Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.
Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan.
Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak
digabung dengan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan
sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang
harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.
Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara
tersendiri.
Oleh karena itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Pemeriksaan Piutang“. Semoga makalah ini
berguna bagi para pembaca dan terutama bagi penulis.

B. Permasalahan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan mengenai sifat dan contoh
piutang dan tujuan dari pemeriksaan piutang serta prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan
piutang. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab
semua pertanyaan kita tentang ‘’ pemeriksaan piutang’’.

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II.
2. Mampu menjelaskan tentang sifat dan contoh piutang.
3. Mampu menjelaskan tentang tujuan pemeriksaan piutang.
4. Mampu menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan piutang.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II.
2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai Pemeriksaan Piutang.

1
BAB II
PEMBAHASAN
AUDIT PIUTANG

A. Deskripsi Piutang
Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka berikut ini akan dikemukakan definisi
definisi pengauditan yang di ambil dari beberapa sumber:
1. Konrath (2002:5) dalam Sukrisno Agoes (2004:1) mendefinisikan audit sebagai
”suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai
asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
2. Menurut Sukrisno Agoes (2004:3), audit adalah

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.’’

Piutang adalah tuntutan (claims) terhadap pihak tertentu yang penyelesaiannya diharapkan dalam bentuk
Kas selama kegiatan normal perusahaan. Klaim timbul karena berbagai sebab. misalnya penjualan secara
kredit, pemberian pinjaman kepada karyawan, porsekot dalam kontrak pembelian, porsekot kepada
karyawan, dll. Piutang usaha timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa dalam rangka menjalankan
kegiatan usaha normal perusahaan.

 Jenis-jenis piutang
1. Piutang dagang
Piutang dagang terjadi akibat kegiatan normal suatu perusahaan melalui penjualan secara kredit,
misalnya notes receivable.
2. Piutang non dagang
Merupakan piutang lainnya yang berasal bukan dari kegiatan utama perusahaan, misalnya penjualan
surat berharga

 Sifat dan Contoh Piutang


2
1. Sifat Piutang, menurut SAK :
 Digolongkan menurut sumber terjadinya

1. Piutang Usaha  timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit
2. Piutang Lain-lain  timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan
 Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun
 Piutang Lancar
 Piutang dinyatakan sebesar  jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak
dapat ditagih
 Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca, diikuti penyisihan untuk piutang
yang tidak dapat ditagih
 Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan
tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang), karena sifatnya yang berbeda.

2. Contoh rekening yang digolongkan piutang :


a. Piutang Usaha
b. Wesel Tagih
c. Piutang Pegawai
d. Piutang Bunga
e. Uang Muka
f. Refundable Deposit (uang Jaminan)
g. Piutang Lain-lain
h. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

B. Prinsip Akuntansi Piutang


Prinsip akuntansi piutang usaha :
a. Piutang usaha disajikan dalam neraca sebesar netto, yaitu piutang usaha dikurangi penyisihan
kerugian piutang,

b. Metode penyisihan kerugian piutang usaha harus dijelaskan secukupnya

c. Piutang usaha disajikan terpisah dengan piutang lain-lain

d. Piutang yang bersaldo kredit disajikan sebagai kewajiban lancar dalam akun uang muka penjualan

e. Piutang usaha yang dijadikan jaminan harus dijelaskan.


3
C. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas piutang dan transaksi
penjualan, piutang dan penerimaan kas, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang melakukan penjualan, mengirimkan
barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur
penjualan dan melakukan pencatatan
b. Formulir yang digunakan bernomor urut tercetak (prenumbered)
c. Digunakan price list (daftar harga jual)
d. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (account receivable subledger card)
e. Setiap akhir bulan : dibuat aging schedule piutang (analisa umur piutang), saldo piutang
setiap pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan saldo piutang menurut buku besar dan
setiap pelanggan dikirim monthly statement of account
f. Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah
seutuhnya (intact).
g. Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur
penjualan dan penghapusan harus diotorisasi oleh pejabat berwenang
h. Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan
afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang
i. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan auhenticity (ke ontetikan) piutang
j. Validity apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang mempunyai utang)
k. Authenticity apakah piutang itu didukung oleh bukti yang otentik yang ditandatangi
pelanggan
l. Untuk memeriksa collectibility dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts
m. Collectibility kemungkinan tertagihnya piutang (dalam neraca)
n. Allowance for bad debts jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih, harus dibuatkan
penyisihan dalam jumlah yang cukup, jika sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan
o. Allowance terlalu besar  piutang disajikan terlalu kecil (understated), biaya penyisihan
piutang terlalu besar (overstated), laba rugi understated
p. Allowance terlalu kecil  piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang
understated, laba rugi overstated
2. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena
pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
 Wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh tempo, harus diungkapkan
sebagai contingent liability pada tanggal neraca

4
3. Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia, sebagai berikut :
a. Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah
b. Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak dapat
ditagih
c. Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok
kewajiban

D. Dokumen atau Catatan yang Berkaitan


1. Pesanan pelanggan (customer order)
2. Pesanan penjualan (sales order)
3. Faktur penjualan
4. File transaksi penjualan
5. Jurnal penjualan (sales journal)
6. Credit note
7. Neraca saldo piutang usaha
8. Laporan bulanan
9. File induk piutang usaha

E. PROSEDUR AUDIT ATAS PIUTANG


Menurut Sukrisno Agoes (2004:176), prosedur audit piutang usaha antara lain :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.Minta aging shedule dari
piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo
piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collections-nya.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke
general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
5. Kirimkan konfirmasi piutang:
(1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi.
(2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
(3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
(4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya.
(5) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
5
6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode
sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field
work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collectionshanyalah yang berhubungan
dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability.
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh
klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2
(dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual
melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu
alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam
periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file
untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia/SAK
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

F. Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha


1. Prosedur Audit Awal
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan akuntansi piutang usaha yang
diselenggarakan oleh klien, dengan cara mengusut saldo piutang usaha yang dicantumkan di neraca ke
dalam akun piutang usaha yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan ketelitian
penghitungan saldo akun piutang usaha di dalam buku besar, dan membuktikan sumber pendebitan dan
pengkreditan akun piutang usaha di dalam buku besar ke dalam jurnal penjualan keluar dan jurnal retur
penjualan, dan jurnal umum.
2. Prosedur Analitis
Dalam prosedur analitis, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat perputaran piutang usaha, ratio piutang
usaha dengan aktiva lancar, rate of return on net sales, ratio kerugian piutang usaha dengan pendapatan
penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih

6
3. Pengujian terhadap rincian transaksi
Dalam pengujian atas rincian transaksi, auditor melaksanakan prosedur audit berikut ini :
Memeriksa sampel transaksi piutang usaha yang tercatat ke dokumen yang mendukung timbulnya
piutang usaha
Melakukan pengujian pisah batas (cutoff) transaksi penjualan, retur penjualan, dan transaksi penerimaan
kas.
4. Pengujian rincian saldo
Dalam pengujian rincian saldo, auditor melakukan konfirmasi piutang usaha secara langsung antara
pelanggan dan auditor.
5. Prosedur Penyajian dan pengungkapan
Dalam prosedur penyajian dan pengungkapan, auditor membandingkan penyajian laporan dengan prinsip
akuntansi berterima umum (GAAP). Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan cara :
a. memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak
lancar
b. memeriksa jawaban konfirmasi bank

c. memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha

d. memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk piutang antar pihak yang memiliki
hubungan istimewa, piutang yang digadaikan atau dibebankan.

e. memeriksa surat representasi klien mengenai piutang.

7
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Pada umumnya piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak atas
penerimaan kas di masa mendatang. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal
perusahaan. Audit atas piutangpenting dilakukan karena salah saji piutang usaha memiliki materiliatas yang besar
terhadapsalah saji laporan keuangan.Tujuan dilakukannya audit atas piutang
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik ataspiutang dan transaksi
penjualan, piutang dan penerimaan kas;
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) daripada piutang
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknyaperkiraan allowance for bad
debts (penyisihan piutang tak tertagih)
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbulkarena pendiskontoan wesel
tagih
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansiyang berlaku umum di
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai