Anda di halaman 1dari 12

Promotif, Vol.7 No.

1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

Implementasi Kebijakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


(BPJS) di Puskesmas Dolo
Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
1Rosnawati
1Bagian AKK, FKM Unismuh Palu

ABSTRAK
Pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang baik untuk masyarakat pada
umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebijakan
BPJS-kesehatan yang berkaitan dengan faktor-faktor komunikasi,
sumber daya disposisi, dan struktur birokrasi, pelayanan di Puskesmas
Dolo, serta beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi implementasi,
kebijakan BPJS kesehatan pada kelompok sasaran. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan subyek penelitian adalah tenaga
medis puskesmas, Bidan Desa, peserta Askeskin, jamkesmas dan
jamkesda, dan BPJS, pasien umum dan masyarakat. Informan dipilih
dengan cara purposive, dengan tekhnik pengumpulan data yaitu
pengamatan, wawancara mendalam (Indhepinterview. Hasil temuan
penelitian menunjukan bahwa, Implementasi BPJS-kesehatan,
terhadap masyarakat dalam wilayah kerja, puskesmas dolo kurang
maksimal. Dalam faktanya petugas BPJS, kurang intens melakukan
komunikasi,dan sosialisasi mempromosikan program BPJS,kinerja
sumberdaya pelaksana program kurang efektif dan kurang didukung
fasilitas medis yang memadai. Demikian juga implementor kurang
bertanggung jawab dan berkomitmen atas tugas-tugasnya, serta
struktur birokrasi, kurang mampu memnafaatkan unit-unit kerjanyan
dalam mendukung kebijakan yang sudah disepakati bersama.
Kata Kunci: Komunikasi, Sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi

76
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

PENDAHULUAN umum (bayar) 3.838 (18.0%).


Indonesia sehat 2015, Dari angka prosentase jumlah
yang telah dicanangkan oleh pasien yang memanfaatkan
Departemen Kesehatan Puskesmas, masih didominasi
mempunyia visi yang ideal yang menggunakan kartu sehat
yakni masyarakat Indonesia (55.4%). (Sumber data: Profil
yang penduduknya hidup dalam Kesehatan Puskesmas Dolo,
lingkungan dan perilaku sehat, tahun 2013). Sedangkan
mampu menjangkau pelayanan pasien umum yang membayar
kesehatan yang bermutu, adil tunai (18.0%), sangat rendah,
dan merata, serta memiliki tidak seimbang dengan jumlah
derajat kesehatan yang baik. penduduk yang akan
Untuk mencapai visi tersebut diharapkan menjadi peserta
ada 3 prakondisi yang perlu mandiri BPJS-Kesehatan. Dari
dilakukan yakni lingkungan data tersebut di atas, jelas
sehat, perilaku sehat, bahwa pada umumnya
pelayanan kesehatan yang masyarakat cenderung
bermutu dan terjangkau dengan menggunakan pelayanan
biaya murah, Selain itu, kesehatan gratis, terutama
masyarakat memperoleh yang memiliki kartu Jamkesmas
pelayanan dengan mudah dari dan Jamkesda. Sedangkan
tenaga kesehatan profesional, yang tidak memiliki kedua kartu
yakni dalam upaya tersebut, diarahkan menjadi
meningkatkan kesehatan peserta BPJS-Kesehatan.
individu, keluarga dan Masalah-masalah
masyarakat beserta tersebut, di samping bersumber
lingkungannya (Notoatmodjo, dari masyarakat juga dari
2003). birokrasi pelaksana program,
Sebagai bahan yakni kurangnya integrasi dan
perbandingan hasil yang sinergitas kinerja para
dicapai implementasi program pelaksana, dukungan tenaga
Jamkesmas dan Askes kesehatan yang masih terbatas
(Asuransi Kesehatan) serta jumlahnya seperti di
pasien umum lainnya, Puskesmas Dolo, sehingga
mengenai kunjungan pasien ke pelayanan kesehatan pada
Puskesmas. Dolo, masyarakat tidak optimal,
menunjukkan bahwa jumlah efisien dan efektif. Asumsi
pasien yang menggunakan sementara implementasi BPJS-
Askes sebesar 4.087 (25.8%), Kesehatan yang akan menjadi
Kartu Sehat, 8.758 (55.4%) fokus kajian dalam penelitian
gratis, 120 (0.8%) dan pasien ini, merupakan tangtangan

77
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

nyata dalam bidang KIA, bidan Poskesdes, 1 orang


(Kesehatan Ibu dan Anak) pasien PBI dan 1 orang pasien
terutama yang berkaitan Non-PBI. Sedangkan informan
peningkatan pelayanan kunci lainnya yaitu Kepala
kesehatan ibu dan anak Dinas Kesehatan Kabupaten
Penelitian ini bertujuan untuk Sigi dan Kepala Puskesmas
mendeskripsikan implementasi Dolo.
kebijakan BPJS-Kesehatan
yang berkaitan dengan faktor- HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor sosialisasi, sumberdaya, Faktor-faktor yang
disposisi dan struktur birokrasi, mempengaruhi keberhasilan
baik di tingkat kabupaten implementasi akan ditentukan
maupun di tingkat kecamatan. oleh variabel yang saling
berhubungan satu sama lain
METODE dalam memberikan
Jenis penelitian yang pemahaman yang lebih luas
digunakan adalah penelitian tentang implementasi
kualitatif yaitu suatu penelitian kebijakan, yaitu komunikasi,
yang mendeskripsikan apa sumberdaya, dispoisisi dan
yang terjadi pada saat ini. struktur organisasi. Hasil
Lokasi Penelitian ini penelitian menunjukkan bahwa
dilaksanakan di Puskesmas sejak dimulakan program
DoloKabupaten Sigi. Dasar BPJS-Kesehatan oleh
pertimbangan pemilihan lokasi pemerintah dan diterapkan
penelitian antara lain: Pertama, sebagai program nasional
Puskesmas Dolo, merupakan bidang kesehatan, maka
salah satu Puskesmas diantara tenaga medis yang telah
19 Puskesmas yang memiliki mendapatkan pelatihan
jumlah penduduk yang terbesar program BPJS, mulai
10.965 jiwa, tersebar di 11 sosialisasikan program BPJS
desa. Kedua, Memiliki karakter sampai ke tingkat desa
desa yang sangat bervariasi kerjasama dengan bidan
dengan penduduk juga Poskesdes dan kader
hetrogen, namun mayoritas dari kesehatan Posyandu, terutama
suku Kaili, dialek Kaili Ledo. yang belum terdaftar
Jumlah informan yang menjadi kepesertaan BPJS. Namun
sampel dalam penelitian ini dalam faktanya sosialisasi
yaitu: 9 orang terdiri atas, 2 belum berjalan sesuai harapan,
orang pelaksana BPJS hanya menyesuaikan
Puskesmas, 1 orang bagian kegiatnnya yang sudah routine
loket, 1 orang bagian Poli, dan dan terjadwal awal bulan di
1 orang bagian apotik. 2 orang Posyandu, yaitu imunisasi bayi

78
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

balita dan pemeriksaan ibu dalam lingkungan


hamil. kelompoknya.
Tugas rangkap tenaga Uraian-uraian tersebut
kesehatan Puskesmas, bukan menunjukkan adanya upaya
hanya menyampaikan program tenaga kesehatan
BPJS melalui komunikasi face mengkomunikasikan program
to face dengan pengguna BPJS, namun, belum
Posyandu, tetapi yang lebih menyentuh sampai kelompok
penting adalah memberi sasaran (Hasil wawancara
pemahaman kepada kelompok informan. (NM), yang bertugas
sasaran mengenai persedure di Unit Perencanaan dan
pelayanan di Puskesmas agar Pengembangan Puskesmas.
mendapatkan pelayanan Pernyataan informan tersebut,
kesehatan yang optimal. Selain dibenarkan oleh (FT)
itu, melibatkan tokoh-tokoh mengatakan bahwa Program
masyarakat dan aparat desa BPJS-Kesehatan, belum
dalam mendukung aktivitas nampak melakukan sosialisasi
tenaga kesehatan di desa. baik petugas BPJS di tingkat
Menurut Sulaeman (2012) kabupaten maupun di tingkat
bahwa peran serta masyarakat kecamatan,
merupakan komponen penting Dari hasil wawancara
dalam kemandirian dan proses sebagaimana yang
pemberdayaan masyarakat, dikemukakan oleh informan,
khususnya di bidang terbukti sebagian besar warga
kesehatan. komunitas belum tahu dan
Kegiatan tersebut akan faham tentang kepesertaan
memberikan nilai positif yang BPJS, mengenai mekanisme
bermanfaat pada masyarakat dan syarat lain yang harus
dalam memahami secara dipenuhinya, termasuk biaya
mendalam program BPJS, yang dibayar per jiwa/bulan
terutama program yang bisa sesuai kategori kelas yang
menyentuh seluruh segmen diinginkan oleh pasien.
masyarakat, bukan hanya Keinginan dan harapan
pemegang kartu Askeskin, masyarakat terhadap program
Jamkesmas dan Jamkesda, BPJS-Kesehatan, agar
tetapi juga yang belum menjadi dilakukan secara transparansi
peserta BPJS. Dengan kata hak dan kewajiban bagi
lain, kepesertaan mereka peserta, terutama program
dengan secara sadar dapat yang bersentuhan dengan
meningkatkan derajat kepentingan keluarga miskin
kesehatannya baik secara yang tidak mampu ekonominya.
individu, keluarga, maupun

79
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

Oleh karena itu, tanpa adanya reaksi panas selama 3


keterlibatan masyarakat hari, 3 malam, meskipun
mendukung program BPJS, orangtuanya diberil obat
dalam pandangan Sulaeman menurunkan panas, namun,
(2012) memunculkan sikap dan perilaku orang tuanya
tanggapan masyarakat karena merasa belum yakin bahwa
reaksi dari aksi yang dilakukan obat itu dapat menurunkan
oleh tenaga kesehatan, antara panas bayi balitanya. Lebih
lain: a) menolak, namun tidak lanjut Informan mengakui masih
secara terbuka, sambil ada orang tua bersikap seperti
menunggu perkembangan, dan itu, dalam pandangan mereka
b) menolak secara terbuka atau bayi balitanya sakit.
terang-terangan, karena Deskripsi mengenai
dianggap bahwa program implementasi program BPJS-
tersebut kurang memberi Kesehatan di atas,
manfaat yang dapat dirasakan menunjukkan bahwa sosialisasi
oleh masyarakat. Sejatinya program BPJS yang berpusat di
setiap ada program baru Puskesmas Dolo, peran dan
biasanya memunculkan fungsinya untuk meningkatkan
resistensi kepada masyarakat. derajat kesehatan masyarakat.
Sebagai contoh, Namun, masih ada juga pasien
imunisasi bayi balita, pasca yang tidak mampu tertangani di
imunisasi reaksinya panas, Puskesmas Dolo, dilanjutkan ke
dianggap mengganggu rumah sakit rujukan yang
kenyamanan orangtuanya memiliki fasilitas dan sarana
waktu istirahat, sekalipun sudah lebih lengkap, didukung dengan
diberi pamahaman sebagai tenaga dokter ahli atau dokter
reaksi obat yang dimasukkan spesialis.
untuk menambah kekebalan Faktor lainnya dalam
fisiknya terhadap gangguan mengimplementasikan program
dari penyakit. akibatnya BPJS adalah sumber daya
banyak balita yang tidak merupakan salah satu faktor
lengkap imunisasinya, yang penting dalam
kelompok bayi/balita drop out menindaklanjuti program BPJS,
(DO), demikian juga program tanpa adanya sumberdaya
keluarga berencana. yang memadai, berpengauh
Untuk menguatkan pada pelaksanaan program
persepsi masyarakat mengenai BPJS, demikian juga
imunisasi bayi/balita, informan. sebaliknya meskipun program
(MW) mengatakan bahwa itu dianggap sudah baik, namun
pemahaman warga komunitas tidak bisa efektif jika
mengenai pasca imunisasi,

80
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

sumberdaya kurang dimiliki pasien yang datang berobat ke


oleh pelaksana program. Puskesmas dan pasien rujukan
Data menunjukkan lainnya. Demikian juga tugas
bahwa jumlah tenaga routin melayani masyarakat
kesehatan di Puskesmas Dolo, dengan kegiatan imunisasi,
yaitu bidan profesional pemberian vitamin A dan Fe,
(40.35%), menyusul perawat pemeriksaan ibu hamil dan
(33.33%), Jumlah bidan praktik persalinan bidan desa
tersebar bertugas di 11 desa Poskesdes.
dalam wilayah kerja Hasil temuan
Puskesmas, demikian juga menunjukkan ada diantara unit
perawat yang ditempatkan di kerja di Puskesmas, sering
dua Pustu, yaitu Pustu Desa kewalahan dalam
Tulo, dan Pustu Desa meningkatkan layanan pasien
Karawana. Sedangkan tenaga yang berobat, karena pada
dokter ahli hanya 1 dokter gigi, hari tertentu pasien yang
dan 1 dokter umum, berobat ke Puskesmas
Wawancara penulis dengan jumlahnya banyak, sedangkan
kepala Puskesmas Dolo (RK) jumlah petugas di bagian loket
dan (SK), mengatakan bahwa jumlahnya sedikit. informan Ibu
sejak saya ditugaskan sebagai (DW) mengatakan bahwa
kepala Puskesmas Dolo, tahun tenaga medis yang ditugaskan
2013 sampai sekarang tenaga bagian poli umum, sering
kesehatan di Puskesmas, kewalahan melayani pasien
belum terealissasi adanya pada hari tertentu, di mana
penambahan dan penempatan jumlah pasien yang datang
pegawai baru, kecuali bidan berobat mencapai 30-40 an,
desa berstatus bidan tidak tetap tidak termasuk pasien rujukan
(PTT) yang ditempatkan di dan pasien rawat jalan.
Posksedes (Hasil wawancara, Hasil pengamatan
tanggal 7 April 2015) penulis mengenai aktivitas
Berdasarkan informasi tenaga kesehatan di masing-
tersebut, jelas bahwa tenaga masing Poli di Puskesmas,
kesehatan yang ada sekarang ternyata masih ada yang tidak
ini belum memadai atau kurang disiplin jadwal kerjanya,
mencukupi mengingat luasnya demikian juga waktu pulang.
wilayah dan jumlah penduduk Namun, pelayanan tiap hari
yang tersebar dalam wilayah tetap berjalan sesuai jam kerja,
kerjanya. Sedangkan kegiatan karena masih ada juga perawat
layanan kesehatan menjadi lainnya yang datang tepat
tugas dan tanggung jawab waktu. Namun, yang menjadi
tenaga kesehatan melayani pengecualian adalah tenaga

81
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

medis yang secara routine dan berstatus bukan rawat inap,


terjadwal bertugas tiap bulan maka pasien gawat darurat
awal minggu pertama di (emergency) langsung dirujuk
Posyandu, dengan tugas ke rumah sakit pemerintah di
imunisasi bayi dan balita, Palu, seperti Undata atau
dibantu oleh bidan desa dan Anutapura (Hasil wawancara,
kaderkes. Meskipun demikian, tanggal 25 Maret 2015).
jenis penyakit apapun bila Kondisi seperti ini,
berkunjung ke Puskesams praktisi medis berupaya
Dolo, semuanya dapat terlayani mengimplementasikan tugas
sesuai persedure dan proses dan taggung jawabnya dalam
layanannnya tidak berbelit, melayani pasien BPJS, seperti
sesuai alur layanan yang menolong dan menyelamatkan
ditetapkan Puskesms. Berbeda ibu dan janinnya. Demikian juga
halnya jika pasien rujukan ke praktisi medis lainnya,
salah satu rumah sakit di Palu, meskipun mereka mengetahui
karena penyakit komplikasi dan sumberdaya fisik yang dimiliki
tidak dapat ditangani oleh Puskesmas Dolo, kurang
bidan, seperti pendarahan atau lengkap dan tidak memadai
tekanan darah tinggi. Menurut merawat pasien, maka atas
informan bidan (SC) Poskesdes inisiatif dan rekomendasi
Maku mengatakan bahwa dokter, pasien tersebut
setiap ada pasien yang langsung di rujuk ke rumah sakit
komplikasi atau penyakit kronis, Anutapura Palu (Hasil
khususnya ibu hamil yang akan wawancara, tanggal 27 Maret,
melahirkan, langsung di rujuk 2015).
ke rumah sakit. Namun, dalam Dari hasil wawancara
faktanya pelayanan pasien informan di atas, menunjukkan
yang menggunakan kartu bahwa sumberdaya fisik
Jamkesmas atau BPJS sering peralatan medis di Puskesmas
berbelit dan melelahkan (Hasil kurang memadai untuk
wawancara, tanggal 25 Maret merawat pasien gawat darurat,
2015). dalam hal ini pasien BPJS,
Sikap mengambil namun dalam mengatasi
keputusan dan inisiatif bidan kondisi seperti itu jalan satu-
atau perawat, sebagai satunya merujuk pasien.
tindakan penyelamatan, seperti Kondisi seperti ini diperparah
yang diungkapkan informan lagi ternyata obat-obatan yang
Nurfajar bahwa pasien darurat dibutuhkan pasien juga tidak
semestinya rawat inap di tersedia, sehingga pasien harus
Puskesmas, namun karena membeli obat di apotik terdekat,
Puskesmas Dolo masih

82
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

meskipun tercatat kepesertaan program dapat berjalan efektif


BPJS-Kesehatan. adalah kemampuan dan
Indikator keperhasilan keinginan yang kuat untuk
implementasi program BPJS, melaksanakan kebijakan
terukur dengan keberhasilan program BPJS.
yang dicapai yaitu jumlah Sejatinya setiap
tenaga kesehatan, kesiapan kebijakan dapat direspons,
para praktisi dalam dipatuhi dan dilaksanakan,
menjalankan tugas-tugas sehingga para penyelenggara
routinnya, peralatan medis (implementor) ketika
yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan program
pemeriksaan pasien, dan BPJS memiliki kesamaan
catatan atau rekor medik yang pemahaman terhadap
sesuai perkembangan dari kebijakan tersebut, seperti
waktu ke waktu untuk besarnya biaya yang harus
memantau aktivitas para ditanggung bagi peserta BPJS,
praktisi kesehatan. Dalam hal sesuai kriteria yang diinginkan
ini standar pelayanan yang dari kelas 1 sampai kelas 3.
berlaku di Puskesmas Dolo, Namun faktanya, tingkat
yang mengedepankan kualitas pemahaman praktisi medis
layanan bagi peserta BPJS. secara objektif masih ada yang
Pemerintah dalam belum bekerja secara
mengimplementasikan program maksimal, karena komunikasi
BPJS, seharusnya didukung dan sumberdaya merupakan
oleh pelaksana yang memiliki elemen birokrasi yang tidak
integritas yang kuat dan maksimal dalam
komitmen yang tinggi, sehingga mengimplemntasikan program
tujuan yang diharapkan BPJS. Di samping itu, sinergitas
berdayaguna dan berhasilguna. dengan petugas yang
Komitmen informan (NY) dipercayakan menangani
menyatakan bahwa dalam program, ternyata kemauan
menangani program BPJS, dan kerja keras serta sikap
saya berkomitmen untuk tetap positif dimilikinya, belum sesuai
bekerjakeras, meskipun ada apa yang diharapkan oleh
konsekuensi-konsekuensi yang organisasi BPJS.
harus dihadapi terutama dari Selain itu, langkah
peserta BPJS, jika selanjutnya adalah
menginginkan program BPJS implementasi BPJS adalah
berjalan efektif (Hasil struktur birokrasi
wawancara, tanggal 21 Maret penyelenggara BPJS-
2015). Informasi tersebut Kesehatan di Puskesmas Dolo,
menunjukkan bahwa indikator yaitu tim koordinasi, tim

83
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

pengelola program BPJS, penyakit (ISPA, Malaria, Diare,


dengan melibatkan semua dan lain-lain).
unsur tenaga medis menurut Selanjutnya unit
bidangnya masing-masing, pelayanan medis, membawahi
serta tim verifikasi program. beberapa kegiatan seperti
Dalam struktur birokrasinya bagian Loket, Poli umum, Poli
jelas telah tercantum tugas gigi, KIA/KB, dan apotik. Di
masing-masing bagian, sesuai samping itu masing-masing
jumlah sumberdaya yang bidang sudah ditetapkan salah
tersedia di Puskesmas. seorang dari tenaga medis
Misalnya praktisi medis yang yang menjadi penanggung
mengontrol penggunaan dana jawab, sebagai contoh, bidang
yangg semestinya harus tuntas kefarmasian, bidang pelayanan
dalam penerimaannya, tetapi resep, bidang penangung
ternyata masih banyak peserta jawab gudang. Selain itu, itu
BPJS yang tidak melunasi ada juga koordinator yang
preminya tiap bulan. menangani sektor tertentu,
Struktur birokrasi dalam seperti koordinator bidan dan
pelayanan kesehatan yang KIA. Dibawah koordinator ada
berlaku di Puskesmas, pada pelaksana teknis yang ditunjuk
dasarnya tugas-tugas yang sebagai pelaksana menangani
harus dijalaninya sesuai bidang pelayanan di masing-masing
masing-masing. Kepala Pustu, Poskesdes dan
Puskesmas, sebagai Polindes. Struktur tersebut,
penanggung jawab dalam tercantum dalam profil dan
wilayah kerjanya, dibantu oleh buku pedoman pelaksanaan
kepala tata usaha, dengan program BPJS, dan setiap
jumlah tenaga 3 orang, yaitu bagian-bagian atau unit-unit
administrasi umum, dalam struktur tersebut memiliki
inventarisasi dan bendahara. peran yang penting dalam
Kemudian dilengkapi dengan mengimplementasikan suatu
unit-unit lainnya, seperti unit program atau kebijakan
pelayanan kesehatan, unit jaminan kesehatan yang telah
perencanaan dan terprogram dan terencana.
pengembangan dan unit Demikian juga
pelayanan medis. Tiap unit perubahan secara birokrasi
membawahi beberapa bidang, dalam suatu program baru,
seperti unit pelayanan menimbulkan persepsi yang
kesehatan, yaitu imunisasi, berbeda, sehingga
kesehatan lingkungan, implementasi program
Posyandu dan beberapa jenis mengalami kegagalan karena
berbeda secara konseptual

84
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

darpada kondisi emperis mendapat bantuan iuran atau


lapangan. Hal ini disebabkan subsidi oleh pemerintah pusat
karena belum adanya persepsi dan pemerintah daerah. Ini
yang sama antara birokrasi di berarti tenaga medis di
tingkat pusat, provinsi, Puskesmas harus bekerja
kabupaten dan kecamatan. rangkap dalam menkover atau
Demikian juga beberapa mengadministrasikan pasien
program yang penempatannya yang menggunakan premi
mungkin kurang serasih dan pembayaran gratis.
harmonis dalam implikasinya, Selain itu, pengurusan
karena kebutuhan berbeda menjadi kepesertaan BPJS,
dengan kenyataan. masih dikeluhkan oleh
Dari informan Ibu (IR) masyarakat karena proses
Kepala Tata Usaha (KTU) pengurusan menjadi peserta
mengatakan bahwa secara masih berbelit-belit dengan
struktural dalam beberapa urusan administrasi,
pengembangan organisasi seperti kartu penduduk, kartu
Puskesmas, semua bekerja rumah tangga, dan lain-lain.
sesuai tugas dan tanggung Awal diberlakukan program
jawab masing-masing bidang. BPJS, dipredeksikan akan
Pendidikan dan keahlian muncul beberapa konsekuensi-
menjadi penilaian utama bagi konsekuensi yang harus
tenaga medis yang benar-benar dicarikan solusinya, dan
berkomitmen tugas dan merupakan keluhana pada
tanggung jawabnya. Namun, umumnya dari masyarakat,
masih ada juga diantara tenaga terutama sarana yang kurang
medis sering lalai terhadap memadai, termasuk
tugasnya, dengan kinerja yang didalamnya pasien rujukan
masih rendah dan kepatutan yang memerlukan operasi,
dalam memenuhi kewajibannya termasuk persedure operasi
sebagai tenaga medis (Hasil yang ditentukan dalam SOP
wawancara, tanggal 23 Maret (standar operating procedure),
2015) Dengan kata lain, kinerja Berdasarkan hasil
tenaga medis perlu pengamatan peneliti, masih
diselaraskan dan fleksibel, adanya pelayanan yang tidak
karena dapat menimbulkan sesuai persedure dan
konflik diantara tenaga medis ketentuan, seperti hasil
itu sendiri, terutama pendataan diagnosa dokter yang tidak
bagi pasien yang menggunakan dijamin oleh program BPJS,
Jamkesmas dan Jamkesda, termasuk obat-obatan yang
dan BPJS. terangkum dalam dibeli sendiri oleh pasien,
kelompok PBI yaitu pasien yang jaminan hanya diperuntukkan

85
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

sampai pada anak ke-3. tepat, serta memudahkan


Dengan kata lain, program mengkases kegiatan BPJS.
BPJS-Kesehatan, pada Tenaga medis tersebut memiliki
hakekatnya meningkatnya keahlian mengakses secara
derajat kesehatan masyarakat luas informasi yang berkaitan
yang efektif dan efisien, melalui dengan BPJS, dan sudah dapat
institusi kesehatan milik diberdayakan di Puskesmas.
pemerintah, memiliki peran Melalui on-line masyarakat
sebagai penyedia layanan bagi dapat langsung mendaftar
semua warga masyarakat yang kepesertaan BPJS dalam
tergolong peserta BPJS. mendukung program BPJS
dengan dasar
kegotongroyongan. Untuk
memudahkan pembayaran
KESIMPULAN premi kepesertaan BPJS tiap
Dari uraian-uraian bulan, tanpa mengeluarkan
tersebut di atas, dapat energi dan biaya seharusnya
disimpulkan bahwa membuka loket-loket khusus
implementasi program BPJS yang disediakan di Puskesmas,
dapat berjalan baik, jika dalam bekerjasama dengan bank
menafsirkan dan mampu pemerintah atau bank swasta.
melaksanakan semua perintah, dengan tujuan dapat
petunjuk serta arahan mendekatkan kelompok
mengenai pelaksanaan sasaran, terutama kelompok
program. Selain itu, peran yang tidak mampu ekonominya
sumberdaya, disposisi dan
struktur birokrasi, serta sikap DAFTAR PUSTAKA
pelaksana program menjadi hal Abdul Wahab, Solichin, 2014,
yang penting, sehingga Analisis Kebijakan, Dari
masyarakat pada umumnya Formulasi ke
dapat merasakan secara positif Penyusunan model-
manfaat dari program BPJS- model Implementasi
Kesehatan. Kebijakan Publik, Bumi
Aksara, Jakarta.
REKOMENDASI Depkes, 2014, Pedoman
Perlunya ditindaklanjuti Pelaksanaan BPJS-
jumlah tenaga medis yang Kesehatan, Jakarta
kurang memadai, khusus Dunn, N William, 2013, Analisis
menangani administrasi BPJS, Kebijakan Publik, judul
mengontrol kepesertaan BPJS, asli, “Public Policy
mengklaim pencairan Analysis: An Intruduction
pendanaan dengan cepat dan “ Penerjemah “ Samodra

86
Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 76-87 Artikel VIII

Wibawa, dkk, Gajah Pasolong, Harbani, 2005,


Mada University Press, Metode Penelitian
Yokyakarta. Administrasi, Lembaga
Edwards III, George, 1980, Penerbitan Unhas
Implementating Public (Lephas), Makassar.
Policy, Congressional Purwitayana, Agung. Dewa
Quarterly Press, Putu, 2013, Faktor-
Washington. Faktor Determinan
Greswell, W John, 2012 “ Mempengaruhi
Research Design, Implementasi Program
Pendekatan Kualitatif, Jaminan Kesehatan Bali
Kuantitatif dan Mixed, Mandara di RSUD
Judul asli “ Research Wangaya Denpasar,
Design, Qualitative, Volume 1, Nomor 1,
Quantitative, and mixed Halm, 27-35
methods Approaches,” Subarsono, 2013, Analisis
Penerjemah, Achmad Kebijakan Publik,
Fawaid, Pustaka Pelajar, Konsep, Teori dan
Yokyakarta. Aplikasi, Pustaka
Miles B Matthew dan Michael A Pelajar, Yokyakarta
Huberman, 2009. Sulaeman, Endang Sutisna,
Analisis Data Kualitatif, 2012, Pemberdayaan
Judul asli “ Qualitative Masyarakat Di Bidang
Data Analysis” Kesehatan, Teori dan
penerjemah Tjetjep Implementasi, Gajah
Rohendi Rohidi, UI- Mada University Press,
Press, Jakarta. Yokyakarta.
Muhlis Hajar Adiputra, et.ol,
2013, Implementasi
Kebijakan Jaminan
Kesehatan Daerah Di
Kabupaten Sinjai, Artikel
penelitian, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Hasanuddin.
Notoatmodjo, Soekijo, 2003,
Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan, Rineka
Cipta, Jakarta
Nugroho, Riant, 2008, Public
Policy, Pt.Elex Media
Komputindo, Jakarta

87

Anda mungkin juga menyukai