Asal Usul Kerajaan Jailolo II
Asal Usul Kerajaan Jailolo II
PEMBAHASAN
kerajaan Jailolo berasal dari sebuah kampong (kampung atau desa), dan kerajaan
yang berdiri di desa itu kemudian diberi nama yang sama. Hal ini, sejalan dengan
cerita rakyat dari Desa Porniti yang mengatakan di wilayah jazirah tersebut
awalnya terdiri dari beberapa kampung yaitu, kampong Jailolo, kampong Porniti,
kampong Gufasa.
perempuan yang berkuasa secara tiran dan memerintah dengan tangan besi.
Wilayah kekuasaaan kerajaan Jailolo pada masa awal berdiri sebagai sebuah
dicatat hanyalah peristiwa kesejarahan bahwa pada masa awal ada seorang raja
perempuannya yang kawin dengan Raja Loloda, sebuah kerajaan di bagian utara
pulau Halmahera mungkin merupakan kerajaan yang lebih tua dari Jailolo.
Menurut cerita rakyat di daerah ini, perkawinan antara Ratu Jailolo dengan Raja
28
Loloda merupakan perkawinan politik untuk memberikan akses kepada
tahun 1250 teritorial Kerajaan Jailolo telah meliputi hampir seluruh Halmahera
Jailolo.
Katarabumi menjadi Kolano (raja) Jailolo pada tahun 1534. Adnan Amal
(2007: 30) menulis bahwa Katarabumi berasal dari keluarga bangsawan tinggi.
penting. Arti kata “bangsawan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),
mengandung arti sebagai keturunan orang mulia, terutama raja dan kerabatnya
(keturunan ningrat) atau juga sering disebut sebagai keturunan darah biru,
Jailolo sebelumnya.
Mangkubumi) Jailolo pada tahun 1529. Pengangkatan itu terjadi, karena Sultan
Jusuf yang berkuasa saat itu sudah sakit-sakitan dan putranya Sultan Fairuz
29
Alaudin masih kecil, sehingga pengangkatan itu bertujuan agar dapat menjalankan
roda pemerintahan. Setelah menjadi Jogugu karena beberapa prestasi yang dicapai
mendapat kepercayaan rakyat dan juga berbagai usaha yang dilakukan dengan
Halmahera seperti yang telah dijelaskan pada bagian awal. Oleh karena itu, perlu
untuk membahas secara tata letak dan secara geografi terkait dengan pulau
Halmahera.
Sulawesi dengan batas laut Maluku di sebelah barat, di sebelah utara dan timur
dengan samudera pasifik dan di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Obi.
berbagai pulau kecil lainnya yang berpenghuni maupun yang tidak berpenghuni.
Secara etimologi Halmahera terdiri dari dua kata yaitu: Hale artinya sebagai tanah
menjadi “tanah asal dari tanah-tanah yang lainnya”, pengertian seperti ini juga
terdapat di Maluku Tengah untuk pulau Seram, yaitu nusa-ina (pulau ibu), karena
30
pulau itu juga dikelilingi berbagai pulau kecil lainnya dan dianggap sebagai
tempat asal penduduk pulau-pulau itu (Kutoyo dan Kartadarmadja, 1977: 7).
jazirah disebut sesuai dengan letaknya, yaitu Jazirah Utara, Jazirah Timur Laut,
Jazirah Tenggara, dan Jazirah Selatan. Keempat jazirah tersebut di selingi oleh
tiga teluk, yaitu: pertama adalah Teluk Kau di utara diantara Jazirah Utara dan
Jazirah Timur Laut, kedua adalah Teluk Buli antara Jazirah Timur Laut dan
Jazirah Tenggara, dan ketiga adalah teluk Weda antara Jazirah Tenggara dan
ketinggian sekitar 1000 sampai 2000 meter dari permukaan laut. Di antaranya
Tobelo sampai daerah Loloda di bagian selatan dan yang menyambung dengan
jenis hutan tropis tersebut ditumbuhi oleh pohon-pohon yang tinggi dan barbagai
jenis rotan. Hutan di Halmahera seperti juga dengan daerah yang lainnya
merupakan hutan tropis, dan di daerah pesisir ditumbuhi hutan bakau. Dari semua
tumbuhan yang tumbuh di hutan Halmahera, ada tumbuhan endemik yang tumbuh
31
liar di hutan Halmahera yaitu tanaman cengkeh, pala, dan juga guraka mera (jahe
merah).
khusus di daerah Gunung Jailolo dan daerah Tamo (bagian dari pengunanan
Sembilan), bahkan sebelum tahun 2000, sebelum konflik SARA yang terjadi di
Sedangkan tanaman pala itu berasal dari Halmahera bagian Timur tepatnya
daerah Maba dan sekitarnya. Pala yang semula hanya ada di Halmahera, tetapi
mempunyai nilai jual yang tinggi pada waktu jaman perdagangan membuat
daerah lain.
Tanaman yang satu ini yaitu guraka merah, bagi masyarakat daerah Jailolo
antara Jailolo dan Kecamatan Kao terdapat sebuah gunung yang penuh ditumbuhi
Hasil rempah-rempah berupa buah cengkeh, pala dan juga guraka inilah
yang menjadi daya tarik bangsa luar. Masyarakat awalnya hanya menggunakan
yang begitu banyak sehingga tersebar sampai ke daerah lain, para pedagang dari
Arab dan Tionghoa. Setelah itu pedagang Arab dan Tioghoa mulai berlayar ke
32
Maluku untuk mencari rempah-rempah, bahkan kemungkinan pedagang Tionghoa
sudah hadir lebih duluan dari pedagang yang lain. Hal ini searah dengan apa yang
dijelaskan dalam buku Sartono Kartodirjo (1987: 10) bahwa Maluku menjadi
Pedagang China dan Arab bahkan juga dari Persia yang membawa
terjadi perang Salib, dan rempah-rempah dari dunia Timur menjadi tidak mudah
diperoleh. Hal inilah yang membuat pelayaran besar-besaran yang diawali oleh
Maluku.
Katarabumi menjadi Kolano (raja) Jailolo pada tahun 1534. Adnan Amal
(2007: 30) menulis bahwa Katarabumi berasal dari keluarga bangsawan tinggi.
penting. Arti kata “bangsawan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008),
mengandung arti sebagai keturunan orang mulia, terutama raja dan kerabatnya
(keturunan ningrat) atau juga sering disebut sebagai keturunan darah biru,
Jailolo sebelumnya.
Mangkubumi) Jailolo pada tahun 1529. Pengangkatan itu terjadi, karena Sultan
33
Jusuf yang berkuasa saat itu sudah sakit-sakitan dan putranya Sultan Fairuz
Alaudin masih kecil, sehingga pengangkatan itu bertujuan agar dapat menjalankan
roda pemerintahan. Setelah menjadi Jogugu karena beberapa prestasi yang dicapai
mendapat kepercayaan rakyat dan juga berbagai usaha yang dilakukan dengan
Sesuatu hal yang menarik terkait dengan asal-usul, patut ditelusuri adalah
nama Katarabumi. Nama ini bukan nama asli Jailolo (Halmahera), tetapi nama
pengaruh Hindu dan Budha yang akan dibahas pada subbagian berikut ini.
Hindu-Budha yang ada sekarang. Tetapi terkait dengan nama tersebut, bisa dibuat
dua perkiraan yang dinalar berdasar logika yaitu kerajaan Jailolo timbul
a. Kerajaan Jailolo sudah ada sejak jaman perdagangan yang dibawa oleh
34
Porniti. Berdasarkan wawancara dengan Arnol Kapong dan
dengan Surat Ulu. Seandainya hal itu benar, berarti pedagang dari
India sudah mulai masuk sejak abad pertama seperti juga dengan
Sriwijaya.
bukan kerajaan yang kecil, dan sudah terkenal oleh sebab itu Mpu
Nagarakartagama.
yang mulai terkenal pada tahun 1534, nama ini terdengar asing
Islam. Van den Berg (1954: 207) juga mengatakan bahwa Islam
35
kemudian menyebar ke Kerajaan yang lainnya seperti Tidore, Jailolo
dan Bacan. Tetapi disini Islam adalah kepercayaan yang dibawa oleh
pedagang Arab.
nama Arab. Hal ini juga bisa di interpretasikan bahwa tidak semua
adalah Katarabumi dan juga yang lainnya. Dalam kondisi ini pasti
terjadi pro dan kontra terkait dengan agama baru yang harus dianut.
Jailolo.
bukan Islam, dan masa akhir hidupnya di akhiri dengan bertapa, yang
perdagangan rempah-rempah.
36
Alasan ini, dipakai karena terkait Katarabumi adalah nama
Katarabumi di Halmahera.
37
(2007: 14) juga meragukan kalau Kerajaan Majapahit yang besar itu
Cengkeh di Maluku dengan bangsa Cina (Leirissa, 1975: 2). Hal ini
Maluku.
Jailolo dapat ditepis dengan belum adanya bukti sampai saat ini. Tetapi perlu
ditegaskan bahwa “belum ada bukti” bukan “tidak adanya bukti”, itu berarti masih
ada kemungkinan bahwa akan ditemukan bukti yang menghubungkan semua itu.
Alasan logis yang dapat dikemukakan terkait dua pendapat di atas adalah,
akan sulit kalau masyarakat lokal dapat dengan sendirinya membentuk kerajaan
kalau tanpa pengaruh dari luar seperti yang terjadi bagi seluruh kerajaan yang ada
di Indonesia dan sekitarnya. Alasan yang lain sudah disinggung sebelumnya, yaitu
nama Katarabumi. Nama ini merupakan bukti yang sangat jelas bahwa pengaruh
38
Bukti terkait candi atau situs lain selain Batu Tulis mungkin sukar
ditemukan. Tidak ditemukan situs dapat terjadi karena dua kejadian yaitu:
a) Situs atau peninggalan terebut hancur akibat bencana alam. Tulisan dari
Purtugis dan dibantu Ternate, Gunung Jailolo meletus dan debu vulkanik
dan hujan batu menutupi benteng dan istana Katarabumi sehingga terpaksa
tersebut dihancurkan, karena sekian ribu tahun daerah ini dikuasai oleh
Kesultan Ternate yang beragama muslim. Hal ini juga terjadi dengan
Ternate.
Kerajaan yang jauh lebih dulu dari bangsa Indonesia. Berdasarkan sejarah yang
Maluku adalah pengaruh dari Cina. Perjanjian Moti dilakukan untuk meredakan
39
Moti pada 1322. Agenda pertemuan membahas upaya perdamaian sekaligus
musyawarah. Delegasi Jailolo dipimpin seorang perempuan (tak jelas nama dan
posisinya), Bacan dipimpin Muhammad Hasan, Ternate dipimpin Sida Arif dan
Tidore dipimpin Kolano Sele. Loloda juga mengirim rajanya, tetapi karena
(2007: 519)
keturunan Buka, putera tertua Jafar Sadek dan Nur Sifa. Alasan ini ditolak peserta
lain, dengan alasan bahwa tidak dapat disangkal sebelum kerajaan- kerajaan
Ternate, Tidore, dan Bacan berdiri, Jailolo telah lebih dulu eksis. Karena itu,
Jailolo harus dipandang sebagai kerajaan paling tua dan paling senior.
Mashur Malamo pada tahun 1257-1277, kolano ini memimpin sebelum masuknya
Islam di Ternate (Adnan Amal, 2007: 520). Pengakuan pada Perjanjian Moti
sangat jelas akan berdirinya kerajaan Jailolo. Berarti Kerajaan Jailolo sudah
berdiri dan eksis jauh dari kerajaan-kerajaan lainnya di Maluku. Sehingga bisa
juga ada kemungkinan Kerajaan Jailolo berdiri dengan pengaruh bangsa Cina
40
Kedatangan bangsa Cina ke Maluku tidak melalui Jawa, kerena meraka telah
menemukan rute tersendiri dari Philipina melalui Pulau Mindanau dan kemudian
ke Maluku dan itu merupakan rute terdekat, sehingga pengaruhnya sudah lebih
dulu sampai ke Maluku dari pada pengaruh yang datang dari bangsa Jawa.
dibahas hubungan dengan kerajaan lain, serta dengan berbagai upaya yang
yang berasal dari keluarga bangsawan sangat berpeluang untuk menjadi raja
Jailolo. Kesempatan ini tentunya sangat berharga bagi Katarabumi yang kemudian
merencanakan untuk mendapatkan singgasana yang saat itu masih dipimpin oleh
sebagai Jogugu untuk menjalankan roda pemerintahan kerana sang sultan masih
41
posisi Katarabumi untuk menyusun strategi yang kemudian dapat mengantarkan
dengan melakukan konspirasi dengan Portugis. Konspirasi ini menjadi hal ini
sangat menarik untuk disimak. Menarik karena bekerja sama dengan Portugis,
bukan dengan Spanyol yang sudah menjadi kongsi dari kerajaan Jailolo dan
Tidore. Strategi dari Katarabumi cukup baik, karena Spanyol akan mendukung
Sultan Fairuz dan pengikutnya, sedangkan Purtugis ada di pihak Ternate yang
selalu menginginkan hasil rempah-rempah dari Jailolo yang pasti akan juga mau
42
mudah untuk ditantang Katarabumi sebagai Jogugu dan menantang kembali
dapat berjalan dengan baik, dan Sultan Fairuz yang masih kecil dan sedang sakit
Ternate dan dirawat, akhirnya sang sultan tersebut meninggal karena diracun oleh
Jogugu mengambil alih Kesultanan Jailolo pada tahun 1534. Sewaktu menjadi
Februari 2013
jumlah yang besar dan sebuah payung emas diketahui umum (Adnan Amal, 2007:
30-31).
yang paling utama sehingga membuka pintu untuk bekerja sama dengan kerajaan
43
di Maluku Utara atau juga dengan kerajaan yang lain, seperti kerajaan Majapahit.
Kitab Nagarakartagama adalah bukti jelas yang menulis Jailolo sebagai kerajaan
di Halamahera.
Pengakuan akan Jailolo sebagai kerajaan tertua, secara tertulis diakui oleh
kerajaan-kerajaan yang lain pada Perjanjian Moti pada tahun 1322 yang lebih
dikenal dengan atau Motir Verbond (Adnan Amal, 2007: 28). Katarabumi
seiring berjalan waktu Ternate paling sering melanggar perjanjian tersebut dan
keinginannya.
lainnya itu dipicu dengan kebiasaan perkawinan antar tiap kerajaan yang sebagai
Kerajaan Tidore dan Jailolo. Kedekatan ini membuat Jailolo lebih dekat dengan
semua serbuan kerajaan Ternate yang dibantu Portugis (Adnan Amal, 2007: 30)
44
Moro. Perkembangan misi Jesuit berjalan dengan pesat yang kemudian
dari pertemuan itu, Katarabumi dan militernya yang terkuat bertugas untuk
penyerangan dan Sultan Khairun yang menangani sisi kesepakatan politik. http://
September 2013
45
Gambar 5. Salah satu dinding Benteng Saboga peninggalan Spanyol di Jailolo (Sumber: http://
jailolotrip.blogspot.com)
kalau Katarabumi lahir dan berkembang dengan masa Spanyol yang berada di
Ternate dan Portugis sampai masa akhir Katarabumi (Stampa Leopoldo, 1967:
23).
masih ada sampai sekarang adalah Benteng Saboga yang terletak dekat desa
Gamtala di perpotongan dua sungai besar Jailolo yaitu Sungai Akelamo dan
Sungai Akediri. Perpotongan dua sungai itu tepatnya di muara, jadi sangat
strategis sebagai pos penjagaan rute rempah-rempah dari pedalaman hutan Jailolo.
di Halmahera. Usaha yang dibangun dengan konspirasi besar agar Portugis dapat
46
menguasai daerah barat Halmahera tersebut yang mempunyai tanaman yang
tumbuh secara alami di hutan yaitu cengkeh dan pala. Oleh karena itu, upaya yang
sebelum penyerahan diri, Raja Moro Tioliza yang mengkonversi agamanya dan
mengganti nama menjadi Don Joao membunuh sendiri istri dan anak-anaknya
agar tidak tertawan atau jatuh ke tangan musuh. Don Joao alias Tioliza bermaksud
47
melakukan bunuh diri, tetapi sempat dicegah oleh anak buahnya. Keesokan
kerabatnya, Raja Moro itu tidak dibunuh (Adnan Amal, 2007: 30)
sekitar Tobelo). Penyerangan ini agak tertahan karena Portugis sudah mengirim
menguasai Jailolo yang sudah menjadi incarannya sejak lama. Selama berkuasa,
kerajaan Maluku yang lain. Ternate sangat tau akan kekuatan itu, makanya
yang rajanya Don Joao de Mamuya serta rakyatnya yang sudah menjadi Kristen.
berperang. Repuatasi pasukan ini sangat ditakuti oleh Portugis. Pasukan Alifuru
Jailolo memiliki reputasi perang hutan yang sangat menakutkan dan pasukan ini
48
Gambar 6. Pasuakan Alifuru dari Kerajaan Jailolo (Alfuros of Gilolo), (Sumber: Ebay London)
Kerajaan Jailolo berada di pulau yang besar dan dikelilingi oleh kerjaan-
kerajaan yang berada di pulau kecil yang berhadapan langsung dengan Pulau
Kekuatan dari pasukan katarabumi di lautan begitu kuat sehingga Kerajaan Jailolo
sering disebut sebagai Jiko ma Kolano atau penguasa teluk (Andaya, 1993: 51).
Halmahera bagian utara dan juga pulau Morotai yang berada sebelah utara dari
Pulau Halmahera yang dikuasai oleh Kerajaan Moro sebelumnya. Kekuatan ini
tangguh dan sangat disegani di seluruh kawasan Maluku. Pihak Portugis menilai
Katarabumi sangat tangguh dalam militer. hal ini terbukti ketika Purtigis harus
mengusir pasukan Jailolo dari Morotia membutuhkan pasukan dalam jumlah yang
sangat besar dan membutuhkan waktu sampai tiga bulan (Adnan Amal, 2007: 31).
49
4.6 Aspek Sosial dan Ekonomi
yang dibangun oleh Katarabumi dan juga melihat masyarakat Jailolo dari sisi
perdagangan yang terjadi pada masa Katarabumi dan hasil bumi berupa rempah-
adat. Raja dalam hal ini Katarabumi yang memegang kekuasaan yang paling
tinggi, dan pengambil keputusan akhir dari semua urusan pemerintahan maupun
(semacam menteri) yang dikepalai oleh seorang Jogugu yang selalu dijabat oleh
(Panglima Laut) yang selalu dijabat oleh putra mahkota atau putra raja lainnya.
Wilayah kerajaan yang begitu besar sehingga sering kerajaan terbagi menjadi
beberapa jiko (semacam distrik) yang dipimpin oleh Jiko Ma Kolano (Kepala
50
Pemerintahan Wilayah) yang membawahi sejumlah Soa (komunitasi setingkat
desa) yang dikepalai seorang Kimalaha. Selain itu kadang ada seorang Utusang
mengumpulkan upeti dan tugas-tugas khusus lainnya. Pada daerah taklukan yang
daerah taklukan yang sudah ada rajanya maka raja tersebut tetap memegang
Kolano atau juga para Kimalaha dan juga Utusang. Jabatan ini masih memiliki
pemisahan yang tegas, namun terbuka kesempatan bagi warga biasa untuk
memperoleh jabatan dan kekuasaan tersebut. Dalam hal ini, bila para prajurit
sebagian Suku Loloda. Bahkan Van Fraassen (1980), mengatakan suku Wayoli
dan Tobaru merupakan yang sudah eksis sejak zaman kerajaan Jailolo. Kedua
suku ini menjadi suku besar di Halmahera. Suku Wayoli menduduki di daerah
selatan dan Suku Tobaru dan Suku Loloda menempati daerah utara Halmahera.
Ketiga suku ini mempunyai bermata pencarian sebagai nelayan dan petani, karena
tersebut.
terpecah. Sebagian memilih keluar dari Jailolo karena daerah tersebut dikuasai
51
oleh Ternate dan tidak mau tunduk pada Ternate. Sedangkan sebagian lainnya
menetap dan memilih mengikuti penguasa yang baru dan dijadikan distrik Ternate
yang kemudian dinamakan suku Sahu yang berasal dari kata “Sahur” karena
kapitanya menghadap sultan pada saat sultan sedang sahur, dan memrintahkan
yang reputasi perang hutan sangat ditakutkan. Tetapi pemaknaan orang Alifuru itu
kadang diartikan sebagai orang yang hidup di hutan, orang kampung, orang
tertinggal. Penamaan itu diberikan oleh orang Ternate terhadap orang-orang dari
bangsa Cina. Leirissa (1975: 2) mengatakan cengkeh telah dikenal sejak abad ke
tujuh yang tercatat dalam sejarah Dinasti Tang. Orang Cina telah menemukan
meninggakat dan informasinya tersebar luas dan sampai di Eropa melalui jalur
darat.
jalur Cina, tetapi melalui Malaka yang diambil dari pedagang Jawa dan Melayu
52
kota India. Selanjutnya sampailah rempah-rempah ke Eropa melalui Aden dan
Hormuz.
menguntungkan Portugis terutama dapat hasil yang melimpah dari Jailolo dan
Ternate sebagai dua kerajaan di Maluku Utara. Kelimpahan ini sampai Portugis
rempah dari Maluku oleh Portugis. Rute yang pertama melalui kepulauan Banda
ke Malaka biasanya dilakukan pada bulan Januari dan Februari tiba di Banda
kemudian berlayar lagi pada bulan Mei dan Juli yang ditempuh dalam waktu 19
sampai 20 bulan. Rute ini sering kali digunakan oleh Portugis walaupun lebih
lama dengan rute yang lain. Karena rute ini dapat memperoleh tanaman Pala, Fuli
(Kalimantan) yang kemudian ke Malaka. Jadwal tiba kapal ini dari Malaka di
perairan Maluku sekitar pertengahan Agustus dan kembali lagi ke Malaka pada
akhir Oktober. Rute ini lebih cepat karena hanya membutuhkan waktu sekitar
sepuluh bulan 15 hari. Tetapi rute ini jarang dilakukan, kerena tidak melalui
53
Rute yang ketiga yang langsung membawa rempah-rempah dari kepulauan
dari Goa pada pertengahan bulan April atau akhir bulan April dari Cochin. Kapal
tersebut tiba di Malaka pada akhir Mei dan tiba di Maluku pada Akhir bulan
meninggalkan Maluku pada pertengahan bulan Fubruari dan tiba di Malaka pada
Gambar 7. Pohon Cengkeh dan seorang serdadu Alifuru (Sumber: Steven, 1780: 8)
http:books.google.co.id/books?id
Maluku lainnya seperti Ternate dan juga Kerajaan Tidore. Hubungan ini terjadi
karena kedua kerajaan ini hanya berada di pulau yang kecil, dan tidak dapat
54
Halmahera yang mempunyai tanah subur, membuat tumbuhan seperti sagu,
pisang, batatas (ubi jalar), bete (tales), dan kasbi (singkong) sebagai tumbuhan
Kerajaan Jailolo, tetapi Islam masih dalam ketegori agama dari orang-orang
kerajaan. Hal ini terbukti setelah pasca Katarabumi orang-orang Jailolo sering
memeluk agama Islam hanya sedikit. Penggunaan kata Kafir, dapat juga diartikan
sebagai orang yang bukan memeluk Islam sebagai kepercayaanya, misalnya yang
terjadi pada masa Kesultanan Babulah (anak dari Sultan Khairun) yang
ribuan orang yang tidak dibunuh dipaksa masuk muslim atau kembali ke agama
suku. Tetapi kebanyakan orang yang tidak dibunuh lebih memilih kembali ke
agama suku dari pada memilih agama muslim. Kejadian ini semakin memperkuat
55
istilah kafir bagi orang Halmahera (Jailolo) karena tidak memilih Islam menjadi
Halmahera sudah ada. Selain di Kerjaan Moro yang merupakan pusat Kristen oleh
Portugis, tentu juga di Jailolo sudah terdapat orang Kristen. Bangsa Spanyol ada
di Jailolo dengan waktu yang cukup lama, kedatangan bangsa ini dengan salah
satu tujuan adalah menyebarkan agama Kristen, sangat tidak mungkin upaya
Hal ini masih dapat dianggap benar karena masyarakat Jailolo khususnya
suku Wayoli yang kemudian terbentuk suku yang baru adalah Sahu, juga suku
Tobaru yang adalah orang-orang yang menjadi Pasukan Alifuru tidak memilih
menjadi Muslim walaupun daerah tersebut adalah jajahan kesultanan Ternate yang
adalah kerajaan Muslim besar di Maluku. Kesetiaan orang-orang Jailolo itu masih
(Protestan). Penjelasan terkait agama akan lebih baik dengan penelitian tersendiri,
sehingga akan lebih tepat dengan melihat beberapa aspek yang lain yang juga ikut
Pelayaran bangsa Spanyol dan Portugis juga mempunyai salah satu misi
yaitu menyebarkan agama Kristen, karena itulah mereka diberikan ijin oleh Paus
untuk berlayar ke dunia timur. Sekali lagi sangat tidak mungkin bangsa Spanyol
tidak melakukan sesuatu seperti apa yang dititahkan Paus kepada mereka.
Sewaktu di Maluku bangsa Spanyol berada di Tidore dan Jailolo, Tidore pulau
56
yang kecil dan pengembangannya agak sulit, yang mungkin adalah Kerajaan
Jailolo. Hanya saja penyebaran agama Kristen di Jailolo tidak seheboh dengan apa
bangsa Spanyol memiliki cara yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
Portugis. Spanyol lebih melihat kekristenan dari sisi kualitas (nilai) yaitu
bagaimana menjadi orang Kristen terkait dengan perbuatan dan sikap, dan bukan
hanya pada sisi kuantitas yang sering digunakan Portugis, misalnya berapa banyak
orang yang menjadi Kristen, ada berapa banyak Gereja yang didirikan, dan
sebagainya.
di-jailolo/)
terhaap berhala. Hal ini terlihat dari Pasukan Alifuro (Alfuros Soldier) dapat
57
menghilang sewaktu-waktu dan dapat muncul kembali. Kekuatan ini sudah tentu
merupakan kebiasaan dari kepercayaan animisme yang ada pada saat itu.
Jailolo menjukan peradaban yang telah ada dan berkembang. Kebiasaan ini
terkespresikan di daerah Suku Wayoli yang kemudian menjadi Sahu sekarang ini,
(Rumah Adat) yang selalu di pakai untuk musyawarah, upacara adat, acara
syukuran akan panen hasil bumi. Sasadu dapat dilihat pada Gambar 9. Adanya
Sasadu menujukan budaya dan peradaban yang dapat dikatakan lebih maju dari
panjang dan atapnya terbuat dari daun pohon sagu dan tiangnya dari kayu besi
atau kayu gufasa, dalam acara yang dilakaukan di Sasadu biasanya diiringi oleh
musik dan tarian-tarian. Banyak tarian yang ada yaitu, tarian Legu Salai yang
sering dilakukan untuk penyambutan, Cakalele untuk tarian perang dan juga yang
lainnya.
kemudian diikuti dangan musik dan orang yang kerasukan mulai melakukan
tarian. Tarian ini berangsur hilang dengan mulai berkembang Protestan yang
58
Alat-alat musik yang digunakan pada upacara adat terlihat pada Gambar
10, tampak gong, gendang dan lainnya sama dengan daerah-daerah di Indonesia.
Hanya saja gendang yang di Sasadu sangat panjang, ukurannya kurang lebih 2-5
meter. Gendang tersebut dinamakan Kakabelu, yang terbuat dari pohon sagu atau
pohon pinang yang tumbuh liar di hutan Jailolo. Kakabelu dapat dilihat pada
Gambar 10.
59
telah menimbulkan kesan Portugis bahwa Katarabumi adalah pribadi yang sukar
dipercaya dan, karena itu, harus disisihkan dari percaturan politik dan militer di
kepada Katarabumi dengan menyerbu Jailolo pada 1551. Walaupun perang ini
dengan bersamaan itu Gunung Jailolo melutus dan terjadi hujan batu dan
Jailolo.
dan posisi pertahanan benteng selama beberapa hari. Andaya (1993: 130)
itu menghilang pada suatu malam yang gelap dan masuk hutan. Ia menjalani
60
dibaptis dan para pastor telah siap di depannya, mereka meminta agar sebelum
Beberapa hari kemudian, masih dalam tahun 1551, Katarabumi wafat karena
sebagai sebuah kerajaan. Putra Kolano Katarabumi, yaitu Cachil Guzarate (baca:
kacil Guzarate) dan yang mengantikan ayahnya ditangkap oleh Khairun besertai
ibu dari Guzarate dibawa ke Ternate dan dibujuk untuk bekerja sama dengan
Ternate, tetapi mereka menolak dan memilih lebih baik mati dari pada menjalin
kerajaan tertua dan terbesar pada masa awal kelahiran kerajaan-kerajaan Maluku.
Jailolo juga telah meninggalkan identitasnya sebagai salah satu dari empat pilar
kerajaan Maluku yakni: Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan yang dikenal sebagai
posisi Sultan Khairun dari Ternate dalam menghadapi Portugis maupun Misi
61
4.8.2 Strategi Kerajaan Ternate Menguasai Jailolo
Ancaman Ternate terhadap Jailolo dimulai pada 1284, ketika Siale Kolano
Pada 1304, Kolano Ternate lainnya, Ngara Malamo, menyerang Jailolo dan
menduduki untuk waktu yang lama beberapa desa di Batu Cina, di bagian selatan
Jailolo.
peringkat pertama dari tiga kerajaan lain (Ternate, Tidore, Bacan) dalam hal
senioritasnya, tetapi hal ini tidak mengakhiri ambisi Ternate untuk mencaplok
Jailolo. Pada 1343, Kolano Ternate, Tulu Malamo, tidak lagi mengakui keputusan
Motir Verbond, dan menyerang serta menduduki Jailolo. Raja Jailolo ketika itu
tidak dapat berbuat sesuatupun, walaupun tindakan Tulu Malamo menuai reaksi
Sekalipun serbuan Tulu Malamo atas Jailolo telah menuai reaksi keras dari
dilancarkan Ternate tidak berhasil. Bala tentara Jailolo dapat menghalau tentara
ketimbang Khairun. Tetapi tahta dikuasai Ternate Khairun. Khairun sangat tahu
62
kalau tentaranya tidak mampu untuk mengalahkan Jailolo. Oleh karena itu,
pasukan Jailolo akan berkurang akibat peperangan yang panjang. Setelah itu ia
Kelicikan Khairun memang sangat hebat, karena mampu memperdayai Jailolo dan
Portugis.
Tetapi menjadi catatan penting yang terabaikan oleh pakar sejarah adalah
Katarabumi dan Portugis, dan Ternate yang mendapatkan keuntungan yang besar.
dengan Katarabumi. Karena setelah itu anak dari Katarabumi (Kachil Gizarate)
dan istrinya di tangkap oleh Khairun dan dibawa ke Ternate. Tetapi dari mereka
lebih memilih untuk mati dari pada bekerja sama dengan Ternate. Setelah
Katarabumi Wafat, sebagian penduduk Jailolo terutama suku Wayoli keluar dari
wilayah Jailolo dan daerah yang ditinggal kemudian dilakukan oksodus besar-
besaran dari penduduk Ternate yang berpindah ke Jailolo yang diperintahkan oleh
Ternate.
63