Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH INDIVIDU

“KEBERHASILAN PERAWATAN PULPOTOMI VITAL PADA GIGI


MOLAR SATU BAWAH PERMANEN MUDA DAN BAHAN KALSIUM
HIDROKSIDA DAN BIODENTIN”

OLEH:
Siti Halimah Ritonga
170600071

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KEBERHASILAN PERAWATAN PULPOTOMI VITAL PADA GIGI
MOLAR SATU BAWAH PERMANEN MUDA DAN BAHAN KALSIUM
HIDROKSIDA DAN BIODENTIN
(Successful Treatment of Vital Pulpotomy with hydroxide and biodentin Lower young
Permanent Molars)

Siti Halimah Ritonga


170600071

Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Jalan Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155
E-mail: sitihalimahrtg@yahoo.com

Pendahuluan
Pulpotomi parsial adalah suatu bentuk terapi pulpa vital yang terdiri dari amputasi
bedah 2 sampai 3 mm jaringan pulpa koronal yang rusak dan meradang. Setelah pengangkatan
jaringan yang rusak, zat pembalut ditempatkan untuk merangsang penyembuhan dan menjaga
vitalitas pulpa yang tersisa. Ini telah menunjukkan hasil yang sukses dalam perawatan fraktur
mahkota yang rumit (95%) dan pada gigi permanen asimtomatik posterior yang imatur dan
terbuka (91-93%).2
Kalsium hidroksida, telah menjadi bahan pilihan untuk merangsang pembentukan
dentin setelah paparan karies gigi permanen imatur selama bertahun-tahun. Cvek telah
melaporkan bahwa pulpotomi parsial dan capping pulpa dengan menggunakan kalsium
hidroksida pada gigi permanen yang belum matang memiliki tingkat keberhasilan 96%.
Dengan aplikasi kalsium hidroksida, jembatan dentin akan terdiri di atas jaringan pulpa yang
sehat. Dengan tidak adanya jembatan dentin, pulpa yang tersisa menjadi tidak melekat yang
diikuti oleh degenerasi, atrofi dan penyusutan dari dentin. Oleh karena itu, pembentukan
jembatan dentin memberikan penghalang fisik dari faktor eksternal untuk melindungi pulpa.2
Indikasi

Pulpotomi parsial diindikasikan pada anak muda gigi permanen untuk eksposur pulpa
karies di mana perdarahan pulpa dikontrol dalam beberapa menit. Itu gigi harus vital, dengan
diagnosis pulpa normal atau pulpitis reversibel.1
Bahan Perawatan

Kalsium hidroksida memiliki sifat biologis yang menguntungkan sebagai medikamen


intrakanal, namun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa kontak langsung Ca(OH)2
dengan dinding saluran akar, berpengaruh terhadap perubahan sifat fisik dentin. Kontak
Ca(OH)2 dengan dentin dalam jangka waktu panjang pada perawatan apeksifikasi gigi
permanen muda, akan meningkatkan resiko terjadinya fraktur akar. Perubahan karakteristik
fisik dentin saluran akar terutama pada sepertiga servikal, yang memiliki kepadatan tubulus
dentinalis paling tinggi, setelah aplikasi Ca(OH)2 jangka panjang, berdampak penting secara
klinis, karena menjadi pertimbangan dalam memilih bahan pencampur yang menyebabkan
kerusakan minimal pada dentin untuk aplikasi pasta Ca(OH)2 jangka panjang, serta
menentukan restorasi intrakanal yang sesuai.3
Biodentine adalah bahan berbasis bioactive calcium-silicate yang diperkenalkan
oleh perusahaan Septodont dan memiliki sifat mekanis, biokompatibilitas, dan sifat bioaktif
yang baik. Biodentine yang diperkenalkan baru-baru ini di dunia kedokteran gigi memiliki
kegunaan beragam bagi beberapa kondisi klinis seperti pulp capping, pulpotomi, dan
penutupan ujung akar.5
Bentuk Outline kamar pulpa
Anestesi
Pilihan anestesi yang dapat diberikan untuk perawatan pulpotomi gigi permanen muda
rahang bawah ini yaitu anestesi lokal yaitu anestesi blok ataupun anestesi infiltrasi rahang
bawah. Teknik anestesi blok untuk dewasa dan anak-anak hampir sama, bedanya pada anak-
anak injeksi harus diberikan lebih rendah dan posterior dikarenakan foramen mandibular pada
anak-anak lebih rendah daripada permukaan oklusal.

Namun pada anestesi blok sering dijumpai keluhan seperti luka pada jaringan mulut
karena anak menggigit bibir, lidah dan mukosa bukal. Alternatifnya dapat dilakukan anestesi
infiltrasi rahang bawah, dimana lebih memudahkan dokter dan pasien dalam pengerjaannya,
dimana penetrasi jarum yang tidak terlalu dalam, kesalahan teknis lebih sedikit, jumlah larutan
anestesi yang digunakan lebih sedikit, dan prosedur anestesi yang lebih singkat. Para peneliti
juga menyimpulkan bahwa teknik infiltrasi lebih dianjurkan untuk perawatan pulpotomy pada
molar bawah gigi permanen

Tahap Kerja
Langkah-langkah perawatan yang dilakukan adalah pemberian anastesi lokal terlebih
dahulu pada area gigi dengan teknik infiltrasi dan dilanjutkan dengan teknik intrapulpa,
pembukaan akses pulpa menggunakan bur intan berbentuk bundar dan bur akses kamar pulpa.
Semua atap kamar pulpa dibersihkan dan tidak terdapat atap kamar pulpa, pembuangan
jaringan pulpa menggunakan ekskavator steril yang tajam dan dilanjutkan dengan slow speed
bur, irigasi kamar pulpa dengan NaCl 0,9 % / larutan fisiologis selama 3 menit, aplikasi
Buckley’s Formokresol menggunakan kapas bersih selama 4 menit untuk menghentikan
perdarahan.4
Setelah perdarahan pulpa terhenti, langkah selanjutnya adalah melakukan pengisian
(obturasi) kamar pulpa menggunakan karbonhidroksida/biodentin secara merata pada kamar
pulpa. Aplikasi semen liner dengan menggunakan glass ionomer (GC Fuji 9) hingga menutupi
seluruh hasil preparasi atap pulpa. Preparasi gigi untuk restorasi RK.4
Kontrol dan Evaluasi Keberhasilan Perawatan dan Perawatan final
Lavaud dkk menunjukkan bahwa biodentine memberikan hasil yang baik tanpa gejala
klinis ataupun radiologis ketika digunakan untuk pulpotomi gigi sulung (9 bulan follow up),
indirect capping pada hipomineralisasi molar (12 bulan follow up), dan apeksogenesis
(14 bulan follow up). Villat dkk melakukan pulpotomi parsial pada premolar dua kanan
tetap muda pada pasien anak 12 tahun. Setelah 6 bulan pasien tidak melaporkan nyeri
atau keluhan selama masa observasi. Selain itu peneliti juga menemukan formasi dentin
bridge homogen serta pembentukan akar yang berlanjut. Pengukuran kekerasan mikro dentin
setelah aplikasi bahan sterilisasi Ca(OH)2, secara tidak langsung dapat menunjukkan
hilangnya.mineral dalam jaringan gigi. Titik pengukuran kekerasan mikro dentin pada
penelitian ini diambil pada jarak 1 mm dari dinding saluran akar.6
Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa dentin akar bagian
tengah memiliki kekerasan mikro yang lebih besar dibandingkan daerah yang dekat pulpa atau
dekat sementum. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa lama kontak pasta
berpengaruh secara bermakna terhadap nilai kekerasan mikro dentin. Hal ini mungkin
disebabkan karena makin lama pasta Ca(OH)2 berkontak dengan dentin saluran akar, semakin
banyak OH- yang berdifusi ke dalam tubulus dentinalis, sehingga pH disekitarnya meningkat.
Gugus fosfat dan karboksilat yang terkandung dalam protein dan proteoglikan matriks dentin
dapat mengalami denaturasi akibat pH yang meningkat. Denaturasi gugus fosfat dan
karboksilat akan memicu kerusakan struktur dentin karena kedua gugus tersebut berperan
penting dalam kalsifikasi dentin serta interaksi antara kolagen dan hidroksiapatit.6
Pembahasan
Terdapat beberapa teknik pulpotomi yang dilakukan yaitu partial pulpotomy dan
cervical pulpotomy. Partial pulpotomy atau disebut juga kuretase pulpa adalah pembuangan
lapisan luar jaringan yang rusak dan hiperemik pada pulpa yang terekspos, teknik ini
dipertimbangkan untuk prosedur di tahap pulp capping dan cervical pulpotomy. Cervical
pulpotomy disebut juga complete pulpotomy adalah pembuangan jaringan pulpa koronal dan
penempatan bahan dreesing luka pada saluran orifis. Cervical pulpotomy akan menghentikan
pembentukan dentin pada gigi tetap muda dan menghasilkan penutupan saluran akar.

Teknik ini harus diikuti dengan perawatan endodontic lengkap ketika pembentukan
akar lengkap.Pulpotomi juga dapat dibagi berdasarkan vitalitas pulpa yang terlibat menjadi
pulpotomi vital, pulpotomi devitalisasi, serta pulpotomi non vital. Pulpotomi vital
dipertimbangkan sebagai prosedur satu tahap dengan tujuan mempertahankan vitalitas, fungsi
dari bagian radikular pulpa, dan mempertahankan kondisi asimtomatik tanpa gejala klinis yang
tidak diinginkan seperti sensitivitas, nyeri, atau bengkak.

Daftar Pustaka

1. McDonald RE, Avery DR, Dean JA, Jones JE. Pulp Therapy for Primary and
Immature Permanent Teeth. American Academy Of Pediatric Dentistry,
2017;10(5):346
2. Waterhouse PJ, Nunn JH, Whitworth JM, Soames JV dkk. Primary molar pulp therapy
- Histological evaluation of failure. International Journal of Paediatric Dentistry.
2000;10(4):313–321. [PubMed]
3. Andina R. P. K., dkk. Pengaruh lama kontak J Ked Gi, 2013;4(2):39-44
4. Henri Hartman, The Effectiveness of One Visit Vital Pulpotomy in Primary Teeth,
Journal of Medicine and Health 2018;2(1):692
5. Trieska Annisa, Arlette Suzy Puspa Pertiwi. Biodentine pada pulpotomi vital gigi
sulung. Indonesian Journal of Paediatric. 2018;1(2):198
6. Trieska Annisa, Arlette Suzy Puspa Pertiwi. Biodentine pada pulpotomi vital gigi
sulung. Indonesian Journal of Paediatric. 2018;1(2):197

Anda mungkin juga menyukai