Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk
di bawah tekanan. Penambahan logam (Ni, Cr, Molibdenum) dengan komposisi
sesuai akan menambah kekuatan baja, sebab Ni dan Cr yang ditambahkan akan
masuk ke susunan atom dan menggantikan berapa atom C. Penambahan tersebut
dapat meningkatkan kekuatan sampai lima kali lipat.
 Elasisitas
Elastisitas adalah kemampuan
suatu bahan unuk kembali ke
bentuk semula setelah
pembebanan ditiadakan atau
dilepas. Modulus elastisitas
merupakan indikator dari sifat
elastis. Adanya penambahan
logam pada baja akan
meningkatkan kemampuan elastisitasnya dengan nilai modulus elastisitas yang
lebih besar dari sebelumnya. Berikut beberapa logam dan nilai modulus
elastisitasnya jika ditambahkan pada baja:
 Batas mulur (Plastisitas)
Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan untukberubah bentuk secara permanen
setelah diberi beban. Logam yang ditambahkan berupa nikel, vanadium, titanium,
tungsten, chrome dsb akan meningkatkan nilai batas mulur. Hal tersebut
disebabkan dengan penambahan logam yang memiliki batas mulur tinggi akan
menghasilkan baja paduan yang batas mulurnya tinggi pula.
 Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu material untuk menahan tarikan dua gaya
yang saling berlawanan arah dan segaris. Logam Ni dan Cr merupakan bahan yang
biasa ditambahankan untuk meningkatkan kemampuan menahan tariakan, selain
sebagai penambah kekutan tekan.
 Keuletan

13
Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk diregang atau ditekuk secara
permanent tanpa mengakibatkan pecah atau patah. Baja dengan kandungan karbon
rendah memiliki keuletan yang tinggi, sehingga dengan paduan logam lain kadar
karbonnya akan turun. Selain itu, kandungan fosfor pada baja paduan yang rendah
akan meningkatkan keuletannya.
 Tahan aus
Tahan aus merupakan. Paduan logam yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan tahan aus diantaranya nikel, chrom, dan vanadium.
Efek utama elemen paduan utama untuk baja [8]

Elemen Persentase Fungsi utama

Aluminium 0.95–1. Paduan unsur dalam nitriding baja

Bismut - -- Meningkatkan mesin

0.001–
Boron Powerfull agen kemampukerasan
0.003

0.5–2 Naik kemampukerasan


Kromium
4–18 Tahan Korosi

Tembaga 0.1–0.4 Tahan Korosi

Molybdenum 0.2–5 Stabil karbida; menghambat pertumbuhan butir

2–5 Toughener Toughener


Nikel
12–20 Tahan terhadap Korosi

0.2–0.7 Meningkatkan kekuatan

Silicon 2 Spring Baja

Persentase Memperbaiki sifat-sifat magnetik

14
tinggi

Belerang 0.08–0.15 mesin bebas properti

Perbaikan karbon dalam partikel inert; mengurangi


Titanium -
kekerasan di krom martensit baja

Tungsten - Kekerasan pada temperatur tinggi

Stabil karbida; meningkatkan kekuatan sementara


Vanadium 0.15 tetap mempertahankan keuletan; mempromosikan
struktur butir halus

Gambar Kurva Tegangan dan Regangan (baja paduan AISI 4.140)


b) Sifat Pengaruh Lingkungan
Korosi merupakan proses elektrokimia yang terjadi pada logam dan tidak
dapat dihindari karena merupakan suatu proses alamiah. Berbagai faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya korosi, yaitu: sifat logam, yang meliputi perbedaan
potensial, ketidakmurnian, unsur paduan, perlakuan panas yang dialami, dan
tegangan, serta faktor lingkungan yang meliputi udara, temperatur, mikroorganisme.
Baja paduan akan memiliki ketahanan terhadap korosi jika dicampur dengan

15
Tembaga yang berkisar 0,5-1,5% tembaga pada 99,95-99,85 % Fe, dengan
Chromium, atau dicampur dengan Nikel.
Baja Paduan tahan terhadap perubahan suhu, ini berarti sifat fisisnya tidak
banyak berubah.
 Penambahan Molibdenum akan memperbaiki baja menjadi tahan terhadap
suhu tinggi,liat dan kuat
 Penambahan Wolfram dan penambahan Kobalt juga memberikan pengaruh
yang sama seperti pada penambahan Molibdenum yaitu membuat baja paduan
tahan terhadap suhu tinggi
2.3 Stainless Steel
Stainless steel adalah salah satu jenis baja yang tahan akan korosi, Kemampuan
tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida Kromium, dimana lapisan
oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum). Tentunya harus dibedakan
mekanisme protective layer ini dibandingkan baja yang dilindungi dengan coating
(misal Seng dan Cadmium) ataupun cat.Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan
Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium
untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam). Komposisi ini membentuk
protective layer (lapisan pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi
oksigen terhadap Krom yang terjadi secara spontan.
2.3.1 Kandungan atom / unsur dan ikatannya
Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr.
Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Daya
tahan Stainless Steel terhadap oksidasi yang tinggi di udara dalam suhu lingkungan
biasanya dicapai karena adanya tambahan minimal 13% (dari berat) Krom. Krom
membentuk sebuah lapisan tidak aktif , Kromium(III) Oksida (Cr2O3) ketika bertemu
Oksigen.
Lapisan ini terlalu tipis untuk dilihat, sehingga logamnya akan tetap berkilau.
Logam ini menjadi tahan air dan udara, melindungi logam yang ada di bawah lapisan
tersebut. Fenomena ini disebut Passivation dan dapat dilihat pada logam yang lain,
seperti pada Alumunium dan Titanium.

16
Pada dasarnya untuk membuat besi yang tahan terhadap karat, Krom
merupakan salah satu bahan paduan yang paling penting. Untuk mendapatkan besi
yang lebih baik lagi, diantaranya dilakukan penambahan beberapa zat- zat berikut;
Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan korosi
pitting di lingkungan Klorida dan korosi celah unsur karbon rendah dan penambahan
unsur penstabil Karbida (Titanium atau Niobium) bertujuan menekan korosi batas
butir pada material yang mengalami proses sensitasi.
Penambahan Kromium (Cr) bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan
membentuk lapisan oksida (Cr2O3) dan ketahanan terhadap oksidasi temperatur
tinggi. Penambahan Nikel (Ni) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi
dalam media pengkorosi netral atau lemah. Nikel juga meningkatkan keuletan dan
mampu meningkatkan ketahanan korosi tegangan. Unsur Aluminium (Al)
meningkatkan pembentukan lapisan oksida pada temperatur tinggi.
2.3.2 Sifat fisik stainless steel
Stainless steel juga dikenal dengan nama lain seperti CRES atau baja tahan
korosi, baja Inox. Komponen stainless steel adalah Besi, Krom, Karbon, Nikel,
Molibdenum dan sejumlah kecil logam lainnya. Komponen ini hadir dalam proporsi
yang bervariasi dalam varietas yang berbeda.
Dalam stainless steel, kandungan Krom tidak boleh kurang dari 11%.
Beberapa sifat fisik penting dari stainless steel tercantum di bawah ini:
1 Stainless steel adalah zat keras dan kuat.
2 Stainless steel bukan konduktor yang baik (panas dan listrik).
3 Stainless steel memiliki kekuatan ulet tinggi. Ini berarti dapat dengan mudah
dibentuk atau bengkok atau digambar dalam bentuk kabel.
4 Sebagian varietas dari stainless steel memiliki permeabilitas magnetis. Mereka
sangat tertarik terhadap magnet.
5 Tahan terhadap korosi.
6 Tidak bisa teroksidasi dengan mudah.

17
7 Stainless steel dapat mempertahankan ujung tombak untuk suatu jangka
waktu yang panjang. Bahkan pada suhu yang sangat tinggi, stainless steel mampu
mempertahankan kekuatan dan tahanan terhadap oksidasi dan korosi.
8 Pada temperatur cryogenic, stainless bisa tetap sulit berubah
2.3.3 Keuntungan baja stainless stell
1. DayaTahan Korosi
Semua baja stainless mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi.
Angka-angka logam campuran yang rendah menahan korosi pada kondisi-kondisi
ruang hampa, angka-angka campuran logam yang tinggi dapat menahan korosi pada
kebanyakan asam, larutan alkalin, dan lingkungan-lingkungan yang menghasilkan
klorida , bahkan pada suhu dan tekanan yang dinaikkan.
2. Daya Tahan Suhu Rendah dan Tinggi
Beberapa angka akan menahan penskalaan dan pengaturan daya yang tinggi
pada suhu-suhu yang sangat tinggi, sementara yang lain menunjukkan pengecualian
kekerasan pada suhu-suhu cryogenic.
3. Kemudahan dalam pembuatan
Mayoritas baja-baja stainless dapat dipotong, dilas, dibentuk, dimesinkan, dan
dibuat dengan mudah.
4. Daya sifat-sifat kekerasan yang dibentuk profil
Logam dengan temperature indin dari kebanyakan baja-baja stainless dapat
digunakan dalam merancang mengurangi ketebalan bahan dan mengurangi berat dan
beaya. Baja-baja stainless mungkin diperlakukan panas untuk membua komponen.
5. Pertimbangan Estetika.
Baja-baja stainless tersedia pada kebanyakan lapisan-lapisan penutup
permukaan. Baja stainless ini diatur dengan mudah dan sederhana menghasilkan
kualitas yang tinggi, penampilannnya yang menyenangkan dan memberikan nilai jual
yang tinggi terhadap sebuah produk.
6. Sifat-sifat Higienis

18
Kemampuan membersihkan dari baja-baja stainless menjadikan pilihanpilihan
utama di rumah sakit,didapur dalam proses farmasi dan dalam proses pemasakan atau
pematangan suatu makanan
2.3.4 Klasifikasi Stainless Steel
1. Austenitic Stainless Steel
Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6% Nikel (grade standar
untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar Krom
dan Nikel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molybdenum (Mo),
Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi untuk meningkatkan ketahanan terhadap
temperatur serta korosi. Austenitic cocok juga untuk aplikasi temperature rendah
disebabkan unsur Nikel membuat SS tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah.
2. Ferritic Stainless Steel
Kelompok logam campuran ini biasanya hanya mengandung Kromium, dengan
keseimbangan kebanyakan Fe. Logam-logam campuran ini merupakan baja-baja
stainless Kromium yang sederhana dengan kandungan Kromium 10,5 – 18 % seperti
grade 430 dan 409. Jenis Ferritic agak sedikit kurang mempunyai sifat kenyal
daripada jenis austenitic. Ketahanan korosi tidak begitu istimewa dan relatif lebih
sulit di fabrikasi / machining. Tetapi kekurangan ini telah diperbaiki pada grade 434
dan 444 dan secara khusus pada grade 3Cr12.
3. Martensitic Stainless Steel
SS jenis ini memiliki unsur utama Krom (masih lebih sedikit jika dibanding
Ferritic SS) dan kadar karbon relatif tinggi (0,1 – 1,2%) misal grade 410 dan 416.
Grade 431 memiliki Krom sampai 16% tetapi mikrostrukturnya masih martensitic
disebabkan hanya memiliki Nikel 2%. Merupakan baja pertama yang dikembangkan
secara komersial (sebagai cutlery).
4. Duplex Stainless Steel
Disebut Duplex dikarenakan kandungan Nikel tidak cukup untuk menghasilkan
susunan austenitic secara penuh dan hasil kombinasi susunan ferritic dan austenitic.
Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua angka pertama menyatakan persentase Krom
dan dua angka terakhir menyatakan persentase Nikel) memiliki bentuk mikrostruktur

19
campuran austenitic dan ferritic. Duplex ferritic-austenitic memiliki kombinasi sifat
tahan korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara khusus tahan terhadap Stress
Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan Stress Corrosion Cracking-nya tidak
sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
ferritic SS dan lebih buruk dibanding austenitic SS. Sementara kekuatannya lebih
baik dibanding austenitic SS (yang di annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai
tambahan, Duplex SS ketahanan korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316
tetapi ketahanan terhadap pitting corrosion jauh lebih baik dibanding 316.
Ketangguhannya Duplex SS akan menurun pada temperatur dibawah – 50 oC dan
diatas 300 oC. Kebanyakan baja Duplex mengandung Mo dalam jarak 2,5-4%.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Besi cor, Baja paduan, maupun stainless steel merupakan bahan yang sama-
sama berbahan dasar besi, hanya saja dari ketiga bahan tersebut memiliki campuran
yang berbeda sehingga menjadikan ketiga bahan tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda pula. Ketiga bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurngannya masing-
masing, sehingga perlu dilakukan kajian sebelum menggunakannya untuk membuat
instrument pertanian.
3.2 Saran
Perlu adanya pengetahuan sebelum memilih suatu bahan untuk dijadikan
sebuah alat atau bangunan, karena karakteristik dari bahan tersebut berbeda-beda.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arda. https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/besi-cor-cast-iron/ (diakses pada 21


Novembe 2019)

Henkel,Daniel P. 2002. Structure and Properties of Engineering Materials. New


York: McGraw-Hill Companies.

http://hima-tl.ppns.ac.id/stainless-steel/ (diakses pada 21 November 2019)

https://logamceper.com/klasifikasi-baja-paduan-alloy-steel/ (diakses pada 21


November 2019)

Surdia Tata dan Shinroku Saito.1999.Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT


Pradnya Paramita.
Syuaib. M Faiz. 2006. Modul Penuntun Kuliah dan Praktikum Perbengkelan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2015/02/baja-paduan-alloy-steel.html
(diakses pada 21 November 2019)

22

Anda mungkin juga menyukai