Fisika
Fisika
FISIKA LINGKUNGAN
KEKENTALAN
Oleh Kelompok 5 :
Irhamna Bayan
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berbagai macam nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Viskositas” ini dengan baik sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah kimia fisika tentang Viskositas ini telah kami susun sedemikian
rupa tentunya dengan bantuan berbagai macam pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepeda semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sebagai salah satu
syarat standar kelulusan nilai bagi matakuliah kimia fisika.
Namun tidak terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengundang para pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
2.1 PengertianViskositas.........................................................3
2.2 KonsepViskositas................................................................3
2.3 TeoriDasarViskositas..........................................................5
2.4 FaktorfaktoryangmempengaruhiViskositas........................7
2.5 SifatalirViskositas...............................................................8
2.6 Pengukuran Viskositas......................................................10
2.7 Contoh soal Viskositas dan Pembahasan..........................13
2.8 Penerapan Viskositas........................................................15
3. 1 Kesimpulan......................................................................17
3. 2 Saran.............................................................................17
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan viskositas ?
2. Bagaimana konsep viskositas ?
3. Apa dasar teori viskositas ?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas ?
5. Bagaimana cara mengukur viskositas ?
6. Apa saja yang merupakan pengaplikasian dari viskositas ?
2
Bab II
PEMBAHASAN
3
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill (rill =
nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda dengan fluida ideal.
Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya
model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida
ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan fluida dinamis) (Bird, 1993).
Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.S
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien viskositas
adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP).
1 cP = 1/1000 p. satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis
yaitu Jean Louis Marie Poiseuille.
1 poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat
cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel
itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak
bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume
tidak mempunyai makna yang tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume
tertentu terus menerus berubah (while, 1988).
Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama
antara cair dan gas adalah :
a. Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali harus
diperlakukan demikian.
b. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas,
sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh
bagian wadah tempatnya (While, 1988).
4
Pada fluida kental jika bola kecil dijatuhkan , akan timbul hambatan berupa
gaya gesek ( f ) pada bola. Besar gaya gesek itu mempengaruhi jari-jari bola r,
kecepatan relatif pada fluida v, dan koefisien viskositas fluida 𝜂 sesuai
persamaan:
η𝐴𝑣
𝑓= = 𝑘η𝑣
𝐿
Dengan k = A/L yang menyatakan bentuk geometri benda. Untuk bola nilai k =
6𝜋𝑟. Dengan demikian, persamaan diatas menjadi:
f =6𝜋𝜂𝑟𝑣
Persamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Sir George Stoke tahun 1945
dan dikenal dengn Hukum Stokes.
Gambar Hukum Stokes
Perhatikan gambar diatas. Sebuah bola jatuh bebas dalam fluida dalam bejana.
Gaya-gaya yang bekerja padanya adalah gaya berat w, gaya apung Fa, dan gaya
gesek akibat viskositas f.
Ketika bola dijatuhkan, bola bergerak dipercepat, tetapi beberapa saat
kemudian kecepatannya menurun akibat adanya gesekan. Gaya berat yang
menarik bola ke bawah besarnya tetap karena nilai g tetap. Akibatnya pada suatu
saat bola mencapai keadaan setimbang sehingga bola bergerak dengan kecepatan
tetap. Kecepatan bola yang tetap pada keadaan setimbang itu disebut kecepatan
terminal.
Pada kecepatan terminal, resultan gaya yang bekerja pada bola sama dengan
nol. Secara sistematis besar kecepatan terminal dapat ditentukan berdasarkan
persamaan berikut:
Σ𝐹𝛾 = 0
Fa + f = w
𝜌f 𝑉m g + 6πη𝑟𝑣 = mm g
𝜌f 𝑉𝑚 g + 6πη𝑟𝑣 = 𝜌b 𝑉m g
6πη𝑟𝑣 = 𝑉m (𝜌b − 𝜌f )
5
3
Diketahui volume bola, Vm = 𝜋𝑟 3 , maka persamaan tersebut dapat
4
dituliskan
3
6πη𝑟𝑣 = g 𝜋𝑟 3 (𝜌b − 𝜌f )
4
2g𝑟 2
𝑣= (𝜌b − 𝜌f )
9𝜂
Perlu diingat, v diukur dengan m/s atau dalam Stokes, 1 Stoke adalah 1 cm2/s,
1 centistoke (cSt) = 10-6 m2/s. Dimana 1 Stoke = 100 centistokes.
Viskositas cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggi
daripada yang partikelnya kecil dan bentuknya teratur. Semakin tinggi suhu suatu
cairan, semakin kecil viskositasnya. Pernyataan ini dapat dijelaskan dengan teori
kinetik. Tumbukan antara partikel yang berbentuk bola atau dekat dengan bentuk
bola adalah tumbukan elastik atau hampir elastik. Namun, tumbukan antara
partikel yang bentuknya tidak beraturan cenderung tidak elastik. Dalam tumbukan
tidak elastik sebagian energi translasi diubah menjadi energi vibrasi dan
akibatnya partikel menjadi lebih sukar bergerak dan cenderung berkoagulasi.
Efek suhu mirip dengan efek suhu pada gas. Koefisien viskositas juga kadang
secara singkat disebut dengan viskositas dan diungkapkan dalam N s m-2
2. Hukum Poiseuille
Fluida ideal dapat mengalir melalui pipa yang bertingkat tanpa ada gaya, tetapi
untuk fluida kental diperlukan perbedaan tekanan antar ujung pipa untuk menjaga
kesinambungn aliran. Banyaknya cairan yang mengalir persatuan waktu melalui
penampang melintang berbentuk silinder berjari-jari r, yang panjangnya l, selain
ditentukan oleh beda tekanan pada kedua ujung juga ditentukan oleh viskositas
dan luas penampang. Hubungan tersebut dirumuskan oleh Poiseuille yang
dikenal Hukum Poiseuille:
𝜋 𝑟 4 (𝑃1−𝑃2)
V=
8𝜂𝐿
6
2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Viskositas
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain:
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas
akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul Solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan
adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada
cairan sehingga manaikkan viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
5. Ikatan Hidrogen
Cairan dengan ikatan hidrogen yang kuat mempunyai viskositas lebih tinggi
karena peningkatan ukuran dan massa molekul. Sebagai contoh, gliserol dan asam
sulfat mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada air karena adanya ikatan
hidrogen yang lebih kuat.
7
Non-Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran
Newton ; disperse heterogen cairan dan padatan larutan seperti koloid, emulsi,
ampert cair, salep, dan produk-produk serupa. Jika bahan-bahan non-Newton
dianalisis dalam suatu viscometer putar dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai
kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran, yakni: plastis,
pseudoplastis, dan dilatan.
Ada 3 jenis tipe aliran dalam amper Non-Newton, yaitu: Plastis,
Pseudoplastis, dan Dilatan.
a. Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu
shearing stress (atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut
diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan
sebagai harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress
dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield
value, zat bertindak sebagi bahan amper (meregang lalu kembali ke keadaan
semula, tidak mengalir).
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang
tersuspensi dalam ampert pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya
kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya
gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi.
Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin
banyak ampert yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan
friksi antar partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value
terlampaui (shear stress di atas yield value), amper plastis akan menyerupai
amper newton.
b. Aliran Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom
alam dan sisntesis seperti ampert cair dari tragacanth, natrium ampert, metil
selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis
diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan
dengan amper plastis, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam
emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield
value, dan bukan suatu harga tunggal.
8
Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of
shear. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan
adanya aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan
berantai panjang). Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul
yang secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang
dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan
tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing
stress berikutnya.
c. Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada ampert yang memiliki presentase zat padat
terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk
mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress
dihilangkan, suatu amper dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat
dengan volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah
pembawa dalam ampert ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk
ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke
tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress
meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai (dilate). Hal itu
menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa
yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu
hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi
atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa. Akhirnya suspense
menjadi pasta yang kaku.
9
Adapun macam-macam viskometer antara lain:
1. Viscometer Torsi
Rumus R = µA dipakai pada silinder konsentris.
2. Viskometer Kapiler/Ostwald
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah
tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet
kedalam viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari
viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan
kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a,
stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch
dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b
dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan
besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan (Respati,1981).
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang
tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan
konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang
ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).
4. Viscometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel yang ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit
antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).
5. Viscometer hoppler
Pada viskometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya
gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya),
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum.
10
Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan fictional
resistance medium (Bird,1993).
Penentuan viskositas dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode Ostwald
dan metode bola jatuh.
1. Metode Ostwald
Metode ini ditentukan berdasarkan Hukum Poiseuille menggunakan alat
viskometer Ostwald. Penetapannya dilakukan dengan cara mengukur waktu yang
diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari a ke b. Sejumlah
cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan kedalam viskometer. Cairan
kemudian diisap dengan pompa sampai dibatas a. Cairan di biarkan mengalir ke
bawah dan waktu diperlukan dari a ke b dicatat menggunakan stopwatch.
Viskositas dihitung menggunakan persamaan Poiseuille:
𝜋 𝑟4 t
𝜂=
8 𝑉𝐼
𝜂1 𝜋𝑃1 𝑟 4 𝑡 8 𝑉𝐼 𝑃1 𝑡1
= 𝑥 =
𝜂2 8 𝑉𝐼 𝜋𝑃2 𝑟 4 𝑡 𝑃2 𝑡2
11
Karena tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan (d), maka berlaku:
𝜂1 𝑑1 𝑡1
=
𝜂2 𝑑2 𝑡2
4
𝐹𝑤 = 𝜋𝑟 3 (𝑑𝑏 − 𝑑𝑐 ) g
3
Dimana db dan dc masing-masing kerapatan bola dan cairan sedangkan g
adalah percepatan gravitasi.
Selain itu bekerja gaya gesek yang arahnya keatas sebesar:
𝐹g = 6 𝜋 𝜂 𝑟 𝑣
2 𝑟 2 g(𝑑𝑏 − 𝑑c )
𝜂=
9V
12
Gambar Viskositas Bola Jatuh
= 1,28 kg/ms
= 1,28 Pa s
2. Sebuah bola aluminium berjari-jari 2mm dijatuhkan bebas ke dalam cairan yang
mempunyai kerapatan 800 kg/m3. Dari percobaan didapatkan bahwa kelajuan
terbesar yang dicapai bola adalah 14 m/s. Jika kerapatan bola 2700 kg/m3 dan
percepatan gravitasi 9,8 m/s2, tentukan koefisien viskositas cairan.
Pembahasan:
Diketahui: r = 2 mm = 2 × 10−3 m db = 2700 kg/m3
g = 9,8 m/s2 dc = 800 kg/m3
13
𝑣 = 14 m/s
Ditanya: 𝜂 = ... ?
2 𝑟 2 g(𝑑𝑏 −𝑑c )
Jawab: 𝜂=
9V
2
2(2×10−3 m) (9,8 m/s2 )(2700 kg/m3 −800 kg/m3 )
𝜂=
9(14m/𝑠)
(74,48×10−3 kg/m s)
𝜂=
63
𝜂 = 1,18 kg/m s
𝜂 = 1,18 Pa s
Pembahasan:
t𝐴 = 38 s d𝐴 = 0,78945 kg/L
𝜂𝑎𝑖𝑟 = 1,005 cP
Ditanya: 𝜂𝐴 = ... ?
14
(1,005cP)(0,78945 kg/L)(38 s)
𝜂𝐴 =
(0,9982 kg/L)(25 s)
(1,005cP)(30)
𝜂𝐴 =
25
30,15 cP
𝜂𝐴 =
25
𝜂𝐴 = 1,206 cP
15
mesin bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah-celah mesin,
sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal.
3. Mengalirnya darah dalam pembuluh darah vena.
4. Proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil
viskositas minyak goreng).
5. Mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.
16
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
1. Viskositas adalah ketahanan aliran suatu cairan (fluida) pada pengaruh tekanan
atau tegangan. Viskositas cairan dapat dibandingkan satu sama lain dengan
adanya koefisien viskositas (𝜂) dibaca “eta”.
2. Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m2 =
Pa.S (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien
viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan
dalam sentipolse (cP). 1 cp = 1/1000 p.
3. Semakin kental suatu fluida semakin besar viskositasnya, begitupun jika fluida
tersebut terlalu cair maka viskositasnya semakin kecil.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas yaitu suhu, konsentrasi larutan,
berat molekul solute, tekanan, dan ikatan hidrogen.
5. Viskositas dapat diukur dengan 2 (dua) metode yaitu metode Ostwald dan
metode bola jatuh.
6. Aplikasi dari viskositas yaitu berperan dalam pembuatan emulsi, lotion, pasta,
penyalut tablet, pelumas mesin atau oli, mengalirnya darah dalam pembuluh
darah vena, proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin
kecil viskositas minyak goreng), mengalirnya air dalam pompa PDAM yang
mengalir kerumah-rumah kita.
3. 2 Saran
1. Pembahasan materi viskositas amat sempit, sehingga tidak banyak terdapat
pada materi di kelas. Hal ini menjadikan mahasiswa harus lebih aktif mencari
pembahasan dari luar kelas.
2. Viskositas sangat berhubungan dengan materi fluida sehingga kami memberi
saran kepada mahasiswa untuk mempelajari serta memahami terlebih dahulu
materi fluida.
17
Daftar Pustaka
http://wiwitwidya27p.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-fisika-viskositas-
teknik.html
http://www.ilmukimia.org/2013/02/teori-viskositas-cairan.html
iii